PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

Skripsi

Disusun oleh: NINGSIH 20120220033

PROGRM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2017


(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Disusun Oleh:

NINGSIH 20120220033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan memberikan kemudahan dan

kelancaran dalam penyusunan skripsi dengan judul “ Prospek Pengembangan

Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo”

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terimakasih untuk kedua orang tua Bapak Ramadani dan Ibu Mariana serta seluruh

anggota keluarga tercinta yang senantiasa telah memberikan do’a, dukungan, nasihat dan cinta kasihnya kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini, Ir. Lestari Rahayu, M.P. dan Dr. Ir. Triwara Buddhi S. M.P. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan, membimbing dan menyemangati, Ir. Nur Rahmawati, M.P. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan pada skripsi ini, warga dan seluruh petani di Desa Karangsewu yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini dan teman-teman agribisnis 2012 atas semangat, bantuan, dukungan dari awal penyusunan proposal hingga berakhirnya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada Bapak/ Ibu/ sdr sekalian. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Januari 2017


(4)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ... iv

DAFTAR TABEL ... ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

INTISARI ... ... viii

ABSTRACT ... ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Melon ... 5

2. Lahan Pasir Pantai ... 7

3. Prospek pasar buah-buahan ... 8

4. Usahatani ... 9

B. Kerangka Pemikiran ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian ... 17

B. Teknik Pengumpulan Data ... 19

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 19

D. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 20

E. Analisis Data ... 22

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 26

A. Letak Geografis ... 26

B. Keadaan Penduduk ... 27

C. Pendidikan ... 28

D. Keadaan Pertanian ... 28

1. Penggunaan lahan... 28

2. Budidaya Tanaman Melon ... 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33


(5)

v

1. Umur Petani ... 33

2. Tingkat Pendidikan ... 34

3. Pengalaman Bertani ... 35

4. Luas Penggunaan Lahan ... 36

5. Identitas Anggota Keluarga Petani... 37

B. Analisis Biaya Usahatai Melon ... 38

1. Biaya Benih ... 39

2. Biaya Pupuk ... 39

3. Biaya Pestisida ... 41

4. Biaya Penyusutan Alat ... 42

5. Biaya Tenaga Kerja ... 43

6. Biaya Lain-lain ... 44

7. Biaya Sewa Lahan Milik Sendiri ... 45

8. Biaya Bunga Modal Sendiri ... 45

9. Total Biaya ... 45

C. Penerimaan ... 47

D. Pendapatan ... 47

E. Analisis Prospek Usahatani ... 48

1. Keuntungan ... 48

2. Revenue Cost Ratio (R/C) ... 49

3. Produktivitas lahan ... 50

4. Produktivitas tenaga kerja ... 50

5. Produktivitas modal ... 51

VI. KESIMPULAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016 ... 1

Tabel 2. Jumlah Konsumsi Melon per Kapita per Tahun di Indonesia ... 2

Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo ... 3

Tabel 4. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013. ... 18

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Karangsewu Berdasarkan Kelompok Usia ... 27

Tabel 6. Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu ... 28

Tabel 7. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan... 29

Tabel 8. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Berdasarkan Usia. ... 33

Tabel 9. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel 10. Pengalaman Petani Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai. ... 35

Tabel 11. Luas penggunaan lahan petani melon lahan pasir di Desa Karangsewu36 Tabel 12. Anggota Keluarga Petani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 37

Tabel 13. Biaya Penggunaan Pupuk Berdasarkan Jenisnya ... 40

Tabel 14. Jumlah Biaya Penggunaan Pestisida Berdasarkan Jenisnya ... 41

Tabel 15. Biaya Penyusutan Alat Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir di Desa Karangsewu ... 42

Tabel 16. Jumlah Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Melon ... 43

Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi Dalam Usahatani Melon ... 46

Tabel 18. Jumlah Penerimaan Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai ... 47

Tabel 19. Rata-rata Pendapatan Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai ... 48

Tabel 20. Rata-rata Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Melon di Desa Karangsewu ... 49


(7)

vii

Tabel 22. Produktivitas Lahan Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 50 Tabel 23. Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di

Desa Karangsewu ... 51 Tabel 24. Produktivitas Modal Usahatani Melon Lahan Pasir ... 52

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka pemikiran ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman


(8)

(9)

x INTISARI

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO (Skripsi dibimbing oleh Lestari Rahayu dan Triwara Buddhi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya usahatani, penerimaan, pendapatan, keuntungan, kelayakan dan prospek usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik sebagai teknik pelaksanaannya. Penelitian ini melibatkan 30 petani responden yang ada di Dusun

Gupit dan Dusun Imorenggo yang ditentukan menggunakan metode simple

random sampling. Analisis data menggunakan empat indikator kelayakan

usahatani yaitu: RC Rasio, produktivitas lahan, produktivitas modal, dan

produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk usahatani melon lahan pasir pantai yang paling tinggi adalah biaya implisit dengan persentase 51,96 % dari total biaya. Biaya implisit paling tinggi adalah biaya sewa lahan dengan nilai sebesar Rp. 8.895.000 per usahatani per musim. Biaya eksplisit yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 10.609.347 dengan persentase 48,04 %. Biaya eksplisit paling tinggi adalah biaya pupuk dengan nilai Rp.4.473.823 dengan persentase 20,25%. Berdasarkan hasil analisis

kelayakan usahatani melon lahan pasir pantai nilai RC Rasio adalah 1,76. Selain

itu nilai produktivitas lahan lebih besar daripada sewa lahan, produktivitas modal lebih besar daripada bunga modal dan produktivitas tenaga kerja lebih besar daripada upah tenaga kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo layak untuk diusahakan dan dikembangkan.


(10)

xi

MELON FARMING DEVELOPMENT PROSPECTS OF SAND BEACH LAND IN KARAGSEWU, GALUR, KULON PROGO

NINGSIH

Ir. Lestari Rahayu. MP./ Dr. Ir. Triwara Buddhi S. M.P. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

This research aims to determine the cost of farming, reveneu, income, profit, expediency and prospect of melon farming in Karangsewu, Galur, Kulon Progo. Method in this research used analitic descriptive method as technical implementation. This research involved 30 respondens of farmer in Gupit Village and Imorenggo Village determined using simple random sampling. Analisis of data used four indicators of expediency of farming are RC ratio, land pruductivity, capital productivity, and labor productivity. The results showed that the highest costs of melon farming with percentage 51,96% from total cost. The highest implisit cost is the rent of land as much as Rp. 8.895.00,- per farming per season. Explicit cost as much as Rp. 10.609.347,- with percentage 48,04%. The highest explicit cost is cost of fertilizer as much as Rp. 4.473.823,- with percentage 20,25%. Based on analysis of expediency melon farming of sand beach land showed the value of RC ratio is 1,76. In addition, the land productivity is higher than the rent of land, the capital productivity is higher than the capital interest, and the labor productivity is higher than the cost of labor. Therefore, it can be concluded that the melon farming of sand beach land in Karagsewu, Galur, Kulon Progo is worthy to cultivated and developed.


(11)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang sangat penting karena sebagaian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Perkembangan komoditas pertanian di Indonesia bukan hanya di bidang tanaman pangan dan perkebunan, tetapi juga untuk tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat. Hortikultura adalah salah satu komoditas pertanian Indonesia yang memiliki prospek ekspor yang besar dalam menembus pasar Internasional. Salah satu komoditas horlikultura yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah dari jenis buah-buahan. Jumlah produksi komoditas hortikultura buah-buahan pada tahun 2015 adalah sebesar 20.167.465 ton. (BPS 2015). Salah satu produk buah-buahan yang mempunyai peluang ekspor adalah semangka dan melon. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016

No. Negara Tujuan Periode

Januari (kg) Februari (kg)

1 Hong Kong 0 640

2 Singapore 12.435 17.843

3 Brunei Darussalam 443 481

4 Saudi Arabia 0 160

5 United Arab Emirates 75 90

6 Qatar 356 500

7 Bahrain 325 285

8 East Timor 1.000 3.625

9 Jumlah 14.634 23.624


(12)

2

Berdasarkan data dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah ekspor melon dan semangka periode tahun 2016 di bulan Januari dan Februari terjadi peningkatan yang signifikan yaitu dari 14.634 kg menjadi 23.624 kg. Permintaan ekspor melon yang semakin meningkat menjadi salah satu pendorong untuk meningkatan produksi melon dalam negeri sehingga mampu bersaing dengan komoditas melon dari negara lain. Selain itu melon juga sangat banyak diminati oleh masyarakat baik untuk produk segar maupun olahan. Hal ini dikarenakan rasa melon yang manis dan kandungan gizi dalam buah melon itu sendiri. Jumlah konsumsi untuk buah melon pertahun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Konsumsi Melon per Kapita per Tahun di IndonesiaSumber :

pertanian.go.id

Berdasarkan data dari tabel 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah konsumsi melon antara tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 0,208 per kapita. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di daerah Kulon Progo adalah sebanyak 477.685 jiwa jadi dapat diperkirakan jumlah konsumsi buah melon untuk daerah Kulon Progo adalah sebesar 174.355 kilogram.

Kulon Progo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Yogyakarta dan merupakan daerah penghasil produk hortikultura buah-buahan yaitu melon. Jumlah produksi melon di daerah Kulon Progo dapat dilihat pada tabel 3.

