DINAMIKA KELOMPOK USAHA EMPING JAGUNG (Studi Kasus Di Kelompok Wanita “Tani Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

(1)

DINAMIKA KELOMPOK USAHA EMPING JAGUNG

(Studi Kasus Di Kelompok Wanita “Tani Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

Skripsi

Disusun oleh : M. Hafiz Azhad

2010 022 0013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

(3)

DINAMIKA KELOMPOK USAHA EMPING JAGUNG

(Studi Kasus Di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

BUSINESS GROUP DYNAMICS CORNFLAKES (A Case Study at Kelompok Wanita Tani Tri Manunggal Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari

Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul))

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

sebagai persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh: M. Hafiz azhad

2010 022 0013 Program Studi Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

Skripsi yang berjudul:

DINAMIKA KELOMPOK USAHA EMPING JAGUNG

(Studi Kasus Di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: M. Hafiz Azhad

20100220013

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 Agustus 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Pembimbing Utama

Dr. Ir. Indardi, M.Si NIK. 19651013199303

Penguji

Ir. Siti Yusi Rusimah. MP NIP. 196110261988112001 Pembimbing Pendamping

Retno Wulandari, SP.M.Sc NIK. 19770307200104133005

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan

Ir. Sarjiyah, MS


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil alamin pertama-tama saya panjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat serta kekuatan kepada saya untuk menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban saya, yang kedua shalawat serta salam kepada baginda Rosul Muhammad SAW yang telah memberi jalan terang b enderang untuk keselamatan umatnya. Teramat spesial kepada istri dan anak saya Rizky Arintika Fahmi dan Nayara Lituhayu Azhad yang selama ini mendukung dan meyemangati serta menjadi penghibur dikala sedih dan terpuruk untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang tua bapak Sugeng Supriyanto dan ibu Agustina Hartiwi yang telah sabar menunggu proses untuk menyelesaiinkan skripsi ini. Skripsi ini juga sebagai hadiah kepada mertua saya Bapak Karsam dan Ibu Ninik yang tidak henti-hentinya menyemangati saya. Hormat mendalam kepada dosen pembimbing saya bapak Indardi dan Ibu Retno Wulandari ang telah sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan terima kasih kepda semua yang telah membantu, mendukung dan mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(6)

DINAMIKA KELOMPOK USAHA EMPING JAGUNG

(Studi Kasus Di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

M. Hafiz Azhad

Dr. Ir. Indardi, M.Si/RetnoWulandari,. SP. M.Sc Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dinamika kelompok usaha emping jagung yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Tri Manunggal Dusun Beji Kulon, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul.Responden ditentukan dengan menentukan key informant, yakni pengurusdan anggota yang menguasai informasi di dalam kelompok. Data dikumpulkan melalui metode wawancara dan observasi. Berdirinya Kelompok Wanita Tani Tri Manunggal dilatarbelakangi oleh adanya bantuan dari pemerintah dan potensi komoditas jagung yang dimiliki dengan memberdayakan kelompok dasawisma.Kelompok yang terbentuk dari usaha emping jagung kurang dinamis dalam mencapai tujuan yang ditunjukkan dengan tujuan kelompok, fungsi tugas yang tidak berjalan baik, pembinaan dan pengembangan kelompok dan kekompakan rendah pada produksi Faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok secara internal yakni: pengalaman berkelompok, dan pendidikan non formal. Faktor yang mempengaruhi secara eksternal meliputi: modal dan alat, penyuluhan, dan pendampingan. Modal dan alat serta pendampingan merupakan faktor yang dominan mempengaruhi dinamika kelompok.

Kata kunci: Dinamika kelompok, Emping Jagung, Kelompok Wanita Tani “Tri


(7)

DINAMIKA KELOMPOK USAHA EMPING JAGUNG

(Studi Kasus Di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

BUSINESS GROUP DYNAMICS CORNFLAKES

(A Case Study at Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul)

Abstract

M. Hafiz Azhad

Dr. Ir. Indardi, M.Si/RetnoWulandari,. SP. M.Sc Agribusiness Department Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

BUSINESS GROUP DYNAMICS CORNFLAKES (A Case Study at Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul). The study aimed to describe the dynamic of Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” which is located in Beji Kulon Village Sendangsari Sub District Panjangan Regency Bantul. Respondent determined by purposive, management and members who controls the information on the group. Data were collected through interview and observation method. Founding Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” which is located in Beji Kulon Village Sendangsari Sub District Panjangan Regency Bantul is motivated by their support of goverment and the potential of maize held di empowering dasawisma. Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” group is less dynamic in achieving their goals.it is shown with the groups goals. Function tasks are not going well. Coaching and development as well as group cohesiveness are low. Factor affecting the internal dynamic of the group are: experience in groups an non-formal education. Factor affecting the external dynamic of the group are: capital and tools, counseling and mentoring. Capital and tools as well as the mentoring is the dominant factor affecting the dynamic of the group.

Keywords: Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”, Cornflake, Group Dynamics


(8)

(9)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah pulau 17.504 yang tersebar dari sabang sampai marauke. Oleh sebab itu pembangunan masyarakat di Indonesia sangat dibutuhkan untuk menujang kemajuan bangsa. Pembangunan masyarakat dapat terlaksana dengan baik dengan memaksimalkan desa yang tersebar diseluruh pulau yang ada di Indonesia. Karena Desa merupakan ujung tombak pemerintahan serta menjadi garda terdepan dalam pembangunan. Pembangunan masyarakat desa adalah upaya yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dengan tujuan masyarakat sejahtera. Sejahtera dalam masyarakat.

Salah satu pembangunan masyarakat desa dapat dilakukan melalui lembaga yang ada di dalam desa. Lembaga dapat menjadi wadah bagi masyarakat guna mengembangkan diri. Didalam lembaga yang ada masyarakat dapat mengembangkan diri dengan tujuan dapat menjadikan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Kelembagaan yang ada di Desa bermacam-macam bentuk salah satunya kelompok wanita tani.

Kelompok wanita tani menjadi salah satu lembaga yang ada di desa. Pembentukan kelompok wanita tani atas swadaya masyarakat desa yang sadar dengan butuhnya pengembangan diri melalui sebuah kelompok. Tujuan sebuah kelompok wanita tani adalah sebagai wadah bagi ibu-ibu tani dalam pengembangan diri. Salah satu bentuk pengembangan diri kelompok wanita tani adalah ibu-ibu tani dapat lebih mandiri serta berwawasan luas dengan keikutsertaan didalam kelompok tersebut.

Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” terletak di Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Kelompok ini merupakan kelompok yang terbentuk dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di daerah tersebut. Keanggotaan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” berasal dari daerah yang


(10)

sama yaitu Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari. Anggota kelompok berasal dari ibu-ibu rumah tangga dan beberapa bapak-bapak rumah tangga yang mayoritas berprofesi sebagai petani dengan tujuan meningkatkan perekonomian. Kelompok ini melakukan kegiatan perekonomian dan aktivitas sosial seperti pengolahan emping jagung, memasarkan emping jagung, serta melakukan pelatihan anggota guna meningkatkan keterampilan. Produk yang dipasarkan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” berupa emping jagung sebagai produk utama, serta produk penunjang seperti kerupuk jagung dan emping garut.

Kelompok sosial ini bermula dari bantuan modal untuk membentuk Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”. Bantuan modal dan alat menjadi awal mula kelompok terbentuk.kelompok ini awalnya berjumlah 20 yang terdiri dari pengurus dan anggota, namun pada kenyataannya pada saat ini anggota yang bertahan didalam kelompok berjumlah 10 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota. Dinamika yang terjadi di dalam kelompok semakin kompleks karena terdiri dari banyak pikiran dari setiap anggotanya maupun kepentingan setiap anggota kelompok yang ada di dalamnya. Dinamika kelompok yang terjadi dalam kelompok akan menentukan perkembangan dari kelompok itu sendiri. Kegiatan rutin yang dilakukan kelompok adalah pertemuan rutin anggota kelompok. Dalam pertemuan rutin, anggota kelompok melakukan diskusi berkaitan perkembangan kelompok. Kegiatan lain adalah mengolah jagung menjadi emping jagung yang dilakukan berpusat di satu tempat, akan tetapi tidak menutup kemungkinan anggota kelompok melakukan pengolahan di rumah masing-masing.

Berdasarkan uraian di atas perlu diketahui bagaimana dinamika kelompok yang terjadi di dalam Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”, serta apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”.


(11)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti disebutkan di badign sebelumnya, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil Kelompok Wanita Tani “Tri manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul?.

2. Bagaimanakah dinamika pembentukan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul?.

3. Faktor-faktor yang apa sajakah yang mempengaruhi dinamika kelompok dalam pembentukan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul?.

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelian yakni:

1. Mendeskripsikan profil Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul.

2. Mendeskripsikan dinamika Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul.

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok yang dilakukan dalam kegiatan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan yakni:

1. Manfaat bagi peneliti yakni manfaat secara akademik yang menunjang kompetensi peneliti guna memperdalam ilmu agribisnis dalam terapan langsung dimasyarakat.


(12)

2. Manfaat bagi Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” yakni mengetahui dinamika yang ada didalam kelompok serta menjadi salah satu bahan referensi untuk kemajuan kelompok pada masa yang akan datang.

3. Manfaat bagi instansi pemerintah kabupaten bantul yakni menjadi salah satu referensi yang bermanfaat guna mengatur langkah yang sesuai dengan kebutuhan kelompok wanita tani yang berkaitan dengan produksi, pemasaran serta pembinaan.


(13)

I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Kelompok Tani

Kelompok merupakan sekumpulan orang yang menjalin hubungan dengan tujuan yang sama dan kepentingan yang sama. Di masyarakat kelompok banyak dimanfaatkan menjadi wadah yang berupaya mengakomodir kegiatan yang disepakati anggotanya dengan berbagai maksud dan tujuan. Kelompok ini terjalin dikarenakan manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Mulyana (2000) menjelaskan kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Jadi secara nyata manusia menjalin hubungan dan membentuk kelompok atas kesadaran untuk terbentuknya kelompok maupun terbentuk secara tidak sadar terbentuknya kelompok. Kelompok ini yang menjadikan masyarakat lebih dinamis bergerak di dalam masyarakat.

