KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

(1)

KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON

PROGO

Disusun Oleh : Muhamad Rudi

20120220003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

(3)

KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON

PROGO SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh: Muhamad Rudi

20120220003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(4)

dukungan dan pengorbanan kalian berdua yang tidak pernah bisa dibalas dengan apapun hingga aku dapat mengejar gelar Sarjana sebagaimana yang kalian harapkan.

2. Bapak Sanusi tercinta terimakasih untuk pelajaran hidup selama ini, terimakasih selalu sabar dan berjuang untuk kehidupan dan pendidikan yang lebih baik untuk anak-anaknya.

3. Abang Muhammad Zomi dan Juliansyah juga ayuk Irawati dan Mirnawati terimakasih kalian sudah mau membimbing saat suka dan duka, terimakasih untuk semangat dan dukungannya sehingga aku bisa berada sejauh ini, kalian bukan hanya sodara kandung yang bisa aku banggakan, tapi kalian adalah sahabat yang tidak akan dapat aku bayar dengan apapun. 4. Keluarga besar bapak Sanusi, Almarhumah Neno Hj. Halimah dan Almarhumah ibu Siti Kholijah, Neno Janewar ( Garang), makteh Timah, pitam Sukarman (watek), makcik Ramsiah (kaeh), juga makyu Daniar, makngah Rukiah (kiah), pakwo Zamhar, makcik Sarabiah, Pamok Zakir dan abang sepupu ayuk sepupu, juga keluarga semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semangat dan semua dukungan kalian.

5. Wanita hebat setelah ibu, adik, sodara dan keluarga yang sedia menemani baik suka maupun duka Septi Octaviani yang katanya bentar lagi mau nyusul SP. Semangat terus dan jangan malu nanya kalo ada yang tidak dimengerti dalam mengerjakan skripsi, semoga lekas nyusul dan Buat ibu Sri Lestari dan bapak Maryono terimakasih untuk doa dan restunya sedari kenal sampai sekarang.


(5)

6. Sahabat seperjuangan terkhusus buat Agribisnis A 2012, maaf tidak bisa disebutkan satu-satu. Intinya terimakasih untuk waktu 4 tahunnya, kalian teman sekaligus keluarga terbaik selama diperantauan.

7. Kontrakan Teletabis terimakasih sudah menemani bergadang dan saling support nya, kalian best pokoknya

8. Seluruh dosen, staff dan karyawan FP UMY yang telah banyak membantu dan terimakasih untuk ilmu dan pengalamannya selama di fakultas pertanian UMY.


(6)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ... 2

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 4

DAFTAR TABEL ... 7

INTISARI ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Tujuan ... Error! Bookmark not defined. C. Kegunaan ... Error! Bookmark not defined. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. A. Tinjauan Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 1. Lahan Pasir Pantai ... Error! Bookmark not defined. 2. Komoditas Cabe Merah ... Error! Bookmark not defined. 3. Usahatani ... Error! Bookmark not defined. 4. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan, dan Kelayakan ... Error! Bookmark not defined.

B. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. C. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Teknik Penentuan Sampel ... Error! Bookmark not defined.


(7)

B. Teknik Pengambilan Data ... Error! Bookmark not defined. C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... Error! Bookmark not defined.

E. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Error! Bookmark not defined. A. Letak Geografis ... Error! Bookmark not defined. B. Keadaan Penduduk ... Error! Bookmark not defined. C. Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. D. Keadaan Pertanian ... Error! Bookmark not defined. 1. Penggunaan Lahan ... Error! Bookmark not defined. 2. Budidaya Tanaman Cabai Merah ... Error! Bookmark not defined. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Identitas Petani ... Error! Bookmark not defined. 1. Umur Petani ... Error! Bookmark not defined. 2. Tingkat Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengalaman Bertani ... Error! Bookmark not defined. 4. Luas Penggunaan Lahan ... Error! Bookmark not defined. 5. Identitas Anggota Keluarga Petani ... Error! Bookmark not defined. B. Analisis Biaya Usahatani Cabai Merah ... Error! Bookmark not defined. 1. Biaya Benih ... Error! Bookmark not defined. 2. Biaya Pupuk ... Error! Bookmark not defined. 3. Biaya Pestisida ... Error! Bookmark not defined. 4. Biaya Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not defined. 5. Penyusutan Alat ... Error! Bookmark not defined. 6. Biaya Lain-lain ... Error! Bookmark not defined. 7. Biaya Sewa Lahan Milik Sendiri ... Error! Bookmark not defined. 8. Biaya Total ... Error! Bookmark not defined.


(8)

defined.

1. Analisis R/C ... Error! Bookmark not defined. 2. Produktivitas Lahan ... Error! Bookmark not defined. 3. Produktivitas Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not defined. 4. Produktivitas Modal ... Error! Bookmark not defined. VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pola penggunaan lahan Desa Karangsewu... Error! Bookmark not defined.

Tabel 2. Nama Dukuh Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur . Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. Jumlah Sekolah di Desa Karangsewu ... Error! Bookmark not defined. Tabel 5. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan... Error! Bookmark not defined. Tabel 6. Jumlah petani cabai merah lahan pantai menurut umur Error! Bookmark

not defined.

Tabel 7. Jumlah petani cabai merah desa karangsewu berdasarkan tingkat

pendidikan Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined. Tabel 8. Tingkat pengalaman bertani petani di Desa Karangsewu Kecamatan

Galur Kabupaten Kulon Progo... Error! Bookmark not defined. Tabel 9. Luas penggunaan lahan petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa

Karangsewu Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined. Tabel 10. Karakteristik anggota keluarga petani cabai merah Desa Karangsewu

berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 11. Penggunaan pupuk berdasarkan jenis pupuk per usahatani did Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo... Error! Bookmark not defined.

Tabel 12. Penggunaan pestisida berdasarkan jenis pestisida di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo... Error! Bookmark not defined.


(10)

Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo... Error! Bookmark not defined.

Tabel 15. Penggunaan biaya rata-rata yang dikeluarkan petani cabai merah di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 16. Biaya penerimaan cabai merah di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined. Tabel 17. Baiya rata-rata pendapatan usahatani cabai merah Desa Karangsewu

Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo... Error! Bookmark not defined.

Tabel 18. Analisis R/c usahatanai cabai merah lahan pasir pantai di Desa

Karangsewu... Error! Bookmark not defined. Tabel 19. Produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan pasir panti di Desa

Karangsewu Kecamatan Galur Kabupateng Kulon Progo... Error! Bookmark not defined.

Tabel 20. Perhitungan biaya produktivitas tenaga kerja usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined. Tabel 21. Perhitungan biaya produktivitas modal ushatani cabai merah lahan pasir

pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. ... Error! Bookmark not defined.


(11)

(12)

KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH LAHAN PASIR PANTAI PETANI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR

KABUPATEN KULON PROGO 2016

The Feasibility Of a Farmhand Chili Red Land Of the Beach Based On the Land Area of Farmers in the Village Karangsewu District the Furrows District Kulon

Progo 2016

Muhamad Rudi/Ir.Eni Istiyanti MP/ Dr.Ir.Triwara Buddhi S.MP Agribusiness Departement Faculty Of Agriculture

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

This study was conducted with the aim to know the cost of, income, the adventage and the feasibility of a farmhand chili red land of the beach in the village karangsewu district the furrows district kulon progo. The reseach used a quantitative method, a sample of a location done purposive sampling, a farmers in the study conducted in census so obtained 46 respondents. The methods used is analysis income and advantages. The results of the show farmhand chili red land of the beach in the villagekarangsewu district the furrows district kulon progo whorthy to in the business right. An average of the land area of farmhand 0,112 hektares needed cost of Rp 8.059.269,- and produces acceptance of Rp 27.951.475,- income of Rp 23.636.853,- and adventage of Rp 19.892.206,- more than a zero; capable of selling product worth Rp 27.510.301,-.Productivity land effort red pepper farm land of the number Rp 19.151.784,- while the value of the rent land belonging to own is of Rp 840.489,- that means productivity land bigger then daily labor namely Rp 22.794.060,- and productivity capital of the tribes of savings per the planting season (4,5%) that number 227%. That is a farmhand chili red land of the beach in the village karangsewu district the furrows district kulon progo worth it to be deloved.


