ANALISA KETERSDIAAN LOKASI PERUMAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028

BAB IV ANALISA KETERSDIAAN LOKASI PERUMAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028

Analisis data merupakan pengolahan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan metode tertentu guna mencapai tujuan studi. Dalam studi ini terdapat beberapa tahapan analisa untuk mencapai tujuan tersebut. Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis kesesuaian lokasi perumahan, analisis ini dilakukan untuk mengetahui lokasi mana saja yang sesuai untuk dijadikan perumahan. Kemudian hasil analisis tersebut disesuaikan dengan peruntukan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 untuk mengetahui lokasi mana saja yang legal apabila akan dibangun menjadi perumahan. Dengan memperhatikan pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2028 maka dapat dianalisis kebutuhan jumlah rumah di hingga tahun tersebut. Dengan membandingkan luas lokasi yang sesuai dan kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028 maka didapat ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen

A. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Saat Ini Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen

merupakan analisis yang bertujuan untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memperhatikan berbagai indikator penentu lokasi perumahan yang telah ditetapkan merupakan analisis yang bertujuan untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memperhatikan berbagai indikator penentu lokasi perumahan yang telah ditetapkan

commit to user

sebelumnya. Indikator-indikator tersebut terdiri dari aspek fisik dasar, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan sarana ekonomi.

Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode superimpose (overlay) peta-peta serta pengharkatan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan.

Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen ini menggunakan peta dasar berupa Peta Administrasi Kabupaten Sragen yang diambil dari Revisi RTRW Kabupaten Sragen tahun 2009-2029 dalam skala 1 : 40.000. Dari peta dasar tersebut di olah menjadi kesatuan Kawasan Perkotaan Sragen yang terdiri dari Kelurahan Jetak, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan Kroyo, dan sebagian Desa Tangkil.

Berbagai data yang didapat dipetakan menggunakan software Arc Map 9.3 dengan cara digitasi sehingga seluruh data menjadi data spasial berupa peta digital dengan skala yang sama. Karena data-data yang diperoleh berasal dari sumber yang berbeda-beda maka data-data tersebut di- overlay dengan peta dasar tersebut agar dapat dianalisis dengan cara meng- overlay peta satu dengan yang lainnya

Setiap peta mempunyai data atribut berupa tabel yang berisi informasi mengenai peta tersebut. Dalam studi ini tiap-tiap peta diberi data atribut berupa skor yang merupakan perkalian antara harkat dan bobot. Harkat mewakili tingkat kesesuaian terhadap lokasi perumahan sedangkan bobot merupakan tingkat kepentingan indikator, pembobotan tiap indikator diambil dari berbagai referensi dan berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Overlay dilakukan secara bertahap untuk menghindari akumulasi kesalahan dalam scoring data atribut peta. Hasil overlay baru kemudian diberi skor baru yang merupakan penjumlahan antara skor peta satu dengan peta yang lain. Skor dari tiap overlay di jumlahkan hingga mendapatkan skor akumulatif untuk dijadikan acuan kesesuaian hasil overlay terhadap kesesuaian lokasi perumahan. Tabel kesesuaian skor serta penghitungan penjumlahan skor tiap overlay dapat dilihat dalam lampiran. Berikut merupakan tahapan overlay peta untuk mendapatkan peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen :

103

Gambar 4.1 Bagan Proses Overlay

intersection intersection

Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Overlay dan Skoring

Sarana Dasar (C)

Overlay dan Skoring

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan semua Indikator

intersection intersection

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan Indikator Aspek Fisik

dan Aksesibilitas

Peta klasifikasi

kemudahan mencapai Jalan

Overlay dan Skoring

intersection

Sarana Pendidikan

Faslitas Kesehatan

Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan dengan Indikator Aspek Fisik,

Aksesibilitas, dan

Sarana Dasar

Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan Indikator Aspek Fisik, Aksesibilitas, Sarana Dasar, dan Sarana Perekonomian

Peta Kawasan

Lindung

intersection

Peta Kerawanan Bencana

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan Indikator Aspek Fisik

Overlay dan Skoring

PETA ADMINISTRASI KAW ASAN

PERKOTAAN SRAGEN

intersection

intersection

Peta Kedalaman

Muka Air

Tanah

Peta Ketinggian Lahan

Aspek Fisik

(A)

