Latar Belakang Dr. Jelly Leviza, SH, MHum 4. Syafruddin Hasibuan, SH, MH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha di Indonesia, terdapat perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak dalam berbagai bentuk bidang perdagangan, diantaranya adalah bisnis waralaba. Perkembangan tersebut seiring dengan pendapat S. Tamer Cabusgil yang menyatakan bahwa pada masa lalu bisnis internasional hanya dalam bentuk export-import dan penanaman modal. Kini transaksi menjadi beraneka ragam dan rumit, seperti kontrak pembuatan barang, turnkey project alih teknologi, aliansi strategis internasional, aktivitas finansial, waralaba dan lain-lain. 1 Bisnis waralaba yang berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1800-an dan diperkenalkan unuk pertama kalinya oleh Issac Singer pencipta mesin jahit merek Singer, dapat menyebar ke Indonesia maupun negara-negara lain di dunia seperti Kanada, Cina, Jepang, Mexico, Eropa adalah sebagai konsekuensi dari era globalisasi. Menurut Euginia Liliawati Muljono pengertian waralaba adalah persetujuan hukum atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari pemilik pemberi waralaba kepada pihak lain penerima waralaba yang diatur dalam suatu aturan tertentu. 2 1 Erman Rajagukguk, Masalah-masalah Hukum Bisnis Menyongsong Abad XXI: Reformasi Hukum Di Indonesia dan Peranan Para Manajer, Makalah Pada Kuliah Perdana Program Magister Manajemen Pascasarjana USU, Medan, 4 September 1999, halaman 1. 2 Euginia Liliawati Muljono, Peraturan Perundang-undangan Waralaba Franchise, Jakarta: Harvarindo, 1998, halaman iv. 1 Universitas Sumatera Utara Perkembangan usaha waralaba yang demikian pesat ini dapat terjadi karena dengan sistem waralaba pada umumnya kemungkinan berhasil lebih besar dibandingkan jika memulai usaha dengan tenaga sendiri serta namamerek dagang sendiri yang masih baru. Melalui bisnis waralaba orang dapat langsung berusaha di bidang bisnis tertentu yang merek, paten atau sistem bisnisnya sudah sangat popular di dunia misalnya Kentucky Fried Chicken KFC. Tahun 2010 merupakan momen yang akan menjadi peluang besar bagi para franchisor di Indonesia. Pasalnya pameran waralaba di penghujung tahun 2009 pada November silam mendapat sambutan yang meriah. Terbukti meningkatnya jumlah pengunjung pameran yang ingin berbisnis dengan sistem waralaba. Perkembangan positif ini tentu semakin membakar optimisme banyak pelaku di industri ini pada tahun 2010. Tidak hanya itu, tren kewirausahaan juga dirasakan mengalami lonjakan. Hal ini tampak makin bertumbuhnya pelatihan entrepreneur bagi para purna karya, entrepreneur pemula maupun mahasiswa. Bahkan diberbagai kampus sudah banyak dibangun entrepreneur center. Ini menunjukan bahwa tren ini akan semakin memberikan angin segar bagi industri waralaba. Terlebih waralaba dijadikan sebagai salah satu bahan dalam pembekalan entrepreneurship. Bagi para calon pengusaha pemula, waralaba menjadi pilihan bisnis yang menarik di tahun 2010. Pasalnya, calon pengusaha pemula tidak memulai bisnis dari nol lagi. Melalui pola waralaba, setidaknya calon pengusaha pemula mengantongi berbagai keunggulan, baik dari sisi brand , sistem, support, sharing experience, promosi nasional dan lainnya. Dengan berbagai keunggulan diatas tentunya, tingkat resiko kegagalan dalam membangun bisnis dapat ditekan. Terlebih ledakan informasi mengenai bisnis waralaba semakin terasa dan mudah diakses dimana-mana, baik lewat majalah, pameran waralaba, internet, TV, blog, surat kabar, radio, media sosial seperti facebook, youtube, twitter, dan lain-lain. Tentu kemudahan akses informasi ini akan berdampak baik bagi pemberi waralaba, pasalnya calon penerima waralaba akan semakin paham berbisnis dengan pola waralaba. Kemudian mereka akan mendapat beragam informasi yang mereka butuhkan dengan mudah dan cepat. Namun yang perlu menjadi catatan pemberi waralaba pada tahun 2010, bahwa penerima waralaba akan lebih terbuka dan kritis mengungkapkan kekecewaan di depan publik. Sebab itu dibutuhkan kepiawaian seorang