13
2.1.2.2 Tujuan Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan berperan penting dalam keberhasilan perusahaan, maka perlu diadakannya penilaian kinerja keuangan perusahaan tersebut untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan.
Tujuan penilaian kinerja keuangan menurut Munawir 2010:31 adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas usaha
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. 4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga
atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar dividen secara teratur kepada
para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
2.1.2.3 Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan keuangan suatu perusahaan. Pengukuran
penilaian kinerja perusahaan salah satunya dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan.
14
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan 2.1.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan hasil yang diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk
dianalisis. Rasio keuangan sangat penting untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan
pengambilan suatu diputuskan. Pengertian rasio keuangan menurut Horne dan Wachowicz Jr 2012:163 adalah:
”Indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan di dapat dengan membagi satu angka dengan angka lain”.
Sedangkan menurut Harahap 2013:297 menyebutkan rasio keuangan
adalah:
”angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan”. Definisi lain dari rasio keuangan menurut Kasmir 2014:104 adalah:
”kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang
lainnya”.
Dari definisi diatas disebutkan bahwa rasio keuangan adalah metode yang digunakan untuk menghubungkan dua angka akuntansi dengan membandingkan
satu angka dengan satu angka yang lain dalam laporan keuangan perusahaan yang saling berhubungan.
Setelah itu rasio dapat di analisis untuk mengukur dan menilai kondisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu serta dapat digunakan untuk membuat
keputusan investasi.
2.1.3.2 Jenis Analisis Rasio Keuangan
Analisis Rasio Keuangan merupakan teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena
15
penggunaannya yag relatif mudah. Menurut Fred Weston dalam Kasmir 2012:128 rasio keuangan dibagi menjadi enam jenis, diantaranya:
1. Rasio Likuiditas
Liquidity Ratio
, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio-
rasio tersebut antara lain
current ratio
,
quick ratio
atau
acid test ratio
. 2. Rasio Solvabilitas
Leverage Ratio
, merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio-rasio
tersebut antara lain
debt ratio, times interest earned ratio, fixed charge coverage
dan
cash flow coverage
. 3. Rasio Aktivitas
Activity Ratio
, merupakan rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan penjualan, persediaan,
penagihan piutang, dan lainnya atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Rasio-rasio tersebut
antara lain
inventory turnover, average collection period, fixed assets turnover
dan
total assets turnover
. 4. Rasio Profitabilitas
Profitability Ratio
, merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba dalam
suatu periode tertentu. Rasio-rasio tersebut antara lain
return on assets, return on equity, profit margin on sales
dan
basic earning power
. 5. Rasio Pertumbuhan
Growth Ratio
, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di
tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Rasio-rasio tersebut diantaranya rasio pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba
bersih, pertumbuhan pendapatan per saham dan pertumbuhan dividen per saham.
6. Rasio Penilaian
Valuation Ratio
, merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di
atas biaya investasi. Rasio-rasio tersebut diantaranya rasio harga pasar terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku.
16
2.1.4 Konsep Nilai
Nilai sekuritas merupakan nilai uang yang diberikan kepada sekuritas pada
waktu tertentu. Menurut Tandelilin 2010:301, ada tiga jenis nilai yang dikenal
yaitu: 1.
Nilai Buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham
emiten
. Nilai buku biasanya dikenal dengan nilai par atau nilai nominal yang dihitung dengan cara membagi total ekuitas
modal saham dengan jumlah lembar saham beredar
outstanding shares
2. Nilai pasar
market value
adalah nilai saham didalam pasar modal yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut dipasar modal. Harga saham di pasar
di tentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran saham oleh investor. 3.
Nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi. Nilai ini yang biasanya disebut
sebagai nilai wajar suatu saham.
2.1.5 Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah teknik memperkirakan harga saham dimasa datang dengan menghitung nilai faktor-faktor fundamental. Data fundamental yang
dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya.
Pengertian analisis fundamental menurut Darmadji dan Fakhruddin 2012:149
adalah:
“Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai
indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan
manajemen perusahaan”.
Dari definisi diatas disebutkan analisis fundamental dapat mengetahui penilaian saham perusahaan dengan berdasarkan berbagai indikator terkait dari
kondisi makro, kondisi industri suatu perusahaan dan berbagai indikator keuangan. Sehingga dengan penggunaan analisis fundamental dapat mengetahui prospek dari
suatu saham dan menganalisis tingkat keuntungan yang akan diperoleh.
17
Secara umum terdapat 4 langkah untuk menganalisis dan menentukan nilai suatu perusahaan dengan menggunakan analisis fundamental, yaitu:
1. Analisis Makro Ekonomi
Analisis makro ekonomi ini sangat penting dilakukan bagi para investor, karena dengan menganalisis makro ekonomi investor akan
mendapatkan informasi tentang kondisi perekonomian yang secara umum akan mempengaruhi pasar modal.