(13)

(14)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara agraris, disini sektor pertanian dapat menjadi penghasil pangan, penyerap tenaga kerja, sumber bahan baku industri dan sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber daya yang memadai untuk bercocok tanam. Kegiatan bercocok tanam ini mampu mengangkat kondisi ekonomi. Selain itu, hasil bercocok tanam juga dapat memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

Lahan pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkurang dan menyempit karena disebabkan adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke sektor non pertanian (data BPS tahun 1998-2002). Lahan pasir pantai menjadi alternatif bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah pesisir untuk bertani dan bergantung hidup. Salah satu daerah yang sebagian besar masyarakatnya bertani dilahan pasir pantai adalah masyarakat Desa Karangsewu Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta, meskipun daerah pantai sering disebut sebagai daerah yang tidak subur, karena daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara pengaruh lautan dan daratan, mengingat posisi geografisnya. Daerah pantai merupakan daerah marginal yang memiliki beberapa sifat yang kurang baik untuk usaha pertanian. Sifat-sifat negatif tersebut antara lain struktur tanah lepas, kandungan bahan organik rendah, kemampuan menyimpan hara dan air rendah, dan salinitas atau kandungan garam tinggi.


(15)

2

Cabai merah dalam Bahasa inggris chili pepper merupakan tumbuhan anggota genus capsicum memiliki kandungan senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai merupakan tanaman musiman dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih. Tanaman cabai merupakan tumbuhan pardu yang berkayu, tumbuh didaerah dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Pada umumnya tanaman cabai ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2000 meter diatas permukaan laut yang membutuhkan iklim tidak terlalu lembab. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematode) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8.

Desa Karangsewu memiliki Pantai yang bernama Pantai Trisik yang terletak di arah tenggara Kulon Progo, (kira-kira 20 Km dari Wates dan 30 km dari Jogja). Pantai Trisik merupakan pantai yang landai berupa hamparan pasir hitam yang halus. Kawasan Pantai Trisik dibatasi oleh muara Sungai Progo di sebelah timur, sungai yang menjadi batas alam Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul. Sebagian besar masyarakat di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo bergantung hidup pada alam, seperti bekerja sebagai nelayan dan bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan pasir pantai, seperti menanam cabai merah, melon, dan semangka, tiga komoditi pertanian ini sangat banyak dijumpai di sepanjang jalan lahan pantai di Desa Karangsewu.


(16)

Lahan pasir pantai memiliki kekurangan seperti struktur tanah lepas, rendahnya kandungan organik, daya simpan air dan hara rendah. Petani lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo perlu menggunakan beberapa cara agar unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat terpenuhi. Cara-cara yang dilakukan petani antara lain adalah menggunakan pupuk dan air yang lebih banyak. Kondisi demikian menjadikan usahatani lahan pasir pantai memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani di lahan sawah.

Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo salah satu sentra Usahatani cabai merah lahan pasir pantai. Masyarakat Desa Karangsewu sudah sejak lama membudidayakan cabai merah di lahan pasir pantai. Jenis cabai merah yang dibudidayakan ada beberapa macam salah satunya adalah jenis cabai merah Helix. Luas lahan yang dimiliki oleh petani Desa Karangsewu berbeda-beda dan beragam, mulai dari 500 m², kurang dari 500 m², sampai dengan lebih dari 1000 m², sehingga hasil yang didapatkan oleh petani juga berbeda-beda dan beragam. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Berdasarkan uraian diatas, Berapakah biaya, pendapatan, dan keuntungan usahatani cabe merah lahan pasir pantai. Apakah usahatani cabe merah lahan pasir pantai berdasarkan luas lahan petani di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak untuk diusahakan?


(17)

4

B. Tujuan

1. Mengetahui biaya, pendapatan, dan keuntungan usahatani cabe merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo 2. Mengetahui kelayakan usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa

Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo.

C. Kegunaan

Bagi petani dan instansi terkait, dapat dijadikan sebagai acuan dan tolok ukur untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani cabe merah lahan pasir pantai di masa yang akan datang.


(18)

(19)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A.Tinjauan Pustaka

1. Lahan Pasir Pantai

Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk. 2000).

Pemanfaatan lahan pasir pantai diharapkan akan dapat menambah areal tanam yang berkurang tiap tahun akibat alih fingsi lahan. Selain itu memberi alternatif pekerjaan lain bagi masyarakat pesisir pantai, memberdayakan masyarakat untuk mengolah lahan pasir, dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lokasi setempat.

Kelebihan lahan pantai untuk pertanian adalah lahan yang masih tersedia luas, sumber air tanah dangkal, merupakan lahan terbuka, sinar matahari dan


(20)

6

temperatur bukan merupakan faktor pembatas. Sedangkan kelemahannya adalah kesuburan lahan sangat rendah, sumbangan tanah terhadap nutrisi tanaman dapat


(21)

7

7

dikatakan nol, kecepatan angin cukup tinggi, disertai hembusan garam sehingga bersifat racun bagi tanaman, sifat fisik tanah yang sangat jelek, kaitannya dengan kemampuan menahan nutrisi.

Menurut penelitian Budi Setyono, Suradal (2006), yang berjudul kelayakan usahatani bawang merah di lahan pasir pantai dengan teknologi ameliorasi di Kabupaten Bantul, program pembangunan pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka pemanfaatan lahan pasir pantai selatan Kabupaten Bantul bertujuan mewujudkan pertanian tangguh yang dapat mendukung industri yang kuat dan maju serta pola pembinaan komuditas sektor pertanian yang berorientasi agribisnis.

Menurut hasil penelitian Reni Fatma Wilastinova yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usahatani Semangka (Citrullus Vulgaris) Pada Lahan Pasir Di Pantai Kulonprogo, diketahui bahwa faktor produksi yang berupa luas lahan, dan pupuk NPK Mutiara tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada usahatani semangka lahan pasir pantai. Faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pupuk kompos dan pupuk phonska mempunyai hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi semangka lahan pasir pantai. Faktor produksi yang paling berpengaruh dalam usahatani semangka pada lahan pasir pantai adalah pupuk kompos dan besarnya penerimaan usahatani semangka pada lahan pasir pantai adalah sebesar Rp 20.403.262,00/Ha/MT, sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani semangka pada lahan pasir pantai adalah sebesar Rp 12.444.940,00/Ha/MT atau sebesar 60,99% terhadap penerimaan. Pendapatan


(22)

8

usahatani semangka sebesar Rp 7.958.32,00/Ha/MT atau sebesar 39% terhadap penerimaan.

2. Komoditas Cabe Merah

Cabai merah merupakan salah satu bumbu masakan sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh sebagian besar ibu rumah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Tanaman cabai merah sebagai salah satu tanaman hortikultura, merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang sejak lama telah dibudidayakan di Indonesia.

Kebutuhan cabai merah di Indonesia sangat berfluktuatif dari tahun ke tahun. Jumlah konsumsi cabai tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya, serta sebagian besar penduduk Indonesia yang merupakan penggemar masakan pedas. Jika kebutuhan perkapita cabai merah Indonesia adalah 1,38 kg dan jumlah penduduk tahun 2010 sekitar 230 juta orang maka kebutuhan cabai merah Indonesia adalah 317.400.000 kg per tahun. Kebutuhan cabai yang sangat besar harus diimbangi dengan produksi cabai yang tinggi agar tidak terdapat lag, sehingga kebutuhan cabai lokal juga dapat dipenuhi oleh petani lokal tidak melalui impor.

Cabai merupakan salah satu produk hortikultura utama sektor pertanian diIndonesia. Produksi cabai merah nasional pada tahun 2012 mencapai 935.557 ton dimana terjadi kenaikan produksi sebesar 7,28% dibandingkan tahun 2011 yang produksi cabainya sebesar 888.852 ton. Sedangkan produksi cabai rawit


(23)

9

9

nasional pada tahun 2012 mencapai 697.274 ton sekarang produksi mengalami peningkatan sebesar 17,34 % (Kementerian Pertanian, 2013).

Tanaman cabe merah cocok dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0 – 1000 m dpl. Tanah yang baik untuk tanaman cabe merah adalah yang berstruktur gembur, subur, kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6 – 7. Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Hal tersebut berhubungan dengan tempat tumbuh tanaman cabai.

Menurut hasil penelitian Dimas Setiyaji Galih Sasongko (2014) yang berjudul Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah Lahan Pantai Di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul, menunjukkan bahwa usahatani cabai merah lahan pantai layak untuk diusahakan dengan rata-rata lahan usahatani 0,129 hektar dibutuhkan biaya sebesar 2,8 juta, dan menghasilkan penerimaan sebesar 6,1 juta, pendapatan sebesar 3,9 juta, dan keuntungan sebesar 3,25 juta. Artinya usahatani cabai merah tersebut menghasilkan pendapatan (Rp 3,9 juta) yang lebih besar dari nol; mampu menjual produk senilai hampir Rp 13.000 yang lebih tinggi dari BEP harga (Rp 6,075) dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (472,5kg) dari BEP produksi (221,3kg); serta nilai BCR 2,1 lebih besar dari 1.

Menurut hasil penelitian Maharani Triwidiyaningsih (2011) yang berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Cabai Merah Di Kabupaten Bantul 2011, menunjukkan bahwa dengan rata-rata luas lahan 0,11 Ha. Biaya usahatani cabai merah sebesar Rp.


