ANALISIS KELAYAKAN PEPAYA CALIFORNIA DI LAHAN PASIR PANTAI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

(1)

KULON PROGO

Skripsi

Disusun oleh: Ikhsanul Irawan

20120220029

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya (Q.S. Al-Baqoroh;286)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu (Q.S. Al-Baqoroh : 45)

Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan


(3)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal dari awal hingga akhir dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Tidak terlupakan pula shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kaum muslimin kezaman islamiyah dengan peradaban ilmu pengetahuan yang maju sehingga penulis dapat menempa ilmu dengan baik dan insya allah ilmu ini akan bermanfaat untuk kepentingan pribadi maupun orang banyak. Dengan segenap kemampuan dan kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan dengan tulus kepada:

 Kedua orang tua tercinta, Bpk. Juhaidi dan Ibu Idiana. yang telah membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan pengorbanan tanpa mengharapkan balasan apa-apa hanya agar anaknya bisa hidup dengan nyaman dan menjadi anak yang soleh, serta berbakti pada orang tua, agama, Bangsa dan Negara. Terima kasih sebesar-besarnya atas apa yang telah kalian berikan selama 21 tahun ini hingga anak kalian Ikhsanul Irawan bisa menyelesaikan studi seperti apa yang kalian harapkan selama ini. Walau tidak ada bandingannya, hanya skripsi ini yang bisa ananda persembahkan untuk ibu dan bapak. Semoga kalian berumur panjang dan dengan restu bapak dan ibu anakmu bisa menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.

 Kakak saya tercinta Lili Maryati dan Abang saya tercinta Dedi Parza. LC, terima kasih atas segala dukungan kalian baik yang berupa moril maupun materi.

 Keluarga besar di Belitung, kakek, nenek, om dan bibi serta semua kakak dan adek sepupu.

 Guru-guru sekolah di Pondok Pesantren Daarul Arofah, terkhusus kepada KH. Muhammad Ali Haries S.Pd.I selaku pengasuh pondok, terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama mengenyam pendidikan di Ponpes Daarul Arofah. Terima kasih pula untuk dukungan dan doa


(4)

yang telah diberikan selama saya mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan.

 Teman-teman dan sahabat alumni Ponpes Daarul Arofah di Yogyakarta, Eko Bagus Sholihin. S.IP (Teman satu meja dari kelas 1 SMP), Jefi M Qoris, Uji Pratama, Sandi, Ummahatul, Yolan, dan Fatimah. Terima kasih atas persaudaraan yang tetap melekat hingga sekarang.

 Keluarga Besar Mahasiswa Agribisnis angkatan 2012. Terima kasih atas kebersamaan, sharing ilmu, dan berbagi informasi serta motivasi-motivasi kalian selama kita sama-sama berproses menyelesaikan skripsi ini. Selamat menjadi sarjana, selamat menemui kehidupan yang baru, semoga kita akan terus menjadi teman dan keluarga. Yang belum semoga cepat menyusul.

 Keluarga Besar Ikatan Keluarga Pelajar Belitung Cab Yogyakarta dan Keluarga Besar Masyarakat Belitung di Yogyakarta, Pak Nazwar selaku orang tua dan pembimbing, Ketua IKPB Oky Surya, Wakil Ketua Eko Bagus, Bendahara sekaligus sahabat sejak lama Ayu ariesta, Pengurus IKPB lainnya Kenny, Oscar, Dayat, Danang, Irwan, Eko Z, Kurnia, dan seluruh teman-teman mahasiswa Belitong di yogyakarta. Terima kasih atas segala proses, kebersamaan yang telah kita ciptakan. Terima kasih telah menjadi keluarga di tanah rantau. Semoga kita tetap keluarga hingga dewasa dan akhir hayat kelak.

 Teman-teman kontrakan Teletubies, Eko Bagus Sholihin S.IP, Muhammad Rudi SP, dan Mahendra Ardi K SP, terima kasih telah saling mendukung dan mengingatkan dalam mengerjakan skripsi.

 Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu ataupun lupa dicantumkan dihalaman persembahan ini saya mohon maaf karena keterbatasan saya manusia biasa, terima kasih banyak telah mendukung dan membantu saya selama penyelesaian skripsi ini.


(5)

vii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN PEPAYA CALIFORNIA DI LAHAN PASIR PANTAI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada tahun keempat Fakultas Pertanian Prodi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Ibu Francy Risvansuna F, SP. MP dan Ibu Ir. Eni Istiyanti, MP yang telah memberikan ilmu, waktu dan nasihat-nasihat selama membimbing penyusunan skripsi ini.

2. Keluarga besar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3. Bapak, Ibu dan kakak yang senantiasa mendukung serta mendoakan penulis. 4. Teman-teman seperjuangan

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Oktober 2015


(6)

viii

MOTTO ... 1

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Kegunaan... 5

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Pepaya California ... 6

2. Lahan pasir pantai ... 9

3. Usahatani ... 12

4. Biaya Produksi ... 13

5. Kelayakan ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 17

C. Hipotesis ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20


(7)

ix

1. Penentuan Daerah Penelitian ... 20

2. Pengambilan responden ... 21

B. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data ... 22

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 22

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 25

1. Net Present Value (NPV) ... 26

2. Net Benefit Cost ratio (B/C) ... 27

3. Internal Rate Of Return (IRR) ... 27

4. Payback period ... 28

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

A. Letak Geografis ... 30

B. Topografi ... 30

C. Keadaan Penduduk ... 31

D. Pendidikan ... 33

E. Keadaan Pertanian ... 34

1. Penggunaan Lahan ... 34

2. Budidaya Pepaya California ... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Identitas Petani ... 39

1. Umur Petani ... 39

2. Tingkat Pendidikan ... 40

3. Pengalaman Bertani ... 41

4. Luas Penggunaan Lahan ... 42

5. Pekerjaan Sampingan Petani ... 43

6. Identitas Keluarga Petani ... 44

B. Analisis Kelayakan Usahatani Pepaya California ... 46

C. Biaya Investasi ... 47

1. Penggunaan Bibit ... 47

2. Peralatan ... 48

3. Sewa Lahan ... 49


(8)

x

5. Biaya Pupuk Organik ... 50

D. Biaya Operasional ... 50

1. Biaya Sarana Produksi ... 50

2. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja... 55

3. Biaya Lain-Lain ... 56

4. Biaya Total ... 57

5. Benefit Usahatani ... 59

6. Kriteria Kelayakan Usahatani Pepaya California ... 60

E. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Pepaya California ... 66

1. Hama dan Penyakit ... 66

2. Harga ... 68

VI. PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69


(9)

xi

Tabel 1. Kandungan hara dalam tanah pasir ... 9

Tabel 2. Produksi tanaman pepaya menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo ... 21

Tabel 3. Jumlah Petani Pepaya California Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur ... 22

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 31

Tabel 5 Jumlah Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu ... 33

Tabel 6. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan... 34

Tabel 7. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut usia di Desa Karangsewu tahun 2016 ... 39

Tabel 8. Jumlah petani pepaya California lahan pantai menurut tingkat pendidikan di Desa Karangsewu tahun 2016... 40

Tabel 9. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut pengalaman bertani pepaya di Desa Karangsewu tahun 2016 ... 41

Tabel 10. Petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan luas penggunaan lahan tahun 2016. ... 42

Tabel 11. Petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan pekerjaan sampingan tahun 2016. ... 43

Tabel 12. Anggota keluarga petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan tahun 2016. ... 45

Tabel 13. Rata-rata biaya perlatan pada usahatani pepaya California per 0,074 hektar... 48

Tabel 14. Biaya Investasi Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California per 0,074 Hektar ... 49

Tabel 15. Rata-rata pembelian pupuk organik per 0,074 hektar ... 51

Tabel 16. Rata-rata Biaya Pembelian Pupuk Buatan Per 0,074 Hektar ... 52

Tabel 17. Rata-rata Pembelian Pestisida per 0,074 Hektar ... 54

Tabel 18. Biaya Lain-Lain Usahatani Pepaya California per 0,074 Hektar... 56

Tabel 19. Biaya Total Usahatani Pepaya California per 0,074 Hektar ... 58

Tabel 20. Benefit Usahatani Pepaya California Per 0,074 Hektar ... 59


(10)

xii

Tabel 22. Nilai Net B/C Usahatani Pepaya California per 0,074 hektar... 62 Tabel 23. Perhitungan IRR Usahatani Pepaya California ... 63 Tabel 24. Perhitungan Payback Period Usahatani Pepaya California... 64 Tabel 25. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California


