Klien Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

L. Klien Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa terjadi dimana saja, tanpa membedakan

pendidikan,dan sebagainya.walaupun KDRT banyak ditemukan, tetapi masyarakat banyak yang tidak mahu tahu bahkan menola untuk bersama-sama mengatasi hal ini. Berbagai jenis kekerasan yang kerap dialami oleh perempuan, terutama berada dekat dengan lingkup rumah tangganya antara lain :

culture,agama,ras,latar

belakang

1. Perkawian di bawah Umur

Perkawinan di bawah umur, apalagi tanpa persetujuan, adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Perkawinan usia dini cenderung diikuti dengan munculnya berbagai persoalan kesehatan.kehamilan di usia dini ditambah dengan rendahnya tigkat pengetahuan reproduksi dapat mengakibatkan penderitaan seumur hidup bagi perempuan dan mungkin juga anak-anaknya.

2. Perkosaan

Perkosaan dapat terjadi dimana saja,termasuk di dalam keluarga.seorang istri jika menolak keinginan suaminya dianggap bukan istri yang baik, bahkan ada pendapat bahwa perempuan wajib melayani kebutuhan seks suaminya.

3. Pelecehan seksual

Di lingkungan rumah tangga jenis pelecehan seksual yang paling sering ditemukan adalah antara seorang majikan kepada pembantunya. Para atasan ini menggunakan seks sebagai alat kontrol perempuan. Jika mereka menolak akibatnya bisa beragam dari penurunan kedudukan, penahanan gaji sampai ke pemecatan.

4. Pelacuran dan Perdagangan Perempuan

Banyak perempuan terpera ngkap dalam dunia pelacuran karena “dipaksa” orang tua, suami bahkan pacar. Banyak juga terjadi akibat himpitan ekonomi. Dalam perdagangan perempuan biasanya si perempuan tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya dan lebih menyedihkan lagi, sekali mereka masih dalam jaringan perdagangan perempuan kemungkinan keluar sangatlah kecil.

5. KDRT dan Dukungan Pemerintah

Negara belum dapat mengakomodasi dengan baik persoalan yang banyak dihadapi masyarakat. berikut ini adalah beberapa perangkat hukum dan kebijakan-kebijakan yang menempatkan oerempuan sebagai warga kelas dua.  UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31 ayat 1 dan 2 berbunyi, “suami

wajib melindungi istrinya dan wajib memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik- baiknya”.

 UU perkawinan No. 1 tahun 1974 Pasal 31 Ayat 3 yang berbunyi “suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga”.  SK Menaker No. 7 tahun 1990 tentang upah. Perempuan tidak memperoleh tunjangan keluarga karena didasarkan pada asumsi bahwa

pekerja adalah laki-laki sehingga tunjangan hanya diberikan kepada istri dan anak-anak. Pekerja perempuan dianggap lajang meskipun secara real dia menikah dan mempunyai anak.

 Dalam hukum positif di indonesia tidak ada pengaturan secara explisit menjelaskan tentang KDRT. Akibatnya jiak terjadi KDRT banyak instansi yang terkait seprti polisi, dokter/rumah sakit kurang membantu menyelesaikan masalah KDRT tersebut.

Mitos dan Kenyataan Tentang Penganiayaan No

Mitos

Kenyataan

1 Kekerasan dalam rumah tangga Tidak ada angka yang pasti berapa banyaknya bukan hal yang serius, hanya korban karena sangat jarang dilaporkan. dialami oleh sebagian kecil Angka rata-rata menunjukkan 20%-50% perempuan di muka bumi.

perempuan dalam ikatan perkawinan atau hubungan erat lain menjadi korban kekerasan.

2 KDRT hal yang biasa, karena itu Akibat sering terjadi pertengkaran dalam tak perlu dipermasalahkan.

rumah tangga, pihak yang dirugikan biasanya istri, seperti diceraikan sepihak, tidak diberi nafkah, diusir dari rumah dan sebagainya.

3 KDRT hanya terjadi pada kalangan Penganiayaan tidak mengenal tingkat yang tidak berpendidikan dan ekonomi,

batas kedudukan, berpenghasilan rendah

sosial,

pendidikan, ras, agama, dan keadaan lain dan bisa terjadi pada siapa saja.

5 Perempuan senang diperlakukan Tidak mudah bagi perempuan untuk kasar oleh pasangannya, kalau meninggalkan rumah tangganya. Faktor- tidak tentunya ia sudah pergi dulu. faktor penghalangnya adalah: rasa malu, takut

kepada si pelaku, tidak mampu menghidupi diri dan anak, hukum agama dan hukum adat yang mengikat. Meninggalkan rumah tidak menjamin bahwa ia akan bebas dari si penagniaya. Beberapa klien memutuskan untuk tetap tinggal meski tahu resikonya.

6 Penganiaya adalah orang yang Penganiaya tidak selalu bertindak kasar, kasar.

sesudah terjadinya penganiayaan ia seringkali menyesal akan perbuatannya, bersikap lembut dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Kegiatan Pembelajaran

1. buatlah laporan hasil wawancara dengan anggota masyarakat mengenai

masalah-masalah SKR.

2. Buatlah satu factsheet mengenai mengapa, kapan dan dimana konseling SKR

terpadu bisa diberikan dilingkungan tempat tinggalmu.

3. Lakukan kelompok diskusi kecil dengan teman-temanmu mengenai topik-

topik SKR tertentu.