(24)

10

84.547.518,51/Ha/MT, penerimaan usahatani cabai merah sebesar Rp. 136.291.717,00/Ha/MT dan pendapatan usahatani cabai merah sebesar Rp. 51.744.918,49/Ha/MT.

3. Usahatani

Menurut Soekartawi (2002) ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang disukai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Sedangkan menurut Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan seumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar memperoleh hasil maksimal.

Perlunya analisis usahatani tentunya memang bukan untuk kepentingan petani saja, tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani.

4. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan, dan Kelayakan a. Biaya

Menurut Soekartawi (2006) biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang diperlukan dalam usahatani. Sedangkan menurut sumber lain menjelaskan bahwa biaya adalah semua pengorbanan dalam proses produksi, dinyakatakan dalam


(25)

11

11

bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku (Gilarso, 1993). Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Biaya Tetap (fixed cost)

Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi dan jumlahnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, seperti penghasilan tetap para pekerja, penyusutan alat atau pemeliharaan mesin. 2) Biaya Tidak Tetap (variable cost)

Biaya tidak tetap yaitu semua biaya yang dikeluarkan jumlahnya tergantung pada besar kecilnya skala produksi (bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya untuk penggunaan mesin-mesin seperti pembelian bahan bakar dan lain-lain). 3) Biaya Implisit

Biaya implisit adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, seperti upah tenaga kerja dalam keluarga, nilai modal sendiri, dan nilai sewa lahan sendiri.

4) Biaya Eksplisit

Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam melaksanakan usahatani selama proses produksi. Seperti pembelian pupuk, benih, pestisida, dan lain-lain.

5) Biaya Total

Biaya total adalah penjumlahan antara biaya implisit dan biaya eksplisit, dapat dirumuskan sebagai berikut :


(26)

12 Keterangan :

TC = Total biaya (Total Cost)

TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explicit Cost) TIC = Total Biaya Implisit (Total Implicit Cost) b. Penerimaan

Menurut Soekartawi (2002) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jualnya. Pernyataan ini dapat dituliskan dengan rumus : TR = P x Q

Keterangan :

TR = Penerimaan (Total Revenue)

P = Harga jual

Q = Produksi yang dihasilkan c. Pendapatan

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dapat pula dirumuskan sebagai berikut :

NR = TR - TEC Keterangan :

NR = Total Pendapatan (Net Revenue)

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explcsit Cost)

d. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya


(27)

13

13

yang dikeluarkan dalam proses prduksi, baik berupa biaya ekplisit maupun biaya implisit, secara sistematis dapat pula dirumuskan sebagai berikut :

Π = TR – TC

Keterangan : Π = Keuntungan

TR = Penerimaan (Total Revenue) TC = Biaya total (Total Cost) e. Kelayakan

Menurut Soekartawi (2006) Kelayakan usahatani dapat diukur dengan cara melihat nilai R/C (Revenue Cost Ratio). Sedangkan menurut sumber lain kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Kasmir dan Jakfar (2008). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C= Keterangan :

TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila R/C >1, dan apabila nilai R/C <1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

Produktivitas lahan adalah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit selain sewa lahan milik sendiri dengan luas lahan. Apabila produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usaha tersebut layak diusahakan, namun apabila produktivitas lahan lebih rendah dari sewa lahan,


(28)

14

maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus :

Produktivitas lahan :

Keterangan : NR = Pendapatan

Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit (selain biaya tenaga kerja dalam keluarga) dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Apabila produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah harian tenaga kerja, maka usaha tersebut layak diusahakan, namun apabila produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah harian tenaga kerja, maka usaha tersebut tidak layak unutk diusahakan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus :

Produktivitas tenaga kerja =

Keterangan : NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKO) HKO = Hari Kerja Orang

Produktivitas modal merupakan pendapatan dikurangi dengan sewa lahan sendiri dikurangi nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dibagi dengan biaya total eksplisit dan dikalikan seratus persen. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus :


(29)

15

15

Produktivitas modal :

Keterangan : NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga TEC = Total biaya eksplisit

B. Kerangka Pemikiran

Usahatani cabai merah lahan pantai adalah kegiatan dalam menghasilkan cabai merah dilahan pantai. Dalam usahatani cabai merah input yang dibutuhkan berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Untuk mendapatkan input pada usahatani cabai merah dibutuhkan biaya yang terdiri dari biaya implisit dan biaya eksplisit. Biaya implisit terdiri dari sewa lahan sendiri, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan biaya modal sendiri. Sedangkan biaya eksplisit terdiri dari bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Produksi cabai merah dikalikan harga pada konsumen cabai merah akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan dikurangi biaya eksplisit maka akan diperoleh pendapatan. Penerimaan dikurangi biaya eksplisit dan implisit maka akan diperoleh keuntungan.

Untuk mengetahui kelayakan usahatani cabai merah lahan pantai maka digunakan analisis R/C dengan kriteria usahatani layak apabila R/C bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1). Selain R/C, kelayakan usahatani dapat dianalisis dengan produktivitas lahan, modal dan tenaga kerja. Usahatani dikatakan layak jika produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, produktivitas modal lebih besar


(30)

16

dari tingkat suku bunga bank, produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah harian tenaga kerja, dan untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut :

Usahatani cabe merah

Produksi cabai merah

Input :

 Lahan

 Bibit

 Pupuk

 Pestisida

 Tenaga kerja

 Peralatan

Harga output

Penerimaan

Biaya Produksi

Eksplisit Implisit

Pendapatan

Keuntungan

Kelayakan :  R/c

 Produktivitas

lahan

 Produktivitas

kenaga kerja

 Produktivitas


(31)

17

17


(32)

18 C. Hipotesis

Diduga usahatani cabe merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu layak diusahakan, ditinjau dari R/C, produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal.


(33)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam pembahasannya lebih banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan petani, pendapatan dan keuntungan yang diterima oleh petani, serta kelayakan usahatani cabe merah lahan pantai.

A. Teknik Penentuan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu.

Pengambilan sampel lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sempel lokasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang membuat terpilihnya daerah tersebut sebagai lokasi penelitian karena Desa Karangsewu adalah desa yang potensial untuk dikembangkan usahatani cabai merah lahan pasir pantai dan Desa Karangsewu memiliki luas lahan pasir pantai yang luas karena Desa Karangsewu dekat dengan pantai.

Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo terdapat 46 orang petani cabai merah, di Desa Karangsewu masing-masing petani memiliki luas lahan yang beragam, mulai dari petani yang memiliki luas lahan kurang dari


(34)

lahan lebih dari 1000 m². Pengambilan data petani dalam

penelitian ini dilakukan secara sensus, karena semua petani dijadikan responden. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh lebih valid dan bervariasi sehingga kesalahan dalam penyajian data lebih kecil.

B. Teknik Pengambilan Data

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani dengan melakukan wawancara langsung atau melakukan tanya jawab kepada responden dengan membuat daftar pertanyaan yang sudah disediakan. Data primer meliputi identitas petani, luas lahan, peralatan, jumlah petani, jumlah produksi, tenaga kerja dan lain-lain.

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian. Data sekunder ini meliputi keadaan umum wilayah, keadaan penduduk, keadaan pertanian dan keadaan perekonomian daerah tersebut.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah

Asumsi pada usahatani cabai merah lahan pantai diantaranya meliputi :

1. Semua hasil produksi cabai merah lahan pantai terjual semua

2. Keadaan iklim topograpi usahatani cabai merah lahan pantai sama

3. Harga yang berlaku adalah harga saat pengambilan data dilakukan dan harga diaanggap sama.


(35)

Pembatasan masalah pada usahatani cabai merah lahan pantai diantaranya meliputi :

1. Sampel petani yang diambil dalam usahatani cabai merah lahan pantai adalah petani yang ada di Desa Karangsewu baik yang bergabung dengan kelompok tani maupun yang tidak.

2. Data yang digunakan adalah data satu musim tanam cabai merah lahan pantai tahun 2015.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Luas lahan adalah luas lahan pantai yang ditanami cabai merah dalam 1 musim tanam, yang diukur dalam satuan hektar (Ha)

2. Bibit cabai merah adalah jumlah tanaman cabai merah yang digunakan petani, diukur dalam per batang

3. Pupuk adalah unsur organik dan non organik yang diberikan pada tanaman dalam upaya meningkatkan produksi. Diukur dalam satuan kilogram (Kg)

4. Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah gangguan hama dan penyakit pada tanaman guna meningkatkan produksi. Diukur dalam satuan (Liter)

5. Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang membantu selama proses produksi berlangsung selama satu musim tanam baik tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK), satuan tenaga kerja adalah hari kerja orang (HKO).


