manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba, yang diperlukan olehnya
untuk melaksanakan waralaba yang diberikan tersebut; b.
Memperoleh bantuan dari pemberi waralaba atas segala macam cara pemanfaatan dan atau penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual penemuan
atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek
waralaba.
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Indomaret
Antara PT Indomarco Prismatama Dengan CV. E Makmur
Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m
2
, dikelola oleh PT. INDOMARCO PRISMATAMA, cikal bakal pembukaan Indomaret di
Kalimantan dan took pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis Gerai Waralaba di Indonesia
setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba 2003” dari Presiden Megawati
Soekarnoputri. Hingga Desember 2010 Indomaret mencapai 4955 gerai dari total itu 3058
gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1897 gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Bali, Lampung dan Medan, di DKI Jakarta terdapat sekitar 488 gerai.
Universitas Sumatera Utara
Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto “Murah dan Hemat”.
Lebih dari 3500 jenis produk makanan dan non makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hamper semua kebutuhan konsumen sehari-hari.
Didukung oleh 13 perusahaan distribusi yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu asset bisnis yang sangat menjanjikan,
keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera Group INTRACO yaitu Indogrosir, BSD PLAZA dan CHARMAT. Dengan visi menjadi
asset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global dengan motto “Murah dan Hemat”.
Berdasarkan pengaturan yang terdapat dalam perjanjian tertulis yaitu Perjanjian
Waralaba Indomaret
Kemang Pratama
5 Nomor:
010WR- CLGBKSVIII2008 antara PT Indomarco Prismatama dengan CV. E Makmur
memuat beberapa hal yang menjadi hak-hak dan juga kewajiban-kewajiban dari kedua belah pihak.
Secara singkat dapat dirumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pemberi waralaba maupun penerima waralaba sebagai berikut:
1. Kewajiban pemberi waralaba:
a. Membantu penerima waralaba dalam periode pra operasi toko dalam hal
rekomendasi kelayakan lokasi toko, bantuan seleksi tenaga kerja sesuai kualifikasi karyawan toko Indomaret, perencanaan, pelaksanaan dan supervisi
renovasi toko sesuai standard design eksterior dan interior toko Indomaret,
Universitas Sumatera Utara
pengadaan dan pemasangan seluruh peralatan toko sesuai standar toko Indomaret;
b. Memberikan latihan kepada penerima waralaba beserta seluruh karyawan toko
dalam suatu program latihan terpadu dengan materi dan jadwal yang telah ditetapkan;
c. Memberikan Pedoman Praktis Operasional dan Administrasi Toko sebagai
referensi penerima waralaba dalam menyelenggarakan operasi rutin toko; d.
Melaksanakan pengiriman barang dagangan sesuai permintaan toko penerima waralaba dengan mengacu ketentuan Pengelolaan Barang Dagangan dalam
perjanjian; e.
Secara periodik memberikan bantuan konsultasi kepada penerima waralaba agar pelaksanaan operasi toko tetap berjalan dalam standar operasional toko
Indomaret; f.
Membantu penerima waralaba dalam pengadaan barang perlengkapan rutin toko, seperti kantong plastik, stiker label, perlengkapan komputer dan
sebagainya sesuai standar penggunaan toko Indomaret; g.
Selama masa perjanjian, pemberi waralaba secara cuma-cuma akan membantu terselenggaranya fungsi administrasi keuangan dan pembukuan toko milik
penerima waralaba sesuai standar PSAK Pernyataan Standar Akutansi Keuangan dan praktek administrasi yang sehat;
Universitas Sumatera Utara
h. Menyerahkan kepada penerima waralaba atas surplus kas yang ada dengan
mempertimbangkan danatau memperhitungkan pelaksanaan kewajiban penerima waralaba yang masih terhutang.
2. Hak pemberi waralaba:
a. Menentukan barang dagangan, termasuk komposisi jenis, tingkat harga jual
dan sumber barang dagangan toko; b.
