KONDISI PADA SAAT SUTT 150 BINJAI-P. BRANDAN 1

4.2. KONDISI PADA SAAT SUTT 150 BINJAI-P. BRANDAN 1

KELUAR DARI SISTEM Daya di Sub Sistem Nangroe Aceh Darussalam hampir 85 dipasok dari Sub Sistem Sumatera Utara melalui SUTT 150 KV P. Brandan-Langsa. SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan-Langsa-Lhokseumawe merupakan jaringan radial, dimana pada saat waktu beban puncak malam beban SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 1,2 sudah mencapai 60 dari kemampuan Arus I nominal penghantar. Dimana Arus I Nominal penghantar adalah kemampuan terkecil antara CT Current Transformer dan kemampuan penghantar. Jika SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 1 keluar dari sistem, maka SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 2 tidak dapat memikul seluruh beban yang ada, dan kondisi ini juga berlaku untuk sebaliknya. Jika SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 1 atau SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 2 gangguan, maka sistem Nangroe Aceh Darussalam akan padam total. Untuk hasil perhitungan aliran daya sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam pada saat SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 1 keluar dari sistem dapat di lihat pada lampiran 8: 1 Perhitungan untuk metode Newton Raphson maupun untuk metode Gauss Seidel tidak mencapai konvergen, karena kendala kemampuan Arus I nominal SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 1 sebesar 500 Ampere, sedangkan arus yang mengalir pada penghantar tersebut sebesar 961 Ampere dan kendala tegangan rendah di Gardu Induk Langsa sebesar 83,5 KV. Universitas Sumatera Utara 2 Pada saat terjadi gangguan SUTT 150 KV Binjai-P.Brandan 1 mengakibatkan pembebanan SUTT 150 KV Binjai-P.Brandan 2 meningkat dari 66 menjadi 192 . 3 Kondisi tersebut diatas dapat mengakibatkan overloadnya penghantar Binjai- P.Brandan 2 dan berdampak padam pada Sub Sistem Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dikarenakan jaringan SUTT dari arah Binjai menuju Sub Sistem Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam masih bersifat radial dan N-1 tidak terpenuhi. Kemampuan CT Current Transformer 500 Ampere dan kemampuan penghantar 645 Ampere. 4 Dengan melepas beban pada TD Incoming GI P.Brandan sebesar 24 MW dan TD Incoming GI Langsa sebesar 16,6 MW menggunakan relay OLS Over Load Shedding maka pembebanan pht Binjai – P.Brandan 2 berkurang dari 192 menjadi 94 sehingga masih aman untuk dibebani. Untuk hasil perhitungan aliran daya Sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam pada saat SUTT 150 KV Binjai-P. Brandan 1 keluar dari sistem dan dengan melepas beban di TD Incoming GI. P. Brandan dan TD Incoming GI Langsa dapat di lihat pada lampiran 8.1: 4.2.1 Perhitungan untuk metode Newton Raphson selesai pada iterasi yang ke-1 kesatu dan untuk metode Gauss Seidel selesai pada iterasi ke-1 kesatu. 4.2.2 Untuk daya swing bus, yaitu pembangkit steam turbin ST 20 baik untuk metode Newton Raphson maupun metode Gauss Seidel beroperasi pada beban 49,3 MW. 4.2.3 Daya nyata dan daya reaktif yang paling besar mengalir sebesar 181,9 MW dan 69,6 Mvar dari BLWCC ke GI Sei Rotan. 4.2.4 Tegangan +5 sampai dengan -10 terdapat pada Gardu Induk: Universitas Sumatera Utara  Gardu Induk Idie 134,728 KV  Gardu Induk Lhokseumawe 134,35 KV  Gardu Induk Tualang Cut 134,70 KV  Gardu Induk Bireun 134,94 KV 4.2.5 Untuk pembebanan penghantar SUTT 150 KV N-1 atau lebih dari 50 adalah :  SUTT 150 KV BLWTU-Paya Pasir 1,2 57,1  SUTT 150 KV Sei Rotan-Tebing Tinggi 57,3  SUTT 150 KV Binjai-Pangkalan Brandan 1,2 93,8

4.3. KONDISI PADA SAAT PEMBANGKIT PLTG TTF 1X105 MW