(36)

6. Peralatan adalah jumlah dan jenis peralatan yang digunakan selama satu musim tanam cabai merah lahan pantai.

7. Biaya produksi meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk) biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam proses produksi dan diperhitungkan dengan nilai (Rp).

8. Biaya eksplisit adalah besarnya biaya yang secara nyata dikeluarkan seperti biaya pembelian pupuk, benih, tenaga kerja, peralatan dan lain-lain yang diukur dalam nilai (Rp).

9. Biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan namun tetap diperhitungkan, meliputi biaya sewa lahan milik sendiri, dan upah tenaga kerja dalam keluarga yang diukur dalam nilai (Rp).

10. Produksi adalah seluruh hasil produksi yang dihasilkan oleh petani cabai merah lahan pantai dalam satu musim yang diukur dalam kilogram (Kg).

11. Harga produksi adalah harga penjualan cabai merah lahan pantai dengan satuan kilogram (Kg)

12. Penerimaan adalah seluruh jumlah hasil produksi cabai merah yang diterima oleh petani dikalikan dengan harga yang dinyatakan dalam (Rp).

13. Pendapatan yaitu seluruh total penerimaan petani dikurangi dengan biaya eksplisit yang telah dikeluarkan, dinyatakan dalam nilai (Rp).

14. Keuntungan yaitu total penerimaan petani dikurangi dengan biaya eksplisit dan implisit yang dinyatakan dalam (Rp).


(37)

15. Revenue cost ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan total dengan total biaya

16. Produktivitas lahan adalah kemampuan dari setiap penggunaan lahan untuk menghasilkan pendapatan, diukur dengan satuan (Rp/m2)

17. Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap penggunaan tenaga kerja untuk menghasilkan pendapatan, diukur dalam satuan (Rp/HKO)

18. Produktivitas modal adalah kemampuan modal yang digunakan untuk usahatani cabai merah lahan pantai dalam menghasilkan pendapatan, diukur dengan satuan (%).

E. Teknik Analisis Data 1. Total Biaya

Untuk menghitung biaya keseluruhan usahatani cabai merah lahan pantai yaitu dengan menjumlah biaya eksplisit dan implisit selama produksi usahatani cabai merah lahan pantai berlangsung, dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = TEC + TIC Keterangan :

TC = Total cost (Total Biaya)

TEC = Total explicit cost (Total biaya eksplisit) TIC = Total implicit cost (Total biaya implisit )


(38)

Untuk mengetahui penerimaan usahatani cabai merah dapat menggunakan rumus perhitungan berikut :

TR = Y x PY Keterangan :

TR = Total Revenue (Total penerimaan) Y = Produksi cabai merah (Kg)

PY = Harga jual cabai merah (Rp)

3. Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan usahatani cabai merah lahan pantai dapat digunakan rumus sebagai berikut :

NR = TR - TEC Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TR = Total revenue (total penerimaan)

TEC = Total explicit cost (total biaya eksplisit) 4. Keuntungan

Untuk menghitung keuntungan dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Π = TR – TEC – TIC

Keterangan :

Π = Keuntungan (Rp)

TR = Total revenue (penerimaan)

TEC = Total explicit cost (total biaya ekslpisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)


(39)

5. Analisis kelayakan a. Revenue Cost ratio (R/C)

Untuk mengetahui R/C usahatani cabai merah lahan pantai dapat digunakan rumus sebagai berikut :

R/C= Keterangan :

R/C = Revenue cost ratio

TR = Total revenue (total penerimaan) TC = Total cost (total biaya)

Ketentuan :

Apabila R/C > 1 maka usahatani cabai merah lahan pasir pantai layak diusahakan Apabila R/C < 1 maka usahatani cabai merah lahan pasir pantai tidak layak untuk diusahakan

b. Produktivitas Lahan

Untuk menghitung produktivitas lahan dapat digunakan rumus :

Produktivitas lahan :

Keterangan :

NR = Net return (Pendapatan) Ketentuan :

Apabila produktivitas lahan lebih > dari sewa lahan sendiri maka usahatani cabe merah lahan pasir pantai layak untuk diusahakan.

Apabila produktivitas lahan lebih < dari sewa lahan sendiri maka usahatani cabe merah lahan pasir pantai tidak layak untuk diusahakan.


(40)

Untuk menghitung produktivitas tenaga kerja secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus :

Produktivitas tenaga kerja =

Keterangan : NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKO) HKO = Hari Kerja Orang

Ketentuan :

Apabila produktivitas tenaga kerja lebih > dari upah minimum harian, maka usahatani cabe merah lahan pantai layak diusahakan.

Apabila produktivitas tenaga kerja lebih < dari upah minimum harian, maka usahatani cabe merah lahan pantai tidak layak diusahakan.

d. Produktivitas modal

Untuk mengetahui produktivitas modal usahatani dapat digunakan rumus:

Produktivitas modal :

Keterangan : NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga TEC = Total biaya eksplisit

Ketentuan :

Apabila produktivitas modal lebih > dari tingkat suku bunga tabungan, maka usahatani cabe merah layak untuk diusahakan.


(41)

Apabila produktivitas modal lebih < dari tingkat suku bunga tabungan, maka usahatani cabe merah tidak layak unutk diusahakan.


(42)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis

Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu yang terbagi dalam 75 pedukuhan, 148 RW, 305 RT dengan luas wilayah 3.291.2325 ha, jumlah penduduk 35.489 jiwa. Dengan batas wilayah :

- sebelah utara : Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo - sebelah selatan : Samudera Indonesia

- sebelah timur : Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul - sebelah barat : Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo

Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Desa ini terletak di wilayah paling selatan diantara desa-desa di Kabupaten Kulon Progo. Desa Karangsewu merupakan penggabungan tiga kelurahan yaitu Imorenggo, Wonopeti dan Kempleng. Pada Tahun 1949 Desa Karangsewu memiliki luas wilayah sebesar 926,2370 ha, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Pola penggunaan lahan Desa Karangsewu

Penggunaan Lahan Luas (Ha)

a. Pemukiman b. Bangunan Umum

13,4016 0,3000 1,6000 1,3000 2,1950


(43)

Jalan c. Sawah

d. Tegal/Pekarangan

e. Rekreasi dan OR

f. Perikanan

4,0000 247,9495

6,3600 207,2364 230,2869 1,0950 0,0100 0,0600 0,0750

Jumlah 926,2370

Sumber data: Monografi Desa Karangsewu 2008

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Desa Karangsewu memiliki pola penggunaan lahan yang beragam, mulai dari penggunaan lahan pemukiman, bangunan umum, sawah, tegal/pekarangan, rekreasi olahraga, dan perikanan. Desa Karangsewu juga terdiri dari 17 pedukuhan atau dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(44)

Tabel 2. Nama Dukuh Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur

No Dusun Nama Pedukuhan

1 Dusun I Boro

2 Dusun II Boro 2

3 Dusun III Bedoyo

4 Dusun IV Gupit

5 Dusun V Siliran 1

6 Dusun VI Siliran 2

7 Dusun VII Wonopati

8 Dusun VIII Mabeyan

9 Dusun IX Sorogaten 1

10 Dusun X Sorogaten 2

11 Dusun XI Bapangan

12 Dusun XII Sewugalur

13 Dusun XIII Dalen

14 Dusun XIV Kempleng 1

15 Dusun XV Kempleng 2

16 Dusun XVI Barongan

17 Dusun XVII Imerenggo

Sumber data: Monografi Desa Karangsewu 2008

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan Pemerintahan Desa, jumlah penduduk Desa Karangsewu yang tercatat, terdiri dari 2.094 KK dengan jumlah total 8.233 jiwa, dapat pula dilihat pada tabel berikut :


(45)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang berumur 0 – 15 tahun atau umur belum produktif berjumlah 2,151 orang, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1036 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1,115 orang. Sedangkan untuk umur 16 – 60 tahun atau umur produktif berjumlah 5,163 orang. 2,518 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki, dan 2,645 orang yang berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya adalah untuk masyarakat yang berumur 61 – 76 tahun keatas atau umur yang sudah tidak produktif berjumlah 919 orang, dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 412 orang, dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 507 orang.

C. Pendidikan

Salah satu faktor pendukung pembangunan adalah sumberdaya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya dapat ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun informal. Untuk itu perlu didukung sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pendidikan tersebut. Jumlah sekolah di Desa Karangsewu dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Sekolah di Desa Karangsewu No. Golongan Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Jiwa Persentase (%)

L P

1 0 – 15 1036 1,115 215.1 26,12

2 16 – 60 2,518 2,645 516.3 62,71

3 >61 412 507 919 11,16


(46)

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

TK 10 55,5

SD 5 27,7

SMP/MTS 2 11,1

SMA 1 5,5

Jumlah 18 100

Jumlah sekolah di lingkungan kemendiknas di Desa Karangsewu Kecamatan Galur sebanyak 18 sekolah (baik negeri maupun swasta) dari jenjang taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas/sekolah mengah kejuruan. Jumlah TK sebanyak 10, SD sebanyak 5, SMP/MTS sebanyak 2 dan SMA/SMK sebanyak 1. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa untuk sarana pendidikan di Desa Karangsewu dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMA/SMK sudah tersedia. Semakin banyak jumlah sekolahan yang ada pada suatu daerah maka akan semakin mempermudah masyarakat untuk menuntut ilmu sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Dengan demikian penyerapan dalam inovasi teknologi terutama dibidang pertanian akan semakin tinggi.