Menentukan seluruh program sewa tempat di toko penerima waralaba untuk kepentingan penerima waralaba, termasuk tetapi tidak terbatas pada sewa
counter , sewa area ATM dan sewa teras;
c. Memotong langsungmemindahbukukan saldo dana bank penerima waralaba
ke rekening pemberi waralaba atas nilai faktur barang dagangan dan barang perlengkapan toko lainnya yang telah jatuh tempo;
d. Menerima biaya perolehan hak waralaba dari penerima waralaba;
e. Melakukan seleksi, menyimpan danatau meminta data-data lengkap dan
melakukan pengawasan terhadap sumber daya manusia yang akan danatau telah ditempatkan di toko penerima waralaba;
f. Mengakhiri perjanjian bilamana diketahui bahwa penerima waralaba dengan
atau tanpa permohonan telah dinyatakan pailit atau dikenakan sita harta benda atau terlibat dalam perkara pidana atau perdata yang dapat mengganggu
kelangsungan operasi toko milik penerima waralaba; g.
Mengakhiri perjanjian bilamana penerima waralaba telah melanggar atau tidak menaati salah satu atau semua kewajibannya atau ketentuan perjanjian
Universitas Sumatera Utara
dan telah 2 dua kali dengan tenggang waktu 7 tujuh hari kerja ditegur secara tertulis.
3. Kewajiban penerima waralaba:
a. Membayar nilai pembelian seluruh barang dagangan toko sesuai dengan
jumlah barang dagangan yang diterima b.
Memeriksa kondisi kelayakan jual atas seluruh barang makanan dalam toko Indomaret;
c. Melaksanakan seluruh program dengan memajang barang pada tempatnya,
memasang materi promosi penjualan dalam toko dan meneruskan hadiah yang ada kepada pelanggan;
d. Menyediakan seluruh tempat pemajangan dalam toko untuk di sewa pemberi
waralaba; e.
Melaksanakan administrasi barang dagangan sesuai ketetapan dalam Pedoman Praktis Operasional dan Administrasi Toko;
f. Memberikan masukan mengenai informasi barang, pesaing dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan toko yang dimilikinya; g.
Menyetorkan uang tunai hasil penjualan toko seutuhnya pada rekening bank atas nama penerima waralaba dan oleh pemberi waralaba setoran tersebut
akan dibukukan sebagai dana penerima waralaba; h.
Membayar kepada pemberi waralaba atas royalti penjualan; i.
Mengawasi dan mengarahkan pekerjaan masing-masing karyawan agar tercipta mekanisme kerja yang tertib dan sehat;
Universitas Sumatera Utara
j. Menjagamemeliharamemperhatikan segala hal untuk reputasinama baik
pemberi waralaba; k.
Menutup asuransi sepanjang periode perjanjian untuk menanggulangi resiko kerugian karena kecurian uang kas, kebakaran dan resiko kehilangan uang
hasil penjualan; l.
Mengurus, melengkapi dan menyimpan seluruh aspek perijinan yang diperlukan berikut perpanjangannya, atas usaha perdagangan dalam toko yang
dimilikinya atas biaya penerima waralaba sendiri; m.
Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban pembayaran pajak;
n. Menyimpan seluruh dokumen danatau surat danatau pemberitahuan yang
berkaitan dengan operasional toko; o.
Dalam mengoperasikan toko wajib menggunakan piranti keras hardware dan paket program komputer software, serta sistem jaringan telekomunikasi
sesuai standar yang ditetapkan oleh pemberi waralaba; p.
Mengoperasikan toko sesuai Pedoman Praktis Operasional dan Administrasi Toko yang telah ditetapkan;
q. Mengikuti seluruh perubahan, inovasi dan pengembangan dalam bentuk
apapun juga berkaitan dengan operasional toko termasuk tindakan-tindakan yang bersifat perbaikan dan pemeliharaan atas sarana dan prasarana yang ada
di toko, yang ditujukan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan toko dalam segala aspek dan bidang;
Universitas Sumatera Utara
r. Wajib memberikan informasibukti-bukti transaksi dalam hal dilaksanakannya
audit intern pemberi waralaba; s.