Kelompok adalah dua orang atau lebih yang terhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang (Slamet 2002). Menurut Slamet (2002), ada enam ciri kelompok yaitu : i) terdiri atas individu; (ii adanya saling ketergantungan; iii) adanya partisipasi yang terus menerus dari anggota; iv) mandiri; v) adanya keragaan yang terbatas. Kelompok terbentuk dari adanya afiliasi di antara orang-orang tertentu. Ada tiga elemen yang berhubungan secara


(14)

langsung dalam proses terbentuknya kelompok yaitu aktivitas, interaksi dan sentimen. Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua (Trimo 2006). Mardikanto (1993) menyatakan suatu kelompok menurut dapat dipandang dari 3 sisi yaitu kelompok sebagai media perubahan, kelompok sebagai target atau sasaran perubahan, dan kelompok sebagai agen perubahan. Dinamika kelompok dalam kelompok tani tersebut dapat mengklasifikasikan kelompok tani menjadi 4 yaitu kelompok tani berperingkat klas pemula, kelompok tani berperingkat klas lanjut, kelompok tani berperingkat klas madya dan kelompok tani berperingkat klas utama.

Kelompok tani mempunyai peranan penting dalam pengambangan usaha tani, namun 40% kelompok tani masih berada pada tingkatan pemula. Faktor yang mempengaruhi kinerja kelompok di antaranya adalah jumlah anggota, struktur dan aset kelompok, status anggota kelompok dalam pemilikan lahan, kredibilitas pengurus, dan kelembagaan penunjang

(Wahyuni 2003). Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” salah satu bentuk dari kelompok

tani aktif yang ada. Berdirinya kelompok karena ada kesamaan kondisi lingkungan yang berkaitan daerah tempat tinggal, ekonomi dan sosial dalam masyarakat sekitar.

Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” merupakan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang dibentuk berdasarkan kepentingan bersama. Mereka memiliki tujuan yang hendak dicapai secara bersama-sama. Seringkali, usaha yang dilakukan secara berkelompok lebih menghasilkan dibandingkan usaha yang dilakukan sendirian atau individual. Kelompok tani dapat distimulasi oleh pihak luar kelompok ataupun dari dalam kelompok sendiri.

Upaya peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan keluarga telah dilaksanakan berbagai macam program dan kegiatan pada sektor-sektor usaha produktif. Penyediaan sarana dan prasarana terus diupayakan untuk memotivasi para pelaku usaha agar tujuan pembinaan dapat tercapai. Penumbuhan Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai kelembagaan wanita


(15)

tani merupakan langkah nyata para penyuluh pertanian dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya (Sukono 2013).

Berdasarkan trend data 10 tahun terakhir jumlah penduduk laki-laki meningkat dari jumlah penduduk perempuan. Data BPS Provinsi Bangka Belitung pada 2010 menunjukkan persentase penduduk berjenis kelamin laki-laki 50,17% sedangkan jumlah kelamin perempuan 49,83%. Dengan komposisi jumlah penduduk seperti tersebut memungkinkan potensi perempuan dalam pembangunan pertanian dan ketahanan pangan. Karena tidak sedikit kenyataannya perempuan terlibat dalam kegiatan usaha pertanian yang berat maupun ringan seperti mengolah sawah, mengolah pekarangan, pemeliharaan, pasca panen. Akan tetapi kenyataannya peran perempuan di sektor pertanian sering termarginalisasi akibat budaya patriarki yang menyebabkan pembagian gender di bidang pertanian. Ada pembagian pekerjaan yang menurut sebagian orang pantas dikerjakan oleh wanita atau pria saja, sedangkan di pihak lain pekerjaan tertentu yang terbuka untuk kedua belah pihak. Di bidang pertanian pun perempuan lebih banyak menggunakan peralatan sederhana sedangkan laki-laki sudah menggunakan peralatan yang modern seperti traktor. Selain itu, perempuan jarang dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan pertanian sehingga perempuan sulit mengakses informasi dan mendapatkan manfaat dari pembangunan di bidang pertanian (Nurida 2014).

Faktor lainnya adalah kebijakan pemerintah yang seringkali tidak berpihak kepada perempuan. Sebagai contoh masuknya mesin Huller menggeser peran perempuan sebagi penumbuk padi yang berarti partisipasi tradisional perempuan sebagai pekerja tersingkir. Oleh karena itu perlu dibuat kebijakan pembangunan pertanian yang perspektif gender baik di bidang pertanian dan bidang lainnya seperti adanya komitmen politik dari Pemerintah daerah melalui program pembangunan pertanian yang melibatkan petani laki-laki maupun perempuan. Dalam konteks ini adalah pengembangan kelembagaan wanita tani dalam pembangunan pertanian menjadi sangat penting.


(16)

Keterlibatan wanita dalam pembangunan pertanian sudah banyak dilakukan baik melibatkan Pemerintah dalam negeri maupun pihak luar negeri. Salah satu kunci keberhasilan penumbuhan kelembagaan kelompok tani wanita adalah kemampuannya untuk memberikan dampak positif pada kehidupan sosial anggotanya dan manfaat lanjutan bagi komunitas desa. Strategi berbasis kolektif seperti membentuk koperasi dan usaha kecil yang targetnya adalah perempuan dapat digunakan dalam membangun kelembagaan wanita dalam pembanguan pertanian. Kerja kelompok dan kegiatan bersama merupakan faktor terpenting yang memungkinkan mencapai hasil akhir yang positif dalam bidang sosial. Dengan menggalakkan kegiatan bersama, organisasi wanita menyediakan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan kecakapan memimpin dan mengelola, membangun kepercayaan diri dan membantu membina hubungan dengan kelompok lain yang bisa memberikan bantuan dan dukungan.

Keikutsertaan dalam KWT bisa menjadi mekanisme yang efektif untuk memberdayakan perempuan dalam pembangunan pertanian. Manfaat sosial yang diberikan oleh KWT tidak hanya mempengaruhi anggotanya sendiri tetapi juga keluarga dan komunitas mereka. Hasil kajian menemukan bahwa dengan terbentuknya KWT menyebabkan seluruh data lokasi kegiatan telah menjadi tempat yang menyenangkan. KWT memiliki kemapuan untuk melewati batasan sosial yang kadang-kadang menghalangi perempuan yang berasal dari golongan sosial kurang mampu untuk berpartisipasi dalam kegiatan desa. Kelembagaan KWT juga memberikan kesempatan untuk mengumpulkan perempuan dari berbagai kalangan komunitas desa sehingga meningkatkan taraf hidup mereka. (Nurida 2014).

2. Emping Jagung

Diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip beragam, bergizi, berimbang, (Purwaningsih dkk. 2006). Dapat diartikan juga bahwa difersifikasi pangan adalah upaya pemenuhan kebutuhan pangan rakyat dari segi kualitas dan


(17)

kuantitas guna menunjang meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ada. Diversifikasi pangan pada dasarnya memperluas pilihan masyarakat dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang diinginkan guna menghindari kebosanan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar hidup lebih sehat dan aktif. Hal ini yang dilakukan di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”.

Kegiatan usaha tani dan usaha mikro dalam kelompok adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro (Kemenkop 2008). Usahatani secara harfiah diartikan sebagai kegiatan usaha yang dilakukan

di bidang pertanian. Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” salah satu usaha rumah tangga

yang aktif dalam produksi emping jagung.

Emping jagung adalah makanan dari jagung siap santap dan biasa digunakan sebagai menu makanan pagi (Purwaningsih & Rahayu 2006). Tahapan pembuatan emping jagung sangat sederhana, yang meliputi: pencucian jagung mentah, selanjutnya direbus dengan air kapur selama satu jam, selanjutnya direndam dengan air rebusan selama satu malam, selanjutnya dikukus selama satu jam, selanjutnya dipipihkan dan dijemur selama dua hari, selanjutnya diayak guna memisahkan yang hasilnya baik dan yang kurang baik. Proses selanjutnya direndam dengan bumbu khusus yang telah dipersiapkan lalu diangkat dan ditiriskan. Proses selanjutnya dikeringkan agar menjadi emping jagung sempurna. Setelah kering, maka siap untuk masuk wajan penggorengan kemudian dikemas dalam kantong plastik. Emping jagung sebagai komoditas utama dalam produksi di Kelompok Wanita Tani


(18)

3. Dinamika Kelompok

a. Pengertian Dinamika Kelompok

Istilah dinamika kelompok berasal dari bahasa inggris ”dynamics” yang berarti mempunyai gairah atau semangat untuk bekerja. Dengan demikian pengertian dinamika kelompok ditinjau dari istilah mengandung arti yaitu berkelompok yang selalu memiliki gairah dan semangat untuk bekerja. Sisi lain dinamika berarti adanya interaksi, saling mempengaruhi dan interdependensi antara anggota kelompok satu sama lain secara timbal balik diantara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan (Mardikanto 1993).

Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dengan kata lain manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Oleh karena itu, manusia membentuk kelompok yang terbentuk dari individu-individu yang saling mengenal satu sama lain menjadi satu kesatuan kelompok dengan tujuan yang sama, norma yang disepakati bersama dan pencapaian yang isepakati bersama.

Munir (2001) menyatakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu metode atau proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Sebagai metode dan proses, dinamika kelompok berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok, yang semula terdiri dari kumpulan individu yang belum saling mengenal satu sama lain menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaiannya disepakati bersama.

Menilai dinamika kelompok berarti menilai kekuatan atau gerak yang terdapat di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan anggotanya dalam mencapai tujuan. Menurut Mardikanto (1993) analisis dinamika kelompok dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan psikososial dan sosiologis. Pendekatan psikososial adalah analisis dinamika kelompok yang dilakukan terhadap segala sesuatu yang akan berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya


(19)

tujuan kelompok, sedangkan pendekatan sosiologis adalah analisis terhadap proses sistem sosial kelompok.

b. Unsur-unsur dalam Dinamika Kelompok

Dengan demikian untuk mengetahui pengaruh dinamika kelompok terhadap kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani, analisis yang digunakan adalah pendekatan psikososial, dimana dalam hal ini unsur-unsur yang mempengaruhi adalah: (1) tujuan kelompok; (2) fungsi tugas; (3) pembinaan dan pengembangan kelompok; (4) kekompakan kelompok; (Slamet 2002).