(11)

xiii

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usahatani Pepaya California ... 19

Gambar 2. Kutu Putih Pada Pepaya California ... 67

Gambar 3. Daun Pepaya Yang Terserang Kutu Daun ... 68


(12)

f.i

t,

Skripai yang beriudd

AI\TALISIS KEII\YAI(ANPEPAYA CALIFORTIA DI LAIIAN PASIR

PANTAI DESA KARANGSEWU KECAMATAI\I GALIJR KABTIPATEN KTILONPROGO

NIK:196501201 t2 133 003

Yogyakarta

96109181991 032001 Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

$ffi

=MWHT

i,V

VS


(13)

ANALISIS KELAYAKAN PEPAYA CALIFORNIA DI LAHAN PASIR PANTAI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO (skripsi ini dibimbing oleh Francy Risvansuna F, SP. MP. Dan Ir. Eni Istiyanti. MP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya dan benefit usahatani pepaya California di lahan pasir pantai, mengetahui kelayakan usahatani pepaya California di lahan pasir pantai dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi petani pepaya California di lahan pasir pantai. Penelitian ini dilakukan di dua dusun yang berlahan pasir pantai yaitu Dusun Imorenggo dan Dusun Gupit Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Pengambilan responden dilakukan menggunakan simple random sampling di Dusun Gupit dan sensus di Dusun Imorenggo sehingga diperoleh 30 responden petani. Data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis kelayakan usahatani. Total biaya yang diperlukan dalam usahatani pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu sebesar Rp. 28.933.555,- dengan benefit sebesar Rp 133.005.657,-.Analisis kelayakan usahatani menggunakan NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Net Present Value (NPV) dengan suku bunga 4% diperoleh NPV sebesar Rp 31.749.295. Hal ini berarti bahwa usahatani pepaya California menguntungkan karena nilai NPV lebih besar dari 0 (nol), maka usahatani pepaya California layak untuk dikembangkan. Net B/CR sebesar 3,776 menunjukkan bahwa keuntungan yang didapatkan pada saat tanaman telah menghasilkan dapat menutup kerugian pada saat tanaman belum menghasilkan. Net B/C lebih besar dari 1 sehingga usahatani pepaya California layak untuk dijalankan. IRR lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku) yaitu 44,95% lebih besar dari 4% sehingga usahatani pepaya California layak dijalankan. Dalam perhitungan Payback Period, usahatani pepaya California dapat mengembalikan investasi selama 3,44 triwulan atau 10 bulan 3 hari.


(14)

FEASIBILITY ANALYSIS OF PAPAYA CALIFORNIA BEACH SAND LAND IN KARANGSEWU VILLAGE GALUR DISTRICT KULON PROGO

REGENCY

Ikhsanul Irawan

Francy Risvansuna F, SP. MP / Ir Eni Istiyanti, MP.

Agribusiness Department Faculty Of Agriculture Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

This study aims to determine the costs and benefits of papaya California farm land sand beach, determine the feasibility of California papaya farm on land sand beaches and knowing the problems that are often faced by farmers in land papaya California beach sand. This research was conducted in two hamlets which have land sand beach that Imorenggo Hamlet and Hamlet Gupit Karangsewu Village Galur District of Kulon Progo Regency. Respondent performed using simple random sampling in Gupit Hamlet and Hamlet Imorenggo census in order to obtain 30 respondents farmers. Data obtained by observation and interviews using questionnaires. Then the data were analyzed using analysis of the feasibility of farming. The total cost is required in California papaya farm on land sand Karangsewu Village Rp. 28,933,555, - with the benefit of Rp 133,005,657, -. The feasibility analysis of farming using NPV, Net B / C, IRR and Payback Period. Net Present Value (NPV) at the rate of 4% NPV Rp 31,749,295. This means that the farming of papaya California advantageous because NPV value greater than 0 (zero), then the papaya California farm to be developed. Net B / CR of 3.776 indicates that the benefit gained by the time the plant has produced to cover losses when immature. Net B / C is greater than 1 so farms papaya California feasible. IRR is greater than the discount rate (the interest rate applicable loan) is 44.95% greater than 4% so that the papaya California farming viable. In calculating the payback period, farm papaya California can recover the investment during the quarter of 3.44 or 10 months and 3 days.


(15)

1 A. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang melimpah selayaknya bisa dikembangkan. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki iklim tropis sehingga sangat berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama tanaman buah-buahan tropika. Sebagai salah satu komoditi pertanian yang penting, buah-buahan harus senantiasa ditingkatkan produksinya dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.

Peningkatan penduduk yang cepat menyebabkan jumlah bahan pangan dan buah-buahan yang diperlukan manusia juga akan semakin bertambah, namun dalam kenyataannya peningkatan produksi pangan dunia tidak mampu untuk mengejar kecepatan pertambahan penduduk. Pada tahun 1984 jumlah penduduk dunia mencapai 4,8 milyar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 6,2 milyar pada tahun 2000, bahkan pada tahun 2050 akan menjadi 10 milyar jiwa. Tahun 2012 penduduk dunia berjumlah 6,7 milyar. Akibat lain dari pertambahan penduduk adalah diperlukannya lahan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia akan tempat tinggal, sehingga lahan pertanian semakin jauh berkurang. Apalagi saat ini sangat banyak lahan subur pertanian dialih fungsikan sebagai tempat aktivitas selain pertanian (Dannar, 2012).

Mengingat masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah peningkatan potensi lahan marjinal. Lahan marjinal merupakan lahan yang bermasalah dan mempunyai faktor pembatas tinggi untuk tanaman. Salah satu


(16)

lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfaatkan di Indonesia adalah lahan pantai, sebab Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu pulau sehingga memiliki pantai yang sangat luas. Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000 ha, secara umum termasuk lahan marginal.

Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001; Al-Omran, etal., 2004). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan warna. Menurut Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik. Namun lahan pasir pantai memiliki potensi yang besar untuk mendukung pengembangan sektor agribisnis. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal. Selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah.

Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari 5 kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu potensi dari kabupaten ini adalah memiliki lahan yang luas dan beragam sehingga masyarakatnya banyak yang mengusahakan komoditas pertanian seperti bahan pangan dan hortikultura.


(17)

Pepaya California merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang diusahakan di Kabupaten Kulonprogo. Namun salah satu keunikan dari usahatani tersebut yaitu berada di Kecamatan Galur yang sebagian besar daerahnya merupakan lahan pasir pantai. Usahatani di lahan pasir pantai tentunya akan sangat membutuhkan beberapa aktivitas tambahan, seperti: pembuatan sumur yang berfungsi untuk penyiraman, pagar penahan angin dan penggunaan pupuk kandang yang lebih banyak. Dengan bertambahnya aktivitas tambahan tersebut tentunya akan menambah biaya usahatani. Meskipun pelaksanaan perawatan sudah maksimal, bukan berarti petani terhindar dari resiko kegagalan panen.

Seperti kasus pada tahun 2007, ketika sebagian besar petani pepaya California mengalami gagal panen. Kegagalan panen tersebut disebabkan tiupan angin dari laut yang mengandung garam, sehingga menyebabkan bercak-bercak pada daun pepaya. Bercak bercak tersebut menurunkan produksi buah pepaya dan menyebabkan kematian pada pohon pepaya pada kasus yang lebih ekstrim. Kutu putih merupakan hama utama pada pepaya California yang mana sangat mengganggu pertumbuhan pepaya. Hama ini menyerang seluruh bagian batang mulai dari kembang, daun, buah sampai tulang batang. Serangan dari hama tersebut berdampak terhadap pertumbuhan tanaman pepaya sehingga menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Disamping itu biaya perawatan dan pemeliharaan juga bertambah dikarenakan pembelian obat untuk memberantas hama tersebut. Jika tidak segera dikendalikan, kutu putih tersebut dapat menurunkan hasil panen hingga 60%.

Berdasasarkan uraian diatas, ingin di ketahui berapa biaya dan benefit usahatani pepaya California? Apakah usahatani pepaya California layak


(18)

diusahakan? Masalah apa saja yang sering dihadapi petani pepaya California lahan pasir pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo? Untuk menjawab permasalahan diatas maka diperlukan penelitian yang berjudul analisis kelayakan pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui biaya dan benefit usahatani papaya California di Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo. 2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani pepaya California di Lahan Pasir

Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.

3. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan apa saja yang sering di hadapi para petani pepaya California di Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.

C. Kegunaan

1. Bagi petani, dapat dijadikan informasi dan sumber pengambilan keputusan yang kedepannya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Apabila usahatani tersebut layak maka dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Apabila tidak layak maka bisa beralih ke komoditas lain.

2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran untuk mengambil kebijakan.


(19)

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan, khususnya usaha tani pepaya. Selain itu dapat sebagai bahan masukan bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi mengenai pepaya California.


(20)

6 A. Tinjauan Pustaka

1. Pepaya California

Pepaya California merupakan jenis varietas yang merupakan hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Pepaya California berasal dari plasma nutfah sebagai calon tetua, diantaranya varietas hawai solo jenis lokal asal Cicurug Bogor dan introduksi dari luar negeri. Selanjutnya dilakukan penyilangan, seleksi dan pemurnian. Sebenarnya pepaya California yang kini banyak beredar di pasar-pasar supermarket merupakan pepaya California hasil dari permuliaan PKBT tersebut. Pada saat diperkenalkan sebenarnya PKBT menggunakan nama pepaya IPB-9, tetapi 12 dikarenakan respon pasar yang tidak begitu baik maka pihak PKBT mengganti namanya dengan pepaya California. Adapun tujuan dari PKBT untuk melakukan pemuliaan jenis pepaya ini adalah sebagai salah satu upaya PKBT untuk meningkatkan kualitas pepaya lokal dan untuk menghasilkan varietas baru yang sesuai dengan selera konsumen (Rina, 2010).

Pohon pepaya California lebih pendek dibanding jenis pepaya lain, paling tinggi lebih kurang 2 meter. Daunnya berjari banyak dan memiliki kuncung di permukaan pangkalnya. Buahnya berkulit tebal dan permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, dan manis rasanya. Daging buah pepaya ini bewarna Jingga kemerahan. Bobot rata-rata pepaya California yaitu 1,3 kg per buah. Pepaya California tumbuh subur bila ditanam di lahan dengan ketinggian antara 300 hingga 500 meter diatas permukaan laut. Pepaya California berbunga pada


(21)

umur 4 bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan. Adapun buahnya dapat dipanen pada umur 180 hari setelah berbunga. Uniknya, pepaya California memiliki ukuran buah yang seragam serta dapat tumbuh sepanjang tahun (tanpa mengenal musim) di Indonesia.

Menurut penelitian Ari (2015) yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Pepaya California Di Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen” menunjukkan bahwa usahatani pepaya California di Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit layak untuk dikembangkan. Total biaya yang diperlukan, dalam usahatani Pepaya California di Desa Lembupurwo sebesar Rp. 185.263.549,- dengan penerimaan sebesar Rp. 232.634.255,-. Analisis kelayakan usaha menggunakan NPV, Net B/CR, dan IRR. Net Present Value (NPV) dengan suku bunga 12% diperoleh NPV sebesar Rp. 29.026.854,-. Hal ini berarti bahwa usahatani pepaya California mengguntungkan karena nilai NPV lebih besar dari 0 (nol), maka usahatani pepaya California dapat dikembangkan. Net B/CR sebesar 1,911 menunjukkan bahwa keuntungan yang didapatkan pada saat tanaman telah menghasilkan dapat menutup kerugian pada saat tanaman belum menghasilkan. Net B/CR lebih dari 1 sehingga usahatani pepaya California dapat dijalankan. IRR lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga yang berlaku) yaitu 44,46% lebih besar dari 12% sehingga usahatani pepaya California dapat dijalankan.

Menurut jurnal Reza (2014) yang berjudul “Analisis Usahatani Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Penang Di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang” menunjukkan bahwa pelaksanaan budidaya atau kultur teknis yang dilakukan oleh petani responden di Kecamatan Koto Tangah belum sesuai dengan yang dianjurkan literatur yaitu pada kegiatan pengolahan tanah, pemupukan dan


(22)

pemberantasan hama dan penyakit . Produksi rata-rata yang dihasilkan petani responden masih dibawah produksi ideal yaitu 71.345,51 kg/ha. Pendapatan rata-rata yang diterima petani responden di Kecamatan Koto Tangah yaitu sebesar Rp 114.439.448,13/ ha. Keuntungan rata-rata yang diperoleh petani pepaya varietas Penang yaitu sebesar Rp 66.796.661,49/ ha. Untuk analisis R/C pada kegiatan usahatani pepaya varietas Penang yaitu sebesar 1,68.

Menurut hasil penelitian Rina Chaerningrum (2010), Total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani pepaya California di Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas lahan 1 ha adalah Rp 77.319.000, luas lahan 0,5 ha (setelah konversi kedalam 1 ha) adalah Rp 71.859.000 dan luas lahan 0,25 ha (setelah konversi kedalam 1 ha) adalah Rp 47.096.000. Sedangkan pendapatan yang diterima oleh petani luas lahan 1 ha adalah Rp 159.961.000, luas lahan 0,5 ha adalah 186.701.000 dan luas lahan 0,25 ha adalah Rp 183.304.000. Petani luas lahan 0,25 ha memiliki nilai efisiensi tertinggi yaitu sebesar 4,89 dan terendah adalah petani dengan luas lahan 1 ha yaitu 3,06. Sedangkan petani luas lahan 0,5 ha memiliki nilai efisiensi sebesar 3,59. Jika dilihat dari produksi yang dihasilkan petani luas lahan 0,5 ha, produktivitasnya lebih besar dari petani luas lahan 1 ha. Hal ini dikarenakan pola penanaman yang digunakan berbeda. Petani luas lahan 1 ha melakukan penanaman monokultur sedangkan 0,5 ha tumpangsari.

2. Lahan pasir pantai

Tanah pasir pantai merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi USDA termasuk ordo Entisol pantai, tepatnya subordo Psamment dan grup


(23)

Udipsamment (Soil Survey, 1998). Menurut Darmawijaya (1992) dalam Dannar (2012), Udipsamment pada umumnya belum mengalami perkembangan horizon, bertekstur kasar, struktur kersai atau berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas sampai gembur dan kandungan bahan organik rendah. Di Indonesia tanah ini dijumpai di Ciherang dan sekitar Yogyakarta dan daerah-daerah sekitar pantai.

Struktur lepas pada tanah ini menyebabkan rentan terhadap erosi angin maupun air. Permukaan lahan pasir pantai sering berubah mengikuti arah angin kencang (13-15 m/detik). Kondisi tersebut di atas menunjukkan masih banyaknya faktor pembatas pertumbuhan sehingga sangat kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. (Mulyanto et al., 2001).

Tabel 1. Kandungan hara dalam tanah pasir

No Sifat-sifat tanah Nilai Nilai besaran/harkat

1. Daya hantar listrik (DHL) (mS) 0,07-0,22 (sangat

rendah)

2. Kadar bahan organik (%) <1 (sangat rendah)

3. Kandungan N-total (%) 0,05-0,08 (sangat

rendah)

4. Kandungan P-tersedia (ppm) 100-150 (sangat tinggi)

5. Kandungan K-tersedia (cmol/1kg) 0,09-0,2 (sangat rendah)

6. Kandungan Ca tersedia (cmol/1kg) 0,2-0,6 (sangat rendah)

7. Kapasitas Pertukaran Kation (cmol/1kg) 4-5 (sangat rendah)

8. Kandungan fraksi pasir (%) 95

9. Kandungan fraksi debu (%) < 3

10. Kandungan fraksi lempung (%) < 3

11. Kelas tekstur tanah (USDA) Pasir


(24)

Analisis tanah pasir pantai menunjukkan bahwa tanah ini didominasi oleh fraksi pasir (> 95 %), sedang fraksi debu dan lempung masing-masing di bawah 3 %. Bahan organik tanah pasir sangat rendah (< 1 %) dan sebagai konsekuensinya tanah ini mempunyai sifat menyangga ion (unsur hara) dan kemampuan menyekap air juga rendah (KPK 4,0-5,0 cmol/kg). Kandungan N-total 0,05-0,08%, Ptotal 100-150 ppm, Ca-tersedia 0,2-0,6 cmol/kg, K-tersedia 0,09-0,2 cmol/kg, Mg-tersedia 0,2-0,6 cmol/kg, dan DHL sangat rendah yakni 0,07-0,22. Di samping itu, tanah pasir memiliki sifat fisik sebagai berikut: tekstur pasir, struktur butiran sampai kersai, drainasi baik, konsistensi lepas-lepas, permeabilitas sangat cepat (150 cm/jam), berat volume 1,58 mg/m3, kapasitas lapangan 2,3-4,10 %, titik layu permanen 0,75-1,05 %, lengas tersedia 1,55-3,05 %, pori makro 20,32 % dan pori mikro 2,04 % (Yudono et al., 2002 cit. Kastono 2007).