Bekerjasama dengan supervisorwakil pemberi waralaba yang secara periodik mengadakan kunjungan rutin guna pengembangan toko Indomaret;
t. Memperbaiki kembalimengganti sesuai standar toko Indomaret apabila
terdapat kerusakan yang berakibat berkurangnya kualitas interior, eksterior dan peralatan toko;
u. Mengirimkan bukti-bukti asli transaksi rutin toko setiap hari kerja guna proses
administrasi sesuai sistem dan prosedur yang telah ditetapkan pemberi waralaba;
v. Menggunakan karyawan pemberi waralaba yang sudah berpengalaman selaku
kepala toko, asisten kepala toko serta merchandiser; w.
Tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dan aturan ketenagakerjaan yang ditetapkan pemerintah, termasuk tetapi tidak terbatas
pada pengaturan lembur, THR, UMP dan sebagainya; x.
Menyampaikan surat resmi untuk permohonan perpanjangan perjanjian kepada pemberi waralaba apabila ingin memperpanjang jangka waktu
perjanjian selambat-lambatnya 6 enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian;
y. Dalam hal berakhirnya perjanjian, wajib melaksanakan: menghentikan
pemakaian namamerek dagang Indomaret, termasuk penggunaan kop surat, stempel, logo, simbol dan tanda Indomaret yang terkandung dalam
Universitas Sumatera Utara
perlengkapan operasional dan administrasi toko, menyelesaikan seluruh kewajiban
pembayaran yang
merupakan hak
pemberi waralaba,
mengembalikan Pedoman Praktis Operasional dan Administrasi Toko kepada pemberi waralaba, menyerahkan kembali paket progam komputer software
toko serta seluruh perangkat jaringan telekomunikasi kecuali sambungan line
dan pesawat telepon kepada pemberi waralaba, serta tidak membuka dan mengoperasikan toko sejenis dengan toko Indomaret pada lokasi miliknya
dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak berakhirnyadiakhirinya periode perjanjian waralaba.
4. Hak penerima waralaba:
a. Berhak untuk menggunakanmemakai tanah dan bangunan serta berhak untuk
membangunmerenovasi bangunan tersebut untuk memenuhi persyaratan sebagai sebuah bangunan toko Indomaret;
b. Berhak untuk mengoperasikan toko di lokasi yang telah ditetapkan dengan
syarat dan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian; c.
Berhak untuk menggunakan namamerek dagang Indomaret beserta seluruh mekanisme sistem kerja toko sesuai standar operasi toko yang dimiliki oleh
pemberi waralaba; d.
Berhak untuk menyelenggarakan operasi toko sepenuhnya serta akan menghentikan pemakaian nama dan sistem Indomaret pada saat berakhirnya
perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan antara hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian waralaba secara umum menurut PP Waralaba dan secara
khusus berdasarkan Perjanjian Waralaba Indomaret adalah sama yang mana keseluruhan semua perjanjian yang ada di dalam perjanjian Indomaret berpedoman
kepada PP Waralaba tersebut. Namun untuk memenuhi karakteristik bisnis Indomaret tersebut yang belum diatur di dalam PP Waralaba maka para pihak dapat menambah
beberapa ketentuan atau klausula sendiri yang berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang menjelaskan tentang kebebasan berkontrak yang mana sepanjang
perjanjian yang dibuat tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata. Isi perjanjian waralaba bila dihubungkan dengan PP Waralaba dan perjanjian
Indomaret ada beberapa ketentuan yang berbeda yang dikarenakan kebutuhan untuk memenuhi karakteristik atau ciri khas dari perjanjian Indomaret tersebut. Contoh
dalam hal kewajiban pemberi waralaba menurut PP Waralaba ada dua hal yang dijabarkan secara umum yang intinya berkewajiban memberikan segala macam
informasi yang berhubungan dengan seluruh karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba seperti informasi Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas
usaha seperti sistem manajemen, cara penjualan atau distribusi dan penataan dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut dan memberikan bantuan
berupa pembinaan, bimbingan dan pelatihan kepada penerima waralaba. Sedangkan menurut perjanjian Indomaret dua hal tersebut di atas yang diatur menurut PP
Waralaba lebih dijabarkan secara rinci dan ada beberapa penambahan dalam hal pengiriman barang dan menyerahkan kepada penerima waralaba atas surplus kas
Universitas Sumatera Utara
yang ada dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan pelaksanaan kewajiban penerima waralaba yang masih terhutang. Maksudnya pemberi waralaba memberikan
bantuan berupa pedoman surplus kas untuk memperhitungkan pelaksanaan kewajiban penerima waralaba yang masih ada kewajiban-kewajiban yang belum dipenuhi.