No. Tahun Jumlah Konsumsi

(Kg)

1 2011 0,417

2 2012 0,209

3 2013 0,417


(13)

3

Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo

Tahun

Luas Panen (Ha)

Jumlah Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2012 1.264 25.502,10 20,17

2013 1.150 21.127,90 18,37

2014 1.353 27.610,00 20,40

Sumber : Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan data dari tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah produksi melon di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan sebesar 6.482,10 ton. Selain mengalami peningkatan jumlah produksi juga terjadi peningkatan luas panen yaitu sebesar 203 Ha dari 1.150 Ha menjadi 1.353 Ha.

Jumlah produksi dan produktivitas yang tinggi tidak senantiasa membuat petani mendapat keuntungan yang besar, hal ini dikarenakan harga produk hortikultura melon ditingkat petani sangat rendah. Menurut salah satu petani melon di Desa Karangsewu, khususnya di daerah pantai Trisik Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo harga buah melon ditingkat petani adalah Rp. 2000 per kilogram. Selain itu harga benih tanaman melon yang tinggi juga menjadi salah satu kendala yang ada di tingkat petani. Menurut salah satu petani di Desa Karangsewu Kecamatan Galur biaya produksi untuk benih mencapai 3.000.000/Ha.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi terbentuk beberapa rumusan masalah yaitu berapakah biaya yang harus dikeluarkan petani untuk budidaya melon? Berapakah pendapatan dan keuntungan yang diperoleh? apakah usahatani melon tersebut layak untuk diusahakan? dan bagaimanakah prospek pengembangan usahatani melon berdasarkan keuntungan dan kelayakan? Untuk mengetahui hal


(14)

4

Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur,

Kabupaten Kulonprogo”. B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani melon di Lahan Pasir

Pantai Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo.

2. Mengetahui prospek pengembangan usahatani melon di lahan Pasir Pantai

Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo berdasarkan keuntungan dan kelayakan.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Untuk pemerintah dan instansi terkait, dapat dijadikan masukan untuk

pertimbangan pembuatan kebijakan terkait harga produk hortikultura agar para petani bisa merasakan keuntungan yang lebih.

2. Untuk akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Untuk masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berminat untuk memulai usahatani melon.


(15)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Melon

a. Agronomi tanaman melon

Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk dalam kelas biji berkeping dua. Tanaman melon merupakan tanaman hortikultura yang semakin banyak dibudidayakan di Indonesia karena dapat dikonsumsi sebagai buah yang memiliki rasa segar dan manis serta bergizi tinggi. Melon termasuk tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar 15 - 20 cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 - 45 cm. (Prajnanta, 2004). Klasifikasi tanaman melon adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingom :Ttraceobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida/ Dicotyledoneae

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumismelo L. ( Soedarya, 2010)

Melon (Cucumismelo L.) termasuk komoditas hortikultura yang


(16)

murah namun harga jual buah melon juga termasuk tinggi di pasaran dan buah melon merupakan buah yang banyak dikonsumsi masyarakat baik melon segar maupun olahan.

b. Budidaya tanaman melon

Persiapan lahan. Persiaan lahan untuk budidaya tanaman melon yang pertama dilakukan adalah membersihkan lahan dari semak belukar, gulma dan sisa tanaman. Kemudian lakukan pengapuran lahan jika pH tanah dibawah 5,0. Untuk menaikkan satu poin pH, diperlukan sekitar 2 ton per hektar kapur pertanian. Setelah itu bajak atau cangkul lahan untuk membalik tanah dan memperbaiki struktur tanah, buat bedengan sederhana dengan ukuran lebar 110 cm, tinggi bedengan 15-20 cm, dan lebar selokan 50-60 cm. Kemudian tebarkan pupuk kimia dan pupuk kandang pada lajur kiri dan kanan bedengan secara merata dan aduk kedalam tanah, sempurnakan bentuk bedengan sehingga ukuran lebar bedengan 110 cm, lebar selokan 60-70 cm dan tinggi bedengan 30-40 cm. Pasang mulsa plastik hitam perak dan buat lubang tanam dengan jarak 60-70 cm dalam barisan dan 70

cm antar barisan (double row). Terakhir lakukan penyiraman untuk melarutkan

pupuk kimia. (Wahyudi, 2012)

Persiapan benih dan pembibitan. Persiapan benih dan pembibitan dilakukan bersamaan dengan persiapan lahan. Kebutuhan benih per hektar adalah sekitar 450-500 gram. Benih kemudian di semaikan di dalam polybag kecil ukuran 6 x 10 cm hingga bibit berdaun 2-3 helai.

Penanaman. Sebelum ditanam, siram bibit terlebih dahulu hingga bagian dasar media menjadi lembap. Kemudian lepas bibit beserta media perakarannya


(17)

dari polybag dan tanam bibit dilubang tanam dan timbun dengan tanah hingga batas 1-2 cm. Setelah penanaman siram bibit agar cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Bibit melon dapat dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun pada umur 12 - 14 hari setelah semai benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam yang paling ideal adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh terik matahari dan suhu udara tinggi.

Pemeliharaan tanaman. Untuk pemeliharaan tanaman hal yang utama adalah pengairan. Lakukan pengairan, pada awal pertumbuhan hingga fase pembesaran buah usahakan kelembapan tanah tetap optimal. Lakukan pengairan atau penyiraman secara rutin, terutama saat tanaman berumur 1-50 HST. Selain pengairan juga dilakukan penyiangan gulma disekitar tanaman untuk mencegah perkembangan hama dan penyakit serta untuk mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman dengan gulma. Kemudian lakukan pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman melon dan tergantung umur tanaman.

Panen dan pasca panen. Pemanenan dapat dilakukan ketika tanaman berumur 60-65 HST (Hari setelah tanam). Potong tangkai buah menggunakan pisau

tajam atau gunting stek karena tangkai cukup keras berkayu dan liat.

2. Lahan Pasir Pantai

Lahan pasir pantai adalah lahan yang sebelumnya kurang mendapatkan perhatian. Lahan ini adalah lahan marginal yang kurang subur untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Keberadaan lahan ini sebagai salah satu sumber daya alam selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Ketidak seriusan pemanfaatan


(18)

lahan tersebut karena diperlukan manipulasi sebelum dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif (Yudono et al., 2002)

Lahan pasir pantai bertekstur kasar dengan fraksi pasir > 70%, struktur pasir lepas lepas atau daya untuk mengikat air sangat lemah, temperatur permukaan pasir yang tinggi tetapi lahan pasir pantai juga memiliki potensi unuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian bahkan saat ini pertanian lahan pasir pantai telah banyak dilakukan di Indonesia salah satunya adalah di Yogyakarta.

Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar 13.000 hektar atau 4% dari luas wilayah secara keseluruhan. Lahan pasir pantai terbentang sepanjang 110 km di pantai selatan lautan Indonesia. Bentangan pasir pantai ini berkisar antara 1 sampai 3 km dari garis pantai. Lahan ini cukup potensial untuk pengembangan bidang pertanian, didukung dengan ketersediaan air tanah yang besar dan relatif dangkal serta cahaya matahari yang berlimpah.

Budidaya melon umumnya sama, baik itu di lahan pasir maupun di lahan sawah. Persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan lahan, persiapan benih dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Yang membedakan antara budidaya di lahan pasir dan dilahan sawah adalah kebutuhan air dan pupuk tanaman melon dilahan pasir lebih banyak dan pemeliharaannya lebih intensif.

3. Prospek pasar buah-buahan

Peluang bisnis buah-buahan dapat dilihat dari jumlah konsumsi buah penduduk Indonesia hanya 40 kg/kapita/tahun, sedangkan berdasarkan organisasi kesehatan dunia (WHO) standar konsumsi buah-buahan adalah 60kg/kapita/tahun. Rendahnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk buah-buahan membuka


(19)

peluang untuk pemasaran buah-buahan di pasar domestik. Permintaan buah-buahan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, pengetahuan gizi dan kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan jumlah konsumsi yang juga akan meningkat.

4. Usahatani

Menurut Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas dan mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil yang maksimal. Ilmu usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kelayakan suatu usahatani terdapat beberapa komponen biaya yang harus dihitung, antara lain sebagai berikut :

i. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Biaya usahatani

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi 4 yaitu biaya implisit, biaya eksplisit, biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya implisit adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh petani dalam suatu proses produksi seperti biaya tenaga kerja dalam keluarga, nilai modal sendiri dan nilai sewa lahan sendiri. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi seperti biaya pembelian benih, pupuk pestisida dan lain-lain. Sedangkan


(20)

biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh: penghasilan tetap para pekerja, biaya penyusutan alat dan biaya pemeliharaan mesin. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contoh sarana produksi seperti benih, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. (Soekartawi, 2006).

Untuk menghitung jumlah biaya produksi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

TC= TEC+TIC Keterangan :

TC = Total Cost (BiayaTotal)

TEC = Total Explicit Cost ( Total biaya eksplisit)

TIC = Total Implicit Cost ( Total Biaya Implisit)

Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani bawang merah dilahan pasir pantai di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten bantul, total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani bawang merah adalah Rp. 5.123.533 dengan rincian biaya ekplisit sebesar Rp. 3.645.312 dan biaya implisit sebesar Rp. 1.478.221. ( Dian, 2013)

Menurut (Gerdi, 2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Usahatani Melon di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo biaya yang dikeluarkan untuk usahatani melon adalah sebesar Rp. 29. 295.158.