Peta Jenis

Tanah

Peta Kelerengan

Sarana Perekonomian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Analisis Syarat Fisik Dasar Analisis ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasarkan aspek fisik dasarnya. Indikator- indikator yang digunakan dalam analisis fisik dasar ini antara lain : ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah. Tiap indikator akan di- overlay satu persatu hingga menghasilkan peta kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan aspek fisik

a. Analisis Overlay 1 (overlay peta ketinggian lahan dan peta kelerengan) Proses overlay pertama yaitu antara peta ketinggian lahan dan peta kelerengan lahan, dengan melakukan intersect antara kedua peta ini dihasilkan peta overlay 1. Peta ini memuat lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasarkan syarat kelerengan dan ketinggian lahan.

1) Analisis Kelerengan Lahan

Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor sangat penting dalam menentukan arahan penggunaan lahan sebagai perumahan, karena kemiringan lahan sangat terkait dengan keamanaan bangunan rumah terhadap bahaya longsor serta efisiensi biaya konstruksi

pembangunan

rumah.

Berdasarkan tingkat kepentingan tersebut bobot indikator kelerengan lahan adalah 5 yang berarti sangat penting. Analisis kelerengan lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan tingkat kemiringan lahannya. Semakin datar kemiringan lahan maka tingkat kesesuaian lokasi sebagai perumahan juga akan semakin tinggi, Berdasarkan tingkat kepentingan tersebut bobot indikator kelerengan lahan adalah 5 yang berarti sangat penting. Analisis kelerengan lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan tingkat kemiringan lahannya. Semakin datar kemiringan lahan maka tingkat kesesuaian lokasi sebagai perumahan juga akan semakin tinggi,

commit to user

demikian juga sebaliknya semakin terjal kemiringan lahan maka lokasi tersebut semakin tidak sesuai untuk perumahan. Untuk menganalisa kemiringan lahan maka kemiringan lahan diklasifikasikan dan diberi harkat pada tiap tingkatan kelerengan lahan.

Tabel 4.1 Skor Kemiringan Lereng

No Besar Sudut

Sangat Terjal

5 1 5 Sumber : Sutikno ( 1991 )

Mengacu data dari Bappeda Kabupaten Sragen tahun 2009 dapat diketahui bahwa seluruh kawasan Perkotaan Sragen memiliki kemiringan lereng sebesar 0-2 %. Lahan dengan kemiringan ini termasuk dalam kategori bertopografi datar, sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi areal perumahan dan pertanian, akan tetapi sebagian areal berpotensi terhadap genangan banjir dan sebagian berpotensi terhadap drainase yang buruk. Dengan melihat kriteria tingkat kesesuaian berdasarkan harkatnya maka kemiringan lereng seluruh Kawasan Perkotaan Sragen termasuk sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan karena memiliki lereng yang datar. Kemiringan lahan yang datar memiliki tingkat run-off yang rendah sehingga perumahan sangat aman terhadap bahaya longsor. Lereng yang datar juga dapat memudahkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kawasan perumahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain itu pada lahan dengan kemiringan datar, rumah dapat di bangun dengan konstruksi sederhana dan memiliki biaya konstruksi pembangunan yang lebih murah karena tidak memodifikasi site. Hasil pengamatan dilapangan juga memperlihatkan bahwa seluruh Kawasan Perkotaan Sragen berada pada lokasi dengan kemiringan lahan yang datar. Kondisi ini terlihat oleh bangunan- bangunan rumah yang menggunakan konstruksi yang sederhana serta pola perumahan yang menyebar dan tidak terpusat pada kawasan tertentu sebagai implikasi dari kondisi topografi.