2. Analisis Industri
Analisis industri penting dilakukan, karena dengan menganalisis industri investor akan mengetahui industri mana yang memiliki
prosepek yang baik di masa yang akan datang, dan dengan menganalisis industri ini investor akan lebih mudah untuk mengambil keputusan
investasi. 3.
Analisis Perusahaan Setelah menentukan industri yang menjanjikan, investor dapat
melakukan analisis perusahaan dengan menganalisis keuangan perusahaan yang dapat dihitung menggunakan banyak cara. Kinerja
keuangan yang baik akan menarik minat para investor untuk berinvestasi. Dengan banyaknya permintaan atas saham perusahaan
akan membuat harga saham perusahaan terus meningkat. Hal ini akan menguntungkan perusahaan dan juga investor.
4. Analisis Nilai Intrinsik Perusahaan
Analisis yang terakhir yaitu analisis nilai intrinsik perusahaan, dengan menganalisis nilai intrinsik saham perusahaan investor dapat
mengetahui nilai yang sebenarnya dari saham perusahaan tersebut. Sehingga investor dapat membandingkannya dengan harga pasar saham
perusahaan dan dapat mengetahui apakah harga saham mengalami
undervalued
,
overvalued
atau
fairvalued
. Sehingga investor dapat mengestimasi keadaan perusahaan pada masa yang akan datang.
18
2.1.6 Nilai Intrinsik
Nilai intirnsik atau nilai sebenarnya adalah nilai yang sesungguhnya dari suatu saham yang di dasarkan pada kondisi keuangan perusahaan. Nilai intrinsik
intrinsic value
atau nilai wajar
fair value
menurut Handono 2009:181 adalah: ”nilai sekarang dari serangkaian arus kas yang masuk yang akan
dihasilkan pada masa mendatang”. Sedangkan menurut Tandelilin 2010:301 nilai intrinsik merupakan:
“nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi” Disisi lain Jogiyanto 2013:121 juga menyebutkan nilai intrinsik adalah:
“Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari perusahaan”.
Nilai intrinsik nantinya akan dibandingkan dengan harga saham di pasar
market value
untuk mengetahui apakah harga saham perusahaan dalam kondisi
overvalued, undervalued, atau fairvalued
. Jika nilai intrinsik lebih besar dari harga saham di pasar, ini menunjukan
saham yang bersangkutan lebih kecil dari yang seharusnya dibayar
undervalued
. Sebaliknya, apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga saham di pasar, ini
menunjukan jika saham yang bersangkutan dijual dengan harga yang mahal
overvalued
. Apabila nilai intrinsik sama dengan harga saham di pasar berarti saham dalam kondisi
fairvalued
. Jika nilai intrinsik menunjukan posisi
undervalued
sebaiknya investor memutuskan untuk membeli saham tersebut atau ditahan bila saham tersebut telah
dimiliki karena akan ada potensi bahwa harga sahamnya akan naik. Sebaliknya, apabila nilai intrinsik menunjukkan kondisi
overvalued
maka tidak dianjurkan untuk membeli saham tersebut atau bila telah memiliki saham tersebut sebaiknya
dilepas karena mempunyai potensi untuk mengalami penurunan harga. Disisi lain, apabila nilai intrinsik menunjukan kondisi
fairvalued
maka mengindikasikan bahwa saham tersebut sudah diperdagangkan dengan wajar, sesuai dengan kondisi
perusahaan sebenarnya.
19
2.1.7 Metode Perhitungan Nilai Intrinsik
Dalam menghitung nilai intrinsik saham terdapat banyak metode yang dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 2 metode yaitu
abnormal earning
dan
relative valuation
yang akan di jelaskan lebih lanjut.
2.1.7.1 Abnormal Earning
Abnormal Earning
adalah metode untuk menentukan kelayakan perusahaan yang didasarkan pada nilai buku dan laba.
Abnormal Earning
juga dapat dikenal sebagai
residual income
dapat menggambarkan nilai intrinsik perusahaan dengan rumus sebagai berikut:
2.1 dimana:
V = Nilai Intrinsik Perusahaan
B = Nilai buku ekuitas
E = Laba Bersih r
=
Cost of Equity
Karena EBt-1sama dengan ROE
Return on Equity
maka rumus di atas dapat dirumuskan dalam ROE sebagai berikut:
2.2
dimana: ROE
=
Return on Equity
Jika dilakukan proyeksi untuk beberapa tahun kedepan dan menghasilkan terminal value, maka EBO model menjadi:
1 1
1
j j
j j
r rB
E B
V
1 1
1
j j
j j
r B
r ROE
B V
20
2.3
dimana: P
T
= Nilai Intrinsik Perusahaan Pada Akhir Periode Proyeksi B
T
= Nilai Buku Perusahaan pada Akhir Periode Proyeksi
2.1.7.2 Relative Valuation