Kendala utama dalam pemanfaatan tanah pasir yaitu miskin mineral, lempung, bahan organik dan tekstur yang kasar. Tekstur yang kasar dan struktur berbutir tunggal menyebabkan tanah ini bersifat porus, aerasinya besar, dan kecepatan infiltrasinya tinggi. Keadaan tersebut menyebabkan pupuk yang diberikan mudah tertindih. Pada umumnya udipsamment mempunyai bahan induk dari gunung berapi cukup kaya unsur hara tetapi kekurangan unsur N. Akan tetapi unsur hara tersebut masih dalam bentuk 5 yang tidak tersedia bagi tanaman karena belum mengalami pelapukan lebih lanjut. Untuk mempercepat proses pelapukan tersebut diperlukan pemupukan dengan bahan organik yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman


(25)

air tanahnya dangkal. Selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah.

Saat ini pemanfaatan lahan pasir pantai untuk budidaya sudah banyak dikembangkan. Dimas (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah Lahan Pantai Di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul”. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani bahwa usaha tani cabai merah lahan pasir layak untuk diusahakan. Dengan rata-rata luas usahatani 0,129 hektar dibutuhkan biaya sebesar 2,8 juta, dan menghasilkan penerimaan 6,1 juta, pendapatan 3,9 juta, dan keuntungan sebesar 3,25 juta. Artinya usahatani tersebut menghasilkan pendapatan (Rp 3,9 juta) yang lebih besar dari nol; mampu menjual produk senilai hampir Rp 13.000 yang lebih tinggi dari BEP harga (Rp 6,075) dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (472,5 kg) dari BEP produksi (221,3 kg); serta nilai BCR 2,1 lebih besar dari 1.

Budi dan Suradal (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Kelayakan Usahatani Bawang Merah Di Lahan Pasir Pantai Dengan Teknologi Ameliorasi Di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa usahatani bawang merah dengan menggunakan teknologi ameliorasi dengan bahan tambahan tanah liat, pupuk kandang dan zeolit mampu meningkatkan produktivitas lahan pasir pantai hingga 20 ton bawang merah per hektar. Penambahan bahan ameliorant tetap dianjurkan karena dapat memperbaiki kesuburan lahan dan lingkungan yang berkelanjutan. Hasil analisis usahatani cabai merah lahan pasir pantai dengan teknologi ameliorasi


(26)

menunjukkan B/C 2,39 dan R/C 3,39 sehingga usahatani bawang merah ini layak diusahakan.

3. Usahatani

Menurut Suratiyah (2015), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

Adapun tujuan dari dilakukannya kegiatan usahatani adalah memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana cara mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dengan jumlah tertentu agar dapat seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan untuk konsep meminimumkan biaya adalah bagaimana agar dapat menekan biaya yang sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi et al, 1986).

Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan


(27)

dengan baik (Daniel, 2002). Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula usahatani. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja mengakibatkan mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas. Baik pada usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, ada juga hal-hal tertentu yang tidak dapat digantikan oleh selain tenaga kerja manusia (Suratiyah, 2015).

4. Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2001), biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Secara umum, biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relative panjang diberbagai bidang usaha. Investasi adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Salah satu konsep adalah penganggaran modal, sebab penganggaran modal merupakan


(28)

konsep penggunaan dana dimasa yang akan datang yang diharapkan akan memperoleh keuntungan (Suratman, 2001). Secara umum komponen biayanya sebagai berikut:

a. Biaya investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha atau dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Biaya investasi juga memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Investasi awal pada usaha budidaya Pepaya California berupa land clearing (persiapan pengolahan lahan), pembelian bibit, dan pembelian alat.

Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan nilai awal dari penanaman modal, sedangkan anuitas dari sebuah present value tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan. Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight) pembuat pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount factor ini dipilih diantara variasi bunga bank yang berlaku di daerah tersebut.

b. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam suatu proses usahatani dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu relatif singkat (kurang dari 1 tahun). Biaya-biaya tersebut meliputi penyusutan alat, tenaga kerja, pupuk dan obat-obatan.

5. Kelayakan

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008) pengertian kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang


(29)

akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Net Present Value (NPV)

NPV menunjukan keuntungan yang akan diperoleh selama umur proyek (umur investasi) dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari biaya pada tingkat diskonto tertentu. Usahatani Pepaya California dinyatakan layak bila NPV lebih besar dari nol, jika NPV sama dengan nol yang berarti usahatani Pepaya California mengembalikan persis sebesar peluang faktor produksi modal, jika NPV lebih kecil dari nol maka usahatani Pepaya California akan ditolak artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan usaha tersebut.

b. Net Benefit Cost ratio (B/C)

Merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Usahatani Pepaya California dikatakan layak atau banyak manfaatnya jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu maka usaha ditolak atau tidak layak.


(30)

c. Internal Rate Of Return (IRR)

Merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari usahatani Pepaya California tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan usahatani Pepaya California dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika IRR usahatani Pepaya California lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.

d. Payback Period

Merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu pengembalian investasi. Perhitungan dasar yang digunakan adalah aliran kas (cash flow), sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback period. Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik usahatani Pepaya California untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lainnya.

B. Kerangka Pemikiran

Lahan pasir adalah lahan yang berada disekitar pantai yang berwujud pasir dengan daya serap air yang tinggi. Lahan pasir memiliki keterbatasan fisik yaitu kelembaban tinggi, kebutuhan air yang tinggi, dan kandungan hara yang rendah.

Usahatani pepaya California membutuhkan input yang cukup banyak. Input merupakan berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mendukung keberhasilan usahatani seperti lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja, dan peralatan.


(31)

Dari usahatani pepaya California membutuhkan biaya yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Penjumlahan biaya investasi dan biaya operasional dinamakan dengan total biaya/TC (Total Cost). Benefit akan diperoleh dari perkalian harga output dan jumlah kg pepaya.

Kelayakan usahatani pepaya California diukur dari Net Present Value (NPV), Net benefit cost ratio (Nett B/C, internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Net present value (NPV) menunjukan keuntungan yang akan diperoleh selama umur proyek (umur investasi) dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari biaya pada tingkat diskonto tertentu. Usahatani pepaya California dikatakan layak apabila Net present value (NPV lebih besar dari nol (NPV > 0). Net benefit cost ratio (Nett B/C) Merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Usahatani pepaya California dikatakan layak apabila nilai Net B/C lebih besar dari satu. Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari usahatani Pepaya California tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan usahatani Pepaya California dalam mengembalikan bunga pinjaman.Usahatani pepaya California dikatakan layak apabila nilai Internal rate of return (IRR) lebih besar dari discount rate yang telah ditentukan. Payback period (jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu usaha investasi) semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik usahatani Pepaya California untuk


(32)

diusahakan. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut:


(33)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usahatani Pepaya California C. Hipotesis

Diduga usahatani pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak di usahakan dan dikembangkan ditinjau dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (B/C), internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

USAHATANI PEPAYA CALIFORNIA

Input

Produksi

Biaya

Investasi Operasional Benefit

Harga

Kelayakan Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (B/C) Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PP)

Discount Factor

(DF)

Petani


(34)

20

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan usahatani pepaya California yang dilihat dari indikator Net Present value (NPV), Net benefit cost (B/C), Internal rate of return (IRR), dan Payback period. Setelah itu dapat di ketahui apakah usahatani pepaya California tersebut layak atau tidak untuk diusahakan.