2) Analisis Ketinggian Lahan

Faktor ketinggian lahan untuk kawasan perumahan tidak ada ketentuan yang mensyaratkan sepanjang tidak menggangu keseimbangan lingkungan (Sugiharto, 2001). Ketinggian lahan mempunyai kaitan erat dengan keseimbangan lingkungan. Semakin tinggi suatu kawasan akan semakin memiliki kecenderungan yang besar untuk mempengaruhi wilayah dibawahnya. Faktor ketinggian lahan merupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan lokasi suatu perumahan sehingga bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 3. Harkat ketinggian lahan diberikan berdasarkan bahwa semakin tinggi ketinggian suatu lahan maka semakin kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tabel 4.2 Skor Ketinggian Lahan

No

Ketinggian Lahan

(m dpl)

3 1 3 Sumber : Siska Amelia, 2007

Mengacu pada harkat ketinggian lahan, maka seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan karena ketinggian lahan di Kawasan Perkotaan Sragen seluruhnya berada kurang dari 600 meter diatas permukaan laut. Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan yang sama di seluruh wilayahnya, ketinggian tersebut tak tergolong dalam kriteria kawasan lindung untuk kawasan bawahnya sehingga bila dilihat dari ketinggiannya perumahan dapat didirikan di seluruh kawasan.

Berdasarkan hasil analisis kelerengan lahan dan ketinggian lahan selanjutnya dilakukan analisis overlay untuk mendapatkan peta kesesuaian lokasi perumahan. Hasil overlay pertama didapat peta dengan skor 1 (lihat lampiran 4), yaitu skor hasil penjumlahan antara skor ketinggian lahan dan skor kelerengan. Dari penghitungan skor tersebut hanya didapat satu skor akhir yang menunjukan seluruh Kawasan Perkotaan Sragen tergolong sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Hasil penghitungan menunjukan bahwa berdasarkan kelerengan dan ketinggian lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen termasuk dalam kriteria sangat sesuai untuk dijadikan perumahan.

Peta 4.1 Peta Overlay 1 Peta 4.1 Peta Overlay 1

commit to user

b. Analisis Overlay 2 (overlay peta overlay 1 dan peta jenis tanah) Peta overlay 2 merupakan hasil overlay peta overlay 1 (ketinggian lahan dan kelerengan) terhadap peta jenis tanah. Peta overlay 2 akan menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan ketinggian, kelerengan, serta jenis tanah di Kawasan Perkotaan Sragen. Penentuan lokasi perumahan perlu memperhatikan jenis tanah guna mengetahui kepekaan tanah terhadap erosi. Kepekaan erosi jenis tanah berpengaruh terhadap kelayakan tanah tersebut untuk didirikan bangunan di atasnya. Kelayakan suatu jenis tanah untuk ditanami pondasi ditentukan oleh kepekaan jenis tanah tersebut terhadap erosi. Semakin peka jenis tanah tersebut terhadap erosi maka semakin tak layak ditanami pondasi karena akan mempercepat laju erosi, dimana apabila laju erosi cepat akan membahayakan ekosistem yang ada di lingkungannya termasuk manusia, serta akan menimbulkan kerugian material yang cukup besar. Berikut merupakan tingkat kepekaan tiap jenis tanah :

Tabel 4.3

Tingkat Kepekaan Jenis Tanah

No

Jenis Tanah

Tingkat Kepekaan terhadap erosi 1 Aluvial, tanah clay, planosol, hidromorf kelabu, lateris air tanah

Tidak peka 2 Latosol

Kurang peka 3 Brown forest soil, non calcic brown dan mediteran

Agak peka 4 Andosol, laterit, grumosol, podsol dan podsolik

Peka 5 Regosol, litosol, organosol dan renzina

Sangat peka

Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya

commit to user

Terdapat beberapa jenis tanah yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen dinana tiap jenis tanah tersebut memiliki karakteristik kepekaan yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan tingkat kepekaannya maka dapat ditentukan harkat tiap jenis tanah, dimana semakin peka jenis tanah tersebut maka semakin tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan.

Tabel 4.4 Skor Jenis Tanah

No

Jenis Tanah

Kepekaan

Bobot

Harkat Skor 1 Aluvial Kelabu

Tidak Peka

4 5 20 2 Litosol Coklat

Kurang Peka

4 4 16 3 Asosiasi Grumosol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat

Agak Peka

4 Grumosol Kelabu

Peka

4 2 8 5 Grumosol

Kelabu Tua

Peka

Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya, dengan penyesuaian

Jika hanya melihat jenis tanahnya saja sebagian besar Kawasan Perkotaan Sragen tergolong tak sesuai untuk dijadikan perumahan, karena sebagian besar tanahnya merupakan tanah grumosol kelabu yang memiliki kepekaan tinggi. Akan tetapi dengan melihat kesesuaian kelerengan dan ketinggian lahan maka dari proses overlay