(21)

b. Penerimaan

Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. (Soekartawi, 2002). Pada usahatani melon penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi melon yang dihasilkan dengan harga jual. Untuk mengetahui jumlah penerimaan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

TR= P x Q Keterangan :

TR = Penerimaan

P = Harga Jual

Q = Produksi yang dihasilkan

Menurut Gerdi (2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo penerimaan yang diterima oleh petani dari usahatani melon adalah sebesar Rp. 79.081.695.

c. Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. (Soekartawi 2002). Untuk menghitung pendapatan yang diperoleh petani melon adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

NR = TR – TEC

Keterangan :

NR = Pendapatan

TR = Penerimaan

TEC = Total Biaya Eksplisit

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten


(22)

Bantul pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatni tersebut adalah sebesar Rp. 2.614.788. (Dian, 2013)

ii. Analisis Prospek Usahatani a. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi baik biaya eksplisist maupun implisit. Pernyataan tentang keuntungan dapat ditulis dengan rumus :

π = TR – TC Keterangan :

π = Keuntungan

TR = Penerimaan

TC = Biaya Total

Menurut (Gerdi, 2016) keuntungan yang diterima oleh petani melon lahan pasir pantai di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo jika menjual hasil panennya kepada non penebas adalah sebesar Rp. 49.786.538 sedangkan jika petani menjual hasil panennya kepada penebas maka keuntungan yang diperoleh lebih sedikit yaitu Rp. 14.347.443.

b. Kelayakan

Kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. (Kasmir dan

Jakfar, 2008). Kelayakan usahatani dapat diukur dengan cara melihat nilai RC Ratio

(Revenue Cost Ratio), produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja dan


(23)

1. Untuk mengetahui kelayakan dalam usaha budidaya melon di lahan pasir adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

i. Revenue Cost Ratio (R/C)

= + �

Jika nilai RC ratio lebih dari 1 maka suatu usahatani layak untuk diusahakan

dan jika nilai RC ratio lebih kecil atau sama dengan 1 maka usahatani tidak layak

untuk diusahakan.

ii. Produktivitas lahan

Produktivitas lahan adalah perbandingan antara jumlah pendapatan yang dikurangi biaya implisist (TKDK dan sewa lahan sendiri) dengan luas lahan. Produktivitas lahan dapat dihitung dengan rumus :

− ���� − � �� � � � �� �ℎ� 2

Jika produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan maka usaha tersebut layak untuk diusahakan dan apabila produktivitas lahan kurang dari sewa lahan maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

iii. Produktivitas tenaga kerja

Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan dikurangi biaya sewa lahan milik sendiri dikurangi bunga modal sendiri dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang terlibat dalam kegiatan usahatani tersebut.

NR − Nilai Sewa Lahan Sendiri − Bunga Modal Total TKDK HKO


(24)

Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah minimum regional (UMR) maka usaha tersebut layak diusahakan dan jika produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah minimum regional maka usaha tersebut tidak layak diusahakan.

iv. Produktivitas modal

Produktivitas modal adalah pendapatan dikurangi sewa lahan milik sendiri dikurangi nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dibagi total biaya eksplisit dikalikan seratus persen (100%).

− � �� �� �ℎ� � � − ����

× %

Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat bunga pinjaman maka usaha tersebut layak untuk diusahakan dan apabila produktivitas modal lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan. Menurut (Dian, 2013) usahatani bawang merah lahan pasir pantai di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul layak untuk diusahakan dilihat dari nilai R/C sebesar 1,2 lebih besar dari 1, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 69.773 lebih besar dari UMK Bantul sebesar Rp. 33.116, produktivitas modal sebesar 36,18% lebih besar dari nilai bunga pinjaman sebesar 5% per musim.

Sedangkan menurut (Gerdi, 2015) kelayakan usahatani melon lahan pasir di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo layak untuk diusahakan

hal ini dapat dilihat dari nilai R/C sebesar 2,70, produktivitas modal sebesar 190,91

% lebih besar dari bunga pinjaman, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 2.073.813 lebih besar dari UMK dan produktivitas lahan sebesar Rp. 10.051.


(25)

B. Kerangka Pemikiran

Usahatani melon adalah kegiatan budidaya melon mulai dari persiapan lahan, penanaman bibit melon, pemanenan, hingga pasca panen atau siap dijual. Dalam usahatani melon memerlukan beberapa input produksi seperti benih, pestisida, pupuk, tenaga kerja, alat dan lahan. Dari penggunaan input produksi maka akan menghasilkan produk yaitu buah melon dan jika buah melon dipasarkan akan menghasilkan penerimaan. Besar kecilnya jumlah produksi melon akan mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh petani. Untuk menghasilkan produksi maka diperlukan biaya input. Biaya input produksi terbagi menjadi dua jenis yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya ekplisit terdiri dari biaya benih, pupuk, pestisida, penyusutan alat, tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan biaya implisit terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya bunga modal sendiri dan biaya sewa lahan sendiri. Besar kecil jumlah input produksi yang digunakan akan mempengaruhi total biaya dalam usahatani. Besar kecilya biaya eksplisit dan penerimaan maka hal tersebut akan berpengaruh kepada pendapatan yang diterma oleh petani dan secara bersamaan akan mempengaruhi kelayakan usahatani melon. Suatu usahatani dikatakan layak untuk diusahakan

apabila nilai RC Ratio lebih dari 1, nilai produktivitas lahan lebih dari nilai sewa

lahan, produktivitas tenaga kerja lebih dari upah harian tenaga kerja dan produktivitas modal lebih besar dari pada tingkat bunga.


(26)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Input :

Benih

Pestisida

Pupuk Biaya

Eksplisit Implisit

Penerimaan

Harga Input

Jumlah produksi

Pendapatan

 Tenaga

kerja

 Alat

 Lahan

Kelayakan

1. RC Ratio > 1

2. Produktivitas lahan > sewa lahan

3. Produktivitas TK > UMR

4. Produktivitas modal > tingkat

bunga

Keuntungan Usahatani Melon

(Lahan pasir )

Prospek Di Kembangkan Harga

Output Benih TKLK

Pupuk Bahan bakar Pestisida Penyusutan alat

TKDK

Sewa lahan sendiri BMS


(27)

17

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya mengumpulkan data dan menyusun data namun meliputi analisis dan arti data tersebut. Metode penelitian ini memusatkan pada masalah- masalah yang muncul pada saat sekarang ini. Data yang dikumpulkan kemudian dijelaskan dan dianalisis.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif yang dalam pembahasannya lebih mengutamakan tentang biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh petani, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh serta kelayakan usahatani melon di

Desa Karangsewu yang dilihat dari beberapa indikator yaitu: RC Ratio,

produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas modal serta dari kelayakan usaha tersebut.

A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian 1. Penentuan lokasi (Kecamatan)

Pengambilan sampel kecamatan dilakukan secara sengaja (purposive

sampling) yaitu di Kecamatan Galur dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi yang jumlah tanaman menghasilkan (melon dan semangka) yang paling tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.


(28)

18

Tabel 1. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan

di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013.

Kecamatan Melon dan semangka

2012 2013

Temon 374 444

Wates 81 81

Panjatan 418 469

Galur 471 541

Lendah 48 44

Sentolo 16 41

Pengasih 19 6

Kokap 0 1

Girimulyo 2 0

Naggulan 57 0

Kalibawang 1 0

Samigaluh 0 0

Sumber : Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo

2. Penentuan lokasi (Desa)

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur. Penentuan lokasi Desa ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Desa Karangsewu adalah salah satu daerah yang membudidayakan melon dilahan pasir dan merupakan salah satu Desa penghasil melon di Kecamatan Galur.

3. Penentuan petani responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari pra survey, jumlah petani melon lahan

pasir pantai yang ada di Desa Karangsewu Kecamatan Galur adalah sebanyak 52 orang. Dalam penelitian ini penentuan petani responden dilakukan dengan metode

Simple Random Sampling. Simple Random Sampling merupakan pengambilan sebagian responden dari sejumlah populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang meliputi petani di Dusun Gupit dan Imorenggo.


(29)

19 B. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari petani dengan cara melakukan wawancara dengan responden yang sudah ditentukan dan mencatat hasil yang diperoleh dari wawancara. Selain itu dalam pelaksaan penelitian juga menggunakan teknik observasi atau mengamati secara langsung tempat penelitian, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian dan waktu. (Juliansyah N, 2011)

Data sekunder adalah data penunjang yang dibutuhkan untuk menunjang

dan melengkapi bahan penelitian. Data tersebut diperoleh dari berbagai literatur dan dokumen dari instanti terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut adalah data yang meliputi tentang keadaan daerah, jumlah penduduk, keadaan iklim serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a. Jumlah produksi melon diasumsikan terjual semua.

b. Harga input dan output adalah harga pada saat penelitian.

2. Pembatasan masalah

a. Data yang digunakan adalah data pada satu musim produksi usahatani yaitu data

tahun 2016, dari mulai budidaya hingga pasca panen.

b. Sampel petani yang diambil dalam usahatani melon lahan pasir pantai adalah

petani yang ada di Karangsewu baik yang tergabung dalam kelompok tani maupun individu.


