ANALISIS TINDAK TUTUR TUKUL ARWANA DALAM ACARA BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7.

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR TUKUL ARWANA DALAM

ACARA

“BUKAN EMPAT MATA” DI

TRANS 7

(KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra

Oleh

MISBAH HASANAH LUBIS

2112210008

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memproleh gelar Sarjana Sastra di Universitas Negeri Medan. Adapun judul Skripsi ini adalah “Analisis Tindak Tutur Tukul Arwana dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7 (Kajian Pragmatik)” dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Drs. Syamsul Arif Siregar, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia.

4. S. Fahmy Dalimunthe, S.Sos. M.I.Kom. Sekretaris Jurusan sekaligus Dosen Penguji I

5. Dr.Wisman Hadi, M.Hum. Ketua Program Studi Sastra Indonesia. 6. Drs. Azhar Umar, M.Pd. Dosen Pembimbing

7. Drs. Basyaruddin, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik 8. Hendra Kurnia Pulungan, S.Sos. M.I.Kom., Dosen Penguji II

9. Seluruh Dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan seluruh Staff Pegawai di Fakultas Bahasa dan Seni.

10.Teristimewa kepada orang tua Ayah tercinta Alm.Suaib Lubis dan Ibunda tercinta Syarifah Nasution dan keluarga besar yang telah banyak


(7)

iii

memberikan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang luar biasa yang tiada hentinya demi kesuksesan penulisan Skripsi ini.

11.Sahabat terbaik Fransiska Wulandari Gultom

12.Delima Simangunsong, Rafika Citra Simamora, Wiwik Utami Sitorus, Ristia Ulfa dan teman- teman seangkatan Sastra Indonesia 2011 yang tidak dapat dibutkan satu persatu.

13.Kepada teman Ima-Madina seperjuangan dan adek kos tercinta, yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis tidak dapat membalas semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2015 Penulis

Misbah Hasanah Lubis Nim 2112210008


(8)

i ABSTRAK

Misbah Hasanah Lubis: Nim 2112210008. Analisis Tindak Tutur Tukul Arwana dalam Acara “Bukan Empat Mata” di Trans 7 (Kajian Pragmatik). Jurusan bahasa dan sastra indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian dan makna Tindak Tutur dalam acara Bukan Empat Mata oleh Tukul Arwana. Serta mendeskripsikan tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam acara Bukan Empat Mata. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah teknik triangulasi data, teknik simak bebas libat cakap dan catat. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan tabel analisis sedangkan data penelitian ini adalah tuturan Tukul Arwana dengan bintang tamu. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa terdapat tindak tutur lokusi, ilokusi pada ujaram Tukul Arwana dalam acara bukan empat mata di Trans 7. Dari hasil penelitian diperoleh tindak tutur lokusi terdapat 30 bentuk tuturan (32,60%). Tindak tutur ilokusi refresentatif (22,58%) yang meliputi menyatakan dan menyebutkan. Tuturan ilokusi direktif jumlahnya 17 tuturan (27,41%) yang meliputi: mengajak, menyarankan dan memerintah. Untuk tindak tuturan ilokusi ekspresif berjumlah 24 tuturan ilokusi ekspresif (38,70%) yang meliputi: mengucapkan terima kasih , menyanjung, memuji, dan mengucapkan selamat. Sedangkan ilokusi komisif berjumlah 4 tuturan ilokusi komisif (6,45%) yang meliputi menyatakan kesanggupan. Dan untuk tindak tuturan ilokusi deklaratif berjumlah 3 tuturan ilokusi deklaratif (4,83%) meliputi memutuskan dan mengangkat yang dianalisis berdasarkan konteks dan maksud tuturan.


(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 6

A. Landasan Teoretis ... 6

1. Pengertian Pragmatik ... 6

2. Pendapat Para Ahli Tentang Tindak Tutur ... 8

3. Teori Tindak Tutur ... 12

4. Aspek- Aspek Situasi Ujar ... 14

5. Bukan Empat Mata Sebagai Produk Media Massa Televisi ... 16


(10)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Lokasi Penelitian ... 20

B. Metode Penelitian ... 20

C. Sumber Data ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 21

E. Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60


(11)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Indikator Verba Ilokusi ... 23 Tabel 3.2 Data Tindak Tutur Tukul Arwana dalam

Acara Bukan Empat Mata di Trans 7 ... 23 Tabel 4.1 Data Tindak Tutur Tukul Arwana dalam

Acara Bukan Empat Mata di Trans 7 ... 42 Tabel 4.2 Tindak Tutur Ilokusi Tukul Arwana dalam


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam bentuk komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan mitra bicara, penyimak, pendengar, atau pembaca).