pemberi waralaba untuk mengelola penerima waralabanya dengan baik sesuai dengan hak dan kewajibannya. Memasuki tahun 2010, ditengarai penetrasi bisnis waralaba di luar Jawa akan semakin cepat. Tentu dengan adanya pameran waralaba di berbagai kota ini akan semakin meningkatkan penetrasi bisnis waralaba ke berbagai daerah di luar pulau Jawa. Tidak hanya itu saja, dengan makin banyaknya Universitas Sumatera Utara edukasi terhadap bisnis waralaba diyakini tahun 2010 juga akan diwarnai makin menjamurnya merek-merek baru di bisnis ini. 3 Adapun waralaba yang diprediksi akan dipilih oleh para calon penerima waralaba antara lain: 4 1. Waralaba yang bisa membuat sukses penerima waralaba. Calon penerima waralaba akan lebih pandai dalam memilih bisnis waralaba. Oleh karena itu calon penerima waralaba akan melakukan investigasi terhadap outlet berjalan, apakah menguntungkan atau tidak. Waralaba yang terbukti mampu memberikan keuntungan bagi penerima waralaba akan menjadi bidikan bagi penerima waralaba lain. Waralaba yang ditinggalkan adalah bisnis waralaba yang banyak mengalami penutupan gerai dan mengecewakan penerima waralaba. 2. Waralaba “franchisor operator”. Banyak orang yang ingin memiliki bisnis waralaba tapi tidak memiliki waktu dan mereka tidak mau melepaskan pekerjaannya sebelum bisnisnya berjalan dengan baik. Banyak sekali peminat di kategori ini waralaba yang menggunakan franchisor operator juga akan di bidik oleh calon penerima waralaba. 3. Waralaba baru yang memiliki prospek baik. Munculnya waralaba baru prospektif selalu ditunggu oleh para investor bisnis waralaba, bahkan mereka melihat yang belum jenuh menjadikan daya tarik tersendiri. Tentunya bagi pendatang baru harus membuktikan bahwa bisnisnya sudah proven dan layak waralaba. Tentu 3 Tri Raharjo, Tren Franchise 2010 , Majalah Info Franchise Indonesia, http:www.SalamFranchise.com, diakses tanggal 31 Desember 2009, jam 13.00 WIB. 4 Ibid. Universitas Sumatera Utara bagi calon penerima waralaba harus ekstra hati-hati dalam memilih waralaba baru ini. 4. Low investment yang sustainable. Waralababusiness opportunity yang relatif rendah nilai investasi masih menjadi bidikan calon penerima waralaba, namun yang perlu di catat jangan memilih produk dengan model musiman. Jangan sampai bisnis hanya bertahan dalam hitungan bulan, pilihlah bisnis yang memiliki tingkat lifecycle produk yang panjang. Keempat aspek diatas akan mempengaruhi perkembangan waralaba di Indonesia pada tahun 2010. Pada saat ini pengembangan usaha melalui sistem waralaba mulai banyak dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. Sebagai suatu cara pemasaran dan distribusi, waralaba merupakan suatu alternatif untuk mengembangkan saluran eceran yang berhasil. Dalam suatu hubungan waralaba, pemilik waralaba memberikan lisensi atas merek dagang danatau merek jasa beserta metode, cara dan format bisnis, penyajian yang telah dikembangkan oleh pemberi waralaba kepada pihak lain, yaitu calon pemegang waralaba untuk menjual barang atau jasa pemilik waralaba di suatu lokasi tertentu dan untuk jangka waktu tertentu pula. Pemerintah mendukung sistem waralaba karena merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian dan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengembangkan usaha. Ini berarti kesempatan untuk pemerataan di bidang perekonomian termasuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk banyak orang. Universitas Sumatera Utara Berkembangnya usaha waralaba dan akan masih banyak lagi yang masuk ke Indonesia serta perkembangan waralaba lokal, tergantung pada situasi dan kondisi perekonomian Indonesia yang cukup kondusif untuk terciptanya usaha, maka sistem waralaba merupakan prospek usaha yang cerah di masa mendatang. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia di tahun 1970-an 5 mulai dikenal adanya usaha-usaha yang berasal dari luar negeri tidak hanya berupa lisensi saja, tetapi mencakup juga sistem pemasarannya. Maka pada dekade 1980-an mulai masuk ke Indonesia jenis waralaba yang merupakan paket usaha yang bergerak di bidang makanan siap saji fast food, binatu laundry and dry clean, cuci cetak foto, salon, fotokopi, persewaan vcd dan lain-lain. Pada tahun 1990, 6 melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, politik yang stabil dan keamanan yang terjamin, para investor dari luar negeri mulai melirik Indonesia dan di sini, waralaba asing mulai booming di pasar Indonesia . Pada tahun 1992, di Indonesia terdapat 29 usaha waralaba yang berasal dari luar negeri dan 6 waralaba lokal, dan secara keseluruhan, di Indonesia tersebar sekitar 300 outlet. Pada tahun 1997, jumlah pemberi waralaba meningkat hingga 265 waralaba, di mana terdapat 235 waralaba internasional dan 30 waralaba lokal dan jumlah keseluruhan outlet adalah 2000. Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter di Indonesia. Pada saat ini, diikuti oleh krisis ekonomi dan politik di Indonesia pada 5 Frincheesing, http:www.referenceforbusiness.comencyclopediaFor-GolFranchising.html, diakses tanggal 05 Januari 2010, jam 15.00 WIB. 6 Bisnis Franchise, http:www.smfranchise.comfranchise.html, diakses tanggal 05 Januari 2010, jam 08.00 WIB. Universitas Sumatera Utara tahun 1998 yang mengakibatkan jatuhnya industri waralaba di Indonesia. Banyak pemberi waralaba asing yang meninggalkan Indonesia dan hampir sekitar 500 outlet yang tutup oleh karena kondisi yang tidak mendukung ini. Pada saat itu, jumlah waralaba dari luar negeri yang beroperasi di Indonesia menurun dari 230 hingga 170- 180 waralaba. Tetapi justru pada saat ini, waralaba lokal mulai memadati pasar waralaba Indonesia dari 30 meningkat hingga 85 merek produk yang berkembang. Hingga saat ini, waralaba lokal berkembang hingga 360 merek produk, di mana terdapat 9000 outlet, baik sebagai penerima waralaba ataupun company owned. Menurut Sugiyanto Wibawa, 7 konsultan retail marketing, terdapat 2 dua faktor yang mendorong para investor dalam berinvestasi di dunia waralaba. Pertama, jumlah mall dan retail space yang meningkat dari 75.900 m² menjadi 1.78 juta m² di tahun 2004 dan 2.82 juta m² di tahun 2006. Agen properti mempromosikan space di mall sebagai salah satu investasi yang menguntungkan. Kedua, tarifbunga deposito yang perlahan-lahan menurun. Hal ini mendorong para investor untuk melihat kesempatan investasi lainnya yang lebih prospektif dan menguntungkan serta dengan resiko yang lebih kecil. Bentuk waralaba yang ada sekarang ini pada dasarnya merupakan bentuk penyempurnaan danatau pengembangan dari bentuk waralaba terdahulu. Menurut 7 Direktori Franchise Nasional dan Intenasional dan Master Franchise, http:www.google.comsearch?ie=UTF-8oe=UTF- 8sourceid=navclientgfns=1q=Direktori+Franschise+Nasional+dan+Internasional+dan+Master+F ranchise2C+http3A2F2Fwww.franchisekey.com.diakses tanggal 07 Pebruari 2010, jam 10.30 WIB. Universitas Sumatera Utara Stuart D. Brown, 8 terdapat dua bentuk waralaba. Waralaba generasi pertama adalah lisensi merek dagang dan perjanjian distribusi, dimana penerima waralaba memperoleh hak untuk mendistribusikan atau menjual produk dari produsen atau pemasok. Hal ini muncul pada abad ke-18. Saat ini, bidang yang menggunakan waralaba jenis pertama itu adalah pompa bensin, dimana pemegang waralaba berkonsentrasi pada satu jalur produk. Waralaba generasi kedua adalah waralaba yang ada pada saat ini, yaitu format bisnis waralaba. Dalam bentuk ini terdapat hubungan berlanjut, yaitu hubungan kontrak antara pemilik waralaba dan pemegang waralaba. Ini merupakan suatu metode baku dalam melakukan bisnis dengan citra image yang melekat pada barang dan jasa. Dalam hal ini, penerima waralaba menyediakan paket yang mencakup pengetahuan know-how dari usahanya, prosedur operasional, penyediaan produk, manajemen, cara promosi dan jaringan penjualan. Penerima waralaba pada umumnya membayar sejumlah uang kepada pemberi waralaba, yang berupa penyediaan dana untuk menyiapkan outlet beserta desain interior, membeli bahan baku produksi, membeli peralatan yang diperlukan dan membayar royalti. Pemberi waralaba