(30)

20

D. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani melon adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan,

penanaman bibit melon, pemanenan, hingga pasca panen atau siap dijual.

2. Sarana produksi adalah komponen yang digunakan untuk usahatani melon

hingga menghasilkan produk. seperti, modal, benih, tenaga kerja, alat, pupuk dan pestisida.

3. Lahan adalah luasan area tanah yang digunakan dalam usahatani melon dan

dinyatakan dalam satuan meter persegi (m²).

4. Benih adalah calon bibit melon yang yang nantinya akan dijadikan bahan

tanam, diukur dengan satuan per (gram).

5. Pupuk adalah unsur organik ataupun non organik yang diberikan pada tanaman

melon untuk meningkatkan jumlah produksi dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

6. Pestisida adalah zat kimia yang digunakan dalam usahatani melon untuk

mencegah gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan diukur dalam satuan liter (l).

7. Tenaga kerja adalah curahan waktu kerja yang dilakukan dalam proses produksi

usahatani melon yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, yang diukur dalam hari kerja orang (HKO).

8. Produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan dari usahatani melon dengan

luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam, dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).


(31)

21

9. Harga adalah nilai yang ditentukan untuk produk melon dalam satuan kilogram

dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

10.Biaya implisit adalah biaya yang tidak nyata dikeluarkan dalam proses produksi

usahatani melon seperti tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), sewa lahan sendiri, dan bunga modal sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11.Biaya eksplisit adalah biaya yang nyata atau benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani melon meliputi biaya saprodi, transportasi, tenaga kerja luar keluarga (TKLK), bunga modal sendiri, sewa lahan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

12.Biaya total adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

usahatani melon dan diukur dalam satuan rupiah (Rp) merupakan penjumlahan dari biaya implisit dengan biaya eksplisit.

13.Penerimaan adalah hasil penjualan dari jumlah produksi usahatani melon yaitu

perkalian antara jumlah produksi dan harga,dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

14.Pendapatan adalah pengurangan dari total penerimaan usahatani melon dengan

biaya eksplisit, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

15.Keuntungan adalah selisih penerimaan total dikurangi biaya eksplisit dan

implisit yang dikeluarkan dalam usahatani melon, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

16.Revenue cost ratio (RC ratio) adalah perbandingan antara penerimaan total dengan total biaya.


(32)

22

17.Produktivitas modal adalah kemampuan dari modal yang digunakan untuk

usahatani melon dalam menghasilkan pendapatan, yang dinyatakan dalam persen (%).

18.Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap penggunaan tenaga

kerja untuk menghasilkan pendapatan, diukur dalam satuan (Rp/HKO).

19.Produktivitas lahan adalah kemampuan dari setiap penggunaan lahan untuk

menghasilkan pendapatan, diukur dengan satuan (Rp/m²).

E. Analisis Data

1. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Total cost

Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani melon yaitu dengan cara menjumlahkan antara biaya ekplisit dan biaya implisit selama masa produksi usahatani melon berlangsung.

TC = TEC + TIC Keterangan :

TC = Total cost (total biaya)

TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)

b. Penerimaan

Untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diterima oleh petani dari usahatani melon adalah dengan rumus :

TR = P x Q Keterangan :

TR = Total revenue (total penerimaan)

Q = Produksi melon (kg)


(33)

23 c. Pendapatan

Untuk mengetahui jumlah pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani melon adalah dengan rumus :

NR = TR – TEC

Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TR = Total revenue(total penerimaan) TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit)

2. Analisis Prospek a. Keuntungan

Untuk menghitung keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani adalah dengan menggunakan rumus :

� = �� − ��� − ���

Keterangan :

∏ = Keuntungan (Rp)

TR = Total revenue (penerimaan)

TEC = Total explicit cost (total biaya eksplisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)

b. Revenue cost ratio (R/C ratio)

�� ����� =����

Keterangan :

R/C = Revenue cost ratio

TR = Total revenue(total penerimaan) TC = Total cost (total biaya)

Apabila nilai RC ratio lebih dari 1 (>1) maka usahatani melon layak untuk diusahakan dan jika nilai RC ratio kurang dari atau sama dengan 1 maka usahatani melon tidak layak untuk diusahakan.


(34)

24 c. Produktivitas modal

Untuk mengetahui produktivitas modal dari usahatani melon dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas modal =NR − sewa lahan sendiri − TKDKTEC × %

Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga

TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit)

Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat suku bunga tabungan, maka usahatani melon layak untuk diusahakan sebaliknya jika produktivitas modal kurang dari atau sama dengan tingkat suku bunga tabungan, maka usahatani melon tidak layak untuk diusahakan.

d. Produktivitas tenaga kerja

Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pada usahatani melon adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas TK = NR − sewa lahan sendiri − bunga modal sendiriTotal TKDK HKO

Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga

HKO = Hari kerja orang

Jika produktivitas tenaga kerja lebih dari upah minimum regional (UMR), maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan sebaliknya jika produktivitas tenaga kerja kurang dari upah minimum regional (UMR), maka usahatani melon tersebut tidak layak untuk diusahakan. UMR yang berlaku di Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar Rp 1.297.700 per orang per bulan.


(35)

25 e. Produktivitas lahan

Untuk mengetahui produktivitas lahan usahatani melon dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Produktivitas lahan =NR − Nilai TKDK − Bunga Modal SendiriLuas lahan

Jika produktivitas lahan lebih dari sewa lahan sendiri maka usahatani melon tersebut layak untuk diusahakan dan sebaliknya jika produktivitas lahan kurang dari atau sama dengan sewa lahan sendiri maka usahatani melon tersebut tidak layak untuk diusahakan. Biaya sewa lahan yang berlaku di lokasi penelitian adalah sebesar 1.500.000 per musim tanam per 1000 m².


(36)

26

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan dan Desa Tirtorahayu dan terbagi dalam 75 pedukuhan, 148 RW, 305 RT dengan luas wilayah 3.291.232,5 ha dengan jumlah penduduk 35.489 jiwa. Adapun batasan wilayah Kecamatan Galur adalah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo

- Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo

Desa Karangsewu adalah Desa yang terletak di bagian paling selatan diantara desa yang ada di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Luas wilayah Desa Karangsewu adalah sebesar 927 Ha. Desa Karangsewu merupakan gabungan antara 3 kelurahan yaitu Kelurahan Imorenggo, Wonopeti dan Kempleng. Desa Karangsewu terdiri dari 17 pedukuhan yaitu Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo III, Gupit IV, Siliran V, Siliran VI, Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX, Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII, Kempleng XIV, Kempleng XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII. Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisitopografi yang landai dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa Karangsewu adalah 2 sampai 7 meter diatas permukaan laut


(37)

27

dengan Sungai Progo sebagai muara serta sungai-sungai lain yang dimanfaatkan sebagai saluran irigasi dan drainase.

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan Pemerintah Desa tercatat bahwa di Desa Karangsewu terdapat 2.094 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 8.233 jiwa dengan rincian 3.966 jiwa laki-laki dan 4.267 jiwa perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa di Desa Karangsewu terdapat banyak penduduk dengan golongan usia yang produktif yaitu antara umur 15-59 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Karangsewu Berdasarkan Kelompok Usia

Berdasarkan data dari tabel 5 dapat dilihat bahwa Desa Karangsewu didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 5.163 jiwa dengan persentase sebesar 62,71% sedangkan penduduk dengan golongan usia belum produktif yaitu 0-14 tahun sebanyak 2151 jiwa dengan persentase sebesar 26,13% dan penduduk dengan golongan usia tidak produkif >60 tahun sebanyak 919 jiwa dengan persentase 11,16%. Hal ini dapat berpengaruh secara langsung terhadap usahatani karena semakin banyak penduduk dengan kelompok usia produktif maka penggunaan tenaga kerja dalam usahatani lebih maksimal.

No. Kelompok

Umur (Tahun)

JenisKelamin

Jumlah Jiwa

Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

1 0 – 14 1036 1115 2151 26,13

2 15-59 2518 2645 5163 62,71

3 >60 412 507 919 11,16


(38)

28 C. Pendidikan

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah salah satu faktor pendukung kemajuan suatu daerah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas adalah dengan pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan maka diperlukan sarana dan prasarana pendidikan salah satunya adalah adanya lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun informal. Di Desa Karangsewu terdapat beberapa lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 2. Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

TK 10 55,5

SD 5 27,7

SMP/MTS 2 11,1

SMA 1 5,5

Jumlah 18 100

Di Desa Karangsewu terdapat 4 lembaga pendidikan yang berjumlah 18 sekolah baik Negeri maupun swasta dengan rincian 10 Taman Kanak-kanak atau TK, 5 Sekolah dasar (SD), 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) dan 1 Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan data dari tabel 6 bahwa di Desa Karangsewu sudah tersedia beberapa sarana pendidikan dari mulai tingkatan TK sampai SMA. Tersedianya berbagai lembaga pendidikan diharapkan mampu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

D. Keadaan Pertanian 1. Penggunaan lahan

Lahan adalah faktor utama dalam sebuah usahatani,karena lahan adalah media tumbuh untuk suatu tanaman. Selain itu lahan juga digunakan untuk


(39)

29

membangun sarana kepentingan umum lainnya. Lahan di Desa Karangsewu digunakan untuk berbagai macam kepentingan tetapi mayoritas digunakan untuk lahan pertanian dengan komoditas seperti melon, cabai, semangka, kelapa, padi dan lain sebagainya. Luas penggunaan lahan di Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 7 .