Menurut PP Waralaba menyangkut hak pemberi waralaba ada beberapa hal yang sedikit berbeda dengan perjanjian Indomaret. Dalam PP Waralaba, hak pemberi
waralaba lebih dijabarkan secara umum dibandingkan dengan perjanjian Indomaret, yang mana di dalam perjanjian Indomaret ada beberapa hal yang berbeda dengan
ketentuan dalam PP Waralaba. Contoh dalam perjanjian Indomaret pengaturan lebih ringkas dibandingkan dengan PP Waralaba yang tidak memasukkan tentang
ketentuan penerima waralaba untuk tidak melakukan kegiatan sejenis yang menimbulkan persaingan di dalam menjalakan waralaba tersebut dan juga tentang
pendaftaran atas waralaba yang diberikan. Mengenai hak kewajiban penerima waralaba, perjanjian Indomaret lebih rinci
mengatur ketentuan tersebut dibanding pengaturan yang terdapat di dalam PP Waralaba. Perjanjian Indomaret lebih banyak menambahkan ketentuan-ketentuan
tersendiri yang berhubungan dengan kewajiban penerima waralaba seperti memeriksa kondisi kegiatan di dalam toko, menyediakan tempat pemajangan untuk di sewa
pemberi waralaba, melaksanakan administrasi barang dagangan sesuai pedoman praktis operasional dan administrasi toko, dapat memberikan masukan mengenai
informasi barang, persaingan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan toko yang dimilikinya, juga mengatur lebih khusus tentang penyetoran hasil penjualan toko dan
Universitas Sumatera Utara
tentang semua hal-hal yang berhubungan dengan pengoperasian aktivitas toko baik itu menyangkut pengawasan maupun aktivitas jual beli barang dagangan di dalam
toko, termasuk interior, eksterior dan peralatan toko sesuai standar toko Indomaret dan juga wajib melakukan pengoperasian toko menggunakan piranti keras hardware
dan paket program komputer software serta sistem jaringan telekomunikasi sesuai standar yang ditetapkan oleh pemberi waralaba.
Pengaturan hak penerima waralaba yang diatur di dalam PP Waralaba dengan perjanjian Indomaret pada dasarnya memiliki kesamaan, akan tetapi ada sedikit
penambahan ketentuan di dalam perjanjian Indomaret sesuai dengan penjabaran kewajiban penerima waralaba seperti tersebut di atas. Penambahan ketentuan tersebut
mengenai hal penggunaanpemakaian tanah dan bangunan serta berhak untuk membangun dan merenovasi bangunan tersebut untuk memenuhi persyaratan sebagai
sebuah bangunan toko Indomaret dan berhak untuk mengoperasikan toko di lokasi yang telah ditetapkan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang sudah dan tercantum
dalam perjanjian Indomaret. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa PP Waralaba masih menjadi
acuanpedoman di dalam lahirnya perjanjian Indomaret, namun berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata tentang asas kebebasan berkontrak, dapatlah
dilihat bahwa ketentuan tersebut masih dijadikan dasar pertimbangan lahirnya perjanjian Indomaret ini, akan tetapi bentuk perjanjian Indomaret ini adalah