(47)

D. Keadaan Pertanian 1. Penggunaan Lahan

Lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, karena lahan merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Penggunaan lahan di Desa Karangsewu terdiri dari lahan sawah, lahan kering, bangunan, dan lainnya. Luas penggunaan lahan di Desa Karangsewu dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 5. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1. Tanah Sawah 264,15 28,52

2. Tanah Kering 374,62 40,45

3. Bangunan 23,24 2,50

4. Lainnya 264,12 28,51

Jumlah 926,13 100 Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan paling luas adalah tanah kering yaitu seluas 374,62 hektar, dengan pemanfaatan tanah kering sebagai lahan bercocok tanam cabai merah maka potensi untuk meningkatkan hasil produksi pertanian terutama komoditas cabai merah di Desa Karangsewu akan semakin besar.


(48)

2. Budidaya Tanaman Cabai Merah a. Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan sebelum proses penanaman dilakukan, kegiatan ini meliputi pembersihan lahan dari gulma, pemberian pupuk kandang pada lahan, pencampuran pupuk dengan traktor, perataan lahan setelah di beri pupuk kandang, dan pemasangan mulsa.

b. Penanaman

Penanaman cabai merah dilakukan setelah proses pemasangan mulsa dilakukan, jarak tanam untuk cabai merah adalah 20 x 20 cm, karena lahan pantai memiliki kekuatan angin yang cukup kuat maka perlu adanya ruang untuk mencegah robohnya tanaman cabai. Semakin luas jarak tanam cabai maka kemungkinan rusaknya tanaman akibat angin semakin rendah, karena angin lebih terkandali dengan adanya ruang diantara batang tanaman.

c. Pemeliharaan

1) Penyiraman

System pengairan lahan pasir menggunakan sumur, pengairan dilakukan dengan menyedot air menggunakan diesel, penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama tanaman cabai berumur kurang lebih dua bulan, untuk bulan selanjutnya tanaman cabai disiram hanya 1 kali sehari. Selain untuk mencukupi kebutuhan tanaman cabai akan air, penyiraman berfungsi untuk mengurangi kadar garam dan menjaga suhu agar tetap terjaga. Pada musim


(49)

hujan penyiraman dilakukan sebanyak 3 kali sehari atau bahkan lebih, karena pada musim hujan penguapan lahan lebih banyak terjadi sehingga air hujan akan menyebabkan kematian pada tanaman cabai karena kandungan garam yang tinggi. Untuk itu bercocok tanam cabai merah lebih baik dilakukan pada musim kemarau karena tingkat penguapan yang lebih rendah disbanding dengan musim penghujan.

2) Pemupukkan

Pada tanaman cabai merah pemupukkan dilakukan minimal 3 kali selama proses usahatani berlangsung, pupuk yang digunakan adalah NPK, TSP, PONSKA, ZA, STARMEX, BAMEX, BION, dll. Pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai pupuk digunakan apabila tanaman sudah waktunya dipupuk, biasanya pemupukan dilakukan pada tanaman cabai merah ketika berumur 2 minggu, 6 minggu, dan berumur 3 bulan. Penggunaan pupuk juga tidak dilakukan setiap saat, beberapa jenis pupuk hanya akan digunakan ketika tanaman cabai merah mengalami gangguan hama dan penyakit, seperti pengguanaan pupuk daun.

3) Penyiangan

Penyiangan pada tanaman cabai merah berfungsi untuk mencegah persaingan unsur hara tanah, sehingga dilakukan penyiangan gulma pada lahan. Kegiatan ini dilakukan 2 atau 3 kali selama proses usahatani berlangsung dengan cara mencabut gulma yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman cabai merah.


(50)

4) Penyemprotan

Penyemprotan merupakan kegiatan yang dilakukan petani apabila tanam cabai terserang penyakit saja, penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pestisida, seperti BION dan ANTRAKOL.

5) Pemanenan

Pemanenan cabai merah dilakukan setelah berumur 70-80 hari setelah tanam. Tanda-tanda cabai yang sudah siap dipetik apabila cabai sudah berwarna merah, jeda waktu pemetikan dilakukan 4-5 hari sekali antara pemetikan pertama dan pemetikan berikutnya. Rata-rata pemanenan cabai merah di Desa Karangsewu selama satu musim tanam adalah 10-20 kali pemanenan.

6) Pemasaran

Pemasaran cabai merah di Desa Karangsewu mayoritas melalui pengepul yang datang langsung kerumah petani. Selain dijual ke pengepul, petani juga biasanya menggunakan sistem lelang untuk mendapatkan harga yang diinginkan.


(51)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani

1. Umur Petani

Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut. Semakin muda usia petani maka semakin besar tenaga yang dicurahkan pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai. Jumlah petani cabai merah berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah petani cabai merah lahan pantai menurut umur Umur Petani Jumlah Petani Persentase (%)

30-39 14 30,43

40-49 23 50

50-59 7 15,21

>60 2 4,34

Jumlah 46 100

Petani yang dijadikan responden pada penelitian ini berjumlah 46 orang dengan kisaran umur mulai dari 30 sampai lebih dari 60 tahun. Dari jumlah keseluruhan yang paling mendominasi adalah petani yang berumur 40 sampai 49 tahun, dengan persentase sebesar 50%. Selanjutnya adalah petani dengan umur 30 sampai 39 tahun yang berjumlah 14 orang dengan persentase 30,43%, petani yang berumur 50 sampai 59 tahun berjumlah 7 orang dengan persentase 15,21%, dan


(52)

4,34%. Umur petani juga mempengaruhi produktivitas kerja seseorang dibutuhkan

semakin banyak petani yang berumur produktif maka kemampuan tenaga yang dicurahkan dalam mengolah usahatani cabai merah akan semakin besar.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada petani merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani cabai merah lahan pasir pantai. Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi cara berpikir petani untuk mengembangkan usahataninya. Petani yang berpendidikan lebih tinggi dengan mudah menerima informasi mengenai usahatani cabai merah, misalnya informasi mengenai pasar, dan kebijakan-kebijakan tentang usahatani cabai merah.

Tabel 2. Jumlah petani cabai merah desa karangsewu berdasarkan tingkat pendidikan Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 13 28,26

SMP 11 23,91

SMA/SMK 19 41,30

PT 3 6,52

Jumlah 46 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah petani cabai merah di Desa Karangsewu berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan dengan persentase sebanyak 41,30%. Artinya mayoritas petani yang ada di Desa Karangsewu


(53)

memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Meskipun pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, pada proses usahatani cabai merah selain pengalaman bertani tingkat pendidikan petani merupakan hal penting terhadap keberhasilan dalam melakukan usahatani cabai merah lahan pasir pantai,

3. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu merupakan faktor yang mempengaruhi usahatani cabai merah. Pengalaman diperlukan untuk mengetahui berapa lama petani mengembangkan usahataninya. Atau dapat pula dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Tingkat pengalaman bertani petani di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah Petani Persentase (%)

< 5 12 26,08

6-10 15 32,60

>10 19 41,30

Jumlah 46 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani di Desa Karangsewu didominasi oleh petani yang sudah lebih dari 10 tahun bertani cabai merah di lahan pasir pantai yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 41,30%, selanjutnya petani yang pengalaman usahatani selama 6-10 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 32,60%, untuk petani yang memiliki pengalaman usahatani kurang dari 5 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 26,08%. Pengalaman bertani merupakan point utama dalam pengembangan usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karagsewu.


(54)

pada periode tanam berikutnya.

4. Luas Penggunaan Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses produksi usahatani cabai merah lahan pasir pantai, di Desa Karangsewu lahan yang digunakan untuk kegiatan usahatani adalah berupa lahan pasir pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa Karangsewu sangat bervariasi, mulai dari kurang dari 600 m², lebih dari 600 m², sampai dengan lebih dari 1000 m². Keadaan ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan oleh petani. Luas penggunaan lahan cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Luas penggunaan lahan petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kabupaten Kulon Progo

Uraian Luas Lahan (M²) Jumlah Petani Persentase (%)

1 100- 599 11 23,91

2 600-1000 14 30,43

3 >1000 21 45,65

Jumlah 51550 46 100

Rata-rata 0,112 (Ha)

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa luas lahan petani berbeda-beda, penggunaan lahan yang paling mendominasi ada pada petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1000 m² yaitu berjumlah 21 orang dengan persentase 45,65%. Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka akan semakin mempengaruhi hasil yang diterima oleh petani cabai merah lahan pasir pantai, tentunya sesuai dengan


(55)

proses yang dilakukan selama kegiatan usahatani cabai merah lahan pasir pantai berlangsung.