Tujuan kelompok (Group Goal). Tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Untuk mencapainya diperlukan berbagai usaha dari anggota kelompok melalui berbagai aktifitasnya. Tujuan kelompok yang jelas sangat diperlukan agar anggota dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok. Keadaan ini menyebabkan kuatnya dinamika kelompok. Selain itu tujuan kelompok harus mendukung tercapainya tujuan anggota kelompok. Tujuan kelompok ini akan menjadi suatu motivasi bagi anggota untuk melakukan kegiatan kelompok sehingga pencapaian tujuan tersebut akan lebih efektif. Menurut Slamet (2002) hubungan antara tujuan kelompok dan tujuan anggota mempunyai lima kemungkinan bentuk yaitu: (1) sepenuhnya bertentangan; (2) sebagian bertentangan; (3) netral; (4) searah dan (5) identik. Tujuan kelompok yang baik harus terkait atau sama dengan tujuan anggota sehingga hasilnya dapat memberi manfaat kepada anggota.

Fungsi Tugas (Task Function). Fungsi tugas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh kelompok agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai (Tuyuwale 1990).

Menurut Slamet (2002) maksud dari fungsi tugas adalah untuk memfasilitasi dan mengkoordinasi usaha-usaha kelompok yang menyangkut masalah-masalah bersama dan


(20)

dalam rangka memecahkan masalah-masalah tersebut. Fungsi tugas itu meliputi: (1) fungsi memberi informasi; (2) fungsi menyelenggarakan koordinasi; (3) fungsi menghasilkan inisiatif; (4) fungsi mengajak untuk berpartisipasi dan (5) fungsi menjelaskan sesuatu kepada kelompok. Untuk mengkaji fungsi tugas ini antara lain: (1) adanya kepuasan di kalangan anggota karena tercapainya tujuan-tujuan kelompok maupun tujuan pribadi; (2) para anggota selalu mendapatkan informasi baru sehingga mereka selalu dapat meningkatkan berbagai tujuan yang ingin dicapai dan dapat meningkatkan cara-cara untuk mencapainya tujuan tersebut; (3) kesimpangsiuran dapat dicegah karena ada koordinasi yang baik; (4) para anggota selalu bergairah untuk berpartisipasi karena selalu ada motivasi; (5) komunikasi di dalam kelompok baik dan lancar; (6) kelompok selalu memberikan penjelasan kepada anggotanya bila mereka menghadapi situasi yang membingungkan.

Pembinaan dan Pengembangan Kelompok (Group Building and Maintenance). Pembinaan dan pengembangan kelompok adalah segala macam usaha yang dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan dirinya (Soedarsono 2005). Lebih lanjut Tuyuwale (1990) mengatakan bahwa pembinaan dan pengembangan kelompok juga berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok.Usaha-usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok dapat dilakukan dengan adanya (1) partisipasi dari semua anggota dalam kegiatan kelompok; (2) fasilitas untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok; (3) kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan yang memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi; (4) pengawasan (kontrol) terhadap norma yang berlaku dalam kelompok; (5) sosialisasi, yaitu proses pendidikan bagi anggota baru agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok; dan (6) usaha-usaha untuk mendapatkan anggota baru demi kelangsungan hidup kelompok.

Kekompakan Kelompok (Group Cohesiveness). Slamet (2002) menyatakan bahwa kekompakan kelompok adalah perasaan ketertarikan anggota terhadap kelompok atau rasa


(21)

memiliki kelompok. Kelompok yang anggota-anggotanya kompak akan meningkatkan gairah bekerja sehingga para anggota lebih aktif dan termotivasi untuk tetap berinteraksi satu sama lain. Slamet (2002) menyatakan bahwa kekompakan kelompok atau group cohesiveness adalah perasaan ketertarikan anggota terhadap kelompok atau rasa memiliki kelompok. Slamet (2002) menyatakan bahwa kekompakan kelompok dipengaruhi oleh besarnya komitmen para anggota.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok

Lestari (2011) menyatakan bahwa dinamika kelompok secara nyata dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain: umur, tingkat pendidikan formal, kekosmopolitanan dan lamanya berusaha tani. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain: intensitas penyuluhan, ketersediaan bantuan modal, peran pendamping dan keterjangkauan informasi.

Effendi (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kelompok tani secara nyata dipengaruhi oleh perencanaan kelompok, penyebaran informasi, kerjasama kelompok, pengembangan fasilitas, menaati perjanjian, pengembangan kader, hubungan kelembagaan, keadaan darurat dan rasa bahagia, dan bangga.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut dan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi dinamika kelompok dalam berusaha tani meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud meliputi: umur, tingkat pendidikan dan lama berusaha tani. Faktor eksternal yang dimaksud meliputi: bantuan modal dan alat, penyuluhan, peran pendamping dan ketersediaan informasi.

a. Umur. Kemampuan kerja petani dipengaruhi oleh tingkat umur, kemampuan kerja produktif akan semakin menurun dengan bertambahnya usia petani.


(22)

b. Tingkat pendidikan. Proses pengambila keputusan dalam berusahatani, petani sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan secara umum dapat dilihat dari jenjang pendidikan formal yang telah atau sedang dicapai.

c. Lama berusahatani. Petani merupakan individu yang mandiri dalam menerapkan keputusan yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan harapannya. Lamanya berusahatani menyebabkan timbul rasa akan tanggungjawabnya sendiri atas semua yang dilakukan dalam mengambil semua keputusan. Tingkat kegiatan petani dalam lama berusahatani ini merupakan perubahan perilaku yang ditunjukan atas berbagai konsekuensi usahatani, agar menguntungkan dapat meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian.

d. Bantuan modal dan alat. Modal usaha merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan produksi pertanian. Tanpa modal yang memadai sulit bagi petani untuk mengembangkan usahataninya hingga mencapai produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal.

e. Penyuluhan. intensitas penyuluhan bertujuan pada proses melibatkan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga orang tersebut bisa membuat keputusan yang benar. Adanya penyuluhan maka akan berarti berjalannya proses sosialisasi. Untuk mensosialisasikan adanya anggota baru adanya norma kelompok adanya kesepakatan, dan sebagainya. Tujuan dari penyuluhan salah satunya adalah meningkatkan efektivitas kelompok. Efektifitas kelompok adalah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas kelompok dalam mencapai tujuan. Semakin banyak tujuan yang dapat dicapai, semakin banyak keberhasilan, anggota kelompok akan semakin puas. Bila anggota kelompok merasa puas kekompakan dan kedinamisan kelompok akan semakin kuat.


(23)

Penyuluhan dalam arti umum merupakan sistem pendidikan yang bersifat non formal atau sistem pendidikan di luar sistem persekolahan biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang tersebut tetap mengerjakan sendiri. Sedangkan arti penyuluhan pertanian adalah suatu usaha agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dengan tingkat kehidupannya (Nataliningsih 2001). Penyuluhan dirasakan manfaatnya secara langsung oleh Kelompok Wanita tani “Tri Manunggal” hal ini menunjang berkembangnya kelompok dari segi kualitas yang akan menunjang kuantitas produksi yang ada di dalam kelompok.

Tujuan penyuluhan jangka pendek menurut Kartosapoetro (1998) adalah untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan, perubahan-perubahan mana hendaknya menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan dan kemampuan sikap serta serta motif tindakan petani. Sedangkan tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu agar tercapai peningkatan taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan hidup lebih terjamin. Hal ini tercapai jika para petani dalam masyarakat itu telah melakukan better farming (mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik), better business (berusaha yang lebih menguntungkan) dan better living (berhemat tidak berfoya-foya, setelah melangsungkan pemanenan, menabung, bekerja sama memperbaiki higinis lingkungan, mendirikan industri rumah tangga dengan mengikut sertakan keluarganya guna mengisi waktu selama menunggu panen).

Prinsip pembelajaran partisipatif menurut Sudjana (2005) adalah berdasarkan kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta didik dan berangkat dari pengalaman kerja peserta didik. Sedangkan langkah-langkah dalam pembelajaran partisipatif adalah membantu peserta didik dalam


(24)

menciptakan iklim belajar, menyusun kelompok belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menyusun tujuan belajar, merancang pengalaman belajar, melakukan kegiatan pembelajaran dan menilai proses serta hasil kegiatan pembelajaran. Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan dengan peran serta atau keterlibatan. Keterlibatan tersebut menurut Knowles (1970) dicirikan oleh: 1) keterlibatan emosional dan mental orang dewasa sebagai warga belajar yang belajar, 2) adanya kesediaan dari orang dewasa sebagai warga belajar untuk memberikan kontribusi dan aktivitas mencapai tujuan, 3) dalam kegiatan tersebut terdapat sesuatu yang menguntungkan bagi orang dewasa sebagai warga belajar, dalam arti kepuasan yang ingin dicapai dari tujuan aktivitas tersebut.

f. Peran pendamping. Prinsip dalam pendampingan adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat, menumbuhkan kesadaran bersama masyarakat tentang persoalan yang mereka hadapi, mengembangkan pikiran kritis dan jernih serta mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mengembangkan ketulusan dan keiklasan dalam menyelesaikan konflik.

Salah satu peran pendamping adalah mengusahakan/mendorong agar semua anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok. Dengan demikian rasa memiliki kelompok dari para anggotanya akan tinggi. Peran lain adalah mengusahakan/mendorong menumbuhkan kegiatan, agar para anggota bisa ikut aktif berperan, dan menciptakan norma kelompok. Norma kelompok ini adalah sebagai acuan anggota kelompok bertindak. Mengusahakan adanya kesempatan anggota baru, baik untuk menambah jumlah maupun mengganti anggota yang keluar.

g. Ketersediaan informasi. Pada dasarnya ketersediaan informasi merupakan sumberdaya yang penting dalam pertanian. Ketersediaan informasi memegang peranan penting dalam membuka wawasan berpikir petani terhadap dunia nyata yang dialaminya.


(25)

Sejumlah informasi yang diterima petani akan mengubah konsep-konsep yang ada dalam diri petani tersebut, kemudian membentuk suatu konsep baru yang merupakan penyesuaian informasi lama dengan sejumlah informasi baru yang diterima petani tersebut. Tuntutan kondisi seperti ini membangkitkan motivasi petani untuk mencari ide-ide baru dalam praktek pertaniannya yang akhirnya membuat petani tersebut menjadi lebih dinamis.

B. Kerangka Pemikiran

Dinamika kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” merupakan dinamika yang terjadi di dalam kelompok yang meliputi: tujuan kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok. Dalam dinamika kelompok Wanita Tani

“Tri Manunggal” terdapat faktor yang mempengaruhi yaitu faktor inernal dan faktor

eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok yang berasal dari dalam kelompok itu sendiri. Faktor internal meliputi: pengalaman berkelompok, pendidikan non formal. Dari dua unsur ini faktor internal yang ada di kelompok Wanita Tani

“Tri Manunggal” dapat secara dinamis berjalan serta dapat secara langsung mempengaruhi

dinamika kelompok yang ada di kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”.