berbentuk standar kontrak yang mana di dominasi atau ditentukan oleh pihak pertama dimana adanya penambahan-penambahan klausula khusus di dalam isi
Universitas Sumatera Utara
perjanjian Indomaret tersebut yang tidak diatur di dalam PP Waralaba, karena disesuaikan dengan karakteristik dan ciri khas dari waralaba ini, yang dapat kita lihat
didalam isi perjanjian waralaba ini semua isi pasal yang berhubungan dengan waralaba Indomaret ini baik itu produk,system managemen,system pengoperasian
toko,interior eksterior ruangan, penentuan pemilihan karyawan bahkan hak dan kewajiban kedua belah pihak diatur atau ditentukan oleh pihak pertama. Berdasarkan
uraian di atas, bila diamati secara cermat, isi perjanjian waralaba tersebut tampak lebih banyak menguntungkan pihak pemberi waralaba dan jelas terlihat adanya sifat
tying business yang dilakukan oleh pemberi waralaba, di lain pihak penerima
waralaba hanya berhadapan dengan pihak take it or leave it terhadap syarat perjanjian yang dihadapkan kepadanya. Ditambah lagi peran pemberi waralaba sangat dominan
terhadap penerima waralaba. Oleh karena itu, hubungan penerima waralaba dengan pemberi waralaba adalah semata-mata karena kebutuhan ekonomi. Sehingga sudah
sewajarnyalah bahwa sesuai dengan hukum alam, pihak pemilik hak pemberi waralaba memiliki posisi atau kedudukan yang lebih kuat dan dapat berperan besar
terhadap penerima hak penerima waralaba.
Universitas Sumatera Utara
BAB III HAMBATAN PARA PIHAK
DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA A.
Hambatan Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba
Waralaba merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pemberi waralaba memberikan hak kepada penerima waralaba untuk mendistribusikan
barangjasa dalam area dan periode waktu tertentu dengan mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh pemberi waralaba.
Pemberian hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba. Bisnis waralaba ini didasarkan atas suatu perjanjian, yaitu perjanjian
kerjasama antara terwaralaba dengan pewaralaba, sehingga sering menimbulkan konflik karena hal-hal yang sudah diperjanjikan yang sudah disetujui bersama tidak
dipenuhi oleh salah satu pihak, misalnya janji pemberi waralaba untuk memberikan training
, melakukan pendampingan manajemen dalam hal pembukuan ataukah penerima waralaba yang tidak memenuhi kewajiban membayar royalti tepat waktu
dan tidak mematuhi Sistem Operasional Perusahaan SOP yang dapat mengakibatkan rusaknya standarisasi yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba
yang jika hal tersebut tidak dipenuhi maka akan timbul masalah. Menurut Amir Karamoy
35
permasalahan konflik antara pewaralaba dan terwaralaba umumnya bersumber pada:
35
Amir Karamoy, Op.Cit, halaman 156.
69
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidaksiapan suatu perusahaan menjadi pewaralaba, terutama dari aspek
manajemen sistem bisnis dan sumber daya manusia; 2.
Ketidaksiapan perusahaan terwaralaba untuk mengikuti prosedur kerja yang disyaratkan pewaralaba.