5. Identitas Anggota Keluarga Petani

Identitas anggota keluarga petani pada penelitian ini meliputi istri, anak dan anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga sangat berperan dalam usahatani cabai merah, terutama dalam penggunaan tenaga kerja. Identitas anggota keluarga petani dilihat dari segi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Umur produktif dalam keluarga petani tentunya sangat berperan dalam penggunaan tenaga kerja pada usahatani cabai merah. Tingkat pendidikan juga sangat membantu anggota keluarga lainnya untuk menerima informasi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah membantu kepala keluarga dalam mengembangkan usahataninya. Berikut tabel anggota keluarga petani berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.


(56)

No Karakteristik Keluarga Petani Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Umur

0-15 tahun 27 35,5

16-60 tahun 42 55,2

>60 tahun 7 9,2

Jumlah 76 100

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 34 44,7

Perempuan 42 55,2

Jumlah 76 100

3 Tingkat Pendidikan

Belum/tidak sekolah 17 22,3

SD 19 25

SMP/MTS 13 17,1

SMA/SMK 22 28,9

PT 5 6,5

Jumlah 76 100

Dari tabel di 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota keluarga petani masuk dalam usia produktif (16-60 tahun) sebanyak 42 orang, dengan presentase sebesar 55,2%. Sedangkan selebihnya masuk kedalam usia belum produktif (0-15 tahun) yaitu sebanyak 27 orang dengan presentase sebesar 35,5%, dan yang berumur >60 tahun sebanyak 7 orang dengan presentase sebesar 9,2%. Lebih dari 50% anggota keluarga berada pada usia produktif dan sebagiannya berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 42 orang. Usia produktif pada tabel diatas yaitu berumur mulai dari 16 - 60 tahun, usia produktif adalah usia ketika seseorang masih mampu bekerja menghasilkan sesuatu untuk bisa melangsungkan


(57)

hidup, semakin banyak keluarga petani yang berusia produktif maka akan semakin tinggi tenaga kerja yang dicurahkan pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai.

Dalam usahatani cabai merah lahan pasir pantai tenaga kerja yang digunakan umumnya adalah anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki, karena laki-laki dinilai memiliki tenaga yang lebih dibandingkan anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan. Kegiatan usahatani cabai merah lahan pasir pantai mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, perawatan, dan penyiraman. Penanaman dan pemanenan cabai merah lahan pasir pantai biasanya dilakukan oleh wanita, baik tenaga kerja wanita dalam keluarga maupun tenaga kerja wanita dari luar keluarga. Tingkat pendidikan anggota keluarga petani cabai merah lahan pasir pantai cukup tinggi, yaitu sebanyak 22 orang ditingkat pendidikan SMA/SMK. Dengan presentase sebesar 25,9%, ini tentunya akan mempermudah dalam penerapan informasi dan teknologi untuk mengembangkan usahatani cabai merah lahan pasir pantai.

B. Analisis Biaya Usahatani Cabai Merah

Biaya produksi merupakan nilai faktor produksi yang digunakan selama proses produksi usahatani cabai merah. Biaya terdiri dari biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, dan biaya implisit atau biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh petani. Biaya eksplisit meliputi biaya sewa lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan, dan


(58)

sendiri, tenaga kerja dalam keluarga dan bunga modal sendiri.

1. Biaya Benih

Benih merupakan faktor penting dalam usahatani cabai merah lahan pasir pantai. Penggunaan bibit yang unggul dan berkualitas baik akan sangat mendukung hasil yang akan diperoleh dari usahatani cabai merah. Di Desa Karangsewu semua petani menggunakan benih bermerk Helix yang dibeli dari toko pertanian dan kemudian disemai sendiri oleh petani untuk dijadikan bibit. Varietas ini memiliki banyak keunggulan seperti lebih tahan terhadap cuaca atau musim, tidak mudah busuk dan akar dari tanaman cabai jenis ini dinilai lebih mampu bertahan meski diterjang badai angin. Biaya benih dihitung dengan penjumlahan antara biaya benih rata-rata dibagi dengan jumlah petani. Jadi biaya rata-rata benih untuk luasan lahan 0,112 (hektar) adalah Rp 304.037 per usahatani per musim tanam cabai merah lahan pasir pantai.

2. Biaya Pupuk

Dalam penggunaan pupuk ada dua macam pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan di lokasi penelitian adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kotoran ayam. Sedangkan pupuk anorganik terdiri dari Ponska, ZA, KCL, dan TSP. Penggunaan pupuk dalam usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dalam satu musim tanam dapat dilihat pada tabel berikut :


(59)

Tabel 6. Penggunaan pupuk berdasarkan jenis pupuk per usahatani did Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Jenis Pupuk Jumlah (Kg)

Per usahatani Presentase (%) Harga

(Rp/Kg)

Biaya (Rp)

Pupuk Kandang 1086.95 500 543.000 71,44

Ponska 33.58 2300 77.250 4,8

ZA 31.32 1600 50.121 3,15

TSP 14.97 2500 37.425 2,35

NPK 32.13 9000 289.170 18,18

Jumlah 996.966 100

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa pupuk organik yang digunakan oleh petani cabai merah di Desa Karangsewu adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam dan sapi. Pupuk kandang digunakan sebagai pupuk dasar bersamaan dengan pengolahan tanah, pupuk kandang diperoleh oleh petani dari peternak ayam dan dan sapi di kabupaten kulon progo. Penggunaan pupuk kandang pada tabel 11 adalah 1086.95 kg per usahatani dengan biaya sebesar Rp 543.000,-dari total biaya penggunaan pupuk.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-bahan organik didalam tanah, termasuk struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal.


(60)

biologis serta merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. pupuk kimia mengandung tiga senyawa utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). kandungan NPK dihitung dengan pemeringkatan NPK, secara umum nutrisi NPK yang siap diserap oleh tanaman mencapai 64% jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk organik yang hanya menyediakan dibawah 1% dari berat pupuk yang diberikan.

Total biaya penggunaan pupuk per usahatani cabai merah lahan pasir pantai adalah Rp 996.966,- penggunaan pupuk dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanahnya. Tanah yang digunakan untuk usahatani cabai merah lahan pasir di Desa Karangsewu merupakan tanah pasir pantai yang memiliki kandungan bahan organik, unsur hara dan daya menyimpan air rendah sehingga diperlukan penggunaan pupuk buatan dalam jumlah yang besar.

3. Biaya Pestisida

Pestisida merupakan zat cair atau padat yang digunakan oleh petani untuk mencegah serangan hama dan penyakit, petani di Desa Karangsewu melakukan pencegahan dengan penyemprotan dengan zat pestisida yang dibutuhkan. Penyemprotan untuk mencegah serangan dilakukan pada saat tanaman terkena serangan hama dan penyakit. Berikut tabel penggunaan pestisida pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai.


(61)

Tabel 7. Penggunaan pestisida berdasarkan jenis pestisida di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Jenis Pestisida Biaya (Rp) Persentase (%)

Starmek 71.739 10,63

Antrakol 166.956 24,75

Bion 150.000 22,23

Antonix 33.913 5,02

Mefindo 86.086 12,76

Matador 6.086 0,90

Bamex 143.478 21,26

Indox 16.304 2,41

Jumlah 712.539 100

Jenis pestisida yang digunakan oleh petani cabai merah di Desa Karangsewu bermacam-macam seperti Starmek, Antrakol, Bion, Antonix, Mefindo, Matador, Bamex, dan Indox. Berdasarkan tabel 12 rata-rata penggunaan pestisida untuk satu musim tanam cabai merah lahan pasir pantai sebesar Rp 712.539,- dengan luas lahan 0,112 hektar. Fungsi dari jenis pestisida tersebut tentunya sangat bermacam-macam seperti Starmex, Mefindo, Bamex jenis ini termasuk dalam insektisida dan digunakan apabila tanaman cabai merah terkena serangga. Sedangkan Bion termasuk jenis Fungisida yang digunakan untuk mencegah cendawan atau jamur pada cabai merah. Sedangkan untuk zat pengatur tumbuh petani cabai merah menggunakan pestisida jenis Antonix.