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok yang berasal dari luar kelompok itu sendiri. Faktor ekternal meliputi: bantuan modal dan alat, penyuluhan, peran pendamping. Dari tiga unsur ini faktor internal yang ada di kelompok

Wanita Tani “Tri Manunggal” dapat secara dinamis berjalan serta dapat secara langsung

mempengaruhi dinamika kelompok yang ada di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”. Faktor internal dan faktor eksternal dengan demikian maka secara langsung mempengaruhi


(26)

Dinamika kelompok tani “Tri Manunggal” dapat dilihat adanya tujuan kelompok yang jelas, adanya pembinaan dan pengembangan kelompok serta kekompakan kelompok. Hal ini tidak lepas dari adanya kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Berdasarkan uraian di atas, secara sistematis kerangka berpikir pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1

.

Profil Anggota 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Tingkat

Pendidikan 4. Pekerjaan

Profil kelompok 1. Sejarah 2. Visi Misi 3. Keanggotaan

Kelompok 4. Program

Kelompok

Dinamika Kelompok 1. Tujuan kelompok 2. Fungsi tugas 3. Pembinaaan dan

pengembangan kelompok 4. Kekompakan

kelompok

Faktor eksternal 1. Bantuan modal

dan alat 2. Penyuluhan 3. Peran pendamping Faktor internal 1. Pengalaman berkelompok 2. Pendidikan non


(27)

(28)

I. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Bantul

1. Kondisi Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah kabupaten Bantul 506,85 km2 , merupakan 1/6 bagian dari luas Provinsi DIY. Letak astronominya antara 110º12΄34˝ sampai

110º31΄08˝ Bujur Timur dan antara 7º44΄04˝ sampai 8º00΄27˝ Lintang Selatan.

Dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Kondisi cuaca pada tahun 213, curah hujan tertinggi tercatat 907 mm, sedangkan banyaknya hari hujan berkisar antara 0 - 29 hari. Bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari tercatat 907 mm dan bulan dengan curah hujan terendah adalah bulan Agustus– September. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bantul berkisar 198,4 mm.

2. Komoditas tanaman pangan

Komoditas tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar perekonomian Kabupaten Bantul. Komoditas padi sawah menjadi komoditas andalan pada tanaman pangan. Sebagai gambaran pada tahun 2013 produksinya mencapai 209


(29)

ribu ton dan merupakan produksi tertinggi dalam lima tahun terakhir. Produksi padi sawah selalu menunjukkan pola yang tetap setiap tahun, dimana sub round I (Januari-April) merupakan puncak produksi kemudian cenderung menurun pada sub round II dan III. Secara umum produksi tanaman pangan pada tahun 2013 cukup bervariasi. Komoditas yang mengalami kenaikan produksi adalah padi sawah (2,04 persen) dan ubijalar (161,69 persen) sedangkan kacang tanah dan jagung produksinya menurun masing-masing -18 persen. Kedelai yang merupakan salah satu komoditas strategis justru mengalami penurunan produksi sebesar 1.784 ton (-44,75 persen). Menurunnya minat petani dalam menanam kedelai akibat rasio keuntungan yang rendah mengakibatkan luas panen turun hingga 41,53 persen.

B. Kecamatan Pajangan

1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kecamatan Pajangan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bantul dengan luas 1.831,60 ha, suhu rata-rata 29°C dengan curah hujan rata-rata 1.410 mm/tahun, merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Kondisi tanah agak masam dengan kisaran pH tanah 5,3 – 6,0 (BIPP Bantul 2005). Tipe iklim di wilayah Kecamatan Pajangan adalah adalah tipe Awa yang dicirikan dengan musim kering yang lebih panjang dan lebih tegas, sehingga hujan dalam periode basah tidak cukup mengimbangi kekeringan. Kedalaman air tanah di wilayah penelitian berkisar antara 7 - 10 m, dengan fluktuasi air tanah bebas yang


(30)

merupakan selisih kedalaman muka air tanah bebas yang diukur pada akhir musim kemarau dan pada musim hujan adalah 4 – 6 m.

Kecamatan Pajangan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul, DIY. Kecamatan Pajangan berada di sebelah Barat dari Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Pajangan mempunyai luas daerah 3.324,7590 Ha. Desa di wilayah administratif Kecamatan Pajangan meliputi: Desa Sendangsari, Desa Guwosari, dan Desa Triwidadi (http://kec-pajangan.bantulkab.go.id/hal/profil).

Desa Triwidadi merupakan wilayah kelurahan paling barat Kecamatan Pajangan. Kelurahan ini mempunyai wilayah berbukit-bukit dengan dengan kepadatan rumah yang masih jarang. Desa yang dipimpin oleh Bapak Slamet Riyanto ini terdiri dari sebanyak dusun 22 dan 111 RT. Desa Sendangsari merupakan wilayah sebagai gudang seniman yang menjadikanya memiliki keunikan tersendiri. Kalau kita mengenal Dusun Krebet yang menjadi sentra kerajinan batik kayu, merupakan salah satu pedukuhan di Desa Sendangsari. Desa yang dipimpin Bapak Sapta Sarosa S.Psi ini terdiri sebanyak 18 dusun dan 90 RT. Desa Guwosari merupakan wilayah paling timur di Kecamatan Pajangan. Karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul sebagai pusat kota, desa Guwosari termasuk Desa yang telah berbudaya kota. Hal ini terlihat banyaknya komplek perumahan yang berada di wilayah ini. Desa yang dipimpin oleh Bapak Abdul Basyir, S.Ag ini terdiri sebanyak dusun 15 dan 78 RT.

Wilayah Kecamatan Pajangan secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Kasihan dan Sedayu di sebelah utara, Kecamatan Bantul di sebelah timur, Kecamatan Pandak di sebelah selatan, dan sungai progo di sebelah barat.


(31)

Wilayah Kecamatan Pajangan berada di daerah dataran rendah. Ibukota Kecamatan Pajangan berada di ketinggian 100 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kecamatan Pajangan yang berada di dataran rendah di daerah tropis memberikan iklim yang tergolong panas. Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Kecamatan Pajangan adalah 32ºC dan suhu terendah 23ºC. Bentangan Wilayah Kecamatan Pajangan 100% berupa daerah yang berbukit sampai bergunung Lokasi Kecamatan Pajangan yang berada di dataran rendah di daerah tropis memberikan iklim yang tergolong panas. Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Kecamatan Pajangan adalah 32ºC dan suhu terendah 23ºC.

Kecamatan Pajangan pada akhir tahun 2013 berpenduduk sejumlah 9.792 KK terdiri dari 32.501 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin penduduk Kecamatan Pajangan terdiri dari 14.565 penduduk laki-laki dan 15.452 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Pajangan adalah 903 jiwa/km2. .Sebagian besar penduduk Kecamatan Pajangan adalah petani. Data Monografi Kecamatan Pajangan menyebutkan 12.541 orang atau 41,7 % dari seluruh penduduk Kecamatan Pajangan bekerja di sektor pertanian.

2. Potensi Pertanian

Pembangunan di sektor pertanian sangat penting karena menyangkut pemenuhan kebutuhan pangan yang sangat mendasar bagi rakyat. Kelangkaan pangan bisa berakibat fatal sekaligus dapat mengguncang stabilitas perekonomian daerah. Di Kabupaten Bantul, sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar perekonomian daerah terutama produksi tanaman pangan (padi dan palawija). Pada tahun 2013 tanaman pangan yang di tanam oleh sebagai penduduk di


(32)

Kecamatan Pajangan antara lain: tanaman padi sawah, luas panennya mencapai 330 hektar; tanaman padi ladang luas panennya 23 hektar; tanaman jagung dengan luas panen 375 hektar; dan ubi kayu dengan luas panen mencapai 9 hektar. Di Kecamatan Pajangan, tanaman bio farma yang banyak ditanam oleh warganya antara lain tanaman kunyit, lempuyang dan jahe. Pada tahun 2013, produksinya mencapai 12,9 kw untuk tanaman kunyit, tanaman lempuyang produksinya mencapai 12,2 kw, sedangkan tanaman jahe produksinya mencapai 56 kw. Selain tanaman biofarma, tanaman buahbuahan juga yang banyak ditanam oleh penduduk di Kecamatan Pajangan. Produksi buah-buahan yang paling banyak antara lain buah mangga, pisang, sawo, rambutan, dan jambu biji. Sawo dan jambu biji merupakan buah yang dicari jika wisatawan mengunjungi tempat wisata Goa Selarong di Desa Guwosari.

C. Desa Sendangsari

1. Kondisi geografis dan administrasi

Desa Sendangsari terletak di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul secara geografis terletak dibukit selarong, dengan luas Desa sendangsari 1.176 ha. Desa sendangsari terdiri dari 18 pedukuhan serta 91 RT. Letak Desa Sendangsari sebelah utara bersebelahan dengan Desa Triwidadi, selatan bersebelahan dengan Desa Guwosari, timur bersebelahan dengan Desa Bangunjiwo dan barat bersebelahan dengan Desa Triwidadi. Desa Sendangsari mempunyai jarak dengan pusat pemerintahan yang terbilang dekat. Jarak Desa Sendangsari dengan Ibukota Kecamatan 3 km, jarak dengan Ibukota Kabupaten 15 km dan jarak dengan Ibukota Provinsi 20 km. Jumlah penduduk yang ada di Desa Sendangsari


(33)

berjumlah 11.450 jiwa dengan sebaran laki-laki berjumlah 5400 jiwa dan perempuan berjumlah 6.050 jiwa.

Secara umum Kecamatan Pajangan yang didalamnya meliputi Desa Sendangsari arah pengembangannya merupakan kawasan Industri dan permukiman yang meliputi: Kawasan Hutan Lindung (disekitar permukiman) dengan pengembangan hutan rakyat dan Agroforesty Kawasan Pariwisata ( wisata alam, wisata budaya, wisata Industri) Kawasan pengembangan industri kecil (home Industry).

Arah Pengembangan atau Strategi Kabupaten Bantul, khususnya kawasan barat, yang didalamnya termasuk Kecamatan Pajangan yang meliputi Desa Sendangsari dikembangkan secara terbatas, sesuai dengan daya dukung lingkungannya dan fungsi lingkungannya, antara lain: Intensifikasi dan Diversifikasi pertanian lahan kering, Pengembangan perhutanan rakyat, Pengembangan Industri Kerajinan dan makanan.