Untuk menjadi pewaralaba sukses perlu dilakukan persiapan-persiapan yang matang. Kemudian supaya berhasil, terwaralaba harus menyesuaikan cara kerja
dengan sistem bisnis dan prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba. Waralaba pada prinsipnya adalah kerjasama investasi dalam menjalankan
bisnis, sehingga keberhasilannya sangat tergantung pada kerjasama yang baik antara penerima waralaba dan pemberi waralaba dengan saling memperhatikan hubungan
antara keduanya yang menyangkut hak dan kewajiban. Untuk itu pemilihan penerima waralaba sebagai mitrapartner juga menjadi titik penentu berhasil tidaknya bisnis ini
karena penerima waralaba sendirilah akan menjalankan usaha pemberi waralaba, sehingga penerima waralaba haruslah orang yang tepat dan dapat dipercaya, harus
ikut terlibat bersama-sama dan maju bersama dalam satu visi dan misi usaha yang sama dengan kata lain yang mempunyai cara pandang paradigma yang sama dalam
mengembangkan usaha, sebab salah memilih penerima waralaba bisa berbahaya karena penerima waralaba yang tidak tepat bisa menjadi faktor penghambat dalam
mengembangkan usaha, bisa merusak citra merek pemberi waralaba, mencuri sistem bisnis pemberi waralaba dan menerapkannya dalam usaha yang sejenis, sehingga
menjadi saingan bagi pemberi waralaba.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal lain yang dapat merugikan dan menimbulkan sengketa adalah jika penerima waralaba membuka usaha baru dengan merek yang baru namun jenis usaha
yang sama sehingga menjadi pesaing dan berkompetisi dengan usaha pemberi waralaba yang telah diserahkan kepada penerima waralaba. Sering kali hal ini tidak
disadari oleh pemberi waralaba. Bentuk-bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian
waralaba tergantung kepada siapa yang melakukan wanprestasi tersebut. Wanprestasi dari pihak penerima waralaba dapat berbentuk tidak membayar biaya waralaba tepat
pada waktunya, melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan pemberi waralaba, melakukan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sistem
waralaba. Wanprestasi dari pihak pemberi waralaba dapat berbentuk tidak memberikan fasilitas yang memungkinkan sistem waralaba berjalan dengan
sebagaimana mestinya, tidak melakukan pembinaan kepada penerima waralaba sesuai dengan yang diperjanjikan, tidak mau membantu penerima waralaba dalam kesulitan
yang dihadapi ketika melaksanakan usaha waralabanya dan lain-lain. Semua bentuk wanprestasi dapat terjadi pada semua usaha waralaba. Hal-hal tersebut dapat memicu
terjadinya konflik yang berujung pada terjadinya sengketa antar kedua belah pihak. Sengketa umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana ada tujuan,
hak, kepentingan atau kehendak dari pihak-pihak yang berbeda yang dirasakan bertumpang tindih, bertabrakan atau berlawanan.
36
Sengketa dapat juga diartikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Pihak yang merasa dirugikan menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua apabila
pihak kedua tidak dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, serta menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadilah apa yang dinamakan dengan
sengketa. Menurut konteks hukum bisnis, khususnya format bisnis waralaba, yang
dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi dalam suatu kontrak, baik sebagian maupun secara keseluruhan. Dengan perkataan lain telah terjadi wanprestasi
oleh pihak-pihak atau salah satu pihak. Wanprestasi dapat terjadi dalam hal:
37
sama sekali tidak memenuhi prestasi, tidak tunai memenuhi prestasi, terlambat memenuhi
prestasi dan keliru memenuhi prestasi. Sengketa bisnis adalah perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian waralaba karena adanya
wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Sengketa merupakan kelanjutan dari konflik. Sebuah konflik akan berubah
menjadi sengketa bila tidak dapat terselesaikan. Konflik tidak dapat diartikan pertentangan di antara pihak untuk menyelesaikan masalah yang kalau tidak
diselesaikan dengan baik dapat mengganggu hubungan di antara mereka. Sepanjang para pihak tersebut dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, maka sengketa
tidak akan terjadi. Namun bila terjadi sebaliknya, para pihak tidak dapat mencapai
36
Anonimus, Pengelolaan Sengketa Atas Sumber Daya Alam Dalam Usaha-usaha Pengembangan Masyarakat
, Jakarta: Pustaka Obor, 1989, halaman 20.
37
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1992, halaman 228.
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan mengenai solusi pemecahan masalahnya, maka sengketalah yang timbul.
38
Menurut Nader dan Todd sebagaimana dikutip oleh T.O. Ihromi, ada 3 tiga fase atau tahap dalam proses bersengketa,
39
yaitu: 1.
Tahap pra konflik atau tahap keluhan, yang mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh seseorang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagai hal yang tidak
adil atau dasar-dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilannya itu dapat bersifat nyata atau imajinasi saja tergantung pada persepsi
dari pihak yang merasakan bahwa haknya dilanggar atau dia diperlakukan dengan salah. Situasi keluhan perasaan diperlakukan tidak adil ini mengandung suatu
potensi untuk meningkat menjadi konflik atau justru menghindar. Perasaan diperlakukan tidak adil dapat lebih memuncak disebabkan oleh suatu konfrontasi
atau eskalasi justru terelakkan karena cara sengaja konflik dengan lawan dihindari atau pihak kedua tidak memberi reaksi terhadap tantangan yang diajukan.