2 didapatkan skor yang merupakan akumulasi dari skor ketinggian, kelerengan, dan jenis tanah (skor dan tingkat kesesuaian dapat dilihat dalam lampiran 2 dan 4). Skor tersebut menunjukan adanya dua kategori kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen yaitu sesuai dan sangat sesuai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh Keluarahan Kroyo, dan Kelurahan Sragen Kulon, serta sebagian Kelurahan Sine,, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Sragen Tengah, dan Kelurahan Pilangsari. Selain itu juga tersebar di sebagian kecil Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan Desa Tangkil. Penggunaan lahan di kawasan yang tergolong sesuai didominasi oleh bangunan baik perumahan maupun fungsi lain, sedang sebagian kecil memiliki guna lahan sebagai sawah. Lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di sebagian kecil kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Puro, Kelurahan Sine, dan sebagian besar Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Nglorog, dan Kelurahan Karengtengah. Lokasi yang tergolong dalam kriteria sangat sesuai tersebut bila dilihat kondisi eksistingnya mayoritas merupakan lahan sawah dan sebagian merupakan lahan terbangun.

Peta 4.2 Peta Overlay 2

commit to user

c. Analisis Overlay 3 (overlay peta overlay 2 dan peta kedalaman muka air tanah) Air merupakan salah satu elemen dasar yang sangat dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Dalam perkembangannya, perumahan selalu mendekati sumber air untuk dapat mensuplai kebutuhan penghuninya. Sumber air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah air permukaan dan air tanah. Air permukaan dapat berupa sungai dan danau, sedangkan air tanah mengalir antara lapisan kedap air bawah tanah yang memiliki kedalaman yang berbeda-beda di tiap daerah. Sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Sragen berupa embung dan sungai, akan tetapi kondisi sungai yang keruh tak dapat dimanfaatkan sebagai air untuk konsumsi sehari-hari. Sumber air utama yang digunakan di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air tanah, baik yang diambil melalui pompa maupun langganan PDAM. Air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air tanah dangkal atau air tanah tidak tertekan. Masyarakat dengan mudah mengakses air tanah karena kedalamannya relatif dangkal dengan kondisi air yang masih sangat jernih. Bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 5 yang berarti sangat penting. Bobot tersebut didasarkan pada angket yang disebar pada masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen. Dari angket tersebut didapatkan bahwa akses terhadap ketersediaan air merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan lokasi perumahan. Berikut prosentase tingkat kepentingan akses terhadap air bersih : c. Analisis Overlay 3 (overlay peta overlay 2 dan peta kedalaman muka air tanah) Air merupakan salah satu elemen dasar yang sangat dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Dalam perkembangannya, perumahan selalu mendekati sumber air untuk dapat mensuplai kebutuhan penghuninya. Sumber air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah air permukaan dan air tanah. Air permukaan dapat berupa sungai dan danau, sedangkan air tanah mengalir antara lapisan kedap air bawah tanah yang memiliki kedalaman yang berbeda-beda di tiap daerah. Sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Sragen berupa embung dan sungai, akan tetapi kondisi sungai yang keruh tak dapat dimanfaatkan sebagai air untuk konsumsi sehari-hari. Sumber air utama yang digunakan di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air tanah, baik yang diambil melalui pompa maupun langganan PDAM. Air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air tanah dangkal atau air tanah tidak tertekan. Masyarakat dengan mudah mengakses air tanah karena kedalamannya relatif dangkal dengan kondisi air yang masih sangat jernih. Bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 5 yang berarti sangat penting. Bobot tersebut didasarkan pada angket yang disebar pada masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen. Dari angket tersebut didapatkan bahwa akses terhadap ketersediaan air merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan lokasi perumahan. Berikut prosentase tingkat kepentingan akses terhadap air bersih :

commit to user

Sangat Penting

Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih

Tabel 4.5 Prosentase Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih

No

Tingkat Kepentingan

Bobot

Prosentase (%) 1 Sangat Penting

5 98 2 Penting

4 2 3 Cukup Penting

3 0 4 Kurang Penting

2 0 5 Tidak Penting

Jumlah

100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Kedalaman Muka Air Tanah

Pada studi ini indikator yang digunakan adalah kedalaman muka air tanah, semakin dangkal kedalaman air tanah maka semakin mudah pula akses untuk mendapatkan air tanah sehingga harkat yang diberikan kepada indikator ini didasarkan pada kedalamnnya.