2. Kondisi Alam

Kondisi alam Desa Sendangsari meliputi daerah pertanian dan perkebunan. Jenis tanaman secara umum dapat tumbuh, dan didaerah tertentu terdapat berbagai jenis tanaman obat. Jenis tanaman pertanian yang ada seperti padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ketela (singkong).


(34)

II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok

Salah satu tujuan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” yakni meningkatkan peran dasawisma. Peningkatan peran tersebut terlihat pada kegiatan diversifikasi atau memberikan nilai tambah pada bahan pangan jagung yang dijadikan makanan ringan seperti emping yang dilakukan secara kolektif atau bersama-sama. Penelitian di Kelompok Wanita Tani “Tri

Manunggal” yang awal berdiri kelompok beranggotakan 20 orang lambat laun sesuai berjalannya waktu yang bertahan di Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” sampai saat

penelitian dilakukan berjumlah tetap sebanyak 10 orang. Keseluruhan 10 orang ini berisikan pengurus dan anggota, untuk pengurus ketua oleh ibu sumiyati, sekertaris oleh ibu Ifa Nurfiani dan bendahara oleh ibu Muryanti, untuk anggota berisikan tujuh orang yakni ibu bandingah, ibu Mardiah, ibu Tumiyem, ibu Ngatinem, ibu Ngatijah, ibu Sriyanti dan ibu Purwanti.

Profil kelompok merupakan gambaran menyeluruh kondisi Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” yang meliputi sejarah, visi, misi, organisasi dan keanggotaan dalam kelompok,

serta program yang ada didalamnya.

1. Sejarah Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal

Sejarah adalah rekam jejak berdirinya kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” serta perkembangannya yang diukur sejak awal berdiri hingga saat ini. Sejarah yang di terkumpul dari data peneliti bahwa Kelompok Tri Manunggal terbentuk melalui potensi wilayah yang ada di Kecamatan Pajangan. Sejarah dimulai pada saat ada bantuan alat produksi dari Dinas Penyuluhan, produksi emping secara kolektif dan keikutsertaan kelompok dalam program pemerintah yakni One Village, One Product


(35)

Organisasi ini dimotori oleh momentum pemberian alat produksi dari Pemerintah Kabupaten Bantul tahun 2005. Alat disalurkan melalui Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul. Kelompok yang menerima bantuan alat adalah kelompok dasawisma yang ada di Dusun Beji Kulon.alat dan bantuan pemerintah pada saat itu ditempatkan dirumah ibu sumiyati. Satu tahun setelah menerima bantuan alat, pada 2006 kelompok ini menghasilkan emping jagung atau mulai berproduksi. Tempat produksi berada di rumah Ibu Sumiyati sebagai penanggung jawab secara keseluruhan dalam produksi. Tahun ini juga bersamaan dengan turunnya bantuan alat tambahan serta suntikan modal yang cair dari bantuan pemerintah.

Ibu Sumiyati selaku penanggung jawab saat itu proaktif untuk mencari bantuan akhirnya dapat menemukan beberapa mitra yang dapat membantu, salah satunya adalah Universitas Widya Mataram. Tahun ini juga terdapat bantuan modal dari Widya Mataram sebesar Rp.12.5000.000,00 untuk lima kelompok, dimana kelompok dasawisma dusun beji kulon mendapatkan bantuan sebesar Rp. 2.500.000.

Pada 2008 telah dicanangkan program “one village one product” dimana Kecamatan Pajangan memiliki potensi jagung. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan nilai tambah dari produk jagung. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Bantul memberikan

bantuan pada Dusun Beji. Pada momen ini mulai terbentuk Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”. Setelah bantuan diberikan, baru kemudian kelompok wanita tani secara resmi berdiri yang keseluruhan jumlah yang ikut serta dalam kelompok sebanyak 20 orang dan di ketuai Ibu Sumiyati.

Pada tahun 2009 telah ditetapkan bahwa Kecamatan Pajangan merupakan kecamatan yang telah dicanangkan memiliki potensi jasa dan perdagangan dan masuk pada program pemerintah yakni “one village one product”. Program ini berkaitan tentang penguatan


(36)

perdagangan dan jasa melalui potensi wilayah yang dimiliki Kecamatan Pajangan yakni jagung.

Pada tahun 2010-2015 program kelompok yang berkaitan dengan OVOV sudah tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Karena kelompok sudah tidak kondusif untuk menjalankan program tersebut. Program OVOV ditujukan untuk seluruh anggota kelompok. Akan tetapi, kenyataannya yang menjalankan hanya ketua dan manfaat dari program tersebuttidak merata dirasakan anggota kelompok

Peran pemerintah dalam pembentukan kelompok ialah pemberian bantuan modal dalam bentuk alat-alat produksi. Orang yang ditugasi membentuk kelompok adalah ketua kelompok

sekarang yang kemudian memilih nama Kelompok “Tri Manunggal”. Selanjutnya adalah tugas dari kelompok wanita tani “Tri Manunggal” untuk mengembangkan bantuan menjadi

usaha yang mandiri. (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Kelompok Tri Manunggal Tahun Perkembangan Kelompok

2005 1. Menerima bantun alat produksi emping jagung dari Dinas Penyuluhan kepada dasawisma

2. Mendapat mitra Univ. Widya Mataram

2006 Produksi emping secara individu yang dilakukan oleh ketua kelompok saat ini

2008 1. Menerima bantuan alat produksi emping jagung dari Dinas Pertanian Bantul

2. Pembentukan Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”

2009 2010-15

Kelompok ikut serta dalam program OVOP (One Village, One Product)


(37)

Program kelompok sudah tidak berjalan seperti yang direncanakan

2. Visi dan Misi Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”

Visi misi kelompok adalah rencana dan tujuan kelompok kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” dan dijadikan sebagai dasar dalam pengelolaan kelompok. Data yang di dapat oleh peneliti bahwa Organisasi ini memiliki visi dan misi secara tertulis. Visi kelompok yakni meningkatkatkan nilai petani dan kelompok memiliki misi yakni meningkatkan nilai tambah dan harga jual jagung , Hal ini didasarkan atas potensi desa yang merupakan penghasil produk jagung dengan produksi surplus atau melebihi tingkat konsumsi warga sendiri. Akan tetapi, pengurus dan anggota belum memahami betul akan visi misi dibangun dalam kelompok, maka dari itu untuk sosialisasi visi dan misi dilakukan melalui kegiatan seperti produksi emping jagung dan agenda pertemuan rutin kelompok, mereka saling bertemu dan berinteraksi sehingga memudahkan pengurus terutama ketua dalam menyebarluaskan visi misi kelompok kepada anggotanya.

Nilai tambah ini didasari adanya kenyataan bahwa jika petani hanya menjual jagung, maka harganya tidak lebih dari Rp.2.000/kg, jika menjual jagung giling untuk pakan ternak maka harganya menjadi Rp.3.500/Kg. Akan tetapi jika petani mengolah menjadi emping jagung, maka harganya bisa mencapai Rp.15.000/Kg. Hal tersebut menjadi visi yang dijalankan oleh kelompok untuk mencapai tujuan bersama yakni mensejahterakan anggota. Untuk mencapai visi tersebut, kelompok memiliki misi yakni memberi nilai tambah pada komoditas jagung dengan memproduksi emping jagung.

Visi dan misi kelompok menjadi penting untuk menjadi tolak ukur kelompok kedepannya, akan tetapi terdapat permasalahan bahwa nyatanya didalam kelompok tidak semua orang memahami hal tersebut. Visi dan misi kelompok hanya dipahami sebagian


(38)

anggota kelompok dan pengurus. Jadi secara tidak langsung masih ada anggota ikut dalam kelompok akan tetapi tidak memahami kelompok sepenuhnya.

Visi dan misi sudah dirancang kelompok sudahtidak sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam kelompok. Anggota tidak banyak yang mengetahui visi dan misi kelompok. Mereka menganggap visi dan misi tidak penting dalam menjalankan kelompok. Kelompok tidak dapat mencai tujuan bila anggotanya tidak memahami visi dan misi kelompok. Hal ini yang terjadi di dalam kelompok saat ini.

3. Program Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”

Program kelompok adalah serangkaian kegiatan yang ada di dalam kelompok Wanita

Tani “Tri Manunggal” data yang di dapat peneliti bahwa Program kelompok merupakan salah satu sarana pertemuan antara pengurus dan anggota untuk saling berinteraksi dan saling bertukar informasi satu sama lain. Sehingga terciptanya suasana kelompok yang kondusif dan akan mudah mencapai tujuan-tujuan kelompok. Terdapat dua kegiatan kelompok yang menjadi sarana pertemuan kelompok yakni pertemuan dan kegiatan produksi emping jagung.

a. Pertemuan kelompok

Pertemuan kelompok merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap dua minggu sekali yakni arisan. Kegiatan ini yang mengikuti berjumlah 30 orang dengan rincian 20 orang

anggota dasawisma dan 10 orang anggota Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” serta

daerah tempat tinggal dari peserta arisan berada dalam satu RT. Kegiatan arisan disetiap pertemuannya, anggota arisan diwajibkan membayar iuran Rp. 5.000 guna menjalankan kegiatan simpan pinjam, dengan kata lain kegiatan arisan selain untuk berkumpul ibu-ibu dasawisma juga untuk kegiatan simpan pinjam. Kegiatan arisan dilakukan ditempat yang tetap dan tidak berpindah-pindah dalam kegiatan arisan untuk tempat yang disepakati yakni dirumah ibu muryanti, dengan pertimbangan rumah ibu muryanti berada ditengah dan didekat


(39)

jalan raya. Acara ini dibuka oleh ketua ataupun pengurus untuk memulai kegiatan dilanjut dengan pengajian serta rapat ibu-ibu dasawisma. Setelah itu acara dilanjutkan dengan menikmati suguhan yang diberikan tuan rumah seperti makanan dan minuman. Disela-sela anggota menikmati makanan dan minuman yang diberikan, pengurus selalu melakukan kegiatan koordinasi terkait rencana kegiatan yang akan dilakukan seperti pelatihan dan kunjungan dari dinas terkait. Selain itu pengurus juga melakukan kegiatan evaluasi dari hasil kerja kelompok yang telah dilakukan bersama. Pada kegiatan ini, mereka saling berinteraski yang mampu meningkatkan kekompakan kelompok yang berpengaruh pada tercapai tujuan kelompok dengan mudah.