A. Teknik Pengambilan Sampel 1. Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan yang mendasari dipilihnya daerah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena Kecamatan Galur berada di posisi tiga besar produksi buah pepaya di Kabupaten Kulon Progo dari empat kecamatan yang berbatasan dengan laut selatan (lahan pasir). Kecamatan Galur berada di posisi kedua dibawah Kecamatan Temon dan diatas Kecamatan Wates dan Kecamatan Panjatan. Alasan lain yang mendukung dipilihnya daerah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena Kecamatan Galur merupakan daerah yang tergolong baru dikembangkan untuk usahatani pepaya California dibandingkan Kecamatan Temon yang sudah berjalan lama, artinya pengembangan usahatani pepaya California di Kecamatan Galur kedepannya masih berpotensi mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 :


(35)

Tabel 2. Produksi tanaman pepaya menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo

Kecamatan Produksi (kwintal)

Temon 2.339

Wates 890

Panjatan 370

Galur 1.077

Lendah 852

Sentolo 5.399

Pengasih 3.850

Kokap 4.838

Girimulyo 3.552

Nanggulan 1.825

Kalibawang 1.148

Samigaluh 3.824

Sumber : Daerah dalam angka Kabupaten Kulon Progo 2015 2. Pengambilan responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari pra survey, jumlah petani pepaya California yang ada di Desa Karangsewu Kecamatan Galur sebanyak 50 orang. Dalam penelitian ini dilakukan dua metode pengambilan data petani, yaitu secara Sensus dan Simple Random Sampling. Sensus sendiri merupakan teknik Penentuan sampel yang mana semua anggota populasi dijadikan responden, sementara Sampel Random Sampling merupakan pengambilan sebagian responden dari sejumlah populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Untuk petani Di Dusun Imorenggo dilakukan secara Sensus dengan jumlah responden petani 15 orang, sedangkan petani Di Dusun Gupit dilakukan secara Sampel Random Sampling dengan jumlah responden petani 15 orang.


(36)

Tabel 3. Jumlah Petani Pepaya California Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur

Dusun Jumlah Petani Jumlah Responden

Gupit 35 15

Imorenggo 15 15

Jumlah 50 30

Jadi jumlah petani pepaya California di Desa Karangsewu sebanyak 50 orang. Adapun jumlah responden untuk penelitian ini adalah 30 orang.

B. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data 1. Data Primer

Data primer adalah semua data yang didapat langsung dari obyek penelitian, dikumpulkan dan disusun oleh peneliti. Data primer ini meliputi luas lahan yang digunakan untuk usahatani, biaya usahatani, produksi dan benefit. Adapun data tersebut diperoleh dengan cara observasi dan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian. Data sekunder ini meliputi keadaan umum, keadaan penduduk, keadaan pertanian serta keadaan perekonomian di wilayah tersebut.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi


(37)

b. Keadaan tanah, iklim dan topografi di daerah penelitian dianggap sama.

c. Masa pakai peralatan hanya dipakai untuk satu kali periode tanam. d. Suku bunga selama periode tanam dianggap tidak berubah.

2. Pembatasan Masalah

a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pada tahun 2012-2015

b. Tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan untuk analisis data adalah tingkat suku bunga bank BRI sebesar 16 %.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usaha pepaya California adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan, penanaman bibit pepaya California, pemanenan, hingga pasca panen pepaya (siap dijual).

2. Sarana produksi adalah komponen yang digunakan untuk usahatani pepaya California hingga menghasilkan produk seperti pupuk kandang, pupuk buatan dan pestisida.

a. Pupuk kandang adalah unsur alami dari kotoran ternak yang mempunyai manfaat tinggi untuk meningkatkan unsur tanah, diukur dalam satuan kg.

b. Pupuk buatan adalah pupuk yang terbuat dari bahan kimia yang bermanfaat untuk meningkatkan unsur tanah, diukur dalam satuan kg. c. Pestisida adalah obat untuk mengendalikan hama dan penyakit pepaya


(38)

3. Lahan pasir pantai adalah luasan area tanam pepaya California yang digunakan dalam usaha tani dan dinyatakan dalam satuan hektar (ha). 4. Produksi adalah hasil usahatani pepaya California yang dihasilkan petani

pada luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam, dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

5. Harga adalah uang yang diterima petani pada saat menjual hasil produksi pepaya California dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)

6. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Investasi awal pada usahatani Pepaya California berupa land clearing (persiapan dan pengolahan lahan), pembelian bibit dan pembelian alat. Biaya investasi diukur dalam satuan Rupiah (Rp).

7. Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan (tergantung dari) besar-kecilnya jumlah produksi. Biaya operasional diukur dalam satuan Rupiah (Rp).

8. Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan nilai awal dari penanaman modal, sedangkan anuitas dari sebuah present value tergantung pada dasar besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.

9. Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight) pembuat pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount factor ini dipilih di antara variasi bunga bank yang berlaku didaerah tersebut, di ukur dalam satuan persen (%).


(39)

10. Benefit adalah hasil produksi usahatani pepaya California dikalikan dengan harga yang sudah ditentukan, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11. Net present value (NPV) adalah net benefit yang telah di discount yang menggunakan kesempatan biaya modal, di ukur dalam satuan rupiah (Rp). 12. Net benefit cost (B/C) adalah perbandingan antara net benefit yang telah di

discount positif dengan net benefit yang telah di discount negative yang di ukur dalam satuan persen (%).

13. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan net present value nol, di ukur dalam satuan persen (%). 14. Payback period adalah jangka waktu yang menunjukkan terjadinya arus

penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value, di ukur salam satuan bulan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi transfer data, editing data, pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan usahatani serta kondisi kecocokan lahan untuk usahatani pepaya California di lokasi penelitian .

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan usahatani pepaya California yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi


(40)

dengan menggunakan software Microsoft excel kemudian di interprestasi data secara deskriptif. Analisis data yang digunakan pepaya California sebagai berikut 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat diskonto tertentu, yang dinyatakan dengan rumus :

NPV = ∑ ( )

Keterangan :

Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha

i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman) t = Triwulan 0,1,2,3,…..12

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah sebagai berikut : 1) NPV > 0

Artinya usahatani pepaya California layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

2) NPV = 0

Artinya usahatani pepaya California sulit untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. 3) NPV < 0

Artinya usahatani pepaya California tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.


(41)

2. Net Benefit Cost ratio (B/C)

Net Benefit Cost ratio (B/C) adalah perbandingan present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif, perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

NetB/C = ∑ ( )( )

( )( )

Keterangan :

Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha

i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman) t = Triwulan 0,1,2,3,…..12

Suatu usaha dikatakan bermanfaat atau layak untuk dilaksanakan jika diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan usaha tidak layak atau ditolak jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu.

3. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto (discount rate) pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen, dengan rumus :

IRR = + ( ) Keterangan :

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif


(42)

NPV 1 = Nilai NPV yang bernilai positif NPV 2 = Nilai NPV yang bernilai negatif

Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount rate yang telah ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari discount rate maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

4. Payback period

Paybackperiod adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu usaha investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun, periode pengembalian biasanyanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Rumus payback period adalah :

PBP =

+

∑ ∑

Dimana:

PBP = Pay Back Period

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Ii = Jumlah investasi telah didiskon

Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PBP


(43)

30

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis

Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tirtorahayu Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nomporejo Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bugel

Desa Karangsewu memiliki luas wilayah sebesar 927 ha dan terdiri dari 17 pedukuhan yaitu, Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo III, Gupit IV, Siliran V, Siliran VI, Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX, Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII, Kempleng XIV, Kempleng XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII.

B. Topografi

Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisi topografi yang landai dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa Karangsewu adalah 2-7 meter diatas permukaan laut dengan Sungai Progo sebagai muara serta sungai-sungai lain yang dimanfaatkan sebagai saluran irigasi dan drainase.


(44)

C. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk suatu daerah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan daerah tersebut. Mengetahui umur penduduk suatu daerah dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya usia produktif. Jika suatu daerah mempunyai penduduk usia produktif lebih besar dari usia non produktif, maka daerah tersebut akan lebih cepat mengalami kemajuan karena memiliki tenaga kerja untuk membangun daerahnya akan semakin besar. Adapun ukuran usia produktif yaitu antara umur 15-59 tahun sedangkan ukuran usia non produktif antara 0-14 tahun dan usia 60 tahun keatas.