Informasi secara lisan maupun tulisan akan mudah dipahami apabila informasi tersebut tersampaikan dengan baik oleh komunikator atau melalui komunikan bahasa yang digunakan. Dari sisi kuantitas produksi berbahasa juga mempengaruhi keefektifan sebuah pesan. Pesan yang efektif mampu ditangkap penerimanya dengan tepat sesuai dengan yang digarapkan pembuatnya. Bahasa yang terlalu panjang biasanya tidak menjamin keefektifan, begitu juga sebaliknya bahasa yang singkat belum tentu menjamin kejelasan isi pesan yang disampaikan.


(13)

2

Secara garis besar sarana komunikasi verbal dibedakan menjadi dua macam, yaitu sara komunikasi berupa bahasa lisan dan berupa bahasa tulis. Salah satu jenis alat komunikasi yaitu televisi, karena dapat menyampaikan berbagai hal kepada masyarakat secara serempak dan meyeluruh. Keberadaan televisi dengan keragaman bentuk penayangan, sangat pesat perkembangan teknologinya serta peranannya dalam suatu kehidupan masyarakat. Isi tayangan televisi juga kian beragam, mulai dari berita, film pendek, sinetron, acara hiburan, talk show, dll. Talk show adalah sebuah program televise atau radio dimana seseorang atau group berkumpul bersama untuk mebicarakan berbagai hal topic dengan suasana santai tapi serius yang dipandu oleh seorang moderator. Talk show menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Biasanya talk show mendatangkan seorang bintang tamu yang dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman.

Perkembangan televisi ditandai dengan terus bertambahnya stasiun televisi baru yang mengekibatkan semakin ketatnya persaingan industri pertelevisian di Indonesia. Tidak heran apabila para stasiun televisi terus menyajikan tayangan- tayangan yang menarik penonton untuk mendapatkan rating yang tinggi. Mereka juga berlomba- lomba memberikan informasi terkini, sesuai fakta namun tetap menghibur pemirsa serta mampu memberikan tayangan yang memiliki nilai edukasi, dan member persuasi masyarakat agar melakukan sesuatu.

Ada dua jenis program yang terdapat dalam televisi, yakni program jurnalistik dan program artistik. Program jurnalistik merupakan program berita yang segala


(14)

3

bentuk di dalamnya berdasarkan fakta, baik hard news, soft news, ataupun talk show. Sedangkan program artistik mengutamakan hiburan, seperti program entertainment, komedi, sinetron, reality show, dan talk show.

Talk show termasuk ke dalam program jurnalistik dan artistik. Bedanya talk show dalam program jurnalistik lebih serius dan bersifat menginformasikan hal yang penting untuk diketahui oleh khalayak ramai. Sedangkan talk show dalam program artistik dibawakan dengan cara yang lebih santai dan biasanya bertujuan selain menginformasikan juga untuk menghibur penonton.

Program acara talk show biasanya menggunakan bahasa lisan nonstandard. Seorang pembawa acara sangat berpengaruh untuk menciptakan suasana percakapan yang menarik atau merespon para peserta dialog untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakannya. Dalam hal ini peneliti tertarik pada program acara talk show

“Bukan Empat Mata” yang dibawakan oleh Tukul Arwana. Dalam program talk show

tersebut Tukul Arwana tidak memperhatikan tuturannya ketika mewawancarai narasumber, ia selalu memotong pembicaraan narasumber. Selain itu juga sering terjadi campur kode dalam tuturan Tukul Arwana yaitu tuturan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.

Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik mengangkat program acara talk show “Bukan Empat Mata” sebagai bahan penelitian dengan judul “Analisis


(15)

4

Tindak Tutur Tukul Arwana dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7 Kajian Pragmatik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah duiraikan di atas identifikasi masalahnya adalah :

1. Bagaimanakah tindak tutur yang digunakan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

2. Jenis tindak tutur apa saja yang digunakan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

3. Tindak tutur manakah yang paling dominan digunakan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah yang paling penting dalam penelitian. Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka peneliti membatasi masalah pada Analisis tindak tutur

Tukul Arwana dalam acara “Bukan Empat Mata” di Trans 7.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis tindak tutur apa sajakah yang digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7?


(16)

5

2. Tindak tutur manakah yang paling dominan digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1. Untuk mengetahui jenis tindak tutur yang digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

2. Untuk mengetahui berapa banyak munculnya jenis tindak tutur yang digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7

F. Manfaat penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan tentu saja mempunyai manfaat. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan bahasa khususnya, untuk itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat teoretis dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang

teori tindak tutur.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan tentang pemakaian tindak tutur secara lisan maupun tulisan.

b. Menjadi bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya tentang hal yang sama dalam bidang tindak tutur.

c. Menambah bacaan bagi dunia kepustakaan dalam khazanah kajian pragmatik.