(62)

Usahatani cabai merah di Desa Karangsewu meliputi persiapan lahan, tanam, pemeliharaan, dan panen. Biaya tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Penggunaan biaya tenaga kerja di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Variabel Dalam Keluarga Luar Keluarga

HKO Biaya HKO Biaya

Persemaian benih 1,0 60.000 0 0

Persiapan lahan

1. Pemupukan organik 0,6 32.609 0,4 25109

2. Traktor 0.2 22.500 0,1 14022

3. Bedeng 0,6 37.500 0 0

4. Mulsa 0,1 22.012 0 0

5. Lobang Tanam 0,3 10.000 0 0

Penanaman 0.4 20.652 0,9 43342

Pemeliharaan

1. Pemupukkan 1.4 14.675 0 0

2. Penyiangan 4,5 31.304 0 0

3.Pemberantasan H&P 2 18.750 0 0

4. Penyiraman 64 1.931.250 0 0

Panen 9,2 550.272 22 1320652

Jumlah 84,3 2.751.524 23,4 1.403.125

Total (TKDK+TKLK) 107,7(HKO) 4.156.649(Rp)

Penggunaan tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani sendiri seperti anak, istri dan yang lainnya. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga selama proses usahatani cabai merah lahan pasir pantai berlangsung, usahatani cabai merah lahan pasir pantai berlangsung selama 3-4 bulan. Curahan tenaga kerja yang paling banyak


(63)

dibutuhkan adalah tenaga kerja dalam keluarga pada saat penyiraman, lahan pasir membutuhkan air yang lebih banyak karena lahan pasir pantai memiliki struktur tanah yang kurang bias menahan air. Cabai merah lahan pasir biasanya disiram sebanyak 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari sealama kurang lebih 2 bulan, setelah itu penyiraman hanya dilakukan sekali saja. Akan tetapi pada saat musim hujan tanaman cabai merah lahan pasir bisa disiram lebih dari 3 kali sehari karena air hujan di pinggir pantai memiliki kandungan garam yang tinggi, sehingga akan bisa menyebabkan kematian pada tanaman cabai, tentunya proses penyiramana pada musim hujan ini akan memerlukan biaya yang lebih tinggi. Pada tabel 13 proses pemanenan HKO tenaga kerja luar keluarga yang dibutuhkan adalah 5,9 ini dikarenakan pada saat pemanenan memang sudah ada tenaga kerja yang biasanya diupah oleh para petani cabai merah yang berasal dari luar keluarga. 1 Hari Kerja Orang adalah 8 jam kerja dalam sehari, jadi biaya tenaga kerja per orang untuk satu musim adalah Rp 4.156.649,- dengan total HKO yang di gunakan sebanyak 107,7.

5. Penyusutan Alat

Penyusutan alat merupakan biaya yang dikeluarkan secara tidak tunai dan tidak diperhitungkan oleh petani, tetapi pada penghitungan biaya produksi merupakan biaya tunai. Biaya penyusutan alat masuk dalam biaya usahatani karena alat tidak hanya digunakan sekali pakai. Berikut rata-rata biaya penyusutan alat pada suahatani cabai merah lahan pasir pantai dapat dilihat pada tabel berikut;


(64)

Jenis Alat Biaya (Rp) Persentase (%)

Cangkul 6-413 12,46

Angkong 37.852 7,35

Handsprayer 38.148 7,41

Diesel 232.326 45,14

Selang 29.207 5,67

Mulsa 83.478 16,21

Pipa 29.508 5,7

Jumlah 456.932 100

Penyusutan alat merupakan nilai yang dapat dijangkau untuk pembelian kembali alat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dari tabel 14 menunjukkan bahwa penyusutan alat tertinggi adalah diesel yaitu sebesar Rp 232326,- atau

sebesar 45,14%. Hal ini dikarenakan harga beli mesin diesel masih mahal. mesin diesel digunakan sebagai alat mengambil air untuk proses penyiraman pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai agar proses penyiraman lebih mudah. Biaya total penyusutan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 456,932,- per usahatani. 6. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain merupakan biaya yang benar benar dikeluarkan oleh petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo seperti bahan bakar dan acara arisan atau iuran rutin. Berikut tabel perhitungan biaya lain-lain. Desa Karangsewu hanya ada biaya bahan bakar, karena memang tidak ada biaya lain-lain seperti iuran. Penggunaan biaya pembelian bahan bakar pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai yaitu sebesar Rp 441,033,- per usahatani per musim dengan luas lahan 0,112 hektar.


(65)

7. Biaya Sewa Lahan Milik Sendiri

Penggunaan rata-rata lahan untuk usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah 0,112 hektar. Penggunaan lahan terendah adalah 200 m² atau 0,02 hektar, sedangkan penggunaan lahan tertinggi adalah 2400 m² atau 0,240 hektar. Biaya sewa lahan dengan luas lahan 0,112 hektar adalah sebesar Rp 1.680.978,- per tahun. Jadi biaya sewa lahan dengan luas lahan rata-rata 0,112 hektar adalah Rp 840.489,- per musim tanam.

8. Biaya Total

Biaya total merupakan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam, baik eksplisit maupun implisit. Berikut biaya rata-rata yang dikeluarkan petani untuk produksi cabai merah lahan pasir pantai.

Tabel 10. Penggunaan biaya rata-rata yang dikeluarkan petani cabai merah di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Uraian Biaya per usahatani (Rp) Biaya Eksplisit

Bibit 304.037

Pupuk 996.966

Pestisida 712.539

TK Luar Keluarga 1.403.125

Penyusutan Alat 456,932

Bahan Bakar Bensin 441.033

Jumlah 4.314.622

Biaya Implisit

TK Dalam Keluarga 2.751.524

Sewa Lahan Milik Sendiri 840.489

Bunga Modal sendiri 152.634

Jumlah 3.744.647


(66)

adalah biaya tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar Rp 1.403.125,- hal ini dikarenakan tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan saat pemanenan cukup banyak. Sedangkan biaya yang paling rendah adalah biaya bahan bakar bensin yaitu sebesar Rp 441.003,- Jumlah biaya eksplisit yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani cabai merah lahan pasir pantai dengan luas lahan rata-rata 0,112 hektar adalah Rp 4.314.622,-

Biaya implisit yang paling besar digunakan adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga yaitu sebesar Rp 2.751.524,- dan biaya yang paling kecil dikeluarkan adalah biaya bunga modal sendiri yaitu sebesar Rp 152.634,- jadi jumlah biaya implisit yang dikeluarkan untuk usahatani cabai merah lahan pasir pantai untuk luas lahan rata-rata 0,112 hektar adalah Rp 3.744.647,- per musim. Total dari biaya keseluruhan selama proses produksi cabai merah lahan pasir pantai adalah Rp 8.059.269,- untuk satu musim tanam.

9. Biaya Bunga Modal Sendiri

Modal sendiri diperoleh dari biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan dikalikan dengan suku bunga yang berlaku. Total biaya eksplisit sebesar Rp 4.314.622,- dan suku bunga pinjaman dari bank BRI yang berlaku di Kecamatan Galur adalah 9% per tahun. Pada usahatani cabai merah lahan pasir pantai membutuhkan waktu 6 bulan maka bunga modal yang berlaku adalah sebesar 4,5%. Jadi bunga modal selama 6 bulan adalah Rp 194.157,- per musim tanam.


(67)

C. Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil dari perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual pada saat penelitian dengan asumsi bahwa harga cabai dianggap sama. Faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah lahan pasir pantai adalah teknik budidaya dan kondisi lingkungan. Berikut tabel biaya penerimaan cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu per musim tanam.

Tabel 11. Biaya penerimaan cabai merah di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Penerimaan Jumlah

Produksi (Kg) 1663.34

Harga (Rp) 16804

Total (Rp) 27.951.475

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata produksi cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah 1663.34 kg per musim tanam dengan harga jual rata-rata tertimbang sebesar Rp 16804,- per kilogram, jadi penerimaan usahatani cabai merah dengan luas lahan rata-rata 0,112 hektar per musim tanam adalah sebesar Rp 27.951.475,-


(68)

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya total. Total penerimaan di definisikan sebagai nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani yang merupakan perkalian antara harga dengan jumlah produksi. Apabila NR lebih besar dari nol maka dinilai mampu memberikan pendapatan (layak), tetapi jika pendapatan kurang drai angka nol maka dinilai tidak mampu memberikan pendapatan (tidak layak).

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses prduksi, baik berupa biaya ekplisit maupun biaya implisit. Berikut tabel rata-rata biaya pendapatan usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu per musim tanam dengan luas lahan 0,112 hektar.

Tabel 12. Baiya rata-rata pendapatan usahatani cabai merah Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Uraian Jumlah

1. Penerimaan 27.951.475

2. Biaya Eksplisit 4.314.622

3. Biaya Implisit 3.744.647

4. Pendapatan (1-2) 23.636.853

5. Keuntungan (1-2-3) 19.892.206

Tabel 17 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata dari usahatani cabai merah di lahan pasir yaitu sebesar Rp 19.892.206,- per musim tanam dengan luas lahan rata-rata 0,112 hektar. Usahatani lahan pasir layak untuk diusahakan karena nilai Net Revenue (pendapatan) lebih besar dari nol.