Berdasarkan data kependudukan pemerintah desa, jumlah penduduk Desa Karangsewu sebanyak 8.233 jiwa dengan rincian 3.966 jiwa laki-laki dan 4.267 jiwa perempuan, dengan total 2.049 kepala keluarga. Desa Karangsewu termasuk desa dengan struktur penduduk usia muda sehingga pertumbuhan penduduknya masih tergolong tinggi. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur di Desa Karangsewu adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No. Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

1 0 – 14 1036 1115 2151 26,13

2 15-59 2518 2645 5163 62,71

3 >60 412 507 919 11,16


(45)

Berdasarkan tabel di atas di ketahui jumlah penduduk di Desa Karangsewu adalah 8.233 jiwa. Dapat di ketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 5.163 jiwa dan penduduk non produktif yaitu 0-14 tahun dan > 60 tahun sebanyak 3.070 jiwa. Dengan demikian dapat dihitung rasio beban tanggungan (Burdance Dependency Ratio) yaitu perbandingan penduduk non produktif dengan jumlah penduduk produktif adalah sebagai berikut:

BDR =jumlah penduduk non produktifjumlah penduduk produktif × 100%

= × 100%

= 37,29%

Berdasarkan hasil perhitungan BDR diperoleh angka ketergantungan sebesar 37,29% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 37 orang usia non produktif. Nilai angka ketergantungan sebesar 37 ini dapat dikategorikan dalam ketergantungan rendah jika dilihat dari kategori angka ketergantungan yaitu:

1. Angka Beban Tanggungan Tinggi : ≥ 70

2. Angka Beban Tanggungan Sedang : 51-69


(46)

D. Pendidikan

Sarana pendidikan adalah tempat dimana penduduk mengenyam pendidikan untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat memajukan daerahnya. Adapun jenis dan jumlah lembaga pendidikan di Desa Karangsewu adalah sebagai berikut :

Tabel 5 Jumlah Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu

Tingkat pendidikan Jumlah (Sekolah)

TK 10

SD 5

SMP/MTS 2

SMA 1

Jumlah 18

Berdasarkan tabel 5 jumlah sekolah di lingkungan kemendiknas Kecamatan Galur di Desa Karangsewu terdapat sebanyak 18 sekolah (baik negeri maupun swasta) dari jenjang taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas/sekolah mengah kejuruan. Jumlah TK sebanyak 10, SD sebanyak 5, SMP/MTS sebanyak 2 dan SMA/SMK sebanyak 1. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa untuk sarana pendidikan di Desa Karangsewu dari tingkat pra sekolah sampai dengan tingkat SMA/SMK sudah tersedia.


(47)

E. Keadaan Pertanian 1. Penggunaan Lahan

Lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, karena lahan merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Penggunaan lahan di Desa Karangsewu terdiri dari lahan sawah, lahan kering, bangunan, dan lain-lain. Penggunaan lahan Desa Karangsewu yang mayoritas merupakan lahan pertanian terdiri dari permukiman, sawah, kebun, ladang dan tanah pasir. Potensi sumber daya alam adalah pertanian dengan komoditas diantaranya tanaman padi, kelapa, sengon, pepaya, melon, semangka, cabe, buah naga, dan lain sebagainya. Luas penggunaan lahan di Desa Karangsewu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan

No PenggunaanLahan Luas (ha)

1. Tanah Sawah 264,15

2. Tanah Kering 374,62

3. Bangunan 23,24

4. Lainnya 264,12

Jumlah 926,13 Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan paling luas adalah tanah kering yaitu seluas 374,62 hektar, dengan pemanfaatan tanah kering sebagai lahan bercocok tanam maka potensi untuk meningkatkan hasil produksi pertanian terutama komoditas pepaya california di Desa Karangsewu.


(48)

2. Budidaya Pepaya California

Pepaya merupakan salah satu buah yang banyak dinikmati, selain rasanya yang manis dan menyegarkan, pepaya juga mengandung nutrisi yang sangat baik bagi kesehatan seperti Betakaroten, Vit C, Vit B1, B2, Kalsium, Fospor, dan Kalium. Salah satu jenis pepaya yang saat ini mulai banyak dibudidayakan adalah jenis Pepaya California. Pepaya California mempunyai ukuran antara 0,8 – 2 kg/buah. Pepaya California mempunyai ciri-ciri berkulit tebal, berbentuk lonjong, buah matang berwarna kuning, rasanya manis, daging buah kenyal dan tebal. Pepaya California termasuk jenis unggul, batangnya lebih pendek dibanding jenis pepaya lain, tinggi tanaman sekitar 2 meter dan sudah bisa dipanen setelah berumur 7 hingga 9 bulan. Pohonnya dapat berbuah hingga umur tiga tahun. Dalam satu bulan bisa dipanen sampai empat kali.

Peluang pasar pepaya California sangat terbuka, dan permintaan pasar akan pasokan Pepaya California belum terpenuhi, khususnya untuk memenuhi permintaan dari kota-kota besar dan supermarket. Disisi lain ketersediaan pepaya California relatif terbatas, karena pepaya unggulan yang mungil ini belum banyak dikenal dan dikembangkan secara luas oleh petani. Perawatan pepaya California yang relatif mudah sangat menguntungkan petani untuk membudidayakannya.

Pepaya California tumbuh subur bila ditanam pada lahan yang subur dan sedikit berpasir. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Pada awal musim tanam sebelum bibit dipindahkan ke lahan dilakukan persiapan-persiapan yaitu pengolahan tanah.


(49)

Kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan tanah diantaranya mencangkul dan pembuatan lubang tanam. Pengolahan tanah dilakukan agar tanah menjadi gembur agar terdapat sirkulasi udara yang baik. Penanaman Pepaya California dilakukan dengan memindahkan bibit dari polibag yang telah berumur antar 1-1,5 bulan, kelubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Sehari sebelum penanaman lahan yang akan akan digunakan disiram air terlebih dahulu dan diisi pupuk kandang. Penanaman dilakukan dengan cara melepaskan bibit dari polibag dan menanam bibit ditengah lubang tanam.

Pemeliharaan pepaya California meliputi penyemprotan atau pengairan, pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama. Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan genangan. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan baik. Penanaman pepaya California pada dataran rendah dengan curah hujan yang kecil memerlukan pengairan secara berkala. Petani biasanya membuat saluran drainase atau parit disekitar lubang tanam untuk meghindari genangan air, karena bila tergenang air batang bisa membusuk.

Pupuk kandang atau kompos diberikan pada saat dilakukan penanaman. Seminggu setelah penanaman menggunakan pupuk organik sebanyak 200 gram /pohon. Setelah memasuki usia 3 bulan diberikan pupuk ponska 300 gram /pohon. Usia 6, 9, dan 12 bulan pupuk ponska 500 gram ditambah pupuk kandang 40 kg /pohon. Setelah tumbuhan berbuah bisa diberikan pupuk TSP supaya daya tahan lebih kuat dan buahnya lebih manis. Pemupukan tanaman dapat diulang setiap 3 bulan sekali dengan dosis 500 gr NPK/pohon, dan setiap 6 bulan sekali diberikan


(50)

pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon. Cara pemupukan ponska dapat ditabur melingkar pohon, kemudian ditutup dengan tanah.

Penyiangan juga merupakan hal penting dalam pemeliharaan pepaya California. Dengan melakukan penyiangan tentunya akan membuat pemupukan yang dilakukan lebih efektif karena tidak adanya perebutan makanan antara pepaya California dan gulma. Penyiangan pepaya California tergolong mudah karena memang gulma di lahan pasir pantai tidak begitu banyak. Penyiangan juga bisa disambi dengan kegiatan lainnya seperti pemupukan sehingga akan lebih efisien waktu.

Proses perawatan yang selanjutnya adalah pengendalian hama. Pepaya California merupakan jenis pepaya yang rentan terkena hama. Ada beberapa jenis hama yang biasa menyerang Pepaya California. Antara lain: hama kutu putih, pengendaliannya bisa dengan menyemprotkan pestisida confidor. Selain itu, ada penyakit yang menyerang daun, akar, batang bahkan buah, biasanya pada musim penghujan. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida antracol.

Tanaman Pepaya California dapat dipanen pertama setelah berumur 7-12 bulan. Buah pepaya dipanen pada waktu buah telah memberikan tanda-tanda kematangan, yaitu terdapat semburat warna kuning pada kulit buah bagian ujung. Cara memanen buah pepaya California sebaiknya dilakukan dengan cara, memotong tangkai buah dengan meng- gunakan gunting pangkas atau pisau tajam. Periode waktu panen dilakukan antara 4-10 hari sekali. Setelah dipanen


(51)

buah diletakkan ditempat terlindung dan diberi alas plastik. Buah yang cacat dan terdapat tanda bercak jamur diletakkan pada tempat terpisah.