(17)

59 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah, yaitu tindak tutur yang digunakan pada acara Bukan Empat Mata. Berdasarkan hasil analisis terhadap tuturan acara bukan empat mata ditemukan jenis tindak tutur lokusi dan ilokusi. Total keseluruhan diperoleh data 90 tuturan. Tindak tutur lokusi berjumlah 30 tuturan (32,60%). Dimana tuturan tersebut dimaksudkan hanya untuk menginformasikan. Tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalan acara Bukan Empat Mata ditemukan tindak tutur ilokusi refresentatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklasatif. Secara keseluruhan diperoleh data 62 tuturan ilokusi, 14 tuturan ilokusi refresentatif (22,58%) yang meliputi menyatakan dan menyebutkan. Tuturan ilokusi direktif jumlahnya 17 tuturan (27,41%) yang meliputi: mengajak, menyarankan dan memerintah. Untuk tindak tuturan ilokusi ekspresif berjumlah 24 tuturan ilokusi ekspresif (38,70%) yang meliputi: mengucapkan terima kasih , menyanjung, memuji, dan mengucapkan selamat. Sedangkan ilokusi komisif berjumlah 4 tuturan ilokusi komisif (6,45%) yang meliputi menyatakan kesanggupan. Dan untuk tindak tuturan ilokusi deklaratif berjumlah 3 tuturan ilokusi deklaratif (4,83%) meliputi memutuskan dan mengangkat yang dianalisis berdasarkan konteks dan maksud tuturan.


(18)

60

Setiap tindak tutur ilokusi yang dominan dalam sebuah tuturan akan berbeda, tergantung penutur, tema, dan materi yang akan dibahas dalam setiap episode.dari sudut pengguna bahasa lisan penutur lebih sering menggunakan tindak tutur ilokusi deklaratif dan ekspresif karena lebih terbuka dan memberikan semangat baik kepada penonton maupun bintang tamu. Berdasrkan 45 tuturan lokusi dan 60 tuturan ilokusi yang ditemukan , terjawab bahwa kajian pragmatik, khususnya tindak tutur dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan jenis tindak tutur yang cenderung dalan tuturan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7. Acara ini baik untuk ditonton oleh seluruh lapisan masyrakat karena topik-topik yang disajikan masalah yang up date,banyak memberikan informasi, pengetahuan, dan juga hiburan.

B. Saran

Berdasarkan analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan penelitian kerap menggunakan kajian pragmatik kebanyakan penelitian mengambil karya sastra, padahal tindak tutur dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan seseorang melalui tuturannya. Dengan kata lain tindak tutur dapat memprediksi pribadi seseorang melalui bahasa yang dituturkannya.

Untuk peneliti- peneliti selanjutnya berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap tindak tutur dengan kajian yang menarik, sample yang besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna. Selain itu , bisa juga dilakukan penelitian tindak tutur dalam percakapan sehari- hari.


(19)

61

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge : Cambridge University Press.

Mahsun, M.S. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2006, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakayam.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu

Purba, Antilan.2002.Pragmatik Bahasa Indonesia.Medan:Universitas Sumatera Utara Perss.

Recanati, Francois. 2006. “Pragmatics and Semantics”. Horn, Laurence and Ward, Gregory. The Handbook of Pragmatics Vol 2. Australia: Blackwell Publishing

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George dan Brown.1996. Discourse Analysist. Jakarta : Gamedia. https://www.youtube.com/watch?v=VOV6DMQ1I3c 07 ‎April ‎2015. ‎‎22:11:02


(1)

3

bentuk di dalamnya berdasarkan fakta, baik hard news, soft news, ataupun talk show. Sedangkan program artistik mengutamakan hiburan, seperti program entertainment, komedi, sinetron, reality show, dan talk show.

Talk show termasuk ke dalam program jurnalistik dan artistik. Bedanya talk show dalam program jurnalistik lebih serius dan bersifat menginformasikan hal yang penting untuk diketahui oleh khalayak ramai. Sedangkan talk show dalam program artistik dibawakan dengan cara yang lebih santai dan biasanya bertujuan selain menginformasikan juga untuk menghibur penonton.

Program acara talk show biasanya menggunakan bahasa lisan nonstandard. Seorang pembawa acara sangat berpengaruh untuk menciptakan suasana percakapan yang menarik atau merespon para peserta dialog untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakannya. Dalam hal ini peneliti tertarik pada program acara talk show “Bukan Empat Mata” yang dibawakan oleh Tukul Arwana. Dalam program talk show tersebut Tukul Arwana tidak memperhatikan tuturannya ketika mewawancarai narasumber, ia selalu memotong pembicaraan narasumber. Selain itu juga sering terjadi campur kode dalam tuturan Tukul Arwana yaitu tuturan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.

Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik mengangkat program acara talk show “Bukan Empat Mata” sebagai bahan penelitian dengan judul “Analisis


(2)

Tindak Tutur Tukul Arwana dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7 Kajian Pragmatik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah duiraikan di atas identifikasi masalahnya adalah :

1. Bagaimanakah tindak tutur yang digunakan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

2. Jenis tindak tutur apa saja yang digunakan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

3. Tindak tutur manakah yang paling dominan digunakan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah yang paling penting dalam penelitian. Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka peneliti membatasi masalah pada Analisis tindak tutur Tukul Arwana dalam acara “Bukan Empat Mata” di Trans 7.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis tindak tutur apa sajakah yang digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7?


(3)

5

2. Tindak tutur manakah yang paling dominan digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1. Untuk mengetahui jenis tindak tutur yang digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

2. Untuk mengetahui berapa banyak munculnya jenis tindak tutur yang digunakan Tukul Arwana Dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7

F. Manfaat penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan tentu saja mempunyai manfaat. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan bahasa khususnya, untuk itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat teoretis dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang

teori tindak tutur.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan tentang pemakaian tindak tutur secara lisan maupun tulisan.

b. Menjadi bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya tentang hal yang sama dalam bidang tindak tutur.

c. Menambah bacaan bagi dunia kepustakaan dalam khazanah kajian pragmatik.


(4)

59 A. Simpulan

Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah, yaitu tindak tutur yang digunakan pada acara Bukan Empat Mata. Berdasarkan hasil analisis terhadap tuturan acara bukan empat mata ditemukan jenis tindak tutur lokusi dan ilokusi. Total keseluruhan diperoleh data 90 tuturan. Tindak tutur lokusi berjumlah 30 tuturan (32,60%). Dimana tuturan tersebut dimaksudkan hanya untuk menginformasikan. Tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalan acara Bukan Empat Mata ditemukan tindak tutur ilokusi refresentatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklasatif. Secara keseluruhan diperoleh data 62 tuturan ilokusi, 14 tuturan ilokusi refresentatif (22,58%) yang meliputi menyatakan dan menyebutkan. Tuturan ilokusi direktif jumlahnya 17 tuturan (27,41%) yang meliputi: mengajak, menyarankan dan memerintah. Untuk tindak tuturan ilokusi ekspresif berjumlah 24 tuturan ilokusi ekspresif (38,70%) yang meliputi: mengucapkan terima kasih , menyanjung, memuji, dan mengucapkan selamat. Sedangkan ilokusi komisif berjumlah 4 tuturan ilokusi komisif (6,45%) yang meliputi menyatakan kesanggupan. Dan untuk tindak tuturan ilokusi deklaratif berjumlah 3 tuturan ilokusi deklaratif (4,83%) meliputi memutuskan dan mengangkat yang dianalisis berdasarkan konteks dan maksud tuturan.


(5)

60

Setiap tindak tutur ilokusi yang dominan dalam sebuah tuturan akan berbeda, tergantung penutur, tema, dan materi yang akan dibahas dalam setiap episode.dari sudut pengguna bahasa lisan penutur lebih sering menggunakan tindak tutur ilokusi deklaratif dan ekspresif karena lebih terbuka dan memberikan semangat baik kepada penonton maupun bintang tamu. Berdasrkan 45 tuturan lokusi dan 60 tuturan ilokusi yang ditemukan , terjawab bahwa kajian pragmatik, khususnya tindak tutur dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan jenis tindak tutur yang cenderung dalan tuturan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7. Acara ini baik untuk ditonton oleh seluruh lapisan masyrakat karena topik-topik yang disajikan masalah yang up date,banyak memberikan informasi, pengetahuan, dan juga hiburan.

B. Saran

Berdasarkan analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan penelitian kerap menggunakan kajian pragmatik kebanyakan penelitian mengambil karya sastra, padahal tindak tutur dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan seseorang melalui tuturannya. Dengan kata lain tindak tutur dapat memprediksi pribadi seseorang melalui bahasa yang dituturkannya.

Untuk peneliti- peneliti selanjutnya berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap tindak tutur dengan kajian yang menarik, sample yang besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna. Selain itu , bisa juga dilakukan penelitian tindak tutur dalam percakapan sehari- hari.


(6)

61

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge : Cambridge University Press.

Mahsun, M.S. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2006, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakayam.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu

Purba, Antilan.2002.Pragmatik Bahasa Indonesia.Medan:Universitas Sumatera Utara Perss.

Recanati, Francois. 2006. “Pragmatics and Semantics”. Horn, Laurence and Ward, Gregory. The Handbook of Pragmatics Vol 2. Australia: Blackwell Publishing

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George dan Brown.1996. Discourse Analysist. Jakarta : Gamedia. https://www.youtube.com/watch?v=VOV6DMQ1I3c 07 ‎April ‎2015. ‎‎22:11:02