yang sudah mengembangkan produk atau format bisnis yang berhasil dengan mewaralabakan, memperoleh cara untuk melipatgandakan konsep bisnisnya di banyak lokasi geografis tanpa menginvestasikan modal, waktu dan usaha untuk mendirikan outlet milik perusahaannya sendiri. Penerima waralabalah yang mempertaruhkan uangnya. Meskipun pada awalnya pemberi 8 Alan West, Perdagangan Eceran, Jakarta: PT Pustakaan Binaman Pressindo, 1992, halaman 75. Universitas Sumatera Utara waralaba menerima biaya awal yang kecil dari penerima waralaba, namun pada akhirnya ia mendapatkan hasil yang cukup dari royalti yang berlanjut ditambah lagi hasil dari pembelian pasokan atau produk yang dilakukan penerima waralaba secara terus menerus. Sebagai pranata sosial dalam kehidupan ekonomi, munculnya waralaba telah menimbulkan permasalahan di bidang hukum. Hal ini sebagai akibat dari adanya hubungan-hubungan dalam sistem waralaba yang dibangun atas dasar hubungan perjanjian, yang dikenal dengan perjanjian waralaba. Oleh karena itu, hubungan yang terjalin tersebut melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Setiap pemberi waralaba pada umumnya mempunyai suatu standar perjanjian yang ditawarkan kepada para penerima waralaba untuk dapat disepakati, dimana bentuk perjanjian yang telah dibuat oleh pemberi waralaba ini disusun oleh para ahli hukum sehingga substansinya sebagian besar menguntungkan pemberi waralaba atau setidaknya tidak merugikan serta dapat melindungi pemberi waralaba. Disini diperlukan adanya asas keadilan dan keseimbangan hukum dalam upaya memberikan jaminan perlindungan kepada masing-masing pihak. Negara Amerika Serikat telah mendapat pengaturan tersendiri. Ledakan atau booming perdagangan dengan sistem pemberi waralaba yang terjadi pada dekade 1950-an dan 1960-an 9 merupakan faktor penggerak bagi usaha penciptaan peraturan 9 Sejarah FTC Rule, http: www.aw-drivein.comAbout_Us.cfm, http: www.google.comsearch?ie=UTF-8oe=UTF sourceid=navclientgfns=1q=Sejarah+FTC+Rule2C+http3A2F2Fwww.aw- drivein.com2FAbout_Us.cfm diakses tanggal 10 Januari 2010, jam 10.00 WIB. Universitas Sumatera Utara perundang-undangan. Namun sampai pada tahun 1970, di Amerika Serikat secara faktual belum terdapat pengaturan yang secara khusus mengatur masalah waralaba ini. Selama belum terdapat pengaturan khusus tersebut, hukum yang digunakan pada saat itu diadopsi dari ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam “Anti Trust Law” dan “The Lanham Trademark Act”. Baru kemudian pada tahun 1971 10 terdapat suatu peraturan yang secara khusus mengatur mengenai masalah franchise, namun hanya peraturan yang dibentuk oleh negara bagian California. Peraturan tersebut adalah “The California Franchise Registration and Disclosure Act”. Ketentuan hukum yang dibentuk oleh negara bagian California ini selanjutnya diadopsi oleh beberapa negara bagian Amerika Serikat lainnya. Kemudian pada bulan Oktober 1979, 11 pemerintah federal mengundangkan suatu ketentuan hukum yang mengatur masalah waralaba yang disebut “The Federal Trade Commision’s Franchise Rule FTC Rule”. Ketentuan ini mengatur tentang “Disclosure Requirements and Prohibitions Concerning Franchising and Business Opportinity Ventures”. Indonesia belum terdapat Undang-Undang yang secara khusus mengatur mengenai masalah perdagangan dengan sistem waralaba. Selama ini praktek yang dilakukan didasarkan pada kesepakatan tertulis dalam bentuk kontrak kerjasama. Kontrak kerjasama yang diadakan oleh pemberi waralaba maupun penerima waralaba didasarkan pada asas kebebasan berkontrak seperti tertuang pada Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUH Perdata, yang berbunyi : “Semua persetujuan 10 Ibid. 11 Ibid. Universitas Sumatera Utara yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Walaupun di Indonesia belum terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang waralaba, akan tetapi pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 259MPPKep71997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

B. Perumusan Masalah