Kegiatan pertemuan kelompok saat ini masih berjalan di dalam kelompok. Akan tetapi kelompok tidak mempunyai pertemuan secara khusus untuk kepentingan kelompok. Dengan kata lain kelompok masih ikut kumpul dengan pertemuan dasawisma yang jelas bukan seluruhnya anggota kelompok. Kegiatan ini masih berlangsung hingga saat ini sampai penelitian ini dilakukan.

b. Kegiatan produksi

Kegiatan ini rutin dilakukan sehari-hari seperti pembuatan emping jagung awalnya dilakukan oleh anggota dan pengurus kelompok, Akan tetapi kenyataannya saat ini kegiatan produksi hanya dilakukan oleh ibu Sumiyati dan suami. Hal ini terjadi karena semangat untuk produksi oleh anggota menurun serta ibu Sumiyati sebagai ketua bertanggung jawab secara moril untuk menjalankan produksi kelompok sebagai tanggung jawab karena kelompok sudah menerima bantuan dana dan alat dari pemerintah maupun swasta atau perguruan tinggi. Jadi untuk keseluruhan produksi saat ini berpusat dirumah ibu sumiyati dan yang menjalankan ibu sumiyati dan suami. Keterlibatan dari suami ibu Sumiyati adalah membantu secara keseluruhan kegiatan produksi emping jagung dari mulai persiapan hingga hasil akhir produksi berupan emping jagung. Kegiatan produksi sendiri berjalan dengan baik walaupun


(40)

yang mengelola ibu Sumiyati dan suami sendiri. Dinilai dari kinerja kelompok khususnya produksi kurang berjalan baik karena tidak dirasakan oleh semua anggota kelompok.

Emping jagung dalam produksinya melalui tahapan yang tidak instan. Pada proses pembuatan emping jagung, hal yang pertama dilakukan adalah memilih jagung yang memiliki biji yang besar. Hal ini akan mempengaruhi ukuran emping jagung yang akan dihasilkan. Apabila biji jagung yang dipilih berukuran kecil maka akan menghasilkan emping jagung kecil yang terkesan seperti remukan (Gambar 4).

Gambar 1. Proses pembuatan emping jagung

Ada beberapa proses yang diperlukan bagi kelompok untuk memproduksi emping jagung, antara lain:

1) Jagung pipil kering dicuci hingga bersih dan pastikan bebas dari jamur;

2) Setelah itu jagung direbus dengan air kapur selama kurang lebih 1 jam untuk menghancurkan kulit ari. Selanjutnya dicuci kembali dan direndam selama semalam baru kemudian jagung dikukus selama 1 jam;

3) Setelah matang jagung yang masih panas dipipihkan atau digenjet dengan mesin pemipih emping jagung untuk menghasilkan emping jagung mentah;

4) Emping jagung mentah dijemur dibawah terik matahari selama 1 sampai 2 hari. Baru kemudian digoreng dengan minyak panas selama beberapa detik.

5) Pemberian rasa (garam dan penyedap rasa); Pemilihan dan Pemipilan Jagung Perebusan Jagung menggunakan air kapur Perendaman biji jagung selama satu malam Perebusan kedua selama 1 jam

Packaging emping Penggorengan emping dan pemberian bumbu Penjemuran emping mentah Pemipihan jagung dengan mesin


(41)

6) Masukkan emping jagung kedalam plastik atau toples kedap udara.

Pada kegiatan ini mereka saling berinteraksi, bertukar pikiran dan saling mengevaluasi. Sehingga mampu meningkatkan kemampuan dan kekompakan kelompok.

B. Profil Anggota Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” 1. Usia

Usia adalah umur anggota kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” pada saat penelitian

yang diukur dengan tahun. Data yang di dapat peneliti menunjukan bahwa dilihat dari pengurus dan anggota berdasarkan usia kelompok termasuk didalam usia produktif. Faktor usia digunakan untuk mengetahui keadaan kelompok berdasarkan pengalaman secara individu Pengurus dan anggota “Tri Manunggal” (Tabel 2).

Tabel 2. Kelompok usia pengurus dan anggota

Usia Frekuensi Persentase (%)

< 40 4 40

40 – 50 6 60

Total 10 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas pengurus anggota Kelompok Wanita Tani “Tri

Manunggal” berusia lebih dari 40 tahun yakni enam orang (60%), sedangkan anggota yang

berusia kurang dari 40 lebih sedikit yakni empat (40%). Hal ini menunjukkan mereka masih dalam kategori usia produktif. Usia termuda adalah ibu nurfiani yakni berusia 38 tahun sedangkan yang tertua adalah ibu bandingah yakni berusia 50 tahun.

Pada kegiatan yang dilakukan, seluruh pengurus dan anggota bekerjasama dalam memproduksi bahan pangan menjadi berbagai macam produk yang memiliki harga jual yang tinggi. Kegiatan produksi berjalan lancar karena seluruh orang yang ada dikelompok berada pada usia yang produktif. Sehingga tujuan produksi dan meningkatkan peran dasawisma berjalan lancar.


(42)

Jenis kelamin adalah ciri-ciri yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Data yang didapat oleh peneliti bahwa secara struktural, baik pengurus dan anggota Kelompok

Wanita Tani “Tri Manunggal” adalah wanita. Namun, ada peran serta laki-laki dalam kegiatan produksi emping jagung seperti membantu perebusan jagung, pemipihan emping jagung dan penjemuran

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh anggota kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” mulai dari SD, SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi. Data yang didapat oleh peneliti bahwa Pendidikan seseorang akan berhubungan dengan sikap, perilaku dan tindakan seseorang. Lebih lama atau tinggi seseorang mendapatkan pendidikan, maka informasi yang diperoleh secara langsung maupun

tidak langsung dapat diserap lebih baik. Sebagian besar tingkat pendidikan di Kelompok “Tri Manunggal” adalah tamatan SD dan SMP (Tabel 3).

Tabel 3. Tingkat pendidikan responden

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 4 40

SMP SMA/K PT

3 2 1

30 20 10

Total 10 100

Tabel 3 menunjukkan mayoritas anggota memiliki pendidikan SD yakni sebanyak empat orang (40%), sedangkan anggota yang sampai menamatkan pendidikan di jenjang SMP sebanyak tiga orang (30%). Satu orang yang berpendidikan sarjana adalah ketua kelompok. Pendidikan secara umum yang ada di kelompok tergolong rendah.

Pada kegiatan pencarian informasi dan membangun hubungan dengan pihak eksternal, peran ketua kelompok sangatlah besar karena memiliki pengalaman dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan pengurus maupun anggota lainnya. Contohnya adalah untuk urusan pemasaran produk dan pengajuan dana untuk kelompok diserahkan kepada ketua atas


(43)

persetujuan pengurus dan anggota lainnya. Pada ranah kebijakan internal, peran ketua kelompok banyak memberikan arahan kepada pengurus dan anggota tentang apa, bagaimana, kapan suatu pekerjaan harus dikerjakan. Maka sangat terlihat bahwa di dalam kelompok peran ketua sangat dominan dalam segala hal. Sehingga, tujuan kelompok akan mudah tercapai.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah mata pencaharian pokok anggota kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”. Data yang didapat peneliti bahwa mata pencaharian pokok pengurus dan anggota kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” dalam menunjang perekonomian keluarga sebagian besar menjadi IRT atau Keluarga Tani (Tabel 4).

Tabel 4. Pekerjaan anggota

Jenis Frekuensi Persentase (%)

IRT/keluarga tani 8 80

Buruh Penyuluh

1 1

10 10

Total 10 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan anggota kelompok sebagai ibu rumah tangga. Selain mengurusi pekerjaan rumah, IRT/keluarga tani juga menjadi buruh musiman yang membantu kegiatan penanaman, pemeliharaan dan panen pada komoditas jagung. Pekerjaan tersebut menjadi pekerjaan yang mampu menyokong perekonomian keluarga mereka. Pekerjaan kebanyakan dari anggota kelompok belum menunjukan tingkat pekerjaan stabil karena tidak dilakukan setiap hari melainkan saat-saat tertentu anggota kelompok bekerja. Harapan anggota kelompok ikut kegiatan kelompok adalah dapat menembah pendapatan dan kesejahteraan. Namun, Pada kenyataannya kelompok belum dapat mencapai apa yang di cita-citakan para anggotannya.


(44)

C. Dinamika Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” Dusun Beji Kulon Desa Sendangsari

1. Tujuan kelompok

Tujuan kelompok adalah keadaan atau hal-hal yang inginkan dapat dicapai oleh kelompok dan para anggotanya. Tujuan kelompok tersebut dapat dilihat dari sifat dan kejelasan serta kesesuaian antara tujuan kelompok dan anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pergeseran dan ketidakjelasan tujuan yang terjadi didalam

Kelompok “Tri Manunggal”.

Kelompok Tri Manunggal mengalami perubahan tujuan. Tujuan ini tidak secara formal dan tidak tertulis disampaikan kepada anggotanya, tujuan hanya disampaikan secara lisan saja. Namun anggota tetap paham akan tujuan kelompok yang diusahakan bersama 20 anggota awal dengan cara mengikuti seluruh kegiatan kelompok seperti pertemuan dan produksi serta pelatihan.

Tujuan awal berdirinya kelompok ini adalah sebagai wadah untuk memberdayakan kelompok dasawisma di Desa Sendangsari yang dilatarbelakangi oleh besarnya potensi hasil alam seperti jagung yang bisa dimanfaatkan. Kegiatan awal kelompok ini adalah memproduksi emping jagung secara bersama-sama pada awalkelompok berdiri yang dilakukan di rumah ketua yakni Ibu Sumiyati menggunakan alat yang pemerintah berikan kepada kelompok. Hasil pengamatan lapangan diketahui bahwa produksi emping jagung di dalam kelompok sudah tidak dilakuka secara bersama-sama. Kegiatan produksi lebih banyak dilakukan oleh ketua kelompok sendiri mulai dari proses awal hingga akhir. ada dua penyebab terjadinya perubahan tujuan yakni: i) produksi menurun dan ii) jumlah anggota berkurang.