Tabel 4.6 Skor Kedalaman Muka Air Tanah

Kedalaman MAT(m)

5 1 5 Sumber : Sutikno, 1991 5 1 5 Sumber : Sutikno, 1991

commit to user

115

Peta overlay 3 merupakan peta yang menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan seluruh aspek fisik yaitu ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah. Hasil overlay antara peta overlay 2 dan peta kedalaman air tanah menunjukan bahwa sebagian besar Kawasan Perkotaan Sragen memiliki kriteria sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, terutama kawasan kota bagian utara. Hal ini karena semakin ke selatan semakin tinggi lahannya, sehingga semakin dalam muka air tanahnya. Dengan melihat hasil peta overlay 3 maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek fisik seluruh Kawasan perkotaan Sragen tergolong sesuai dan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan ini memiliki tinggi lahan yang sesuai berdasarkan kriteria dari Badan Litbang DPU, memiliki kelerengan yang datar dimana mudah mendirikan berbagai bangunan serta sarana dan prasarananya, memiliki kepekaan tanah yang cukup baik sehingga aman dari bahaya erosi, dan memiliki supplai air yang baik karena air tanahnya dangkal dengan kualitas air yang masih sangat baik.

Peta 4.3 Peta Overlay 3

commit to user

2. Analisis Aksesibilitas (Overlay 4) Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui kemudahan akses suatu lokasi perumahan terhadap jalan utama dan kemudahan mendapatkan angkutan umum. Peta aksesibilitas diperoleh dari peta dasar jaringan jalan dan status jalan di Kabupaten Sragen. Jaringan jalan yang dianalisis adalah jaringan jalan yang dilewati oleh angkutan umum.

Penggunaan lahan yang dilewati angkutan umum tersebut merupakan pusat-pusat kegiatan tingkat lokal maupun setingkat kabupaten misal kantor pemerintahan, sekolah, tempat perbelanjaan, daerah pemukiman, rumah sakit dengan area coverage sekitar 400 meter (5 menit berjalan kaki) sampai dengan 800 meter (Risdiyanto 2002, dalam Siska Amelia 2007)

Bobot yang diberikan pada indikator aksesibilitas adalah 4 yang berarti penting. Bobot ini diberikan berdasarkan persepsi masyarakat terhadap pentingnya aksesibilitas dalam menentukan lokasi perumahan. Kebanyakan masyarakat tidak mengganggap keterjangkauan terhadap angkutan umum sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan lokasi perumahan, hal ini karena sebagian besar masyarakat menggantungkan mobilitas mereka pada kendaraan pribadi, sehingga meskipun lokasi perumahan mereka cukup jauh dari jalan arteri maupun kolektor hal itu tak menjadi masalah bagi mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sangat Penting

Cukup Penting

Tingkat Kepentingan Aksesibilitas

Tabel 4.7 Prosentase Tingkat Kepentingan Aksesibilitas

No

Tingkat Kepentingan

Bobot

Prosentase (%) 1 Sangat Penting

5 37 2 Penting

4 52 3 Cukup Penting

3 11 4 Kurang Penting

2 0 5 Tidak Penting

Jumlah

100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.3

Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Aksesibilitas

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis area coverage tersebut adalah metode buffering terhadap peta jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Sragen. Dalam peta tersebut area coverage dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

Tabel 4.8 Skor Aksesibilitas

Area coverage

Bobot

Harkat

Skor area coverage 400 meter;

4 5 25 area coverage 800 meter;

