Tekhnik Kloning

Tekhnik Kloning

Pembuahan dan inseminasi buatan dalam proses kloning manusia terjadi pada sel-sel tubuh manusia (sel somatik), bukan sel-sel kelamin- ya. Seperti diketahui, dalam tubuh manusia terdapat milyaran bahkan trilyunan sel. Dalam setiap sel somatis manusia mengandung 46 kromo- som (materi genetik yang mengandung seluruh sifat yang diturunkan pada manusia) yang diorganisasikan ke dalam 22 pasang autosom dengan ditambah satu pasang kromosom kelamin. Sedangkan pada sel gamet, jumlah kromosomnya setengah dari sel somatis atau disebut dengan haploid yaitu 23 kromosom. Setelah fertilisasi, zigot akan mengandung perangkat diploid kromosom (2n=46), setengah berasal dari maternal (ibu) dan setengah berasal dari paternal (ayah) (Kingston, 1997).

Lebih lanjut Kingston (1997) mengungkapkan selama meiosis, yang merupakan pembelahan sel yang menyebabkan terbentuknya gamet, maka terjadi rekombinasi antara kromosom parental yang homolog. Per- tukaran bahan kromosom menyebabkan pemisahan gen-gen yang mula- mula terletak pada kromosom yang sama, dan keadaan demikian me- nyebabkan adanya keanekaragaman genetik didalam keluarga.

Adapun dalam proses kloning manusia, sel yang diambil dari tubuh seseorang telah mengandung 46 buah kromosom atau telah mengandung seluruh sifat-sifat yang akan diwariskan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, anak yang dihasilkan dari proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya dari orang yang menjadi sumber pengambi- lan inti sel tubuh. Anak tersebut merupakan keturunan yang berkode ge- netik sama persis dengan induknya, yang dapat diumpamakan dengan hasil fotokopi selember kertas pada mesin fotokopi kilat yang berwarna, yakni berupa selembar gambar yang sama persis dengan gambar aslinya tanpa ada perbedaan sedikitpun (Kaunee, 2008)

Proses pembuahan yang alamiah tidak akan dapat berlangsung kecuali dengan adanya laki-laki dan perempuan dan dengan adanya sel-

Reproduksi Kloning 167

sel kelamin. Sedang proses kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki atau tanpa adanya laki-laki, dan terjadi pada sel-sel tubuh dan bukan sel-sel kelamin. Proses ini dapat terlaksana dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) yang mengandung 46 kromosom, kemudian diambil inti selnya (nukleus) dan selanjutnya ditanamkan pa-

da sel telur (ovum) wanita yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode yang mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi bu- atan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur (Pinkert, 2002).

Secara alami aktivasi ovum membutuhkan peran dari sperma. Sela- ma fertilisasi, spermatozoa akan memicu pelepasan kalsium dari ovum yang akan menyebabkan cascade mencapai puncak pembelahan pertama sel embrionik. Pada kloning tidak membutuhkan sperma. Dalam hal ini meniru kejadian alamiah pada fertilisasi dengan menggunakan mekanisme buatan. Perbedaan kimia, fisik, dan agen mekanik dapat menginduksi perkembangan oosit padabeberapa spesies mamalia yang berbeda. Aktivasi oosit dengan menggunakan kalsium ionofor, iono- misin, dan puromisin yang dapat menginduksi perkembangan par- tenogenesis dari oosit manusia. 10 µM ionofor selama 5 menit diinku- basi dengan 2.0 µM 6-dimetil amino purin (DMAP) membuktikan agen kimia yang paling efisien untuk mengaktivkan oosit manusia (Bongso dan Lee, 2005).

Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah bercam- pur dengan inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim seorang perempu- an, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur perempuan (Kaunee, 2008).

168 Filsafat, Etika dan Kearifan Lokal