Kurangnya Perhatian dan Peran Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah terhadap Penganut Kaharingan

b. Kurangnya Perhatian dan Peran Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah terhadap Penganut Kaharingan

Isu terkait penganut Kaharingan mungkin bukan merupakan hal yang sangat penting untuk ditangani dan dikawal oleh Satuan Perangkat Kerja Dinas (SKPD) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pertama , hal tersebut tampak dari keengganan para anggota dewan dalam mengawal aspirasi dari para penganut Kaharingan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua DPRD, beliau menyebut bahwa dirinya sudah pernah melayangkan surat yang menanyakan status dari para pemeluk Kaharingan.

Ketua DPRD mengajukan pertanyaan tersebut kepada Kementerian Agama dan PHDI sebagai wadah yang menaungi masyarakat Kaharingan selama ini. Ketua DPRD mengakui bahwa selama ini memang Kaharingan selalu dianggap sebagai bagian dari Agama Hindu dan hingga saat ini dalam hal pembangunan rumah ibadah bagi penganut Kaharingan yaitu dalam pembangunan Balai, anggota dewan juga belum mampu mengupayakan dikarenakan tidak adanya alokasi anggaran yang ditujukan untuk

melakukan pembangunan rumah ibadah tersebut. 54 Pernyataan Ketua DPRD tersebut secara tidak langsung menujukkan sikap mengabaikan pentingnya pemenuhan hak untuk memeluk kepercayaan. Karena dalam hal ini tugas, pokok dan fungsi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki fungsi budgeting .

Sama halnya dengan peran dan perhatian dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam hal pencatatan perkawinan maupun dalam hal pemberian akses pendidikan terhadap masyarakat penganut Kaharingan. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sendiri merupakan pihak yang belum mampu menjalankan fungsi administrasi catatan sipil. Hal ini ditunjukkan dengan belum tersedianya akses maupun jalan keluar yang disediakan bagi para penganut Kaharingan yang perkawinannya ingin dicatatkan.

Pasal 81 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2007 tentang pelaksanaan pencatatan perkawinan di luar Agama Islam menyatakan bahwa “perkawinan penghayat kepercayaan yang dilakukan dihadapan pemuka peghayat kepercayaan wajib dilaporkan dan dicatatkan oleh pejabat instansi pelaksana yang merupakan tugas dari Disdukcapil masing- masing Kota/Kabupaten.”

Pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menjadikan akses yang sangat jauh dari Kota Barabai menuju ke Kecamatan Batang Alai Timur sebagai alasan pembenaran

53 Hasil wawancara dengan Bapak Maribut (Balian/Pemuka Agama dalam Kepercayaan Kaharingan) pada 7 Mei 2016.

54 Hasil wawancara dengan Bapak Saban Effendi (Ketua DPRD Kab. Hulu Sungai Tengah), pada 6 Mei 2016.

tidak dilakukannya pencatatan perkawinan tersebut. 55 Hal ini seharusnya bukan merupakan alasan yang mudah diterima oleh Masyarakat Hukum Adat Balai Kiyu. Karena pada dasarnya tugas dari pegawai negeri sipil (PNS) adalah sebagai pelayan masyarakat dalam hal ini sebagai pelayan pencatatan perkawinan dan administrasi kependudukan.

Sama halnya dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah sampai saat ini tidak memiliki Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dalam hal pengajaran ajaran Kaharingan. 56 Hal tersebut merupakan salah satu alasan kuat mengapa Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum mampu memenuhi hak para penganut Kaharingan untuk mempelajari dan mendalami Kaharingan pada pendidikan formal.

Sebenarnya, terdapat peluang untuk diangkatnya guru maupun tenaga pengajar honorer yang dapat diberikan tugas bantuan pada sekolah-sekolah tertentu yang memiliki siswa/siswi penganut Kaharingan. Akan tetapi, lagi-lagi permasalahan alokasi anggaran juga merupakan salah satu penghambat yang menjadikan tidak terpenuhinya hak-hak para penganut Kaharingan tersebut.

Sehingga dalam hal ini penulis menyebut bahwa peran dan perhatian dari SKPD- SKPD serta DPRD yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum maksimal. Hal tersebut tampak pada sub-bagian ini yang menyebut bahwa alokasi anggaran yang dapat ditujukan kepada para penganut Kaharingan tidak diakomodir (dalam hal ini terkesan diabaikan).