(52)

39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani

1. Umur Petani

Umur mempengaruhi kinerja seseorang dalam bertani tidak terkecuali petani pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kinerjanya. Tabel 7 menunjukkan penggolongan responden usahatani pepaya California di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo berdasarkan kelompok umur.

Tabel 7. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut usia di Desa Karangsewu tahun 2016

No Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 15-60 28 93,3

2 >60 2 6,67

Jumlah 30 100

Dari 30 petani responden di Desa Karangsewu sebagian besar berada pada usia produktif yaitu sebanyak 28 orang atau 93,3%. Sisanya berada pada usia tidak produktif lagi yaitu sebanyak 2 orang atau 6,67%. Adapun usia rata-rata petani di Desa Karangsewu yaitu 44,4 tahun dengan usia tertinggi 68 tahun dan usia terendah 22 tahun. Faktor usia mempengaruhi kinerja petani secara fisik, sehingga petani mampu mengelola usahanya lebih intensif serta memelihara tanaman pepaya lebih baik. Secara motivasi, umur akan mempengaruhi petani pepaya California dalam mengorientasikan keuntungan.


(53)

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usahatani. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir petani dalam mengembangkan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani maka akan semakin mudah untuk menerapkan berbagai teknologi yang berkaitan dengan usahataninya. Selain itu petani juga dapat dengan mudah menerima informasi baru mengenai pertanian, pasar dan harga. Informasi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan dalam hal pertanian juga akan lebih mudah diterima sehingga petani dapat mengatur strategi untuk dapat meningkatkan usahataninya. Untuk mengetahui keadaan pendidikan petani pepaya California di Desa Karangsewu di Kecamatan Galur dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Jumlah petani pepaya California lahan pantai menurut tingkat pendidikan di Desa Karangsewu tahun 2016

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase (%)

SD 4 13,3

SMP 5 16,7

SMA 20 66,7

PT 1 3,3

Jumlah 30 100

Dari tabel 8 dapat di ketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan petani adalah Sekolah Menengah Atas yaitu sebesar 20 orang (67,7%), sedangkan sisanya Sekolah Dasar sebanyak 4 orang (13,3%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 5 orang (16,7%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (3,3%). Petani yang mendapatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas menduduki jumlah terbanyak. Hal ini disebabkan


(54)

karena kesadaran akan pentingnya pendidikan di Desa karangsewu sudah terbilang tinggi dan tentunya didukung dengan tingkat ekonomi yang memadai.

3. Pengalaman Bertani

Selain umur dan tingkat pendidikan, pengalaman bertani juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi petani dalam melaksanakan usahataninya. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya petani dalam melakukan usahatani pepaya California. Adapun Pengalaman bertani petani pepaya California lahan pasir Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut pengalaman bertani pepaya di Desa Karangsewu tahun 2016

Pengalaman Bertani

(Tahun) Jumlah Petani Persentase (%)

<3 5 16,7

3-5 17 56,7

>5 8 26,6

Jumlah 30 100

Adapun rata-rata pengalaman bertani pepaya California yaitu 4,1 tahun dengan dengan pengalaman bertani tertinggi 6 tahun dan terendah 1 tahun. Petani yang sudah berpengalaman menjalankan usahatani pepaya California, mampu menentukan perlakuan secara lebih tepat karena faktor kebiasaan dan pengalaman dalam usahatani. Petani yang memiliki pengalaman usahatani pepaya California yang lebih lama cenderung memiliki hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan petani yang belum berpengalaman.


(55)

4. Luas Penggunaan Lahan

Lahan pertanian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi pertanian. Semakin luas lahan yang digunakan maka akan semakin banyak produksi yang dihasilkan. Lahan pertanian yang digunakan untuk berusahatani adalah lahan pasir pantai. Luas penggunaan lahan setiap petani berbeda-beda. Adapun luas penggunaan lahan pada usahatani pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan luas penggunaan lahan tahun 2016.

Uraian Luas lahan (Ha) Jumlah Petani Persentase (%) 1 0,01-0,05 14 46,7

2 0,06-0,10 8 26,7

3 0,11-0,15 5 16,7

4 0,16-0,20 2 6,7

5 >0,20 1 3,2

Jumlah 2,234 30 100 Rata-rata 0,074

Berdasarkan tabel 10 dapat di ketahui bahwa luas lahan yang digunakan masing-masing petani berbeda-beda. Penggunaan lahan terbanyak antara 0,01-0,05 ha yaitu sebanyak 14 orang atau 46,7%. Keterbatasan lahan berpengaruh besar terhadap luas garapan petani, kebanyakan petani berusahatani di pekarangan mereka namun ketika sudah merasakan hasilnya barulah mereka memperluas garapannya bahkan sampai sewa lahan orang lain. Rata-rata lahan yang digunakan petani adalah 0,074 ha dengan penggunaan lahan tertinggi 0,21 ha dan terendah 0,02 ha. Keterbatasan luas lahan


(56)

yang digunakan akan berpengaruh pada tingkat benefit pepaya California yang diperoleh.

5. Pekerjaan Sampingan Petani

Petani yang mempunyai pekerjaan sampingan akan berpengaruh pada curahan waktu kerja petani dalam mengelola usahataninya. Pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan yang dilakukan petani selain berusahatani pepaya California. Identitas petani responden berdasarkan pekerjaan sampingan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan pekerjaan sampingan tahun 2016.

No Pekerjaan Sampingan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pedagang 4 13,3

2 Pegawai Negeri Sipil 3 10

3 Peternak 3 10

4 Buruh 2 6,7

5 Tidak punya 18 60 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 11 di ketahui bahwa sebanyak 60% petani tidak mempunyai pekerjaan sampingan, hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap usahatani pepaya California karena bisa mengerjakan usahataninya dengan lebih optimal. Sebanyak 4 orang atau 13,3% memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang toko kelontong, hal tersebut juga berpengaruh terhadap usahatani pepaya California karena waktu di lahan terbagi dengan waktu berdagang sehingga hasil produksi pepaya pun tidak optimal. Sebanyak 3 orang atau 10% mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pegawai negeri sipil, hal tersebut juga berpengaruh terhadap usahatani karena waktu yang biasanya untuk di lahan setiap pagi dan sore hanya bisa dilakukan pada sore hari


(57)

saja sehingga hasil produksi pepaya juga tidak optimal. Sebanyak 3 orang atau 10% mempunyai pekerjaan sampingan sebagai peternak ayam, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap usahatani karena memang lokasi ternak ayam dan lahan usahatani tidak jauh. Sebanyak 2 orang atau 6,7% yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai buruh pabrik, hal tersebut sangat mempengaruhi usahatani pepaya California karena mereka baru bisa melakukan kegiatan usahatani ketika mendapatkan shift malam di buruh pabrik sehingga produksi pepaya California juga tidak optimal. Petani yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan akan lebih optimal dalam menjalankan usahatani pepaya California.

6. Identitas Keluarga Petani

Keluarga petani meliputi istri, anak dan saudara yang menjadi tanggungan maupun yang membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Identitas anggota keluarga petani meliputi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Semakin banyak keluarga yang berusia produktif maka semakin banyak pula tenaga kerja dalam keluarga yang ikut membantu dalam usahatani pepaya California. Semakin tinggi tingkat pendidikan anggota keluarga akan dapat membantu kepala keluarga dalam menerima dan menyerap berbagai informasi baru. Sebaran anggota keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 12.