(69)

1. Analisis R/C

Kelayakan usahatani dihitung dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio. Berikut tabel perhitungan R/C usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Tabel 13. Analisis R/c usahatanai cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu

Uraian Biaya

Penerimaan 27951475

Total biaya produksi 8.059.269

R/C 3,4

Dari tabel 18 menunjukkan bahwa analisis R/C usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak diusahakan karena dari hasil analisis yang dilakukan total R/C yang diperoleh adalah 3,4 atau lebih besar dari 1. Artinya setiap 1 rupiah yang dikeluarkan petani maka akan memperoleh penerimaan sebesar 3,5 rupiah.

2. Produktivitas Lahan

Produktivitas lahan adalah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit selain biaya sewa lahan milik sendiri dengan luas lahan. Apabila produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan, namum apabila produktivitas lahan lebih rendah dari sewa lahan, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Berikut tabel perhitungan produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan pasir panti di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupateng Kulon Progo


(70)

Uraian Biaya

Pendapatan 23.636.853

TKDK 2.751.524

Bunga Modal Sendiri 194.157

Luas Lahan 0,112

Produktivitas Lahan 19.151.784

Dari tabel 19 menunjukkan bahwa produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan pasir pantai berjumlah Rp 19.151.784,- sedangkan nilai sewa lahan milik sendiri adalah sebesar Rp 840.489,- untuk satu musim tanam dengan luas lahan 0,112 hektar artinya produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Petani akan lebih memilih untuk mengembangkan usahatani cabai merah lahan pasir pantai daripada menyewakan lahan pasir pantai yang dimiliki, karena produktivitas lahan lebih besar daripada nilai sewa lahan milik sendiri.

3. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja dapat dihitung dengan membandingkan antara pendapatan dengan biaya implisit (selain biaya tenaga kerja dalam kluarga) dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Berikut tabel perhitungan produktivitas tenaga kerja usahatani cabai merah di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo


(1)

1. Analisis R/C

Kelayakan usahatani dihitung dengan menggunakan analisis Revenue Cost

Ratio. Berikut tabel perhitungan R/C usahatani cabai merah lahan pasir pantai di

Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Tabel 13. Analisis R/c usahatanai cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu

Uraian Biaya

Penerimaan 27951475

Total biaya produksi 8.059.269

R/C 3,4

Dari tabel 18 menunjukkan bahwa analisis R/C usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak diusahakan karena dari hasil analisis yang dilakukan total R/C yang diperoleh adalah 3,4 atau lebih besar dari 1. Artinya setiap 1 rupiah yang dikeluarkan petani maka akan memperoleh penerimaan sebesar 3,5 rupiah.

2. Produktivitas Lahan

Produktivitas lahan adalah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit selain biaya sewa lahan milik sendiri dengan luas lahan. Apabila produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan, namum apabila produktivitas lahan lebih rendah dari sewa lahan, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Berikut tabel perhitungan produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan pasir panti di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupateng Kulon Progo


(2)

Tabel 14. Produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan pasir panti di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupateng Kulon Progo

Uraian Biaya

Pendapatan 23.636.853

TKDK 2.751.524

Bunga Modal Sendiri 194.157

Luas Lahan 0,112

Produktivitas Lahan 19.151.784

Dari tabel 19 menunjukkan bahwa produktivitas lahan usahatani cabai merah lahan pasir pantai berjumlah Rp 19.151.784,- sedangkan nilai sewa lahan milik sendiri adalah sebesar Rp 840.489,- untuk satu musim tanam dengan luas lahan 0,112 hektar artinya produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Petani akan lebih memilih untuk mengembangkan usahatani cabai merah lahan pasir pantai daripada menyewakan lahan pasir pantai yang dimiliki, karena produktivitas lahan lebih besar daripada nilai sewa lahan milik sendiri.

3. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja dapat dihitung dengan membandingkan antara pendapatan dengan biaya implisit (selain biaya tenaga kerja dalam kluarga) dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Berikut tabel perhitungan produktivitas tenaga kerja usahatani cabai merah di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo


(3)

Tabel 15. Perhitungan biaya produktivitas tenaga kerja usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo

Uraian Biaya

Pendapatan 23.636.853

Bunga Modal 194.157

Sewa Lahan Sendiri 840.489

Total TKDK (HKO) 84,3

Produktivitas Tenaga Kerja 22.794.060

Kelayakan produktivitas tenaga kerja dikatakan layak apabila produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah harian tenaga kerja. Dan dikatakan tidak layak apabila produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah harian tenaga kerja. Dari tabel 20 menunjukkan bahwa usahatani cabai merah lahan pasir pantai layak untuk diusahakan karena jumlah dari produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah harian tenaga kerja yaitu Rp 22.794.060,- petani lebih memilih untuk bekerja di lahan usahatani cabai merah lahan pasir pantai daripada harus bekerja selain dilahan pasir pantai, karena produktivitas lahan cabai merah lebih tinggi dari upah tenaga kerja.

4. Produktivitas Modal

Produktivitas modal merupakan pendapatan dikurangi dengan sewa lahan sendiri dikurangi dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dibagi dengan biaya total eksplisit dan dikalikan serratus persen. Atau dapat dilihat pada tabel berikut


(4)

Tabel 16. Perhitungan biaya produktivitas modal ushatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo.

Uraian Biaya

Pendapatan 23.636.853

Sewa Lahan Sendiri 840.489

TKDK 2.751.524

Total biaya eksplisit 4.314.622

Produktivitas Modal (%) 227

Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo tingkat suku bunga tabungan pertahun adalah (9%) yang kemudian dibagi menjadi dua karena usahatani cabai merah lahan pasir pantai membutuhkan waktu 6 bulan untuk satu kali musim (4,5%). Dari tabel 21 menunjukkan bahwa produktivitas modal lebih besar dari tingkat suku bunga tabungan per satu musim tanam yaitu berjumlah 227% artinya usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak untuk diusahakan.


(5)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian tentang kelayakan usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut.

1. Penggunaan luas lahan rata-rata per usahatani adalah 0,112 hektar, dan biaya

yang dibutuhkan adalah Rp 8.059.269,-. Penerimaan yang diperoleh adalah Rp 27.951.475,- menghasilkan pendapatan sebesar Rp 23.636.853,- dan keuntungan sebesar Rp 19.892.206,-.

2. Analisis kelayakan usahatani cabai merah lahan pasir pantai berdasarkan analisis pendapatan adalah layak untuk diusahakan karena memperoleh pendapatan sebesar Rp 23.636.853,- artinya lebih besar dari nol. Berdasarkan analisis R/C, usahatani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak diusahakan karena total R/C yang diperoleh adalah 3,4 atau lebih besar dari 1.

Penulis berharap petani cabai merah lahan pasir pantai dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan, seperti penggunaan biaya pupuk, dan penulis mengharapkan petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo tetap melanjutkan kegiatan budidaya cabai merah di lahan pasir, hal ini didukung oleh analisis kelayakan yang telah dilakukan bahwa usahatani cabai merah lahan apsir pantai di Desa Karangsewu layak untuk diusahakan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Setyono, suradal (2006), kelayakan usahatani bawang merah di lahan pasir pantai dengan teknologi ameliorasi di Kabupaten Bantul

Data produksi cabe merah kecamatan galur http://hargajateng.org/petani-pesisir-kulonprogo-produksi-cabai-20-tonhari.html (online) di akses 29 februari 2015 pukul 11.25.

Dimas Setiyaji Galih Sasongko (2014). Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah Lahan Pantai Di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul

Gilarso (1993) Pengantar Ilmu Ekonomi. Bagian Makro. Yogyakarta : Kanisius Kasmir dan Jakfar (2008) Studi Kelayakan Agribisnis. Prenada Media Group.

Jakarta

Kecamatan Galur Dalam Angka (BPS)

http://galur.kulonprogokab.go.id/pages-20-profil.html diakses 27 april 2016

___________________________http://pdpt.gaismamedia.com/kawasan/kabupate n-kulon-progo/diakses 27 april 2016

Maharani Triwidiyaningsih (2011). Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Cabai Merah Di Kabupaten Bantul Shinta A, (2011). Ilmu Usahatani. UB-Press.Malang

Prapto, dkk, (2000). Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan

Subur.http/www.suara merdeka.com/harian/0402/06/ked08.htm-5k,1.

diakses 25 januari 2016.

Reni Fatma Wilastinova (2012). Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usahatani Semangka (Citrullus Vulgaris) Pada Lahan Pasir Di Pantai Kulonprogo

Soekartwai (2002). AnalisisUsahatani / soekartawiUniversitas Indonesia Jakarta

_________ (2006). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia - Press 1995 Sugiyono (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi