SIKAP KONSUMEN TERHADAP DESAIN LABEL KEMASAN PRODUK EMPING JAGUNG PRODUKSI KWT “TRI MANUNGGAL” DESA SENDANG SARI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

(1)

KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

Skripsi

Disusun Oleh : Ihsan 20110220063

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 6

D. Kegunaan ... 6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 22

C. Hipotesis ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Metode Dasar ... 24

B. Penentuan Lokasi Penelitian ... 24

C. Metode Pengambilan Responden ... 25

D. Jenis data dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 27

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 30

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH ... 34

A. Data Monografi Kecamatan Pajangan ... 34

B. Data Monografi Desa Sendangsari ... 39

C. Profil KWT “Tri Manunggal” ... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT “Tri Manunggal” ... 48

B. Sikap Konsumen Terhadap Desain Label Kemasan Emping Jagung “Tri Manunggal”. ... 53 C. Perbedaan Sikap Antara Konsumen Real Dengan Konsumen Potensial


(3)

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 76


(4)

Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman Kecamatan Pajangan ... 2 Tabel 2. Pengukuran Kategori Terhadap Setiap Atribut Label Kemasan ... 31 Tabel 3. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Umur ... 35 Tabel 4. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan... 36 Tabel 5. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Menurut Mata Pencaharian ... 37 Tabel 6. Luas dan Produksi Tanaman di Kecamatan Pajangan Tahun 2014 ... 38

Tabel 7. Jarak KWT “Tri Manunggal” ke pusat Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Kota ... 42

Tabel 8. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 48 Tabel 9. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan Umur 49

Tabel 10. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan

Pendidikan... 50

Tabel 11. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan

Pekerjaan ... 51

Tabel 12. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan

Pendidikan ... 52 Tabel 13. Hasil Penilaian Konsumen Real Terhadap Tiap-tiap Atribut Kemasan

Emping Jagung “Tri Manunggal” ... 55 Tabel 14. Hasil Skoring Penilaian Konsumen Potensial Terhadap Tiap-tiap

Atribut Kemasan Emping Jagung “Tri Manunggal” ... 60 Tabel 15. Perolehan Rata-rata Skor Tiap-tiap Atribut ... 64 Tabel 16. Hasil Analisis U Mann Whitney Antara Sikap Konsumen Real dan

Konsumen Potensial Terhadap Label Kemasan Emping Jagung “KWT Tri Manunggal” ... 66


(5)

Gambar 1. Desain Lama Label Kemasan Emping Jagung ... 3

Gambar 2. Desain Label Kemasan Emping Jagung yang Diubah ... 4

Gambar 3. Desain baru label kemasan emping jagung yang diajukan ... 5

Gambar 4. Model Pengambilan Keputusan Konsumen. ... 9

Gambar 5. Bauran Pemasaran Menurut Kotler ... 10

Gambar 6. Bagan Kerangka Pemikiran ... 23

Gambar 7. Denah Lokasi KWT “Tri Manunggal” ... 42

Gambar 8. Struktur Organisasi KWT “Tri Manunggal” ... 43


(6)

(7)

KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

Consumer Attitude on Desain Packaging Label of Emping Jagung Production KWT Tri Manunggal Sendang Sari Village Pajangan Subdistrict

Bantul Regency

Ihsan

Retno Wulandari, SP. M.Sc / Ir. Diah Rina Kamardiani, M.P Agribusiness Department of Agriculture Faculty

University Muhammadiyah of Yogyakarta

ABSTRACT

The aims of this research is to determine the real consumers attitude and potential consumers attitude to emping jagung’s design label packaging attribute that being proposed, also to find out if there is attitude differentiation between real consumers and potential consumers. This research is using descriptive data analysis with quantitative method scoring methode and U Mann Whitney test. Data are collected by observation, interview, and give questionaire to real consumers and potential consumers. Technique to determine the respondents is by survey to 35 real consumers while potential consumers are determined 10 each person from every canteens in north campuss of UMY. Results of this research show that real consumers attitude to the six attributes are good. Meanwhile, there are variants results from potential consumers: colour combination attribute is on good enough category, while on label size attribute is on not proper category, for picture ilustration attribute and layout attribute is in proper category, and for completeness category is in complete enough category. Based on U Mann Whitney test, found that there is a differentiation between real consumers attitude and potential consumers on some attributes. Attitude differentiation is in colour, size label, brand, and information completeness.

Keywords: design packaging label, emping jagung, real consumer, potential consumer, consumer attitude


(8)

SIKAP KONSUMEN TERHADAP DESAIN LABEL KEMASAN PRODUK EMPING JAGUNG PRODUKSI KWT “TRI MANUNGGAL” DESA SENDANG SARI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL. 2016. IHSAN (Skripsi dibimbing oleh Retno Wulandari, SP. M.Sc & Ir. Diah Rina Kamardiani, M.P). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung yang diajukan, dan perbedaannya antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah uji U Mann Whitney. Data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuesioner terhadap responden yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu konsumen real/pelanggan dan konsumen potensial. Teknik pengambilan responden yang digunakan pada penelitian ini dengan mensurvei responden real/pelanggan yaitu sebanyak 35 orang dan konsumen potensial diambil dengan kuota sebanyak 40 orang yang masing – masing diambil 10 orang dari tiap kantin lobby utara UMY. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap konsumen real dilihat dari paduan warna, ukuran label, merek, ilustrasai gambar, tata letak dan kelengkapan informasi termasuk ke dalam kategori bagus. Sementara hasil yang bervariasi dapat dilihat pada sikap konsumen potensial, berdasarkan hasil rata-rata skor dari keenam atribut yang yang dinilai, untuk atribut paduan warna termasuk ke dalam kategori cukup bagus, untuk atribut ukuran label dan merek termasuk ke dalam kategori tidak sesuai. Untuk atribut ilustasi gambar dan tata letak termasuk ke dalam kategori sesuai, dan untuk atribut kelengkapan informasi termasuk ke dalam kategori cukup lengkap. Berdasarkan hasil perhitungan Uji U Mann Whitney terdapat perbedaan antara sikap konsumen real dan potensial pada atribut paduan warna, ukuran label, merek dan kelengkapan informasi.

Kata kunci : desain label kemasan, emping jagung, konsumen potensial, konsumen real, sikap konsumen


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai persaingan di segala bidang. Termasuk persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan perubahan sikap konsumen dalam pengambilan keputusan untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Sikap konsumen merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen, pemasar dapat mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta melakukan evaluasi strategi promosional. Mengingat perkembangan teknologi yang semakin dinamis, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Saat ini bila bicara mengenai produk, maka tidak terlepas dari atribut produk yang menyertainya. Atribut produk yang dimaksud adalah kemasan. (Shimp, 2003)

Kemasan atau packaging, menjadi salah satu unsur yang sangat penting bagi produk. Pengemasan bukan hanya sekadar pembungkus makanan, tetapi lebih dari itu yaitu packaging is branding. Kemasan menjadi salah satu pemicu penjualan sebuah produk karena fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen. (Shimp, 2003)

Saat ini industri-industri makanan ringan sudah sangat banyak membanjiri pasaran. Bantul merupakan sentra penghasil jagung terbesar di DIY. Produk emping jagung dipilih karena Kecamatan Pajangan merupakan sentra penghasil jagung terbesar yang ada di Kabupaten Bantul, hal tersebut dapat dilihat dari luas dan produksi tanaman jagung lebih besar dari pada tanaman lainnya bahkan


(10)

melebihi tanaman padi. Luas dan produksi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman Kecamatan Pajangan

No Jenisnya Luas

Tanam (Ha) Luas yang dipanen (Ha) Rata-rata produk (Kw/Ha) Jumlah Produksi (Ton)

1 Padi Sawah 245 245 65 159,25

2 Padi Gogo 0 0 0 0

3 Jagung 500 500 55 275

4 Ketela Pohon 0 0 0 0

5 Ketela Rambat 0 0 0 0

6 Kacang Tanah 0 0 0 0

7 Kedalai 0 0 0 0

8 Sayur-sayuran 1 1 1,5 1,5

9 Buah-buahan 20 20 7,5 15

10 Kacang Hijau 5 5 1,5 7,5

11 Sorgum/Cantel 20 20 2 4

12 Garut 100 100 2,5 25

Sumber : Data Monografi Kecamatan Pajangan Tahun 2014

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa tanaman jagung merupakan tanaman dengan produksi terbesar di Kecamatan Pajangan. Dengan hasil produksi yang melimpah tersebut maka jagung banyak diolah menjadi makanan ringan oleh industri-industri rumah tangga. Salah satu industri rumah tangga yang memproduksi makanan ringan/snack yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) “Tri

Manunggal” yang berlokasi di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul dengan produk-produknya yaitu emping gadung, kerupuk jagung dan produk yang paling banyak diproduksi yaitu emping jagung .

Pada saat ini sudah banyak sekali rumah produksi yang memproduksi emping jagung, dengan rasa dan harga yang rata-rata bersaing, maka perlu ada nilai tambah yang diusung pada produk emping jagung ini agar memiliki nilai lebih dari produk emping jagung lainnya. Salah satu elemen yang dapat ditingkatkan yaitu dalam hal kemasan. Bagi sebagian pelaku bisnis kecil, kemasan


(11)

dinilai dan diposisikan sebagai hal yang tidak penting dan kadang luput dari perhatian. Hal itulah yang terjadi pada produk emping jagung yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang masih sangat sederhana dalam pengemasannya.

Kemasan lama emping jagung yang dipakai sebelumnya oleh KWT “Tri Manunggal” dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Desain Lama Label Kemasan Emping Jagung

Berkaitan dengan hal tersebut pada bulan Februari 2014 Himpunan Organisasi Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPTA) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mencoba membantu dengan melakukan program pengabdian berupa pembuatan dan pembaharuan desain label kemasan produk emping jagung berupa penambahan warna. Dari program tersebut pihak KWT “Tri Manunggal” menyetujui kemasan yang telah diperbaharui, dan desain label kemasan tersebut mulai diimplementasikan pada Agustus 2014. Namun dari implementasi program tersebut dirasa masih kurang efisien. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ibu Sumiati selaku ketua KWT “Tri


(12)

efisien karena biaya yang dikeluarkan untuk perubahan kemasan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan kemasan yang Selain itu untuk pembuatan kemasan yang berlabel sablon KWT “Tri Manunggal” harus mengeluarkan budget yang cukup besar karena kuota minimal pencetakan yang terbilang tinggi yaitu seribu kemasan. Berdasarkan hal tersebut pihak KWT “Tri

Manunggal” merasa perlu melakukan perubahan kemasan terutama dalam hal pelabelan. Kemasan yang diubah warnanya dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Desain Label Kemasan Emping Jagung yang Diubah

Dari permasalahan tersebut penulis mencoba berdiskusi dengan pihak KWT

“Tri Manunggal” dan menawarkan solusi alternatif yaitu berupa pembuatan label kemasan yang menggunakan stiker yang lebih praktis dan efisien dalam penggunaannya, sehingga plastik yang tersedia bisa dipakai untuk mengemas produk olahan yang lainnya, serta lebih murah dalam pencetakannya dan tidak mempunyai kuota minimal dalam pencetakannya. Desain label kemasan yang diajuakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3


(13)

Gambar 3. Desain Baru Label Kemasan Emping Jagung yang Diajukan Berdasarkan hal tersebut, sebelum label yang diajukan diimplementasikan pada produk emping jagung “KWT Tri Manunggal” maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sikap konsumen terhadap label kemasan produk emping jagung yang diajukan tersebut. Kemudian apakah terdapat perbedaan antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial terhadap desain label kemasan produk emping jagung, sehingga nanti dapat memberikan solusi dalam pertimbangan pengambilan keputusan label emping jagung yang akan dipakai selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sikap konsumen real dan potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung?

2. Adakah perbedaan antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung?


(14)

C. Tujuan

1. Mengetahui sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung.

2. Mengetahui perbedaan antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung.

D. Kegunaan

1. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baik teori maupun praktek di bidang pemasaran khususnya mengenai pengaruh kemasan produk terhadap sikap konsumen.

2. Bagi industri rumah tangga yang bersangkutan penelitian ini memberikan rekomendasi dalam pertimbangan pengambilan keputusan dalam hal pengemasan produk emping jagung yang akan dipasarkan.


(15)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap Konsumen a. Definisi Sikap

Sikap merupakan ekspresi yang mencerminkan perasaan (inner feeling), apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Objek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain (Schifman dan Kanuk 1997).

Sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari, ini berarti bahwa sikap yang berkaitan dengan perilaku membeli terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan yang diperoleh dari orang lain atau terpapar oleh iklan di media masa, internet dan berbagai bentuk pemasaran langsung. Sikap dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku. Sikap dapat mendorong konsumen kearah perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu.

Sikap merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Menurut Allport dalam Setiadi (2013) mengungkapkan bahwa sikap adalah suatu mental dan saraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Definisi yang dikemukakan oleh Allport tersebut mengandung makna bahwa sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek, baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Jika dianalogikan dengan


(16)

sikap konsumen terhadap kemasan suatu merek berarti mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek, baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisiten.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Praja, A.S. (2008) yang melakukan penelitian mengenai sikap konsumen terhadap produk pangan olahan berlabel perguruan tinggi pertanian. Variabel atribut produk pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel label dan sikap. Untuk variabel label terdiri dari produk pangan olahan berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai produsen, produk pangan olahan berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai pembina dan produk olehan pangan tanpa label Laboratorium Agribisnis UMY (kontrol). Metode yang dipakai adalah metode eksperimen. Sikap konsumen terhadap produk diukur dengan menggunakan model multi atribut Fishbein dan di analisis dengan menggunakan analisis U Mann-Whitney. Dari hasil Analisis U Mann-Whitney membuktikan bahwa perbedaan sikap anatara konsumen yang diberi produk berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai pembina dengan konsumen yang diberi produk tanpa informasi perguruan tinggi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan karena nilai p (0,940) lebih dari 5% begitu juga pada konsumen yang diberi produk berlabel PTP dengan konsumen yang diberi produk tanpa label dengan nilai p (0,209). Akan tetapi, perbedaan sikap antara konsumen yang diberi produk berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai produsen dengan konsumen yang diberi produk Laboratorium Agribisnis UMY sebagai pembina dengan nilai p (0,026) kurang dari 5% artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut, begitu juga


(17)

dengan perbedaan sikap antara konsumen yang diberi produk tanpa label PT dengan nilai p (0,037).

b. Konsumen

Konsumen sebuah produk pada dasarnya dikategorikan ke dalam dua yaitu konsumen real dan konsumen potensial. Konsumen real atau yang biasa disebut dengan pelanggan adalah seorang individu yang secara kontinyu dan berulang kali datang ke tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan memuaskan produk atau jasa tersebut (Lupiyoadi, 2001). Sedangkan konsumen potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang. Sistaningrum (2002).

c. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses pengambilan keputusan konsumen yang spesifik terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan prolaku pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan konsumen dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Model Pengambilan Keputusan Konsumen. Sumber : Kotler dalam Setiadi, 2013

Pada penelitian ini akan lebih berfokus pada evaluasi alternatif yang dilakukan konsumen terhadap produk emping jagung, dan yang dievaluasi oleh konsumen pada penelitian ini adalah atribut-atribut yang melekat pada kemasan kemasan emping jagung.

Mengenali Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Membeli

Pasca Pembelian


(18)

2. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran modern. Bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler, 2007). Mc Carthy dalam Kotler (2007) mengklasifikasikan alat pemasaran yang dimaksud menjadi empat kelompok yang luas yang disebut dengan 4P pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Bauran pemasaran dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5. Bauran Pemasaran Menurut Kotler Sumber : Kotler, 2007

Bauran pemasaran produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Salah satu dari bauran produk yang akan dijadikan penelitian ini adalah kemasan.

Produk  Keragaman kualitas  Desain fitur

 Nama merek  Kemasan

Harga  Daftar harga  Pencadangan

 Periode pembayaran  Persyaratan kredit Pelanggan yang dibidik Posisi yang diharapkan Promosi  Iklan

 Penjualan langsung  Promosi penjualan  Hubungan masyarakat Tempat/Distribusi  Saluran  Cakupan  Kombinasi  Lokasi  Persediaan  Transportasi


(19)

3. Kemasan

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Kemasan

Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan juga dapat diartikan sebagai wadah atau pembungkus yang berguna mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau yang dibungkusnya, sehingga kemasan/ packaging secara umum adalah bagian terluar yang membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca, guncangan dan benturan-benturan terhadap benda lain. Setiap bentuk benda yang membungkus suatu benda di dalamnya dapat disebut dengan kemasan/ packaging. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label.

Para pemasar umumnya menempatkan kemasan urutan kelima dalam marketing mix yaitu: produk, harga, tempat, promosi, kemasan. Adapun hal-hal yang telah berperan dalam menunjang pertumbuhan pengemasan sebagai sarana pemasaran adalah penjualan produk dengan sistem self service, tingkat kemakmuran konsumen, pengakuan konsumen terhadap perusahaan, dan kesempatan inovasi. Sehingga kemasan yang dirancang dengan baik akan memberikan kesan yang menyenangkan bagi konsumen dan merupakan nilai promosional bagi perusahaan. Lockyer dalam Muharam (2011)

Menurut Kotler dalam Akbar (2009) pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Swatha dalam Akbar (2009) mengartikan packaging adalah kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain pembuatan bungkus atau kemasan barang.


(20)

Saladin dalam Akbar (2009) Mengartikan kemasan adalah wadah atau bungkus. William J. Stanton dalam Akbar (2009) mennjelaskan bahwa kemasan didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan membungkus produksi bungkus atau kemasan suatu produk.

Menurut William J. Stanton dalam Akbar (2009) ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan :

1) Kemasan memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatannya. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen, dan dalam beberapa kasus bahkan sewaktu dipakai oleh konsumen.

2) Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan. Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya.

3) Manajemen bisa mengemas produknya sedemikian rupa untuk meningkatkan memperoleh laba. Ada bentuk dan ciri kemasan yang demikian menarik sehingga pelanggan bersedia membayar lebih mahal hanya untuk memperoleh kemasan istimewa ini

b. Fungsi Kemasan

Fungsi kemasan menurut Winardi dalam Akbar (2009) :

1) Untuk melindungi benda perniagaan yang bersangkutan terhadap kerusakan-kerusakan dari saat diproduksinya sampat saat benda tersebut dikonsumsi. 2) Untuk memudahkan pengerjaan dan penyimpanan benda-benda perniagaan


(21)

Kemudian menurut Simamora dalam Akbar (2009) pengemasan mempunyai dua fungsi penting yaitu :

1) Fungsi protektif : berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung resiko pembelian produk rusak atau cacat.

2) Fungsi promosional : peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.

Selain itu, menurut Lamb dkk dalam Akbar (2009) ada empat fungsi pengemasan yaitu sebagai berikut :

1) Memuat dan melindungi produk. Fungsi yang paling jelas dari pengemasan adalah untuk memuat produk cair, bentuk butiran atau sebaliknya dapat dibagi. Pengemasan juga memungkinkan pabrik mengermas dengan berbagai macam ukuran seperti ons atau kiloan. Sedangkan kemasan untuk pelindung produk baik dari sinar matahari yang mungkin bisa merusak produk, kerusakan, kebocoran, penguapan, cuaca, ataupun hama.

2) Mempromosikan produk. Suatu kemasan membedakan sebuah produk dari produk pesaing baik dari segi warna, desain, bentuk, bahan untuk mencoba mempengaruhi pendapat konsumen.

3) Memudahkan penyimpanan, penggunaan, dan kenyamanan. Para grosir dan pengecer lebih suka kemasan yang mudah untuk dikirim, ditimbun dan


(22)

disimpan pada rak, kemudahan penggunaan seperti mudah dipegang, dibuka, ataupun ditutup kembali.

4) Memudahkan pendaur - ulangan dan pengurangan kerusakan lingkungan. Pendaur - ulangan adalah salah satu fungsi kemasan yang penting pasca dikonsumsi oleh konsumen. Sebab hal ini mengurangi kerusakan lingkungan, selain itu kemasan yang bisa didaur ulang akan mempunyai nilai jual dan ini bisa berdampak positif untuk membuka lapangan pekerjaan.

c. Jenis-jenis Kemasan

Menurut Saladin dalam Akbar (2009) kemasan meliputi tiga tingkat bahan yaitu :

1) Kemasan primer yaitu wadah yang langsung menyentuh bahan produk.

2) Kemasan sekunder yaitu : bahan yang melindungi kemasan primer dan dibuang bila produk hendak dipakai.

3) Kemasan pengiriman yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, untuk pengiriman atau identifikasi.

d. Syarat-syarat Kemasan

Menurut Winardi dalam Akbar (2009) Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam hubungan dengan pengemasan antaranya adalah :

1) Dari sejumlah besar bahan kemasan yang tersedia bahan manakah yang paling baik digunakan untuk menonjolkan wadah produk yang dihasilkan. 2) Warna, desain, bentuk serta ukuran-ukuran kemasan yang harus digunakan. 3) Rancangan sebuah kemasan yang dapat mempermudah penggunaan produk


(23)

4) Apakah dapat dirancang sebuah kemasan dilihat dari fungsi sehingga kemasan itu dapat dipakai untuk tujuan lain setelah barang yang ada dalam kemasan itu habis dikonsumsi.

5) Pertimbangan perancangan kemasan untuk momen tertentu misalnya untuk hadiah ulang tahun dan momen tertentu lainnya

e. Bahan Kemasan

Bahan kemasan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya : suatu produk yang berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas, produk-produk yang tidak tahan terhadap sinar ultraviolet, tidak akan baik bila dikemas dalam plastik atau kaca transparan.

Menurut Syarif dan Irawati dalam Akbar (2009) membagi kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :

1) Gelas

Mudah pecah, transaparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang tidak tahan pada sinar ultraviolet).

2) Metal

Biasanya dibuat dari almunium. Kemasan dari logam mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang membutuhkan kemasan yang muat, misalnya: untuk mengemas produk yang membutuhkan tekanan udara yang cukup ini untuk pendorong keluarnya produk tersebut dari kaleng kemasannya.


(24)

3) Kertas

Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah rusak, jadi bahan kemasan kertas tidak cocok untuk mengemasmproduk-produk yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.

4) Plastik

Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah, dan bentuk lainnya seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai kemasan semakin luas karena ongkos produksinya relative murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi.

Pada kemasan emping jagung ini kemasaan yang dipakai yaitu kemasan plastik dengan jenis Polypropylene ( PP ). Jenis plastik Polypropylene ini memiliki ciri-ciri transparan tetapi tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140oC. Jenis plastik ini merupakan pilihan bahan plastik yang baik untuk kemasan pangan, tempat obat, botol susu, sedotan. (Badan POM Indonesia, 2012)

f. Daya Tarik Kemasan

Daya tarik kemasan sangat penting guna tertangkapnya stimulus oleh konsumen yang disampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen tertarik pada produk tersebut.

Menurut Wirya dalam Akbar (2009) daya tarik kemasan dapat digolongkan menjadi dua yaitu : daya tarik visual dan daya tarik praktis.


(25)

1) Daya Tarik Visual

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan atau label suatu produk mencakup warna, bentuk, ilustrasi, merek, tata letak.

a) Warna

Warna adalah suatu mutu cahaya yang dapat dipantulkan dari suatu obyek ke mata manusia. Warna terbagi dalam kategori terang (mudah), sedang, gelap.

Fungsi pemilihan warna antara lain :

1. Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk pesaing.

2. Untuk menarik perhatian, warna terang atau cerah akan memantulkan cahaya lebih jauh dibandingkan dengan warna gelap.

3. Untuk menimbulkan pengaruh, misalnya untuk meningkatkan selera konsumen terhadap produk makanan.

4. Untuk mengembangkan assosiasi tertentu terhadap produknya. 5. Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produknya. 6. Untuk menghiasi produk.

7. Untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam menggunakan warna kontras.

8. Untuk mendorong tindakan.

9. Untuk proteksi terhadap cahaya yang membahayakan. 10. Untuk mengendalikan temperatur barang didalamnya. 11. Untuk membangkitkan minat dalam mode.


(26)

b) Bentuk dan Ukuran

Bentuk dan ukuran kemasan disesuaikan dengan produknya pertimbangan yang digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan penjualan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut.

c) Merek

Tanda - tanda identifikasi seperti merek dengan logo perusahaan adalah meningkatkan daya tarik konsumen. Merek atau logo ini dipandang dapat menaikkan gengsi atau status seorang pembeli.

d) Tata Letak

Tata letak adalah paduan semua unsur grafis meliputi warna, bentuk, merek ilustrasi, tipografi, menjadi suatu kesatuan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tata letak adalah :

1. Keseimbangan

2. Titik pandang yang menjadikan satu unsur yang paling menarik 3. Perbandingan ukuran yang serasi

4. Tata urutan alur keterbatasan yang sesuai e) Ilustrasi

Merupakan alat komunikasi sebuah kemasan bahas universal yang dapat menembus rintangan perbedaan bahasa. Ilustrasi ini termasuk fotografi dan gambar - gambar untuk menarik konsumen.

f) Kelengkapan informasi

Merupakan keseluruhan informasi pada sebuah kemasan yang merupakan deskripsi informasi produk yang tercetak pada kemasan tersebut dan membawa


(27)

nama merek dan sejumlah informasi lainnya dari suatu produk seperti bahan baku produk dan nilai kandungan gizi pada produk. (Kotler dan Armtsrong, 1999) 2) Daya Tarik Praktis

Daya tarik praktis merupakan efektifitas efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau pengecer. Daya tarik kemasan menurut Wirya dalam Akbar (2009) antara lain :

a) Kemasan yang menjamin dapat melindungi produk

b) Kemasan yang mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan c) Kemasan dengan fungsi yang sesuai

d) Kemasan yang dapat digunakan kembali

e) Kemasan yang mudah dibawa, dipegang, dijinjing

f) Kemasan yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan mengisinya kembali

g. Desain Kemasan

Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik. (Klimchuck, 2006)

Lockyer (1990) dalam Muharam (2011) menjelaskan bahwa fungsi desain terletak antara fungsi-fungsi pemasaran dan operasi. Fungsi ini menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan pasar yang ditentukan oleh bagian pemasaran, kemudian


(28)

oleh unit operasi dibuat ke dalam bentuk sedemikian rupa sehingga memuaskan kebutuhan tersebut. Desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda. Apabila kualitas desain rendah, produk tersebut tidak akan memuaskan kebutuhan.

h. Label

Pada sebuah kemasan juga perlu terdapat sebuah label. Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan menyatakan bahwa “Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian dari kemasan pangan”. Dari label yang tercantum pada kemasan, konsumen dapat mengetahui informasi mengenai tentang produk yang ada di dalam kemasan tersebut.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akbar (2009), yang melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Kemasan Dengan Minat Membeli Produk Minuman Sari Apel PT. Kusuma Agrowisata Batu-Malang. Variabel atribut produk pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel kemasan dan minat membeli. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Malang angkatan 2008-2009 yang pernah meminum sari apel produk PT. Kusuma Agrowisata Batu Malang sebanyak 53 orang. Analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat minat beli minuman sari apel tergolong sedang dengan prosentase 73,6%, dan dari


(29)

hasil korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan cukup kuat antara kemasan (X) ( R= 0,437 dengan p= 0,001) dengan minat membeli (Y) terhadap produk Sari apel PT. Kusuma Agrowisata.

4. Produk Emping Jagung

Emping jagung adalah penganan yang dibuat dari jagung ditumbuk, dibentuk bundar tipis-tipis, dikeringkan, dan digoreng seperti kerupuk. Produk emping jagung merupakan salah satu pangan olahan yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang beralamat di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Bahan baku pembuatan emping jagung adalah jagung yang diperoleh diperoleh dari petani-petani yang berada di wilayah Desa Sendangsari dan sekitarnya. Menurut Balai Informasi Teknologi LIPI (2009), pada proses pengolahan produk emping jagung, jagung yang baik untuk pembuatan emping adalah jagung ketan (waxy corn). Cara terbaik pembuatan emping jagung adalah dengan menggiling biji jagung yang telah dikukus, baru kemudian dibuat lembaran tipis dan dicetak ke bentuk yang diinginkan. Pengolahan jagung menjadi emping jagung ini tidak terlalu rumit dan juga prosesnya cepat serta tidak membutuhkan peralatan yang terlalu banyak. Dalam pemasarannya KWT “Tri Manunggal” memasarkan produk emping jagung ini ke dalam dua jenis. Pemasaran emping jagung yang sudah matang dipasarkan untuk lokal dan wilayah DIY dan sekitarnya, sedangkan untuk wilayah yang jauh lebih banyak dikirim masih mentah. Pada pengemasan produk emping jagung juga dilakukan ke dalam dua perlakuan. Untuk produk yang mentah yang akan dikirim jauh dikemas ke dalam kemasan karung plastik ukuran besar. Sementara untuk produk emping jagung yang sudah matang dikemas ke dalam ukuran 200 gram.


(30)

B. Kerangka Pemikiran

Produk emping jagung merupakan salah satu produk pangan olahan yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang berlokasi di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Produk emping jagung yang dihasilkan oleh KWT “Tri Manunggal” memiliki kendala dalam kemasannya yang dirasa masih sederhana dan kurang menarik, maka dari itu HIMASEPTA UMY pada tahun 2014 berusaha memberi bantuan berupa perubahan desain kemasan emping jagung dengan menambahkan warna sablon pada kemasan emping jagung KWT “Tri Manunggal”. Akan tetapi dari implementasi dari program bantuan yang diterima oleh KWT “Tri Manunggal” dalam memperbaiki desain kemasan dirasa masih kurang efisien, karena dalam pencetakan kemasan tersebut KWT “Tri Manunggal” harus mengeluarkan budget yang cukup besar. Berdasarkan masalah tersebut penulis mencoba memberikan solusi alternatif berupa perubahan desain kemasan dengan label stiker untuk produk emping jangung yang diproduksi KTW “Tri Manunggal” tersebut.

Adapun atribut kemasan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah paduan warna, bentuk, merek, tata letak, ilustrasi gambar dan kelengkapan informasi. Atribut-atribut tersebut dipilih berdasarkan teori daya tarik kemasan secara visual. Dalam upaya menaikan pendapatan, KWT “Tri Manunggal” perlu melakukan perluasan pemasaran produk emping jagung kepada kepada konsumen potensial.

Konsumen yang akan diteliti dibedakan menjadi dua kategori yaitu konsumen real yaitu para pelanggan yang sudah pernah membeli emping jagung dan konsumen potensial yang belum pernah membeli emping jagung.


(31)

Pada penelitian ini penulis bermaksud mengetahui dan menganalisis sikap konsumen terhadap desain label kemasan emping jagung yang diusulkan. Selain itu penulis ingin mengetahui perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial. Berikut ini merupakan alur pemikiran dari penelitian “Sikap Konsumen Terhadap Kemasan Produk Emping Jagung di KWT “Tri Manunggal” Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul” :

.

Gambar 6. Bagan Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Diduga tidak ada perbedaan sikap terhadap kemasan emping jagung antara sikap konsumen real dengan konsumen potensial.

Produk Emping Jagung KWT “Tri Manungal”

Desain Label Kemasan yang Diajukan

Sikap Konsumen Real

1. Paduan Warna 2. Ukuran

3. Merek

4. Ilustrasi Gambar 5. Tata Letak

6. Kelengkapan Informasi

Sikap Konsumen Potensial 1. Paduan Warna

2. Ukuran 3. Merek

4. Ilustrasi Gambar 5. Tata Letak


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis merupakan kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).

Penelitian ini mendeskripsikan sikap dari atribut kemasan emping jagung

KWT “Tri Manunggal”, atribut tersebut adalah paduan warna, ukuran label, merek, ilustrasi gambar, tata letak dan kelengkapan informasi. Kemudian mendeskripsikan perbedaan antara sikap konsumen real/pelanggan dan konsumen potensial.

B. Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian yaitu di KWT “Tri Manunggal” di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwasanya KWT “Tri Manunggal” sebagai mitra program pengabdian yang diperbaharui desain kemasannya pada tahun 2014 dan saat ini merasa perlu melakukan perubahan kembali kemasannya. Produk yang akan digunakan adalah produk emping jagung yang merupakan produk industri rumah tangga yang diprodusi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) “Tri Manunggal” yang berada di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan, Bantul. Sementara untuk lokasi pengambilan data responden diambil di tempat yang berbeda-beda. Untuk


(33)

konsumen real/pelanggan diambil di tempat kerja responden yaitu di kantor Kecamatan Sedayu dan di kantor Badan Keamanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh (BKP3) Bantul. Hal tersebut berdasarkan informasi yang didapat dari ketua KWT “Tri Manunggal” bahwasanya konsumen real/pelanggan emping jagung rata-rata adalah karyawan yang bekerja disana. Sedangkan lokasi pengambilan data untuk konsumen potensial diambil di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu tepatnya di kantin lobby yang berada di sisi Utara. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan bahwasanya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan tempat yang strategis dan juga merupakan lingkungan terdekat dari peneliti. Selain itu juga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dapat menjadi mitra sebagai bentuk perluasan pasar dari produk-produk KWT “Tri Manunggal”.

C. Metode Pengambilan Responden

Penentuan responden dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu konsumen real atau pelanggan dan konsumen potensial. Untuk konsumen real diambil secara sensus berdasarkan informasi hasil wawancara terhadap ketua KWT “Tri Manunggal” jumlah konsumen real yang ada yaitu ada 35 orang. Konsumen real 35 orang ini adalah konsumen yang pernah atau sering membeli emping jagung di Kecamatan Sedayu dan di kantor BKP3 Bantul. Untuk pengambilan konsumen potensial diambil sebanyak 40 orang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jumlah ini dipilih agar dapat memenuhi syarat perhitungan statistik yang baik, dengan penyebaran skor yang mendekati kurva normal (Guiford & Frucher (1981). Kerlinger & Lee (2000) juga menyebutkan bahwa untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bias disarankan untuk


(34)

mengambil responden minimal sebanyak 30 orang. Konsumen potensial diambil di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu tepatnya di kantin lobby yang berada di sisi gedung utara. Untuk pengambilan konsumen potensial diambil dengan mengambil masing-masing 10 orang dari 4 kantin yang ada di kampus utara UMY yaitu kantin Fakultas Pertanian, kantin Fakultas Kedokteran, kantin Fakultas Teknik, dan kantin Fakultas Agama Islam. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan waktu karena lokasi kantin utara yang diambil lebih dekat dengan lokasi peneliti. Kemudian waktu yang diambil adalah hari Senin – Kamis yang merupakan hari kuliah aktif mahasiswa.

D. Jenis data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan hasil jawaban kuisioner yang dibagikan kepada responden. Sementara data sekunder diambil dari data monografi dan data-data pendukung lainnya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Observasi, merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan terhadap perilaku & lingkungan, baik individu atau kelompok yang diamati. Observasi yang dilakukan berupa

pengamatan lokasi penelitian yaitu KWT “Tri Manunggal”.

2) Kuesioner, yaitu data-data yang diperoleh dengan dasar jawaban yang diberikan oleh responden. Dalam penelitian ini kuesioner terdiri dari


(35)

pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden, dan pertanyaan mengenai penilaian atribut kemasan emping jagung dengan jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti yang diberikan kepada responden untuk kemudian diisi.

3) Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan kepada ketua KTW “Tri Manunggal dalam pencarian informasi berupa profil KWT serta pencarian inforamsi mengenai konsumen real/pelanggan.

E. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

Diasumsikan harga dan rasa dari produk emping jagung dianggap sama dengan produk emping jagung lainnya untuk kelas industri rumahan.

2. Pembatasan Masalah

a. Konsumen real hanya berdasarkan data hasil wawancara dari ketua KWT

“Tri Manunggal”.

b. Konsumen potensial hanya diambil di kantin di sisi gedung utara UMY. c. Penelitian ini berfokus pada penilaian konsumen terhadap atribut kemasan.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Emping Jagung

Emping jagung adakah produk makanan olahan siap makan yang terbuat dari jagung yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal”.


(36)

2. Konsumen Real

Konsumen real atau pelanggan adalah konsumen yang secara berulang kali membeli produk emping jagung dari KWT “Tri Manunggal” dengan skala pembelian minimal 1 bulan sekali. Konsumen real/pelanggan dari emping

jagung KWT “Tri Manunggal” berdasarkan informasi dari ketua KWT “Tri

Manunggal” adalah para karyawan dari kantor Kecamatan Sedayu dan Karyawan dari kantor Badan Keamanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh (BKP3) Bantul.

3. Konsumen Potensial

Konsumen potensial adalah konsumen yang belum pernah melakukan pembelian terhadap produk emping jagung yang diproduksi oleh KWT “Tri

Manunggal”. Konsumen potensial untuk emping jagung KWT “Tri

Manunggal” diambil di kantin lobby Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Agama Islam dan Fakultas Kedokteran UMY. Responden yang diambil merupakan mahasiswa dan karyawan UMY.

4. Sikap Konsumen

Sikap konsumen yaitu sikap terhadap kemasan produk emping jagung berdasarkan atribut pada kemasan yang diajukan. Sikap konsumen dihitung menggunakan analisis skor dari masing-masing atribut yang ada pada label kemasan emping jagung. Atribut yang dinilai meliputi paduan warna, bentuk kemasan, merek, tata letak, ilustrasi gambar dan kelengkapan informasi.


(37)

a. Paduan Warna

Paduan warna adalah bagian dari label pada kemasan produk emping jagung

yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal”. Atribut paduan warna

kemasan diukur dengan menggunakan skor (5) jika sangat bagus, (4) jika bagus, (3) jika kurang bagus, (2) jika tidak bagus, dan skor (1) jika sangat tidak bagus.

b. Ukuran Label

Ukuran label adalah ukuran label berupa stiker yang memuat informasi produk pada plastik yang digunakan untuk membungkus emping jagung

yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal”. Ukuran label disesuaikan

dengan ukuran label yang sebelumnya dipakai. Atribut ukuran kemasan diukur dengan menggunakan skor (5) jika sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang sesuai, (2) jika tidak sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.

c. Merek

Merek adalah nama brand berupa tulisan “Tri Manunggal” yang digunakan untuk memberikan identitas dari emping jagung yang diproduksi oleh KWT

“Tri Manunggal”. Atribut merek diukur dengan menggunakan skor (5) jika

sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang sesuai, (2) jika tidak sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.

d. Ilustrasi Gambar

Ilustrasi gambar adalah bagian dari label pada kemasan emping jagung yang

diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang diilustrasikan dengan gambar


(38)

(5) jika sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang sesuai, (2) jika tidak sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.

e. Tata Letak

Tata letak adalah kesesuaian atau keselarasan dari penempatan semua atribut yang ada label pada kemasan emping jagung yang diproduksi oleh

KWT “Tri Manunggal”. Atribut tata letak kemasan diukur dengan menggunakan skor (5) jika sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang sesuai, (2) jika tidak sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.

f. Kelengkapan Informasi

Kelengkapan informasi adalah seluruh informasi yang terdapat pada produk emping jagung yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang meliputi bahan baku, tanggal kadaluarsa, dan alamat produksi produk emping jagung. Atribut kelengkapan informasi kemasan diukur dengan menggunakan skor (5) jika sangat lengkap, (4) jika lengkap, (3) jika kurang lengkap, (2) jika tidak lengkap, dan skor (1) jika sangat tidak lengkap.

G. Teknik Analisis Data

1. Pengukuran Sikap Konsumen

Sikap konsumen terhadap desain label kemasan diukur dengan menggunakan analisis skor yang dikategorikan ke dalam 5 pencapaian skor yang meliputi sangat baik, baik, cukup baik, buruk dan sangat buruk maka digunakan skor dengan rumus interval sebagai berikut:


(39)

Rumus interval :

=

= 0,8

Keterangan :

M = skor tertinggi yang mungkin terjadi N = skor terendah yang mungkin terjadi B = jumlah kategori skor

Pengukuran kategori terhadap masing-masing atribut pada desain label kemasan produk emping jagung dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Pengukuran Kategori Terhadap Setiap Atribut Label Kemasan

No Kategori Berdasarkan Atribut Kisaran Skor

1. Paduan Warna

Sangat tidak bagus 1,00-1,80

Tidak bagus 1,81-2,60

Cukup bagus 2,61-3,40

Bagus 3,41-4,20

Sangat bagus 4,21-5,00

2. Ukuran Label, Merek, Ilustrasi Gambar, Tata Letak

Sangat tidak sesuai 1,00-1,80

Tidak sesuai 1,81-2,60

Cukup sesuai 2,61-3,40

Sesuai 3,41-4,20

Sangat sesuai 4,21-5,00

3. Kelengkapan Informasi

Sangat tidak lengkap 1,00-1,80

Tidak lengkap 1,81-2,60

Cukup lengkap 2,61-3,40

Lengkap 3,41-4,20

Sangat lengkap 4,21-5,00

Berdasarkan tabel 2, dapat dijelaskan bahwa untuk mengukur atribut paduan warna menggunakan kategori sangat tidak bagus untuk skor terendah dan sangat bagus untuk skor tertinggi. Kemudian untuk atribut ukuran label, merek, ilustrasi gamber dan tata letak menggunakan kategori sangat tidak sesuai untuk skor terendah dan sangat sesuai untuk skor tertinggi, sedangkan untuk atribut kelengkapan informasi menggunakan kategori sangat tidak lengkap untuk skor terendah dan sangat tidak lengkap untuk skor tertinggi.


(40)

2. Analisis Uji Beda Antar Sikap Konsumen Terhadap Desain Label Kemasan Analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah uji statistik U Mann Whitney. Uji statistik ini digunakan untuk menguji dua sampel bebas yakni konsumen real dan konsumen potensial

Langkah-langkah uji statistik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Memberikan ranking untuk masig-masing kelompok ( R1, R2) b. Tingkat signifikansi α = 0,01

c. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS berdasarkan rumus : = +

= + Dimana:

n1 = Jumlah konsumen real

n2 = Jumlah konsumen potensial

U1 = Jumlah peringkat konsumen real

U2 = Jumlah peringkat konsumen potensial

R1 = Jumlah Ranking pada sampel konsumen real

R2 = Jumlah Ranking pada sampel konsumen potensial

d. Pengambilan keputusan

Ho diterima jika p > α yang artinya tidak ada perbedaan antara sikap konsumen Real dan konsumen potensial terhadap desain label kemasan emping jagung yang diajukan.

Ho ditolak jika p < α yang artinya ada perbedaan antara sikap konsumen Real dan konsumen potensial terhadap terhadap desain label kemasan emping jagung yang diajukan.


(41)

Dimana :

Nilai p adalah ukuran probabilitas kekuatan dari bukti untuk menolak atau menerima hipotesis nol (Ho). Semakin kecil nilai p yang diperoleh maka semakin kuat bukti tersebut untuk menolak hipotesis nol (Ho). Dalam aplikasinya kita membandingkan dengan nilai α (0,01) yang digunakan, sehingga :

Jika nilai p > α, maka hipotesis nol (Ho) diterima


(42)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

A. Data Monografi Kecamatan Pajangan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kecamatan Pajangan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas daerah atau wilayah Kecamatan Pajangan sebesar 332.475.900 ha yang terdiri dari tanah sawah 2.654.175 ha, tanah kering sebesar 26.401.220 ha, tanah hutan 26.203.260 ha, dan tanah keperluan fasilitas umum sebesar 7.654 ha. Kecamatan Pajangan dibagi menjadi tiga desa, yaitu Desa Triwidadi, Desa Sendangsari, dan Desa Guwosari. Batas wilayah Kecamatan Pajangan adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kecamatan Kasihan dan Kecamatan Sedayu Sebelah timur : Kecamatan Bantul

Sebelah selatan : Kecamatan Pandak

Sebelah barat : Sungai Progo (Kabupaten Kulonprogo)

Wilayah Kecamatan Pajangan berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dan memiliki suhu kisaran 23 sampai 26 °C. Berdasarkan data monografi kecamatan tahun 2014, Kecamatan Pajangan memiliki 50 hari dengan curah hujan terbanyak dan curah hujannya adalah 1500 mm/tahun. Bentuk atau tofografi wilayah datar sampai berombak 20%, berombak sampai berbukit 80%.


(43)

2. Keadaan Penduduk

a. Struktur Penduduk Menurut Umur

Struktur penduduk menurut umur merupakan penggolongan penduduk berdasarkan pada umur. Struktur penduduk menurut umur dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1) Penduduk belum produktif, yaitu penduduk yang belum potensial untuk bekerja. Penduduk ini berkisar antara umur 0-14 tahun.

2) Penduduk produktif, yaitu penduduk yang sudah mampu bekerja dan mempunyai produktivitas yang tinggi. Penduduk ini berkisar antara umur 15-59 tahun.

3) Penduduk sudah tidak produktif, yaitu penduduk yang masih mampu bekerja tetapi produktivitasnya sudah menurun. Penduduk ini merupakan penduduk yang telah berumur lebih dari 60 tahun.

Tabel 3. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Umur Tahun 2014 Kisaran Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

0-14 8.128 23,6

15-59 23.066 66,9

>60 3.273 9,5

Jumlah 34.467 100

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia produktif sebesar 66,9%, hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pajangan mempunyai potensi tenaga kerja yang banyak dengan jumlah 23.066 orang.

Kecamatan Pajangan pada akhir tahun 2014 berpenduduk sejumlah 9.664 KK terdiri dari 35.100 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin penduduk Kecamatan Pajangan terdiri dari 17.310 penduduk laki-laki dan 17.790 penduduk perempuan.


(44)

Sebagian besar penduduk Kecamatan Pajangan adalah petani. Data Monografi Kecamatan Pajangan tahun 2014 menyebutkan 13.992 orang penduduk Kecamatan Pajangan bekerja di sektor pertanian.

b. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Maju tidaknya suatu daerah dapat dilihat dari tinggi rendahnya pendidikan sebagian besar penduduk di daerah tersebut. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk di daerah tersebut akan lebih cepat menerima perubahan baik dari segi teknologi maupun pengetahuan, sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan rendah cenderung bertahan pada pola pikir lama yang dianutnya, sehingga penduduk tersebut sulit menerima perubahan walaupun perubahan itu memberikan dampak positif. Berikut ini merupakan tabel struktur penduduk Kecamatan Pajangan berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum Sekolah 1.415 4,9

Tidak Tamat Sekolah 1.347 4,6

Tamat SD/Sederajat 12.115 41,8

Tamat SMP/Sederajat 6.615 22,8

Tamat SMA/Sederajat 6.514 22,5

Diploma 425 1,5

S1 dan S2 551 1,9

Buta Huruf 6 0,02

Jumlah 28.988 100

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Pajangan menamatkan pendidikan pada tingkat pendidikan SD dengan jumlah 12.115 atau 41,8% dari total penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa


(45)

penduduk Kecamatan Pajangan tergolong rendah ditambah dengan masih adanya penduduk yang buta huruf sebanyak 6 orang.

c. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Struktur penduduk menurut mata pencaharian merupakan penggolongan penduduk berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pajangan cukup beragam yaitu sebagai petani, nelayan, pengusaha, pengerajin, buruh, pedagang, pengangkutan, PNS, ABRI, pensiunan dan peternak. Sebagian besar penduduk adalah bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 13.992 orang dengan persentase 41,8 dan nelayan merupakan mata pencaharian dengan jumlah terendah yaitu sebanyak 27 orang dengan persentase 0,1. Mata pencaharian sebagai pengrajin menempati urutan ke lima dengan jumlah 2.400 orang dengan persentase 7,2. Struktur penduduk Menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Petani 13.992 41,8

Nelayan 27 0,1

Pengusaha Sedang/Besar 3.454 10,3

Pengrajin/Industri Kecil 2.400 7,2

Buruh Industri 3.270 9,8

Buruh Bangunan 1.676 5,0

Buruh Perkebunan 2.240 6,7

Pedagang 207 0,6

Pengangkutan 571 1,7

Pegawai Negeri Sipil 109 0,3

ABRI 136 0,4

Pensiunan (PNS/ABRI) 352 1,1

Peternak 5.076 15,1


(46)

3. Keadaan Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan penduduk Kecamatan Pajangan. Pembangunan di sektor pertanian sangat penting karena menyangkut pemenuhan kebutuhan pangan yang sangat mendasar bagi rakyat. Kelangkaan pangan bisa berakibat fatal sekaligus dapat mengguncang stabilitas perekonomian daerah. Dengan luas tanah sawah yang mencapai 2.654.175 ha diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan lahan secara optimal sehingga mendapatkan hasil panen yang masksimal. Pemasaran produk pertanian juga sangat penting untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jenis tanaman dan hasil panen di Kecamatan pajangan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Luas dan Produksi Tanaman di Kecamatan Pajangan Tahun 2014 Jenis Tanaman Luas yang

Dipanen (Ha)

Jumlah Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Padi Sawah 245 159,25 0,65

Jagung 500 275 0,55

Sayur-sayuran 1 1.5 1,5

Buah-buahan 20 15 075

Kacang Hijau 5 7,5 1,5

Sorgum/Cantel 20 4 0,2

Garut 100 25 0,25

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa produk pertanian di Kecamatan Pajangan adalah padi sawah, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, kacang hijau, sorgum atau cantel, dan garut. Produksi pertanian yang paling dominan adalah jagung dengan jumah 275 ton dan sayuran merupakan produksi terendah dengan jumlah 1.5 ton.


(47)

B. Data Monografi Desa Sendangsari 1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Desa Sendangsari terletak di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul secara geografis terletak dibukit selarong, dengan luas Desa sendangsari 1.176 ha. Desa sendangsari terdiri dari 18 pedukuhan serta 91 RT. Letak Desa Sendangsari sebelah utara bersebelahan dengan Desa Triwidadi, selatan bersebelahan dengan Desa Guwosari, timur bersebelahan dengan Desa Bangunjiwo dan barat bersebelahan dengan Desa Triwidadi. Desa Sendangsari mempunyai jarak dengan pusat pemerintahan yang terbilang dekat. Jarak Desa Sendangsari dengan Ibukota Kecamatan 3 km, jarak dengan Ibukota Kabupaten 15 km dan jarak dengan Ibukota Provinsi 20 km. Jumlah penduduk yang ada di Desa Sendangsari berjumlah 11.450 jiwa dengan sebaran laki-laki berjumlah 5400 jiwa dan perempuan berjumlah 6.050 jiwa.

Secara umum Kecamatan Pajangan yang didalamnya meliputi Desa Sendangsari arah pengembangannya merupakan kawasan Industri dan permukiman yang meliputi: Kawasan Hutan Lindung (disekitar permukiman) dengan pengembangan hutan rakyat dan Agroforesti Kawasan Pariwisata ( wisata alam, wisata budaya, wisata Industri) Kawasan pengembangan industri kecil /home Industry. Desa Sendangsari merupakan wilayah sebagai gudang seniman yang menjadikanya memiliki keunikan tersendiri. Dusun Krebet yang menjadi sentra kerajinan batik kayu juga merupakan salah satu pedukuhan di Desa Sendangsari.


(48)

2. Keadaan Pertanian

Keadaan pertanian Desa Sendangsari meliputi daerah sawah dan perkebunan. Jenis tanaman pertanian yang ada seperti padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ketela (singkong) dan beberapa jenis empon-emponan (jahe dan kunyit).

C. Profil KWT “Tri Manunggal” 1. Sejarah KWT “Tri Manunggal”

KWT “Tri Manunggal” merupakan sebuah kelompok wanita tani yang memproduksi pangan olahan lokal pertanian yang berdiri pada tanggal 8 Januari 2003 atas binaan dari Dinas Pertanian serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Bantul dengan 20 anggota lainnya membentuk sebuah kelompok wanita tani dengan nama “Tri Manunggal”. Pada awal pembentukan KWT “Tri Manunggal” jenis usaha yang dilakukan pertamakali adalah pemanfaatan pekarangan yaitu dengan menanam tanaman empon-emponan serta pengolahan hasil pertanian berupa jahe instan dan geplak jahe.

Kemudian pada tahun 2005 KWT “Tri Manunggal” mendapatkan bantuan alat produksi untuk membuat emping jagung dari Pemerintah Kabupaten Bantul melalui BKP3 Bantul tahun 2006 mulai aktif memproduksi emping jagung. Kemudian, agar memenuhi standar keamanan makanan untuk dipasarkan maka produk tersebut memerlukan Sertifikat Pangan – Industri Rumah Tangga (P-IRT) . Pada tanggal 6 Desember 2013 produk minuman jahe instan dan geplak jahe mendapatkan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dengan nomor IRT 212340201043 untuk produk minuman jahe instan dan nomor P-IRT 205340202043 untuk produk geplak.


(49)

Untuk produk emping jagung dan emping garut mendapatkan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dengan nomor P-IRT 215340203043 pada 21 Oktober 2009 yang kemudian dicantukan pada kemasan produk tersebut. KWT “Tri Manunggal” ini didirikan tidak sekedar untuk mencari tambahan penghasilan, akan tetapi KWT “Tri Manunggal” didirikan dengan tujuan untuk menggali potensi produk pangan berbahan pangan lokal yang ada di wilayah setempat, meningkatkan pengetahuan kreatifitas masyarakat dalam produksi pangan yang bermutu, bergizi, serta aman dikonsumsi oleh semua masyarakat. Selain itu KWT “Tri Manunggal” juga menerapkan produksi olahan pangan lokal dengan CPPB-PIRT ( Cara Pengolahan Pangan yang Baik Produk Industri Rumah Tangga), memantapkan kepercayaan konsumen terhadap produk olahan KWT, meningkatkan nilai jual produk KWT dan meningkatkan nilai jual produk pangan lokal yang ada di daerah sekitar industri serta sebagai sarana pemanfaatan pekarangan yang ada di Kecamatan Pajangan.

2. Lokasi KWT “Tri Manunggal”

KWT “Tri Manunggal” berlokasi di Desa Beji Kulon Rt 01/ Rw 14 Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Letaknya memang cukup jauh dari Ibukota Yogyakarta yaitu 18 km, 9 km dari Ibukota Kabupaten Bantul dan 6 km dari Ibukota Kecamatan Pajangan.


(50)

Tabel 7. Jarak KWT “Tri Manunggal” ke pusat Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Kota

No Jarak Jarak Tempuh

(km)

Waktu Tempuh (jam) 1 Jarak dari Ibukota Kecamatan

Pajangan 6 0,2

2 Jarak dari Ibukota Kabupaten Bantul 9 0,3

3 Jarak dari Ibukota Yogyakarta 18 0,6

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa lokasi KWT “Tri Manunggal” cukup jauh dari pusat kota, tetapi lokasi KWT “Tri Manunggal” cukup mudah diakses karena dekat dengan desa wisata Krebet yaitu sekitar 1,2 km atau hanya 3 menit dengan kendaraan bermotor. Arah lokasi KWT “Tri Manunggal” dari Desa Wisata Krebet ke Selatan, kemudian ada perempatan Pabrik tekstil kemudian di sebelah kanan jalan akan terlihat papan indentitas KWT “Tri Manunggal”. Berikut adalah denah lokasi KWT “Tri Manunggal” :

.


(51)

3. Kepengurusan KWT “Tri Manunggal” a. Struktur Organisasi

Sebuah kelompok diperlukan sebuah struktur organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya sebuah struktur organisasi, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh KWT “Tri Manunggal” dapat terlaksana secara efisien karena adanya peran anggota di tiap divisi kerja. Saat ini jumlah anggota yang aktif di KWT “Tri Manunggal” berjumlah 10 orang yang terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara dan anggota-angota. Mereka memilih tetap tinggal didalam kelompok karena menganggap adanya keselarasan antara tujuan kelompok dan pribadi.. Struktur organisasi KWT “Tri Manunggal” adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Struktur Organisasi KWT “Tri Manunggal” Pelindung

Pembina

Ketua

Sekretaris Bendahara


(52)

b. Tugas dan Wewenang 1) Pelindung

Pelindung yaitu Kepala Dukuh Beji Kulon yang bertugas memberikan arah kebijakan, masukan, nasehat dan pertimbangan- pertimbangan dalam suatu ide dan program yang dilakukan oleh KWT “Tri Manunggal”.

2) Pembina

Pembinaan dilakukan oleh PPL BPP Pajangan yaitu Bapak Slamet, S.P.K.P Tugas pembina yaitu melakukan sosialisasi dan melakukan memberikan pembinaan dalam pelaksanaan program-program yang diselenggarakan oleh KWT “Tri Manunggal”.

3) Ketua

Ketua dari KWT “Tri Manunggal” adalah Ibu Sumiyati,SP. Selain ketua, beliau juga merupakan salah satu penyuluh sehingga beliau sangat paham dalam mengkordinir anggota-anggotanya baik dari segi keorganisasian dan pembinaan mengenai pengolahan produk. Tugas Ibu Sumiyati sebagai ketua yaitu bertanggung jawab terhadap jalannya organisasi yakni KWT “Tri Manunggal” serta mengkoordinir setiap anggota yang tergabung di KWT “Tri Manunggal”.

4) Sekretaris

Sekretaris dari KWT “Tri Manunggal” adalah Ibu Ifa Nur Viyanti. Sekretaris mempunyai tugas mencatat dan membuat pembukuan yang menyangkut administrasi KWT Ttimanunggal serta bertanggung jawab atas kegiatan surat menyurat dan pengarsipan lalu melaporkannya kepada ketua.


(53)

Akan tetapi saat ini laporan pembukuan kurang berjalan dengan semestinya karena fungsi pengelolaan administrasi lebih banyak dilakukan oleh Ibu Sumiyati Sendiri.

5) Bendahara

Bendahara mempunyai tugas bertanggung jawab atas ketertiban dan kelancaran keuangan KWT “Tri Manunggal”, membuat rekapitulasi dana keuangan dan melaporkannya kepada ketua. Tugas pengelolaan keuangan KWT “Tri Manunggal” tersebut secara struktural dipegang oleh Ibu Muryanti. Akan tetapi saat ini laporan pembukuan kurang berjalan dengan semestinya karena fungsi pengelolaan keuangan lebih banyak dilakukan oleh Ibu Sumiyati sendiri.

4. Kegiatan KWT “Tri Manunggal”

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh KWT diantaranya pertemuan rutin, dan praktek olahan.

a. Pertemuan Rutin

Pertemuan rutin diadakan setiap dua minggu sekali bulannya yang diadakan di rumah ketua KWT “Tri Manunggal” yaitu rumah Ibu Sumiyati dan anggota yang tergabung di KWT “Tri Manunggal”. Pada agenda pertemuan rutin ini kaegiatan yang dilakukan adalah kegiatan arisan.

b. Kegiatan Produksi

Untuk Produksi emping jagung saat ini dilakukan oleh Ibu Sumiyati dengan beberapa bantuan dari pihak keluarga. Produksi hanya dilakukan di rumah Ibu Sumyati karena pada produksi emping jagung ini menggunakan aset KWT “Tri


(54)

Manunggal” yang terdapat di rumah ketua KWT “Tri Manunggal” yaitu mesin pengemping jagung. Selain mesin pengemping jagung, beberapa aset yang dimiliki oleh KWT “Tri Manunggal” diataranya yaitu wajan, sealer, bilik penjemur, ember dan drum. Produk-produk dari KWT “Tri Manunggal” saat ini cukup bervarian, diantaranya adalah beberapa emping-empingan seperti emping jagung, emping garut dan emping melinjo. Selain itu ada kerupuk jagung, geplak jahe, instan empon-empon (jahe dan kunyit) dan kripik pare. Untuk emping garut dan emping melinjo dikerjakan oleh anggota di rumah masing-masing lalu hasilnya berupa keripik mentah disetorkan dan dipasarkan oleh Ibu Sumiyati sendiri. Pada bagian pemasaran sekarang ini dipusatkan di rumah Ibu Sumiyati.

Beberapa produk KWT “Tri Manunggal” seperti emping jagung dan emping garut sudah berhasil dipasarkan ke berbagai tempat seperti Lampung, Riau dan beberapa areal di Yogyakarta. Akan tetapi saat ini untuk Ibu Sumiyati hanya memproduksi sesuai pesanan saja untuk daerah Yogyakarta, sehingga untuk daerah luar kota seperti Lampung dan Riau saat ini sudah tidak lagi menjadi target pemasaran. Saat ini pemasaran lebih ditujukan kepada konsumen pelanggan seperti para karyawan di Kantor Kecamatan Sedayu dan di Kantor BKP3 Bantul dan sisanya adalah konsumen yang langsung datang sendiri ke tempat produksi. Untuk emping jagung mentah dengan berat 1 kg dapat menghasilkan 1,2 kg emping jagung matang. Untuk harga emping jagung mentah dijual seharga Rp16.000/kg sementara untuk emping jagung matang dikemas dengan ukuran 200 gr dengan harga Rp7000/kemasan. Tahapan dalam memproduksi emping jagung dapat dilihat pada Gambar 9.


(55)

Pemilihan dan pemipilan jagung Perebusan jagung menggunakan air kapur Perendaman biji jagung selama satu malam Perebusan kedua selama 1

jam Pengemasan emping jagung matang Penggorengan emping dan pemberian bumbu Penjemuran emping mentah 1-2 hari Pemipihan jagung dengan mesin pengemping Pengemasan emping jagung mentah

Gambar 9. Proses Pembuatan Emping Jagung

Ada beberapa proses yang diperlukan untuk memproduksi emping jagung, antara lain:

1) Jagung pipil kering dicuci hingga bersih dan pastikan bebas dari jamur. 2) Setelah itu jagung direbus dengan air kapur selama kurang lebih 1 jam

untuk menghancurkan kulit ari. Selanjutnya dicuci kembali dan direndam selama semalam baru kemudian jagung dikukus selama 1 jam.

3) Setelah matang jagung yang masih panas dipipihkan atau digenjet dengan mesin pemipih emping jagung untuk menghasilkan emping jagung mentah. 4) Emping jagung mentah dijemur dibawah terik matahari selama 1 sampai 2

hari. Baru kemudian digoreng dengan minyak panas selama beberapa detik. 5) Untuk emping jaung mentah dikemas menggunakan kemasan plastik besar. 6) Pemberian rasa (garam dan penyedap rasa).


(1)

kategori yang sama. Pada atribut ilustrasi gambar dilihat dari hasil rata-rata skor kedua konsumen baik konsumen real maupun konsumen potensial menyatakan bahwa ilustasi yang dipakai pada label kemasan yaitu gambar jagung sudah sesuai karena menggambarkan bahan baku utama dari emping jagung tersebut. Begitu pula dengan atribut tata letak, baik konsumen real maupun konsumen potensial dilihat dari hasil rata-rata skor keduanya menilai bahwa tata letak pada label kemasan sudah baik.

C. Perbedaan Sikap Antara Konsumen Real Dengan Konsumen Potensial Terhadap Desain Label Kemasan Emping Jagung “Tri Manunggal”.

Tabel 11. Hasil Analisis U Mann Whitney Antara Sikap Konsumen Real dan Konsumen Potensial Terhadap Label Kemasan Emping Jagung KWT “Tri Manunggal”

No. Atribut Signifikansi Keterangan

1 Paduan Warna 0,000 Signifikan

2 Ukuran Label 0,000 Signifikan

3 Merek 0,000 Signifikan

4 Ilustrasi Gambar 0,457 Tidak Signifian

5 Tata Letak 0,318 Tidak Signifikan

6 Kelengkapan Informasi 0,000 Signifikan

Sikap konsumen potensial terhadap atribut paduan warna. Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui perbedaan sikap konsumen real dan potensial emping jagung “Tri Manunggal” terhadap paduan warna. Dari taraf signifikansi dapat dilihat bahwa antara sikap konsumen real dan potensial adalah sebesar 0,000 dimana (p < 0,01) yang berarti signifikan, sehingga H1 diterima dan Ho ditolak, jadi ada perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap paduan warna label emping jagung “Tri Manunggal”. Hal ini disebabkan karena banyak konsumen potensial yang merasa warna yang dipakai kurang sesuai karena menyerupai warna dari produk sehingga warna pada label terkesan mati. Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa warna kuning pada label yang dominan dan kurang bervariasi. Sementara bagi konsumen real warna kuning dirasa sudah pas dan dianggap bagus untuk produk emping jagung.

Kemudian bila ditinjau dari karakteristik konsumen, untuk konsumen real karena sudah pernah membeli emping jagung sebelumnya yang lebih sederhana cenderung menilai kemasan yang baru lebih bagus dari kemasan sebelumnya. Selain itu para konsumen real yang sudah menjadi pelanggan dari emping jagung cenderung tidak terlalu memikirkan tampilan luar/kemasan karena pembelian yang mereka lakukan berorientasi pada konsumsi produk emping jagung tersebut bukan karena untuk oleh-oleh sehingga mereka tidak terlalu mementingkan paduan warna pada kemasan. Sementara untuk konsumen potensial yang


(2)

secara notabene merupakan mahasisawa cenderung lebih mengkritisi paduan warna yang dipakai pada label kemasan emping jagung. Selain itu juga konsumen potensial belum pernah membeli produk emping jagung sehingga mereka juga tidak mengetahui label kemasan lama dari produk emping jagung tersebut.

Sikap konsumen potensial terhadap atribut ukuran label. Pada hasil uji perbedaan sikap konsumen real dan potensial emping jagung “Tri Manunggal” terhadap ukuran label, dari taraf signifikansi dapat dilihat bahwa antara sikap konsumen real dan potensial adalah sebesar 0,000 dimana (p < 0,01) yang berarti signifikan sehingga H1 diterima dan Ho ditolak, jadi ada perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap ukuran label label emping jagung “Tri Manunggal”. Hal ini disebabkan karena banyak konsumen potensial yang cenderung merasa ukuran label yang dipakai terlalu kecil. Sementara itu bagi konsumen real menilai bahwa ukuran label yang dipakai sudah sesuai karena ukuran label yang dipakai sama dengan ukuran pada label yag sebelumnya.

Bila ditinjau dari karakteristik konsumen untuk konsumen real yang merupakan pelanggan emping jagung jika membandingkan dengan label yang sebelumnya yang pernah dipakai maka mareka tahu bahwa tidak ada perbedaan ukuran pada label kemasan yang baru, maka dari itu konsumen real cenderung tidak terlalu mempermasalahkan ukuran yang dipakai sehingga mereka menilai bahwa ukuran yang dipakai sudah sesuai. Sementara dari konsumen potensial yang sama sekali belum pernah membeli dan tidak tahu kemasan yang sebelumnya cenderung menilai ukuran label yang dipakai tidak sesuai, karena bila dilihat dari segi habit dan gaya hidup mahasiswa, mereka cenderung membandingkan dengan snack yang biasa mereka beli di super market atau mini market yang secara packaging sudah menggunakan plastik alumunium foil yang menutupi produk secara keseluruhan.

Sikap konsumen potensial terhadap atribut merek. Pada hasil uji perbedaan sikap konsumen real dan potensial emping jagung “Tri Manunggal” terhadap merek dari taraf signifikansi dapat dilihat bahwa antara sikap konsumen real dan potensial adalah sebesar 0,000 dimana (p < 0,01) yang berarti signifikan sehingga H1 diterima dan Ho ditolak, jadi ada perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap merek label emping jagung “Tri Manunggal”. Hal ini disebabkan karena banyak konsumen potensial yang cenderung merasa nama merek yang digunakan yaitu “Tri Manunggal” yang dipakai terlalu kaku. Sementara itu bagi konsumen real menilai bahwa merek yang dipakai sudah sesuai karena sebagian besar konsumen real mengetahui bahwa nama “Tri Manunggal” adalah nama dari KWT tempat emping jagung tersebut diproduksi.


(3)

Kemudian bila ditinjau dari karakteristik konsumen berdasarkan status dan pekerjaan untuk konsumen real yang bekerja sebagai karyawan di kantor Kecamatan Sedayu dan beberapa konsumen juga bekerja sebagai penyuluh di Kantor Badan Keamanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh (BKP3) Bantul yang melakukan dan pembinaan terhadap KWT “Tri Manunggal” maka dalam hal penilaian merek yang dipakai pada label kemasan emping jagung yaitu merek “Tri Manunggal” dirasa sudah sesuai. Sementara itu dilain pihak konsumen potensial yang merupakan mahasiswa menilai bahwa merek yang digunakan pada kemasan emping jagung tersebut tidak sesuai karena dirasa terlalu kaku jika dibandingkan dengan brand produk snack yang biasa mereka beli atau yang biasa mereka lihat di iklan-iklan.

Sikap konsumen potensial terhadap atribut ilustrasi gambar. Sementara itu, dapat diketahui tidak ada perbedaan sikap konsumen real dan potensial emping jagung “Tri Manunggal” terhadap ilustrasi gambar. Dari taraf signifikansi dapat dilihat bahwa antara sikap konsumen real dan potensial adalah sebesar 0,457 dimana (p > 0,01) yang berarti tidak signifikan sehingga H1 ditolak dan Ho diterima, jadi tidak ada perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap ukuran gambar label emping jagung “Tri Manunggal”. Hal ini disebabkan karena baik konsumen real maupun konsumen potensial merasa bahwa gambar jagung pada label kemasan emping jagung sudah sesuai dengan isi produk yaitu emping jagung.

Sikap konsumen potensial terhadap atribut tata letak. Tidak adanya perbedaan sikap juga ditunjukan pada hasil uji perbedaan sikap konsumen real dan potensial emping jagung “Tri Manunggal” terhadap tata letak. Dari taraf signifikansi dapat dilihat bahwa antara sikap konsumen real dan potensial adalah sebesar 0,318 dimana (p > 0,01) yang berarti tidak signifikan sehingga H1 ditolak dan Ho diterima, jadi tidak ada perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap tata letak label emping jagung “Tri Manunggal”. Hal ini disebabkan karena baik konsumen real maupun konsumen potensial merasa bahwa tata letak pada label kemasan emping jagung sudah sesuai dan selaras baik dari segi penulisan nama produk dan letak gambar .

Sikap konsumen potensial terhadap atribut kelengkapan informasi. Pada hasil uji perbedaan sikap konsumen real dan potensial emping jagung “Tri Manunggal” terhadap kelengkaan informasi. Dari taraf signifikansi dapat dilihat bahwa antara sikap konsumen real dan potensial adalah sebesar 0,000 dimana ( p < 0,01) yang berarti signifikan sehingga H1 diterima dan Ho ditolak, jadi ada perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap kelengkapan informasi emping jagung “Tri Manunggal”. Hal ini disebabkan karena


(4)

banyak konsumen potensial yang merasa kurang puas dengan tidak adanya logo halal yang tercantum pada label kemasan. Kemudian untuk informasi tanggal kadaluarsa juga perlu dilengkapi kareana nomer atau tanggal kadaluasa masih belum dicantumkan. Sementara itu bagi konsumen real merasa informasi yang tercantum di kemasan emping jagung KWT “Tri Manunggal” sudah dapat dikatakan lengkap karena sudah mencantumkan informasi standar berupa bahan baku, alamat produksi dan nomor P-IRT. Selain itu juga para konsumen real yang sebagian besar adalah berprofesi sebagai penyuluh yang mengetahui dan paham bahwa untuk mendapatkan sertifikasi logo halal memerlukan proses yang cukup rumit.

Kemudian bila ditinjau dari karakteristik konsumen berdasarkan status dan pekerjaan untuk konsumen real yang bekerja sebagai karyawan di kantor Kecamatan Sedayu dan beberapa konsumen juga bekerja sebagai penyuluh di Kantor Badan Keamanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh (BKP3) Bantul yang melakukan dan pembinaan terhadap KWT “Tri Manunggal” maka dalam hal penilaian kelengkapan inforamsi pada label kemasan emping yang meliputi bahan baku, alamat produksi dan nomor P-IRT dapat dikategorikan sudah lengkap. Sementara itu dilain pihak konsumen potensial yang merupakan mahasiswa menilai kelengkapan informasi pada kemasan emping jagung tersebut cukup lengkap jika dibandingkan dengan produk snack yang biasa mereka beli di supermarket yang kelengkapan informasinya jauh lebih lengkap bahkan sampai mencantumkan nilai kandungan gizi yang terdapat pada produk.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sikap konsumen real terhadap atribut desain label kemasan emping dilihat dari hasil rata-rata skor keenam atribut yaitu atribut paduan warna termasuk ke dalam kategori bagus. Untuk atribut ukuran label, merek, ilustrasi gambar dan tata letak termasuk ke dalam kategori sesuai. Untuk atribut kelengkapan informasi termasuk ke dalam kategori lengkap. Sementara untuk konsumen potensial, berdasarkan hasil rata-rata skor, atribut paduan warna termasuk ke dalam kategori cukup bagus, untuk atribut ukuran label dan merek termasuk ke dalam kategori tidak sesuai. Untuk atribut ilustasi gambar dan tata letak termasuk ke dalam kategori sesuai, dan untuk atribut kelengkapan informasi termasuk ke dalam kategori cukup lengkap.

2. Terdapat perbedaan antara sikap konsumen real dan potensial pada beberapa atribut label kemasan emping jagung. Perbedaan sikap yang terjadi terdapat pada atribut paduan warna, ukuran label, merek dan kelengkapan informasi.


(5)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebaiknya KWT “Tri Manunggal” melakukan perbaikan pada desain label kemasan bila ingin memperlebar pasar ke arah mahasiswa. Perbaikan yang perlu dilakukan diantaranya paduan warna. Warna yang akan dipakai sebaiknya diganti dengan warna yang berbeda dengan warna jagung. Kemudian untuk ukuran label perlu di perbesar ukurannya. Untuk merek yang akan digunakan sebaiknya menggunakan merek yang mudah diingat dan juga menarik. Kemudian untuk kelengkapan informasi perlu ditambahkan seperti keterangan halal dan juga pencantuman tanggal kadaluarsa yang belum sempat dicantumkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman Ujianto. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen Sarung di Jawa Timur)

Ahmad Subagio. 2010. Marketing In Busisness. Edisi pertama. MitraWacana Media, Jakarta..

Akbar Arief. 2009. Hubungan Antara Kemasan Dengan Minat Membeli Produk Minuman Sari Apel PT. Kusuma Agrowisata Batu-Malang Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Tahun Angkatan 2008-2009. Fakultas Psikologi UIN. Malang.

Badan POM Indonesia. 2012. Plastik Sebagai Kemasan. www2.pom.go.id/ public / hukum.../pdf/Per_SPP-IRT. Diakses 7 Juli 2015.

Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Ceriping Jagung. www.bit.lipi.go.id/pangan. Diakses 10 Juni 2015 Durianto dan C. Liana. 2004. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Softener Soft di Jakarta dan Sekitarnya dengan

menggunakan Consumen Decision Model

Ferdinand, Augusty. 2002. Stuctural Equation Modeling dalam Penelitian Mangement. BP. Undip, Semarang Klimchunk & Krasovec. 2008. Desain Kemasan, Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran, PT. Indeks, Jakarta.

Macdonald, Emma and Byron Sharp. 2003. “Management Perceptions of the Importance of Brand Awareness as an Indication of Advertising Effetiveness.” Marketing Bulletin, No. 14

Muharam, A.S. 2011. Analisis Pengaruh Desain Kemasan Produk Dan Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awarenss Dan Dampaknya Pada Minta Beli Konsumen. Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang. Praja, A.S. 2008. Sikap Konsumen Terhadap Produk Pangan Olahan Berlabel Perguruan Tinggi Pertanian.

Fakultas Pertanian UMY, Yogyakarta.

Rambat Lupiyoadi & A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat, Jakarta Sistaningrum, Edyningtyas. 2002. Manajemen Penjualan Produk. Kanisius, Yogyakarta. Setiadi, N.J. 2013. Perilaku Konsumen, Edisi Revisi. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta Shimp,T.A. 2003. Periklanan Promosi, Edisi Kelima., Jilid I. ( Terjemahan ). Erlangga, Jakarta.

Shiffman. Leon.G dan Leslie Lazar Kanuk, 1997, Consumer Behavior, Fifth Edition, Prentice Hall, Inc.,New Yersey.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta, Bandung.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Remaja Posdakarya, Bandung UU Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan.

Wiguna, S.P. 2007. Pengaruh Kemasan Produk Terhadapa Keputusan Membeli Produk Jajan Khas Kota Gresik. Fakultas Ekonomi UIN Malang, Malang

Yoestini. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Merek Terhadap Minat Beli Dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian. Jurnal pemasaran. vol 6 No. 3.2007.ISSN: 1907 –235X