(1)

Luas

Lahan Pemupukan Pengairan Biaya Tenaga Kerja tahun 1 Penyiangan Hama dan Penyakit

HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah

0,05 4 1 200000 96 1 2880000 4 1 200000 1 1 50000

0,05 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,12 4 2 400000 192 1 5760000 4 1 200000 1 1 50000

0,025 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 - -

0,02 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,03 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,05 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,03 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,04 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,16 4 3 600000 96 2 5760000 2 2 200000 1 1 50000

0,11 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,08 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,12 4 1 200000 96 1 2880000 1 2 100000 1 1 50000

0,07 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,21 4 2 400000 96 2 5760000 2 1 100000 2 2 200000

0,05 4 1 200000 96 1 2880000 - - - -

0,025 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 - -

0,029 2 1 100000 90 1 2880000 1 1 50000 - -

0,17 3 2 300000 96 2 5760000 2 1 100000 1 1 50000

0,04 1 2 100000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,11 1 2 100000 96 2 5760000 1 2 100000 1 2 100000

0,09 1 2 200000 96 1 2880000 1 2 100000 1 1 50000

0,08 1 2 200000 96 1 2880000 1 2 100000 1 1 50000

0,02 1 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 - -

0,045 1 2 100000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,06 4 1 200000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,085 1 2 200000 96 1 2880000 1 2 100000 1 1 50000

0,055 1 2 100000 96 1 2880000 1 1 50000 1 1 50000

0,095 1 2 200000 96 1 2880000 1 2 100000 1 1 50000

0,115 1 2 100000 96 2 5760000 1 2 100000 1 2 100000

Jmlah 87 44 6300000 2970 35 103680000 38 37 2350000 26 28 1500000

Rata2 2,9 1,46 666 666 7

210000 99 1,166

66666 7

3456000 1,26 1,23333

3333 78333,33333 0,866666667 0,93333333 3


(2)

Luas

lahan Pemupukan Penyulaman Biaya Tenaga Kerja tahun 2 Pengairan Penyiangan Hama dan Penyakit

HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah

0,05 4 1 200000 1 1 50000 48 1 1440000 1 1 50000 - -

0,05 4 1 200000 1 1 50000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,12

0,025 2 1 100000 1 1 50000 30 1 900000 1 1 50000 - -

0,02 2 1 100000 1 1 50000 30 1 900000 1 1 50000 - -

0,03 4 1 200000 1 1 50000 48 1 1440000 1 1 50000 - -

0,05

0,03 2 1 100000 1 1 50000 30 1 900000 1 1 50000 - -

0,04

0,16 4 2 400000 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,11 4 2 400000 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 -

0,08

0,12 4 2 400000 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,07

0,21 4 3 600000 2 2 200000 48 2 2880000 1 2 100000 1 2 100000

0,05

0,025 2 1 100000 1 1 50000 30 1 900000 1 1 50000 - -

0,029 0,17 0,04

0,11 4 2 400000 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,09 0,08 0,02

0,045 4 1 200000 1 1 50000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,06 0,085 0,055 0,095

0,115 4 2 400000 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

Jmlah 48 21 3800000 15 20 1100000 600 15 16660000 14 15 750000 7 8 400000

Rata2 3,428 57142 9

1,5 271428,571

4 1,071428571 571421,428 9

78571,4285

7 7142842,85 6

1,07 142 857

1190000 1 1,07 142 857 1

53571,428

57 0,5 0,57142 857 1

28571,4285 7


(3)

Luas

Lahan Pemupukan Pengairan Biaya Tenaga Kerja tahun 3 Penyiangan Hama dan Penyakit

HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah HKO TK Upah

0,05

0,05 4 1 200000 48 1 1440000 1 1 50000 - -

0,12 0,025 0,02 0,03 0,05 0,03 0,04 0,16

0,11 4 1 200000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,08

0,12 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,07

0,21 2 2 200000 50 2 3000000 2 2 200000 1 2 100000

0,05 0,025 0,029 0,17 0,04

0,11 4 1 200000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

0,09 0,08 0,02

0,045 4 1 200000 48 1 1440000 1 1 50000 - -

0,06 0,085 0,055 0,095

0,115 1 2 100000 48 1 1440000 1 1 50000 1 1 50000

Jmlah 20 10 1200000 338 8 1164000

0 8 8 500000 5 6 300000

Rata2 2,857142


(4)

Luas

lahan

Tahun 1

Tahun 2

Biaya Lain-Lain

Tahun 3

BBM (liter)

Listrik

BBM (liter)

Listrik

BBM (liter)

Listrik

0,05

52

390000

26

195000

0,05

52

390000

26

195000

26

195000

0,12

124,8

936000

0,025

-

-

20000

13333,33

0,02

-

-

18000

12000

0,03

-

-

23000

15333,33

0,05

52

390000

0,03

-

-

24000

16000

0,04

41,6

312000

0,16

166,4

1248000

83,2

624000

0,11

114,4

858000

57,2

429000

57,2

429000

0,08

83,2

624000

0,12

124,8

936000

62,4

468000

62,4

468000

0,07

72,8

546000

0,21

218,4

1638000

109,2

819000

109,2

819000

0,05

52

390000

0,025

-

-

20000

13333,33

0,029

-

-

23000

0,17

176,8

1326000

0,04

41,6

312000

0,11

114,4

858000

57,2

429000

57,2

429000

0,09

93,6

702000

0,08

83,2

624000

0,02

-

-

18000

0,045

46,8

351000

23,4

175500

23,4

175500

0,06

62,4

468000

0,085

88,4

663000

0,055

57,2

429000

0,095

98,8

741000

0,115

119,6

897000

59,8

448500

59,8

448500

Jmlah

2137,2 16029000

146000

504,4

3783000

70000

395,2

2964000


(5)

Luas

lahan

Tahun 1

Tahun 2

Benefit

Tahun 3

Kg

Harga

Benefit

Kg

Harga

Benefit

Kg

Harga

Benefit

0,05

3002

4000

12008000

5343

4000

21372000

0,05

2901

4000

11604000

7359

4000

29436000

3396

4000

13584000

0,12

8093

4000

32372000

0,025

1554

4000

6216000

3307

4000

13228000

0,02

1481

4000

5924000

3419

4000

13676000

0,03

1555

4000

6220000

3635

4000

14540000

0,05

3121

4000

12484000

0,03

1562

4000

6248000

3412

4000

13648000

0,04

3004

4000

12016000

0,16

11642

4000

46568000

31167

4000

124668000

0,11

7855

4000

31420000

25441

4000

101764000

8735

4000

34940000

0,08

3409

4000

13636000

0,12

8585

4000

34340000

28259

4000

113036000

14049

4000

56196000

0,07

3205

4000

12820000

0,21

15385

4000

63340000

49164

4000

196656000

26965

4000

107860000

0,05

3142

4000

12568000

0,025

1566

4000

6264000

3467

4000

13868000

0,029

1395

4000

5580000

0,17

12290

4000

49160000

0,04

2941

4000

11764000

0,11

7948

4000

31792000

26769

4000

107076000

13444

4000

53776000

0,09

3767

4000

15068000

0,08

3397

4000

13588000

0,02

1457

4000

5828000

0,045

2820

4000

11280000

7826

4000

31304000

4877

4000

19508000

0,06

3487

4000

13948000

0,085

3602

4000

14408000

0,055

3293

4000

13172000

0,095

3976

4000

15904000

0,115

8132

4000

32528000

29563

4000

118252000

14558

4000

58232000

Jmlah

140016

560064000

228131

912524000

86024

344096000


(6)

Triwul

an Ke Cost (Rp) Benefit DF (16%) PVC PVB NPV Net B/C df (45%) PV (i=45%)

0

8.344.467

- 1,00 8.344.466, 67

-

(8.344.466,67)

(8.344.467) 1,00 (8.344.466,67) 1

1.929.379

- 0,87 1.677.720, 87

-

(1.855.172,12)

(1.929.379) 0,69 (1.330.606,21) 2

1.861.549

- 0,76 1.407.598, 49

-

(1.721.106,69)

(1.861.549) 0,48 (885.397,86) 3

1.875.870

9.001.333 0,66 1.233.414, 97

5.918.522

6.334.510,96

7.125.463 0,33 2.337.271,17 4

1.893.710

9.667.467 0,57 1.082.734, 84

5.527.405

6.645.039,78

7.773.757 0,23 1.758.567,06 5

1.420.402 12.780.286 0,50 706.190,83 6.354.060

9.336.996,35

11.359.884 0,16 1.772.286,28 6

1.451.290 14.105.429 0,43 627.432,72 6.098.166

10.000.749,52

12.654.139 0,11 1.361.521,72 7

1.433.867 18.103.429 0,38 539.043,72 6.805.749

12.667.496,78

16.669.562 0,07 1.236.938,66 8

1.362.840 20.191.143 0,33 445.514,81 6.600.520

13.757.656,48

18.828.303 0,05 963.534,25 9

1.832.964 19.309.714 0,28 521.042,77 5.489.025

12.278.932,93

17.476.750 0,04 616.806,10 10

1.822.750 15.197.143 0,25 450.555,92 3.756.501

9.035.260,60

13.374.393 0,02 325.532,28 11

1.802.321 9.625.714 0,21 387.396,68 2.068.982

5.081.927,09

7.823.393 0,02 131.324,92 12

1.812.536 5.024.000 0,19 338.775,94 939.021

2.005.870,94

3.211.464 0,01 37.178,09 Jumlah