Tabel 3. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1. Lahan Sawah 264,15 28,52

2. Lahan Kering 374,62 40,45

3. Bangunan 23,24 2,50

4. Lainnya 264,12 28,51

Jumlah 926,13 100

Berdasarkan tabel 7 penggunaan lahan yang paling luas adalah lahan kering yaitu 374,62 hektar dengan persentase 40,45%, jika lahan kering dimanfaatkan untuk lahan bercocok tanaman maka potensi untuk meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian seperti melon di Desa Karangsewu akan lebih baik. Setelah itu diikuti dengan tanah sawah dengan luas 264,15 atau 28,52%, kemudian penggunaan lahan untuk kepentingan lainnya dan untuk bangunan dengan luas lahan masing- masing 264,12 Ha dan 23,24 Ha dengan persentase 28,51% dan 2,50%.

2. Budidaya Tanaman Melon

Buah melon adalah salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat hal ini dikarenakan rasa buah melon yang manis dan menyegarkan. Buah melon yang banyak di budidayakan di Desa Karangsewu adalah varietas

Action. Ciri-ciri buah melon varietas Action adalah berbentuk bulat dengan bobot 1,5- 3 kg per buah, kulitnya berwarna hijau dengan net kulit buah sedikit tebal dan


(40)

30

rapat. Daging buah berwarrna hijau keputihan, tebal, lembut dan rasanya sangat manis dan beraroma.

Tanaman melon dapat beradaptasi dengan tipe tanah lempung, lempung liat, dan lempung berpasir serta tumbuh subur jika tanah mengandung bahan organik. Budidaya melon dilahan pasir bisa dikatakan sangat mudah dalam pengolahan lahannya. Tahap dalam budidaya melon yang pertama adalah persiapan lahan. Persiapan lahan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum dilakukan proses penanaman. Kegiatan dalam persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari gulma atau semak, kemudian lahan ditraktor dan mencampurkan tanah dengan pupuk organik, setelah itu dibuat bedengan tipis dan kemudian memasang mulsa, pembuatan lubang tanam, dan pemasangan selang infus. Tahapan selanjutnya adalah penanaman. Penanaman dilakukan setelah benih melon disemaikan dan menjadi bibit. Dari proses persemaian sampai bibit siap tanam memerlukan waktu 10-15 hari. Sebelum ditanam bibit disiram terlebih dahulu hingga dasar media tanam menjadi lembab. Setelah itu bibit ditanam di lubang tanam yang sudah dibuat. Jarak tanam untuk melon adalah 30-60 cm dalam barisan dan 60 cm antar barisan. Setelah tanaman melon ditanam di lahan selanjutnya tanaman melon memerlukan peratawan.

Kegiatan perawatan tanaman melon meliputi penyiraman, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan, dan seleksi buah. Kegiatan pemeliharaan yang pertama adalah penyiraman. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari ketika tanaman melon berumur 1-35 hari untuk selanjutnya tanaman melon disiram 1 kali sehari sampai siap panen. Penyiraman dilakukan agar kebutuhan air untuk


(41)

31

tanaman melon tercukupi. Jika musim hujan penyiraman dilakukan 2-4 kali sehari karena terjadi penguapan kandungan garam yang tinggi dan dapat menyebabkan tanaman layu dan mati. Budidaya tanaman melon baiknya dilakukan pada musim kemarau hal ini dikarenakan agar tidak terjadi penguapan yang berlebih dan rasa dari buah melon akan lebih manis. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan mesin diesel dan menyedot air dari sumur yang ada di lahan.

Setelah tanaman berumur 5-6 hari setelah tanam kemudian tanaman melon dipupuk. Pemupukan dilakukan 6-8 kali satu musim tanam. Pemupukan dilakukan agar nutrisi untuk perkembangan tanaman tercukupi. Ketika tanaman melon sudah ditanam di lahan, pertumbuhan gulma dan timbulnya hama dan penyakit umum terjadi dan tidak dapat dihindari tetapi dapat dilakukan penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit tanaman serta mengurangi efek kompetisi perebutan unsur hara antara tanaman dengan gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan pestisida seperti Bion M 1/48 WP, Antrakol 70 WP, Acrobat 50 WP, Bamex 18 EC, Score 250 EC, dan Cabrio 250 EC. Kegiatan penyemprotan larutan pestisida dilakukan jika terjadi serangan hama, penyakit dan jamur saja.

Setelah tanaman melon mengeluarkan buah sebesar telur ayam, dilakukan kegiatan seleksi buah. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman melon terfokus pada satu buah yang sudah terseleksi. Buah melon yang akan terpilih menjadi bakal buah utama adalah buah yang berbentuk lonjong sempurna, permukaan buah mulus


(42)

32

atau tidak cacat, buah tidak terserang hama dan penyakit, dan penampilan buah segar dan berkembang lebih cepat dibandingkan buah lainnya.

Tanaman melon siap di panen ketika sudah berumur 60-65 hari setelah tanam. Ciri- ciri buah yang sudah siap dipanen adalah jika terdapat gejala retak pada pangkal buah atau tempat pertemuan buah dan tangkai, net pada kulit buah melon sudah nampak penuh dan tebal, dan tercium aroma harum dari buah melon. Setelah panen selesai kemudian buah melon siap dipasarkan. Biasanya petani menjual buah melonnya kepada pengepul atau penebas.


(43)

33

II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani

1. Umur Petani

Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan sesuatu juga lebih besar. Petani melon di lahan pasir pantai Desa Karangsewu berusia antara 20 sampai 60 tahun. Usia petani berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja dari petani tersebut. Semakin produktif usia petani maka tenaga yang dicurahkan untuk usahatani melon di lahan pasir pantai juga lebih besar. Data jumlah petani berdasarkan pengelompokan usia dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 1. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Berdasarkan Usia.

Umur Petani (Tahun) Jumlah Petani Persentase

20 – 29 4 13,33

30 – 39 4 13,33

40 – 49 12 40

50 – 59 9 30

≥ 60 1 3,33

Jumlah 30 100

Berdasarkan data dari tabel 8 jumlah petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 30 orang dengan umur mulai dari 20 tahun sampai lebih dari 60 tahun. Dari jumlah petani yang dijadikan responden yang mendominasi adalah petani dengan umur 40 tahun sampai 49 tahun dengan persentase 40%. Selanjutnya adalah petani dengan usia 50 sampai 59 tahun yang berjumlah 9 orang dengan persentase 30%, petani yang berumur 20 tahun sampai 29 tahun dan 30 sampai 39 tahun yang masing- masing berjumlah 4 orang dengan persentase 13,33%, dan yang


(44)

34

paling sedikit adalah petani dengan umur lebih dari 60 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 3,33%. Petani melon di Desa Karangsewu disominasi oleh kelompok usia dengan kategori usia produktif (15-59 tahun) yang artinya curahan tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani lebih maksimal.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu faktor keberhasilan usahatani melon karena tingkat pendidikan seseorang berpengaruh secara langsung terhadap cara berfikir. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuan untuk megembangkan diri dan mengadopsi teknologi baru juga semakin baik. Tingkat pendidikan petani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 2. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

SD 2 6,67

SMP 10 33,33

SMA/SMK 18 60

PT - -

Jumlah 30 100

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani melon di Desa Karangsewu didominasi oleh petani dengan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berjumlah 18 orang dengan persentase 60%, selanjutnya petani dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang berjumlah 10 orang dengan presentase 33,33% dan petani dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang berjumlah 2 orang dengan persentase 6,67%.


(45)

35

Berdasarkan data tabel 9 tidak terdapat petani dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yang menjadi responden dalam penelitian tetapi tingkat pendidikan petani di Desa Karangsewu cukup tinggi. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena dari pendidikan petani lebih bisa mengadopsi dan menerapkan teknologi baru untuk mengembangkan usahatani agar lebih menguntungkan.

3. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani adalah salah satu hal yang berpengaruh secara langung terhadap keberhasilan usahatani melon. Berdasarkan pengalaman petani dapat memperkirakan apa kekurangan dan kelebihan dari usahatani melon dan bagaimana cara mengatasinya. Pengalaman usahatani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 3. Pengalaman Petani Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai.

Pengalaman Bertani (Tahun ) Jumlah Petani Persentase (%)

< 5 7 23,33

6 – 10 10 33,33

> 10 13 43,33

Jumlah 30 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam usahatani khususnya untuk komoditas melon didominasi oleh petani yang berpengalaman lebih dari 10 tahun yang berjumlah 13 orang dengan persentase 43,33%, selanjutnya petani dengan pengalaman 6 sampai 10 tahun yang berjumlah 10 orang dengan persentase 33,33% dan petani dengan pengalaman kurang dari 5 tahun yang brjumlah 7 orang dengan persentase 23,33%. Pengalaman usahatani adalah faktor


(46)

36

penting dalam keberhasilan usahatani, hal ini dikarenakan pengalaman usahatani dapat membantu dalam proses usahatani selanjutnya.

4. Luas Penggunaan Lahan

Lahan yang banyak digunakan untuk usahatani melon di Desa Karangsewu adalah lahan pasir dan berbatasan langsung dengan pantai Trisik Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Lahan adalah faktor utama dalam usahatani melon. Luas lahan yang dimiliki dan digunakan oleh petani untuk budidaya melon lahan pasir di Desa Karangsewu sangat bervariasi mulai dari 1.000 m² sampai 10.000 m². Hal ini dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 4. Luas penggunaan lahan petani melon lahan pasir di Desa Karangsewu

Luas Lahan (m²) Jumlah Petani Persentase (%)

1.000 – 5.000 17 56,67

6.000 – 10.000 13 43,33

> 10.000 - -

Jumlah 30 100

Rata-rata penggunaan luas lahan 0,593 Ha

Tabel 11 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan untuk usahatani melon lahan pasir di Desa Karangsewu yang paling tinggi adalah lahan dengan luas 1.000 sampai 5.000 yang berjumlah 17 orang dengan presentase 56,67%. Untuk luas penggunaan lahan 6.000 sampai 10.000 yang berjumlah 13 orang dengan presentase 43,33%. Penggunaan luas lahan berpengaruh secara langsung terhadap usahatani hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani melon semakin banyak pula tanaman melon yang ditanam dan hasil yang diperoleh juga lebih banyak.


(47)

37 5. Identitas Anggota Keluarga Petani

Anggota keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah istri, anak dan seluruh nggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Banyaknya jumlah anggota keluarga petani akan berpengaruh terhadap usahatani melon terutama dalam penggunaan tenaga kerja. Selain itu tingkat pendidikan dan jenis kelamin anggota keluarga juga berpengaruh terhadap usahatani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu. Data anggota keluarga petani berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 5. Anggota Keluarga Petani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu

No. Karakterristik Keluarga Petani Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Umur ( Tahun)

0 – 15 22 31,42

16 – 60 48 68,58

>60 0 0

Jumlah 70 100 2. Jenis Kelamin

Laki-laki 36 51,42

Perempuan 34 48,58

Jumlah 70 100 3. Tingkat Pendidikan

Tidak / belum sekolah 8 11,42

TK 4 5,71

SD 12 17,14

SMP / MTS 18 25,71

SMA / SMK 25 35,71

PT 3 4,25

Jumlah 70 100

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga atau yang menjadi tanggungan petani adalah 70 orang yang meliputi istri, anak dan anggota keluarga lain yang menjadi tanggungan petani. Sebagian besar anggota keluarga petani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu termasuk dalam golongan usia produktif ( 16-60 tahun) yang berjumlah 48 orang dengan persentase sebesar 68,58%, sedangkan yang berjumlah 22 orang lainnya termasuk ke dalam golongan


(48)

38

usia belum produktif dengan persentase 31,42%. Hal ini secra langsung dapat mempengaruhi usahatani karena semakin banyak anggota keluarga dengan golongan usia produktif maka semakin banyak pula tenaga kerja dari dalam keluarga yang membantu petani dalam melakukan usahatani.

Dari 70 orang anggota keluarga petani terdapat 36 orang berjenis kelamin laki-laki dan 34 orang berjenis kelamin perempuan dengan persentase masing-masing 51,42% dan 48,58%. Dalam usahatani melon lahan pasir pantai tenaga kerja yang umum atau banyak digunakan adalah tenaga kerja dengan jenis kelamin laki-laki hal ini dikarenakan laki-laki-laki-laki dianggap memiliki tenaga yang lebih besar dibandingkan tenaga kerja berjenis kelamin perempuan. Tingkat pendidikan anggota keluarga petani didominasi oleh anggota dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berjumlah 25 orang dengan persentase 35,71%, selanjutnya diikuti oleh anggota keluarga dengan tingkat pendidikan (SMP) yang berjumlah 18 orang dengan persentase 25,71%. Tingkat pendidikan anggota keluarga petani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu cukup tinggi, hal ini tentunya akan mempermudah atau membantu petani dalam menyerap informasi dan menerapkan teknologi baru untuk mengembangkan usahatani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu.

B. Analisis Biaya Usahatai Melon

Biaya produksi usahatani melon merupakan sejumlah uang yang digunakan selama proses produksi mulai dari persiapan lahan sampai panen. Biaya usahatani melon terdiri dari biaya eksplisit atau biaya yang secara nyata benar-benar dikeluarkan oleh petani selama proses produksi seperti biaya benih, pupuk,


(49)

39

pestisida, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat, biaya sewa lahan dan biaya lain-lain, dan biaya implisit atau biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh petani seperti biaya nilai sewa lahan milik sendiri, tenaga kerja dalam keluarga dan bunga modal sendiri.

1. Biaya Benih

Benih merupakan faktor utama dalam usahatani melon lahan pasir pantai. Penggunaan benih dengan kualitas baik dan unggul akan sangat mendukung hasil produksi yang diperoleh dan tentunya harus disertai dengan penanganan dan perawatan yang tepat. Di Desa Karangsewu rata-rata petani menggunakan benih

Action dan diperoleh dari toko pertanian dan kemudian disemai untuk dijadikan bibit yang siap tanam. Rata-rata benih yang digunakan untuk luas lahan 0,593

hektar adalah sebanyak 13,97 kepek atau sachet dengan berat 10 gram per sachet

dengan harga Rp. 112.621. Biaya rata-rata benih yang dikeluarkan oleh petani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu adalah sebesar Rp.1.572.933 per usahatani per musim.

2. Biaya Pupuk

Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu terdapat dua jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan oleh petani melon adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan sapi dan ayam. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan terdapat beberapa jenis pupuk yaitu KNO, Grower, NPK, DGW, ZA dan Phonska. Penggunaan pupuk organik maupun anorganik dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu untuk satu musim tanam dapat dilihat pada tabel 13.


(50)

40

Tabel 6. Biaya Penggunaan Pupuk Berdasarkan Jenisnya

Jenis Pupuk Jumlah

(Kg)

Harga (Rp/Kg)

Biaya (Rp) Persentase (%)

Pupuk Kandang 4.717 500 2.358.333 52,7

KNO 59,17 13.732 812.500 18,2

Grower 43,3 10.000 433.333 9,7

NPK 32,3 11.000 355.666 7,9

DGW 32,5 10.000 325.000 7,3

ZA 10,5 3.000 31.500 0,7

Phonska 45 3.500 157.500 3,5

Jumlah 4.473.832 100

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa biaya pupuk yang dikeluarkan petani baik organik maupun anorganik adalah sebesar Rp 4.473.832 dengan rincian biaya paling besar adalah biaya untuk pupuk organik dengan jumlah sebesar 4.717 Kg dengan nilai sebesar Rp. 2.358.333 atau 53% dari total penggunaan biaya pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pupuk organik ini dikarenakan budidaya melon di lahan pasir pantai membutuhkan banyak pupuk organik karena lahan pasir pantai hanya terdapat sedikit kandungan organik atau kurangnya unsur hara pada tanah. Pupuk organik yang digunakan oleh petani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi atau kotoran ayam.

Selain penggunaan pupuk organik budidaya melon dilahan pasir juga memerlukan pupuk anorganik seperti KNO, Grower, NPK, DGW, ZA dan Phonska untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kandungan yang ada pada pupuk anorganik tersebut antara lain adalah unsur nitrogen, phospat, kalium, magnesium, boron yang fungsinya adalah mempercepat pertumbuhan bunga dan buah, mencegah rontoknya bunga dan buah, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan daya tahan terhadap hama dan penyakit, merangsang


(51)

41

pertumbuhan akar, meningkatkan rasa dan aroma buah melon dan meningkatkan jumlah produksi melon. Biaya pupuk anorganik yang dikeluarkan untuk budidaya melon lahan pasir dengan luas lahan 0,593 Ha adalah sebesar Rp. 2.115.499 dengan persentase 47% .

3. Biaya Pestisida

Pestisida adalah zat kimia yang berbentuk cair atau padat yang digunakan oleh petani melon untuk mencegah atau memberantas hama dan penyakit pada tanaman melon. Penyemprotan dilakukan dengan cara mencampurkan pestisida dengan air kemudian disemprotkan pada tanaman melon. Data penggunaan pestisida dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 7. Jumlah Biaya Penggunaan Pestisida Berdasarkan Jenisnya

Jenis Pestisida Biaya (Rp) Persentase (%)

Acrobat 180.000 24,75

Antracol 112.500 15,47

Score 33.333 4,59

Cabrio 140.000 19,24

Bion M 195.000 26,81

Bamex 66.500 9,14

Jumlah 727.333 100

Berdasarkan tabel 14 jenis pestisida yang digunakan oleh petani dalam usahatani melon lahan pasir pantai meliputi Acrobat, Antrakol, Score, Tabrio, Bion M, dan Bamex. Fungsi dari masing-masing jenis pestisida yang digunakan adalah

untuk membasmi jamur yang dapat menyebabkan black spot atau bercak hitam pada

daun, busuk pada batang, busuk buah, dan hama penghisap seperti ulat. Total rata-rata penggunaan dan biaya pestisida untuk satu kali musim tanam dengan luas lahan 0,593 Ha adalah sebesar Rp.727.333. Penggunaan zat kimia yang paling banyak


(52)

42

adalah Bion M dengan jumlah Rp. 195.000 dengan persentase 26,81%. Bion M adalah salah satu fungisida yang digunakan oleh petani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu. Tingginya biaya untuk fungisida ini dikarenakan permasalahan yang terjadi pada tanaman melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah busuk pada daun tanaman melon, busuk pada buah seperti bercak hitam pada buah dan busuk pada batang yang disebabkan oleh jamur. Penyebab lain tingginya biaya fungisida dikarenakan harganya yang cukup tinggi dan rata-rata petani menggunakannya.

4. Biaya Penyusutan Alat

Penyusutan alat adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan dan tidak diperhitungkan oleh petani tetapi dalam perhitungan biaya produksi usahatani biaya penyusutan alat adalah biaya yang secara nyata diperhitungkan. Alat-alat yang digunakan dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu yaitu cangkul, gunting, knapsack, diesel, mulsa, selang infus, sambungan pipa dan tabung gas. Biaya penyusutan alat dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 8. Biaya Penyusutan Alat Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir di Desa Karangsewu

Jenis Alat Biaya Persentase %

Cangkul 7.591 0,88

Gunting 1.958 0,23

Knapsack 70.381 8,12

Diesel 134.163 15,48

Selang 74.963 8,65

Mulsa 560.000 64,61

Sambungan pipa 17.692 2,04


(53)

43

Dari data tabel 15 dapat dilihat bahwa penyusustan alat yang paling tinggi adalah mulsa dengan nilai sebesar Rp 560.000 dengan persentase 64,61%. Hal ini dikarenakan nilai jual kembali mulsa adalah nol atau tidak bernilai dan mulsa sendiri hanya dapat dipakai satu kali. Total biaya penyusutan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 866.748- per usahatani.

5. Biaya Tenaga Kerja

Tahapan pada usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu meliputi kegiatan persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan panen. Tahapan kegiatan tersebut memerlukan sejumlah tenaga kerja dan biaya sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Data penggunaan tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 9. Jumlah Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Melon

Variabel Dalam Keluarga Luar Keluarga

HKO Biaya (Rp) HKO Biaya (Rp)

Persemaian 2,0 122.000 0 0

Persiapan lahan

1. Pemupukan 1,20 72.000 1,0 60.000

2. Traktor 0 0 7,4 371.833

3. Bedengan 0 0 2,2 129.667

4. Mulsa 0 0 2,5 150.000

5. Lobang tanam 0 0 1,0 60.000

Penanaman 2,2 111.667 1,8 91.667

Pemeliharaan

1. Pemupukan 0 0 8,0 400.000

2. Penyiangan 0 0 5,9 293.333

3.Pemberantsan hama

dan penyakit 0 0 1,0 50.000

4. Penyiraman 58,7 1.760.000 0 0

Seleksi Buah 2,0 100.000 0 0

Panen 0 0 2,7 1.333.333

Jumlah 66,1 2.165.667 33,5 2.939.833


(54)

44

Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu terdapat dua jenis tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani sendiri seperti istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga yang digunakan selama proses usahatani melon berlangsung.

Berdasarkan tabel 16 curahan tenaga kerja yang paling banyak digunakan adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dengan jumlah 66,1 HKO dengan biaya sebesar Rp. 2.165.667 sedangkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga dengan jumlah sebanyak 33,5 HKO dengan biaya sebesar Rp. 2.939.833. Curahan tenaga kerja yang paling banyak digunakan adalah tenaga kerja untuk kegiatan penyiraman hal ini dikarenakan kegiatan penyiraman dilakukan setiap hari (55 sampai 60 hari) sampai menjelang panen (60 sampai 65 hari). Sedangkan kegiatan lainnya hanya dilakukan 1-8 kali sampai menjelang panen.

6. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo adalah seperti iuran desa, arisan dan biaya untuk bahan bakar. Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu tidak terdapat biaya lain-lain seperti biaya iuran desa dan arisan. Biaya lain-lain yang dikeluarkan untuk usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu hanya terdapat biaya untuk bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan mesin diesel untuk


(55)

45

memompa air dari sumber air yaitu sumur. dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 28.666 per usahatani per musim tanam dengan luas lahan sebesar 0,593 Ha.

7. Biaya Sewa Lahan Milik Sendiri

Rata-rata penggunaan luas lahan untuk usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah 0,593 Ha. Sewa lahan yang berlaku untuk usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah Rp. 1.500.000 per 1000 m². Jadi rata-rata biaya sewa lahan yang dikeluarkan untuk usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar Rp. 8.895.000 per musim per usahatani.

8. Biaya Bunga Modal Sendiri

Biaya bunga modal sendiri diperoleh dari total biaya eksplisit atau biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dikalikan dengan suku bunga pinjaman yang berlaku. Rata-rata biaya eksplisit dalam usahatani melon lahan pasir pantai adalah sebesar Rp. 10.609.387 dan suku bunga pinjaman dari bank BRI yang berlaku di Kecamatan Galur adalah 9% per tahun, sedangkan pada usahatani melon memerlukan waktu sekitar 60 sampai 65 hari atau kurang lebih 3 kali tanam dalam setahun. Maka bunga modal yang berlaku adalah sebesar 3% per satu kali musim tanam. Jadi biaya bunga modal yang dikeluarkan untuk usahatani melon lahan pasir pantai adalah sebesar Rp.318.280 per musim tanam.

9. Total Biaya

Biaya total adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dalam satu kali musim


(56)

46

tanam baik biaya eksplisit maupun biaya implisit. Rata-rata penggunaan biaya produksi dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi Dalam Usahatani Melon

Uraian Biaya per usahatani (Rp) Persentasee (%)

Biaya Eksplisit

Benih 1.572.933 7,12

Pupuk 4.473.833 20.25

Pestisida 727.333 3,30

TK Luar Keluarga 2.939.833 13,31

Penyusutan Alat 866.748 3,92

Bahan Bakar 28.667 0.13

Jumlah 10.609.347 48,04

Biaya Implisit

TK Dalam Keluarga 2.165.666 9.80

Sewa Lahan Milik Sendiri 8.895.000 40.72

Bunga Modal sendiri 318.280 1.44

Jumlah 11.378.946 51,96

Biaya Total 21.988.293 100

Berdasarkan data dari tabel 17 dapat dilihat bahwa terdapat dua jenis biaya yang dikeluarkan yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya yang paling tinggi adalah biaya implisit dengan total Rp. 11.378.946 dengan persentase 50,96 persen. Biaya implisit yang paling tinggi adalah biaya sewa lahan dengan nilai sebesar Rp.

8.895.000 dengan persentase 40,72

.

Hal ini dikarenakan harga sewa lahan di Desa

Karangsewu cukup mahal yaitu Rp.1.500.000 per 1000 m². Selain itu biaya yang tinggi juga terdapat pada biaya ekplisit khusnya untuk biaya pupuk. Biaya pupuk yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 4.473.833 dengan persentase 20,25 persen. Tingginya biaya pupuk yang dikeluarkan adalah karena kandungan unsur hara dalam tanah berpasir sangat sedikit jadi membutuhkan tambahan nutrisi lebih yang berasal dari pupuk organik maupun anorganik agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sedangkan biaya eksplisit yang paling rendah adalah biaya bahan


(1)

(2)

Lampiran 1. Analisis Usahatani

NAMA

LUAS LAHAN

BENIH PUPUK PESTISIDA PENYUSUTAN (M2) (HA)

gunawan 7000 0.70 Rp 1,921,000 Rp 5,697,500 Rp 1,350,000 Rp 898,155

Arifin 1500 0.15 Rp 448,000 Rp 2,045,000 Rp 445,000 Rp 365,875

Suparman 7000 0.70 Rp 1,904,000 Rp 5,225,000 Rp 500,000 Rp 854,208

Sumira 1500 0.15 Rp 452,000 Rp 2,200,000 Rp 470,000 Rp 340,563

Suradi 10000 1.00 Rp 2,373,000 Rp 5,710,000 Rp 650,000 Rp 1,170,417

Ngadimin 7500 0.75 Rp 2,147,000 Rp 6,025,000 Rp 1,195,000 Rp 1,153,750

djamin 10000 1.00 Rp 2,352,000 Rp 6,525,000 Rp 1,245,000 Rp 1,006,313

Sariyanto 5000 0.50 Rp 1,456,000 Rp 3,575,000 Rp 725,000 Rp 956,042

Burhanudin 5000 0.50 Rp 1,456,000 Rp 4,375,000 Rp 745,000 Rp 897,500

Ngadiran 7500 0.75 Rp 2,034,000 Rp 5,225,000 Rp 1,090,000 Rp 893,625

teguh mulyadi 7000 0.70 Rp 2,034,000 Rp 5,697,500 Rp 745,000 Rp 1,048,229

ngatijan 10000 1.00 Rp 2,373,000 Rp 6,775,000 Rp 970,000 Rp 1,207,917

Eko 10000 1.00 Rp 2,486,000 Rp 6,225,000 Rp 895,000 Rp 1,389,583

Maridi 5000 0.50 Rp 1,456,000 Rp 3,985,000 Rp 670,000 Rp 937,635

TB 10000 1.00 Rp 2,486,000 Rp 6,275,000 Rp 920,000 Rp 1,314,063

Apriyanto 5000 0.50 Rp 1,469,000 Rp 4,435,000 Rp 525,000 Rp 1,170,625

suharman 3000 0.30 Rp 678,000 Rp 3,612,500 Rp 620,000 Rp 640,979

panggung w 5000 0.50 Rp 1,344,000 Rp 3,675,000 Rp 525,000 Rp 765,938


(3)

husein p 5000 0.50 Rp 1,456,000 Rp 3,975,000 Rp 670,000 Rp 760,417

Toni 2000 0.20 Rp 560,000 Rp 1,985,000 Rp 375,000 Rp 501,821

Suharsono 5000 0.50 Rp 1,356,000 Rp 3,635,000 Rp 695,000 Rp 654,435

arif budiman 4000 0.40 Rp 904,000 Rp 4,660,000 Rp 375,000 Rp 547,813

tubiran 10000 1.00 Rp 2,576,000 Rp 5,960,000 Rp 745,000 Rp 1,243,750

Fauzi 5000 0.50 Rp 1,344,000 Rp 3,312,500 Rp 650,000 Rp 843,363

muhtar 3000 0.30 Rp 678,000 Rp 3,637,500 Rp 575,000 Rp 536,688

sugeng A 5000 0.50 Rp 1,456,000 Rp 4,172,500 Rp 620,000 Rp 742,375

Tarjiman 3000 0.30 Rp 678,000 Rp 3,175,000 Rp 765,000 Rp 530,708

Dariyanto 7000 0.70 Rp 1,921,000 Rp 3,975,000 Rp 600,000 Rp 813,979

Sugino 5000 0.50 Rp 1,469,000 Rp 3,535,000 Rp 645,000 Rp 695,208


(4)

SEWA LAHAN BIAYA LAIN-LAIN

TK

EKSPLISIT IMPLISIT TOTAL BIAYA

DK LK

Rp 10,500,000 Rp 40,000 Rp 2,230,000 Rp 3,145,000 Rp 13,051,655 Rp 13,121,550 Rp 26,173,204

Rp 2,250,000 Rp 20,000 Rp 1,970,000 Rp 1,340,000 Rp 4,663,875 Rp 4,359,916 Rp 9,023,791

Rp 10,500,000 Rp 40,000 Rp 2,030,000 Rp 3,335,000 Rp 11,858,208 Rp 12,885,746 Rp 24,743,955

Rp 2,250,000 Rp 20,000 Rp 1,920,000 Rp 1,330,000 Rp 4,812,563 Rp 4,314,377 Rp 9,126,939

Rp 15,000,000 Rp 40,000 Rp 2,300,000 Rp 4,575,000 Rp 14,518,417 Rp 17,735,553 Rp 32,253,969

Rp 11,250,000 Rp 40,000 Rp 2,180,000 Rp 3,745,000 Rp 14,305,750 Rp 13,859,173 Rp 28,164,923

Rp 15,000,000 Rp 40,000 Rp 2,300,000 Rp 4,155,000 Rp 15,323,313 Rp 17,759,699 Rp 33,083,012

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,290,000 Rp 2,990,000 Rp 9,722,042 Rp 10,081,661 Rp 19,803,703

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,180,000 Rp 2,535,000 Rp 10,028,500 Rp 9,980,855 Rp 20,009,355

Rp 11,250,000 Rp 40,000 Rp 2,280,000 Rp 3,170,000 Rp 12,452,625 Rp 13,903,579 Rp 26,356,204

Rp 10,500,000 Rp 40,000 Rp 2,330,000 Rp 3,500,000 Rp 13,064,729 Rp 13,221,942 Rp 26,286,671

Rp 15,000,000 Rp 20,000 Rp 2,400,000 Rp 4,515,000 Rp 15,860,917 Rp 17,875,828 Rp 33,736,744

Rp 15,000,000 Rp 20,000 Rp 2,180,000 Rp 4,560,000 Rp 15,575,583 Rp 17,647,268 Rp 33,222,851

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,180,000 Rp 2,685,000 Rp 9,753,635 Rp 9,972,609 Rp 19,726,244

Rp 15,000,000 Rp 40,000 Rp 2,350,000 Rp 4,460,000 Rp 15,495,063 Rp 17,814,852 Rp 33,309,914

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,020,000 Rp 2,735,000 Rp 10,354,625 Rp 9,830,639 Rp 20,185,264

Rp 4,500,000 Rp 20,000 Rp 2,070,000 Rp 1,490,000 Rp 7,061,479 Rp 6,781,844 Rp 13,843,324

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,180,000 Rp 2,630,000 Rp 8,959,938 Rp 9,948,798 Rp 18,908,736

Rp 10,500,000 Rp 40,000 Rp 2,150,000 Rp 3,610,000 Rp 12,421,458 Rp 13,022,644 Rp 25,444,102


(5)

Rp 3,000,000 Rp 20,000 Rp 2,120,000 Rp 1,315,000 Rp 4,756,821 Rp 5,262,705 Rp 10,019,526

Rp 7,500,000 Rp 40,000 Rp 2,180,000 Rp 2,560,000 Rp 8,940,435 Rp 9,948,213 Rp 18,888,648

Rp 6,000,000 Rp 20,000 Rp 2,090,000 Rp 1,890,000 Rp 8,396,813 Rp 8,341,904 Rp 16,738,717

Rp 15,000,000 Rp 40,000 Rp 2,150,000 Rp 4,400,000 Rp 14,964,750 Rp 17,598,943 Rp 32,563,693

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 1,970,000 Rp 2,620,000 Rp 8,789,863 Rp 9,733,696 Rp 18,523,559

Rp 4,500,000 Rp 20,000 Rp 2,070,000 Rp 1,800,000 Rp 7,247,188 Rp 6,787,416 Rp 14,034,603

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,180,000 Rp 2,615,000 Rp 9,625,875 Rp 9,968,776 Rp 19,594,651

Rp 4,500,000 Rp 20,000 Rp 2,010,000 Rp 1,710,000 Rp 6,878,708 Rp 6,716,361 Rp 13,595,070

Rp 10,500,000 Rp 40,000 Rp 2,240,000 Rp 3,740,000 Rp 11,089,979 Rp 13,072,699 Rp 24,162,679

Rp 7,500,000 Rp 20,000 Rp 2,180,000 Rp 2,600,000 Rp 8,964,208 Rp 9,948,926 Rp 18,913,135

Rp 8,895,000 Rp 28,667 2165666.667 2939833.33 Rp 10,609,348 Rp 11,478,946 Rp 22,088,293 BMS PENERIMAAN PENDAPATAN KEUNTUNGAN BCR

Rp 391,550 Rp 45,000,000 Rp 31,948,345 Rp 18,826,796 1.71932 Rp 139,916 Rp 12,000,000 Rp 7,336,125 Rp 2,976,209 1.32982 Rp 355,746 Rp 45,000,000 Rp 33,141,792 Rp 20,256,045 1.81863 Rp 144,377 Rp 12,000,000 Rp 7,187,438 Rp 2,873,061 1.31479 Rp 435,553 Rp 66,000,000 Rp 51,481,583 Rp 33,746,031 2.04626 Rp 429,173 Rp 57,000,000 Rp 42,694,250 Rp 28,835,078 2.02379 Rp 459,699 Rp 60,000,000 Rp 44,676,688 Rp 26,916,988 1.81362 Rp 291,661 Rp 39,000,000 Rp 29,277,958 Rp 19,196,297 1.96933 Rp 300,855 Rp 27,500,000 Rp 17,471,500 Rp 7,490,645 1.37436 Rp 373,579 Rp 48,000,000 Rp 35,547,375 Rp 21,643,796 1.82120


(6)

Rp 391,942 Rp 45,000,000 Rp 31,935,271 Rp 18,713,329 1.71189 Rp 475,828 Rp 57,500,000 Rp 41,639,083 Rp 23,763,256 1.70437 Rp 467,268 Rp 72,000,000 Rp 56,424,417 Rp 38,777,149 2.16718 Rp 292,609 Rp 30,000,000 Rp 20,246,365 Rp 10,273,756 1.52082 Rp 464,852 Rp 66,000,000 Rp 50,504,938 Rp 32,690,086 1.98139 Rp 310,639 Rp 39,000,000 Rp 28,645,375 Rp 18,814,736 1.93210 Rp 211,844 Rp 16,250,000 Rp 9,188,521 Rp 2,406,676 1.17385 Rp 268,798 Rp 36,000,000 Rp 27,040,063 Rp 17,091,264 1.90388 Rp 372,644 Rp 40,000,000 Rp 27,578,542 Rp 14,555,898 1.57207 Rp 280,243 Rp 30,000,000 Rp 20,658,583 Rp 10,638,341 1.54945 Rp 142,705 Rp 15,000,000 Rp 10,243,179 Rp 4,980,474 1.49708 Rp 268,213 Rp 30,000,000 Rp 21,059,565 Rp 11,111,352 1.58826 Rp 251,904 Rp 22,500,000 Rp 14,103,188 Rp 5,761,283 1.34419 Rp 448,943 Rp 64,500,000 Rp 49,535,250 Rp 31,936,308 1.98073 Rp 263,696 Rp 33,750,000 Rp 24,960,137 Rp 15,226,441 1.82200 Rp 217,416 Rp 17,500,000 Rp 10,252,813 Rp 3,465,397 1.24692 Rp 288,776 Rp 36,000,000 Rp 26,374,125 Rp 16,405,349 1.83724 Rp 206,361 Rp 21,000,000 Rp 14,121,292 Rp 7,404,930 1.54468 Rp 332,699 Rp 48,000,000 Rp 36,910,021 Rp 23,837,321 1.98653 Rp 268,926 Rp 39,000,000 Rp 30,035,792 Rp 20,086,865 2.06206