4 4 20 area coverage > 1200 meter 4 2 10

Sumber : Risdiyanto dalam Siska Amelia 2007, dengan penyesuaian

Dari hasil analisis buffering terhadap jaringan jalan arteri dan kolektor di Kawasan Perkotaan Sragen didapat bahwa seluruh Kawasan Perkotaan Dari hasil analisis buffering terhadap jaringan jalan arteri dan kolektor di Kawasan Perkotaan Sragen didapat bahwa seluruh Kawasan Perkotaan

commit to user

119

Sragen dapat mengakses jalan-jalan tersebut, hanya saja keterjangkauannya berbeda-beda. Jika melihat kondisi eksistingnya, kebanyakan pusat-pusat kegiatan berada di sepanjang jalan arteri dan kolektor, terutama di sepanjang Jalan Sukowati yang merupakan jalan utama di Kawasan Perkotaan Sragen. Pusat-pusat kegiatan tersebut terkonsentrasi makin padat di Kelurahan Sragen Kulon, Sragen Tengah, dan Sragen Kulon, menyebabkan pola keruangan di Kawasan Perkotaan Sragen berkembang menjadi bentuk pita (ribbon).

Berdasarkan syarat aspek fisik dan syarat aksesibilitas, lokasi-lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh kawasan Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Tangkil, dan Kelurahan Nglorog, serta sebagian besar Kelurahan Jetak, Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan Kelurahan Pilangsari. Sedangkan yang sesuai hanya di sebagian Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Jetak, Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Karangtengah, sebagian besar Kelurahan Puro, dan seluruh bagian Kelurahan Kroyo

Berdasarkan analisis overlay 4 didapat bahwa lokasi yang sangat sesuai terkonsentrasi di sekitar Jalan Sukowati yang membelah tengah kawasan kota. Jika melihat kondisi eksistingnya, kawasan tersebut telah banyak digunakan untuk perdagangan dan jasa serta kantor pemerintahan. Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat terjangkau oleh angkutan umum sehingga meski tak mempunyai kendaraan pribadi masyarakat bisa menggunakan kendaraan umum untuk mobilitasnya

120

Peta 4.4 Peta Aksesibilitas

Peta 4.5 Peta Overlay 3

commit to user

3. Analisis Syarat Sarana Dasar

a. Analisis Overlay 5 (overlay peta overlay 4 dan peta jangkauan layanan pendidikan) Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk menentukan lokasi perumahan. Analisis keterjangkauan sarana pendidikan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan suatu lokasi perumahan terhadap sarana pendidikan. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa lokasi yang terjangkau oleh jangkauan sarana pendidikan berarti sangat sesuai untuk di jadikan lokasi perumahan sedangkan yang tak terjangkau dianggap kurang sesuai. Analisis keterjangkauan terhadap sarana pendidikan dilakukan terhadap tiga jenis sarana pendidikan yaitu sarana pendidikan setingkat SD, setingkat SMP, dan setingkat SMA. Analisis ini dilakukan dengan metode buffering. Coverage area tiap jenis sarana pendidikan ditentukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan berikut ini :

Tabel 4.8 Radius Pencapaian Sarana Pendidikan

No

Jenis Sarana

Radius Pencapaian

1 Taman Kanak-kanak (TK)

500 m

2 Sekolah Dasar (SD)

1000 m

3 Sekolah Menengah Pertama (SMP)

1000 m

4 Sekolah Menengah Atas (SMU)

3000 m

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Bobot yang diberikan untuk indikator ketersediaan sarana pendidikan adalah 4 atau penting karena berdasarkan persepsi masyarakat jarak mencapai sarana pendidikan bukan hal utama untuk menentukan Bobot yang diberikan untuk indikator ketersediaan sarana pendidikan adalah 4 atau penting karena berdasarkan persepsi masyarakat jarak mencapai sarana pendidikan bukan hal utama untuk menentukan

commit to user

Sangat Penting

Cukup Penting

Tingkat KepentinganKeterjangkauan Sarana Pendidikan

lokasi perumahan, mereka lebih mementingkan kualitas suatu sarana pendidikan dibandingkan jaraknya.