(45)

a. Produksi menurun

Salah satu penyebab perubahan tujuan kelompok adalah turunnya kuantitas produksi emping jagung. kegiatan produksi emping jagung pada kenyataannya dilakukan sendiri oleh ketua. Hal in terjadi lantaran anggota sudah tidak ingin terlibat langsung dalam kegiatan produksi. Hal ini disebabkan karena kurang kemauan dan semangat yang dimiliki anggota dalam memproduksi emping jagung. Mereka cenderung pasif dan kurang mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepada anggota.

b. Jumlah anggota berkurang

Penyebab perubahan tujuan selanjutnyaa adalah berkurangnya jumlah anggota yang ada. Hal ini disebabkan karena sebagian anggota merasa kurang adil dari segi pembagian keuntungan dan pembagian kerja yang dilakukan kelompok. Pada kenyataannya seluruh kegiatan produksi yang melakukan adalah ketua tanpa ada keterlibatan anggota kelompok lainnya. Sehingga terjadi penurunan motivasi kerja dan perlahan memilih untuk mundur dari kelompok. Hal in didasari karena produksi emping jagung sudah tidak dilakukan secara bersama-sama dengan kata lain ketua yang menjalan semua proses produksi yang ada. Dari hal inlah anggota yang awalnya berdiri berjumlah 20 orang saat ini tinggal berjumlah 10 orang.

Dari kedua permasalahan tersebut, kelompok memandang perlunya perubahahan tujuan agar kelompok tetap terpelihara dari sisa anggota yang ada. Responden beranggapan bahwa tidak terdapat kesesuaian antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota yakni untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan produktivitas emping jagung sehingga harapan pendapatan bertambah belum tercapai.

Tujuan Awal Kelompok dan Anggota

“Mengisi waktu, memberdayakan kelompok dasawisma”

Perubahan Tujuan

1. Produksi menurun 2. Jumlah aggota berkurang


(46)

Gambar 2. Tujuan Kelompok Tri Manunggal

Adanya perubahan tersebut tidak lantas membuat situasi keorganisasian menjadi chaos atau kacau. Anggota saat ini menganggap hal itu biasa saja, dikarenakan para anggota tidak secara mendalam memahami tujuan kelompok. Sehingga anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama lebih banyak mengikuti saja alur dan tidak secara kritis menilai tujuan kelompok tercapai atau tidaknya. Tujuan dalam kelompok kurang tercapi dengan baik di karenakan dalam perjalanannya tujuan anggota dan kelompok pada saat ini sudah tidak sejalan dan tidak sesuai saat pembentukan awal kelompok. Hingga penelitian dilakukan keadaan kelompok masih sama seperti tujuan mensejahterakan anggota belum tercapai dan anggota kelompok tetap 10 orang tidak ada penambahan dan pengurangan.

2. Fungsi tugas

Fungsi tugas merupakan fungsi yang berorientasi pada tujuan kelompok, masing-masing anggota dan pengurus menjalankan peran yang meliputi: i) fungsi memberikan informasi, ii) fungsi meyelenggarakan koordinasi, iii) fungsi menghasilkan inisiatif, iv) fungsi mengajak berpartisipatif dan v) fungsi klarifikasi yang merupakan kemampuan menjelaskan semua persoalan agar dimengerti oleh seluruh anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran fungsi tugas sering dimainkan oleh pengurus kelompok, sedangkan anggota sedikit memainkan peran fungsi tugas dalam kelompok.


(47)

a. Fungsi memberikan informasi

Fungsi ini banyak dimainkan oleh pengurus khususnya ketua yakni Ibu Sumiyati yang berprofesi sebagai tenaga penyuluh. Sebagai penyuluh, beliau memiliki banyak informasi yang dapat disebarluaskan kepada pengurus lain dan anggota-anggotanya seperti contoh informasi pasar dan teknis produksi emping jagung. Fungsi ini berjalan baik dalam kelompok sehingga mampu meningkatkan pengetahuan bagi anggota sehingga memudahkan kelompok dalam mencapai tujuan. Secara garis besar data yang didapat yang berkaitan dengan fungsi tugas untuk pengurus adalah menyebarkan informasi yang dibutuhkan serta penting bagi anggota keseluruhan, agar informasi tidak terputus dan dapat berjalan dengan baik. Fungsi tugas anggota adalah menerima informasi yang disampaikan serta mengolah informasi dengan baik agar anggota memahami isi dari informasi yang disampaikan agar tidak terjadi kesalahan komunikasi antar pengurus dan anggota. Fungsi memberi informasi dominan yang melakukan adalah ketua. Hal ini didasari bahwa ketua secara pendidikan dan posisi pekerjaan saat memungkinkan mendapat informasi yang lebih luas yang dibutuhkan kelompok. Dampak terhadap anggota kelompok tidak berkembang dalam informasi. Karena anggota kelompok merasa informasi yang disampaikan ketua sudah cukup luas dan membuat para anggota kelompok yang lain merasa tidak perlu mencari informasi yang dapat menunjang kemajuan individu anggota maupun kemajuan kelompok. Sumber informasi di dapat ketua dari berbagai macam sumber antara lain dari Dinas Pertanian. Ketua lebih memahami informasi tersebut dikarenakan ketua menjabat sebagai penyuluh Dinas Pertanian

sekaligus ketua Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal”. Secara garis besar fungsi yang

diperankan ketua adalah sumber informasi dan anggota lainnya adalah menerima dengan utuh segala informasi yang di dapat. Hal ini menjadikan kelompok kurang berkembang dalam hal informasi dikarekan informasi hanya berpusat kepada satu orang saja.


(48)

Fungsi ini merupakan peran pengurus dalam mengkoordinasi angggotanya. Kegiatan rutin kelompok adalah pertemuan setiap dua minggu sekali, setiap pertemuan akan berlangsung, peran sekretaris adalah menginfokan kegiatan tersebut kepada anggota melalui SMS (Short Message Service) untuk hadir.sekertaris dalam koordinasi harus mendapat persetujuan ketua kelompok jadi tetap kordinasi utama dalam kelompok adalah ketua. Pada kegiatan pertemuan tersebut anggota dan pengurus saling belajar satu sama lain melalui proses interaksi dan bertukar informasi. Secara garis besar data yang didapat peneliti untuk fungsi meyelenggarakan koordinasi bagi pengurus adalah mengkoordinir para anggota agar setiap kegiatan yang dilakukan kelompok dapat berjalan dengan baik. Fungsi kordinasi bagi anggota adalah mengikuti arahan yang diberikan agar setiap kegiatan yang dilakukan kelompok dapat berjalan dengan baik.

c. Fungsi menghasilkan inisiatif

Fungsi ini merupakan peran kelompok dalam memberikan kebebasan berpikir, berpendapat dan berekspresi kepada pengurus dan anggotanya dalam mencapai tujuan bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok memberikan kebebasan anggota dan pengurus untuk berpikir, berpendapat dan berekspresi. Namun mereka tidak memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik. Dalam kegiatan diskusi, anggota tidak banyak memberikan pendapat kepada kelompok, mereka hanya manut atau mengikuti apa yang dikatakan oleh ketua. Bagi mereka, selagi keputusan tersebut masih sejalan dengan tujuan maka tidak menjadi masalah untuk megikuti keputusan tersebut. Secara garis besar fungsi menghasilakan inisitiatif bagi pengurus adalah mengeksplor ide dan gagasan anggota guna kemajuan kelompok. Sedangkan fungsi menghasilkan inisiatif bagi anggota adalah memberi masukan dan ide serta gagasan untuk kelompok agar dapat maju bersama akan tetapi pada kenyataannya anggota kebanyakan selalu menekor terhadap ide dan gagasan dari pengurus. Fungsi menghasilkan inisiatif kurang berjalan dengan baik dikarenakan tidak


(49)

banyak inisiatif yang keluar dari anggota kelompok. Secara tidak langsung inisiatif tetap yang mengendalikan dan menyampaikan adalah ketua kelompokm itu sendiri.

d. Fungsi mengajak berpatisipatif

Dalam fungsi ini, kelompok berusaha mengajak seluruh anggota dan pengurus untuk ikut peran serta pada seluruh kegiatan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota aktif dalam kegiatan seperti pertemuan dan penyuluhan. Pada kegiatan ini anggota saling berinteraksi yang menyebabkan mereka saling akrab dan saling belajar satu sama lain. Namun, pada kegiatan produksi anggota jarang mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga kegiatan ini dilakukan sendiri oleh ketua. Secara garis besar fungsi partisifatif bagi pengurus adalah mengikuti dan melaksanakan kegiatan yang ada dikelompok dengan cara ikut terjun langsung dalam kegiatan, akan tetapi pengurus pada kenyataan tidak bisa ikut partisifasi secara total terutama dalam kegiatan produksi. Bagi anggota sama halnya dengan pengurus anggota dalam hal fungsi partisifasi kurang ikut secara total terutama dalam hal kegiatan produksi. Fungsi partisifasi anggota kelompok terhadap kelompok secara garis besar hanya pada saat pertemuan kelompok, untuk kegiatan produksi lebih banyak dilakukan oleh ketua kelompok itu sendiri dtanpa ada partisipasi dari anggota kelompok yang lainnya

e. Fungsi klarifikasi

Fungsi ini merupakan kemampuan menjelaskan persoalan agar dimengerti oleh seluruh anggota kelompok. Di dalam Kelompok Tri Manunggal, peran ini dimainkan oleh pengurus. Pengurus mampu menyampaikan untuk dimengerti seluruh anggotanya. Dalam fungsi klarifikasi lebih banyak berperan didalamnya yakni ketua kelompok, karena ketua kelompok secara baik bias menjelaskan kepada seluruh anggota terutama disaat ada masalah didalam kelompok. Seperti contoh ketika anggota kelompok semakin berkurang, pengurus menjelaskan persoalan tersebut kemudian anggota memahaminya lalu bertahan didalam kelompok. Sehingga tujuan kelompok bisa tercapai.


(50)

3. Pembinaan dan Pengembangan Kelompok

Pembinaan dan pengembangan kelompok yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan kelompok. Indikatornya adalah keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok. Salah satu upaya pembinaan kelompok adalah mengusahakan agar semua anggota ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok seperti gotong royong, penyuluhan dan pertemuan anggota yang akan mengarahkan kepada tercapainya tujuan kelompok. Hasil penelitian diketahui bahwa ada 3 pembinaan pengembangan yakni pemerintah, perguruan tinggi dan kelompok itu sendiri.

Gambar 3. Pembinaan dan pengembangan kelompok

a. Pembinaan Oleh Pemerintah

Usaha pembinaan dan pengembangan yang dilakukan pemerintah kepada Kelompok Tri Manunggal pada sektor permodalan dana, alat dan memberikan pelatihan atau penyuluhan serta dukungan program.

Pada awal berdirinya kelompok, pemerintah memberikan sejumlah bantuan modal uang dan alat produksi emping jagung seperti alat pemipih dan kompor yang bertujuan agar produksi emping jagung meningkat. Namun, kondisi produksi emping jagung saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh berkurangnya kualitas alat produksi yang sudah

KELOMPOK


(1)

3. Pembinaan dan Pengembangan Kelompok

Pelaku pembinaan dan pengembangan yang dilakukan melibatkan pemerintah, perguruan tinggi dan kelompok itu sendiri.Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan melalui bantuan dan penyuluhan.Melalui penyuluhan dan pelatihan perguruan tinggi melakukan pembinaan dan pengembangan.Sedangkan Kelompok Tri Manunggal melakukan pembinaan dan pengembangan melalui kegiatan produksi dan pertemuan yang dilakukan.

Gambar 3. Pembinaan dan pengembangan kelompok 4. KekompakanKelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: i) ketertarikan anggota terhadap kelompok seperti merasa tidak diuntungkan dan tetangga dekat, ii) motivasi anggota seperti mengisi waktu dan menambah pendapatan dan iii) kerjasama anggota membentuk kekompakan Kelompok Wanita Tani Tri Manunggal.

Gambar 4. Kekompakan kelompok Ketertarikan Terhadap Kelompok

1. Merasatidakdiuntungkan 2. Tetanggadekat

Motivasi 1. Mengisiwaktu 2. Menambahpen

dapatan

Kerjasama Anggota Produksibersama

Kekompakan Kelompok Pembinaan


(2)

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok Wanita TaniTri Manunggal

1. Faktor Eksternal

a. Bantuan Modal dan alat

Bantuan modal dan alat merupakan faktor utama dalam membentuk dinamika Kelompok Wanita Tani “Tri Manunggal” ini. Dengan adanya bantuan modal dan alat mampu meningkatkan produksi emping jagung. Sehingga tujuan produksi dapat tercapai. Akan tetapi anggota kurang merasakan akan manfaat dari bantuan modal dikarenakan mereka jarang sekali menggunakan alat tersebut.

b. Penyuluhan

Memiliki ketua yang berprofesi sebagai penyuluh memudahkan kelompok untuk melakukan kegiatan penyuluhan kepada anggota. Dalam dinamika kelompok, penyuluh memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan anggota sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan bersama kelompok. Dalam penelitian ini penyuluhan yang dimaksud adalah pelatihan yang dilakukan oleh dinas terkait dan perguruan tinggi kepada Kelompok Tri Manunggal.

Materi yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan dari pemerintah dan perguruan tinggi kepada kelompok adalah terkait pengolahan bahan pangan. Kesesuain materi yang diberikan menjadi faktor penting dalam meningkatkan kemampuan teknis anggota untuk mencapai tujuan produksi kelompok.

c. Peran pendamping

Hasil penelitian diketahui bahwa peran yang dijalankan pendamping

kepadakelompokadalah memberi informasi, wawasan, penunjuk dan tempat bertanya bagi

petani. Sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggotanya.

2. Faktor Internal

a. Pengalaman berkelompok

Secara pengalaman, ketua kelompok memiliki jam terbang paling tinggi dalam berorganisasi. Hal ini terlihat dari kemampuan untuk mengatur seluruh kegiatan kelompok seperti mengurusi perihal proposal bantuan. Di dalam kehidupan kelompok, anggota sudah mampu untuk membantu produksi emping jagung. Kemampuan ini mereka dapatkan dari


(3)

pengalaman atau seringnya mengikuti pelatihan, seringberinteraksi yang memungkinkan proses evaluasi.

Anggota yang memiliki pengalaman di dalam kelompok lebih lama akan berpengaruh terhadap dinamika kelompok, karena tingginya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Sehingga memudahkan kelompok dalam mencapai tujuan bersama.

b. Pendidikan non formal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan formal mampu meningkatkan kemampuan anggota dan pengurus, sehingga ilmu yang didapatkan bisa dutularkan ke orang lain. Pada tahun 2010, Kelompok Tri Manunggal pernah memberikan ilmu pada kelompok lain yakni sebagai tempat studi lapangan (SL) bagi kelompok tani binaan Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta. Hal tersebut sebagai indikator keberhasilan pendidikan non formal kelompok, sehingga memudahkalan kelompok dalam mencapai tujuannya.

.Gambar 5. Pendidikan non formal kelompok

KESIMPULAN

1. Pembentukan Kelompok Tri Manunggal diawali dengan bantuan alat dan modal dari pemerintah dengan memberdayakan kaum dasawisma sebagai tujuan awal mereka. Pengurus dan Anggota kelompok berada pada rentang usia 35-50 tahun dengan mayoritas pendidikan SMA dan sebagian besar bekerja sebagai IRT. Kegiatan kelompok Tri Manunggal adalah pertemuan rutin, produksi emping jagung, studi banding dan pelatihan kelompok.

2. Kelompok yang terbentuk dari usaha emping jagung kurang dinamis dalam mencapai tujuan yang ditinjau melalui unsur-unsur i) tujuan yang dilihat dari berkurangnya jumlah anggota akibat ketidaksesuaian tujuan antara anggota dan kelompok; ii) fungsi

Pendidikan Non

Pelatihan Studi Banding Pendampingan

Peningkatan Kemampuan dan

Pengetahuan AnggotadanPengurus


(4)

tugas yang dilihat dari kurangnya peran yang dimainkan anggota, sehingga peran ini banyak dimainkan oleh pengurus; iii) pembinaan dan pengembangan dilakukan oleh kelompok, pemerintah dan perguruan tinggi melalui penyuluhan dan pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan anggota; iv) kekompakan yang dilihat dari rendahnya komitmen anggota dalam mencapai tujuan produksi, namun kekompakan tinggi ditunjukkan pada tujuan kekeluargaan.

3. Faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok secara internal yakni: pengalaman berkelompok, dan pendidikan non formal. Faktor yang mempengaruhi secara eksternal meliputi: modal dan alat, penyuluhan, dan

pendampingan. Modal dan alat serta pendampingan merupakan faktor yang dominan mempengaruhi dinamika kelompok.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Sementara Statistik. http://www.bps.go.id/brs_file/asem_03mar14.pdf Diakses 03 Januari 2016 BBKP . 2003. Peraturan Pemerintahrepublik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 Tentang

Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Effendi.M. 2004.Hubungan Dinamika Kelompok Tani Terhadap Penerapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah. Jurnal Univesitas Mulawarman. EPP. Vol 1. No.1. 2004 , Samarinda.

Kartosapoetro. 1998. Teknologi Penyuluhan Pertanian.

Kementerian Koperasi dan UMKM. 2008. Strategi Pengembangan Pemberdayuaan UMKM http://www.kemenkeu.go.id/Diakses 03 Januari 2016

Knowles, Malcolm S. 1970. The Modern Practice of Adult Education: Andragogy versus Pedagogy. Assocation Press, New York

Leilani.A. & Hasan.OD.S. 2006. Analisis Dinamika Kelompok Pada Kelompok Tani Mekar Sari Desa Purwosari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan Pertanian. Vol 1(1).

Lestari, M. 2011. Dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani di kecamatan poncowarno kabupaten kebumen. Tesis. UNS, Surakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Munir, B. 2001. Dinamika Kelompok, Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku.

Universitas Sriwijaya, Palembang.

Nataliningsih, 2001, Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Kelompok Tani Pemula. Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya, Bandung. Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.

Nurida 2014. Aktivitas kelompok tani di Provinsi Bangka Belitung. Diambil dari http://bakorluh.babelprov.go.id/content/


(6)

Purwaningsih. Titiek. Djaafar. Rahayu. 2006. Diversifikasi Teknologi Pengolahan Jagung

Untuk Menunjang Agroindustri Di Pedesaan. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian, Yogyakarta.

Slamet. 2002. Kumpulan Bahan Kuliah: Kelompok, Organisasi Dan Kepemimpinan.IPB, Bogor.

Soedarsono, T,. 2005.Dinamika Kelompok. Universitas Terbuka , Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung.

Sugiyono . 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.

Sukono 2013. Penumbuhan Kelompok WanitaTani KWT Swadaya Di Kecamatan Trimurjo

Oleh BP4K Kabupaten Lampung. Diambil dari

http://epetani.pertanian.go.id/berita/

Trimo, STP. 2006. Evaluasi Penyuluhan Pertanian Permasalahan dan Upaya Pemecahannya di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

Tuyuwale, J.A. 1990. Analisis Dinamika Kelompok Tani di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Thesis. IPB, Bogor.

UU nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM.

Wahyuni. S. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi Dan Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1).


Dokumen yang terkait

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

Hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usaha tani benih padi: studi kasus Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan, Sukasari, Kabupaten Subang

5 23 129

Dinamika Kelompok Tani dalam Usaha Peningkatan Produksi Padi Studi Kasus di Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang

0 4 112

KETERLIBATAN ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM KEGIATAN LUMBUNG PANGAN (Studi kasus di KWT "MELATI" DUSUN BENYO, KELURAHAN SENDANGSARI, KECAMATAN PAJANGAN , KABUPATEN BANTUL)

0 2 83

SIKAP KONSUMEN TERHADAP DESAIN LABEL KEMASAN PRODUK EMPING JAGUNG PRODUKSI KWT “TRI MANUNGGAL” DESA SENDANG SARI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

4 45 110

IbM Kelompok Tani Lele Desa Beji Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

0 5 8

KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DI DESA BANARAN Studi Kasus Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.

0 2 16

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NYERI MUSKULOSKELETAL ANTARA PRIA DAN WANITA PADA KELOMPOK TANI NIRA Perbedaan Angka Kejadian Nyeri Muskuloskeletal Antara Pria Dan Wanita Pada Kelompok Tani Nira Di Dusun Ngudi Mulyo Pajangan Bantul.

0 3 11

PENDAHULUAN Perbedaan Angka Kejadian Nyeri Muskuloskeletal Antara Pria Dan Wanita Pada Kelompok Tani Nira Di Dusun Ngudi Mulyo Pajangan Bantul.

0 3 4

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NYERI MUSKULOSKELETAL ANTARA PRIA DAN WANITA PADA KELOMPOK TANI NIRA Perbedaan Angka Kejadian Nyeri Muskuloskeletal Antara Pria Dan Wanita Pada Kelompok Tani Nira Di Dusun Ngudi Mulyo Pajangan Bantul.

0 1 11