2. Tahap konflik, yang ditandai dengan keadaan dimana pihak yang merasa haknya
dilanggar memilih jalan konfrontasi, melempar tuduhan kepada pihak pelanggar haknya atau memberitahukan kepada pihak lawannya tentang keluhannya. Kedua
belah pihak sadar mengenai adanya suatu perselisihan pendapat di antara mereka. Dalam tahap ini kedua pihak berhadapan.
38
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, halaman 3.
39
T.O. Ihromi, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993, halaman 209-210. Dalam : Bambang Windo Wahidin, Waralaba di Indonesia : Studi
Mengenai Francise agreement antara Perusahaan Asing dan Indonesia, Tesis, UI, Depok, Th. 2008, Hal. 99.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap sengketa dispute, terjadi karena konflik mengalami eskalasi berhubung
karena adanya konflik itu dikemukakan secara umum. Suatu sengketa hanyalah terjadi apabila pihak yang mempunyai keluhan semula atau seseorang atas
namanya telah meningkatkan perselisihan pendapat yang semula dari pendekatan dua pihak menjadi hal yang memasuki bidang publik. Ini dilakukan dengan
sengaja dan aktif dengan maksud supaya ada sesuatu tindakan mengenai tuntutan yang diinginkan.
Ketiga tahap di atas tidak perlu terjadi secara berurutan, bisa saja seseorang yang merasa terhina atau dirugikan langsung mengajukan perkaranya ke pengadilan
tanpa mengkomunikasikannya kepada pihak yang dianggap merugikannya tahap konflik tidak terjadi atau tiba-tiba saja salah satu pihak mengundurkan diri atau
tahap-tahap itu bisa berlangsung secara melompat-lompat. Penyelesaian suatu sengketa tergantung pada bagaimana pengelolaan atas
sengketa tersebut. Penyelesaian suatu sengketa dipengaruhi oleh tiga faktor fundamental yang independen, yaitu: interest kepentingan, power kekuatan dan
rights hak. Jika satu pihak lebih mengutamakan hak dan kekuatan
kecenderungannya adalah menyelesaikan sengketanya melalui cara-cara damai amicable ways
seperti mediasi, negosiasi dan konsiliasi. Pengelolaan sengketa yang dimaksud disini adalah bagaimana cara-cara para pihak yang bersengketa
menghadapi dan berusaha menyelesaikan sengketa yang dihadapinya. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang bersengketa di dalam menghadapi atau
menyelesaikan sengketanya, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada padanya.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan lain yang dapat terjadi adalah mengenai penerima waralaba yang ingin memperpanjang perjanjian waralaba dan telah memenuhi syarat-syarat untuk
perpanjangan, akan tetapi pihak pemberi waralaba tidak berkeinginan untuk itu dan jika terjadi pemutusan perjanjian secara sepihak oleh pemberi waralaba. Untuk
menjawab hal tersebut tentunya dikembalikan lagi kepada itikad baik dari pemberi waralaba, sebab hal tersebut adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
pemberi waralaba tidak jujur untuk dalam hal menyingkirkan pesaingnya. Hal ini dapat dikategorikan sebagai persaingan intra brand. Bagaimanapun pihak penerima
waralaba mengikuti persyaratan dari pemberi waralaba, tetap saja keputusan untuk memberikan perpanjangan tersebut ada pada pihak pemberi waralaba. Jadi untuk
kondisi yang demikian penerima waralaba berada pada posisi yang lemah. Akan tetapi dalam praktek umumnya perjanjian waralaba itu dapat diperpanjang, karena hal
ini tentu saja berkaitan dengan image dan sentimen masyarakat yang dapat saja muncul menjadi sentimen negatif terhadap usaha waralaba.
B. Hambatan Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Indomaret Antara PT