Tabel 4.9 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Pendidikan No

Tingkat Kepentingan

Bobot

Prosentase (%) 1 Sangat Penting

5 14 2 Penting

4 64 3 Cukup Penting

3 22 4 Kurang Penting

2 0 5 Tidak Penting

Jumlah

100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.4 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Pendidikan

Harkat yang diberikan pada analisis ini berdasarkan pertimbangan apakah suatu lokasi terlayani sarana pendidikan atau tidak. Lokasi yang terlayani sarana pendidikan diberi harkat 5 atau sangat sesuai, sedangkan yang tak terlayani diberi harkat 2 atau kurang sesuai. Harkat terlayani diberikan pada lokasi-lokasi yang terlayani salah satu maupun ketiga sarana pendidikan tersebut. Harkat yang diberikan Harkat yang diberikan pada analisis ini berdasarkan pertimbangan apakah suatu lokasi terlayani sarana pendidikan atau tidak. Lokasi yang terlayani sarana pendidikan diberi harkat 5 atau sangat sesuai, sedangkan yang tak terlayani diberi harkat 2 atau kurang sesuai. Harkat terlayani diberikan pada lokasi-lokasi yang terlayani salah satu maupun ketiga sarana pendidikan tersebut. Harkat yang diberikan

commit to user

124

pada lokasi yang tak terlayani menggunakan harkat 2 atau cukup karena dianggap bahwa meskipun area tersebut tak terlayani tetapi masyarakatnya masih bisa mendapatkan layanan pendidikan di lokasi lain karena aksesibilitas di Kawasan Perkotaan Sragen menunjukan seluruh kawasan dapat menjangkau transportasi umum yang ada.

Tabel 4.10 Skor Keterjangkauan Sarana Pendidikan

Skor Terjangkau

4 5 20 Tidak Terjangkau

4 2 8 Hasil buffering menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan

Perkotaan Sragen terlayani sarana SD karena sarana ini tersebar hampir di seluruh kawasan. Untuk sarana pendidikan setingkat SMP lokasi-lokasi yang terlayani masih sangat terbatas karena penyebaran SMP yang tidak merata. SMP di Kawasan Perkotaan Sragen terkonsentrasi di pusat kota sehingga banyak area coverage yang berkumpul di pusat kota dan banyak lokasi di pinggiran yang tak terlayani. Sedangkan sarana pendidikan setingkat SMA hampir seluruh kawasan perkotaan Sragen terlayani, meskipun terdapat sebagian kecil yang tak terlayani tetapi banyak coverage area yang bertumpukan satu sama lain sehingga lokasi-lokasi yang tak terlayani tersebut masih dapat dilayani oleh SMA yang berada di Kawasan Perkotaan Sragen Berdasarkan overlay peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana pendidikan didapat dua kritera lokasi perumahan. Lokasi yang sangat sesuai terkonsentrasi di tengah kota karena sarana pendidikan baik setingkat SD, SMP, maupun SMA terkonsentrasi di tengah kota. Lokasi yang sesuai kebanyakan tersebar di pinggiran kota dimana lokasi tersebut tak terjangkau oleh sarana pendidikan.

125

Peta 4.6 Peta Keterjangkauan SD

126

Peta 4.7 Peta Keterjangkauan SMP

127

Peta 4.8 Keterjangkauan SMA

Peta 4.9 Peta Overlay 5

commit to user

b. Analisis Overlay 6 (overlay peta overlay 5 dan peta jangkauan layanan kesehatan) Penentuan lokasi perumahan harus memperhatikan keberadaan sarana kesehatan karena sarana kesehatan memiliki fungsi memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, serta memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Analisis ketersediaan sarana kesehatan digunakan untuk mengetahui apakah lokasi perumahan dijangkau sarana kesehatan yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen. Metode yang digunakan pada analisis ini sama dengan metode yang digunakan dalam analisis keterjangkauan sarana pendidikan yaitu dengan metode buffering. Coverage area dalam analisis ini ditentukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan berikut :

Tabel 4.11

Radius Jangkauan Sarana Kesehatan

No

Jenis Srana

Jangkauan Pelayanan

1 BKIA / Klinik Bersalin

4000 m

2 Puskesmas dan Balai Pengobatan

3000 m Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Bobot yang diberikan diambil dari persepsi masyarakat tentang tingkat kepentingan jarak antara lokasi perumahan terhadap sarana kesehatan. Dari hasil survey didapatkan bahwa masyarakat memang menganggap penting jarak, tetapi yang terpenting bagi masyarakat adalah kualitas sarana kesehatan tersebut, meskipun jaraknya jauh dari perumahan mereka tetap lebih memilih sarana kesehatan yang kualitasnya baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sangat Penting 16%

Penting

Cukup Penting

Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan

Tabel 4.12 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan No

Tingkat Kepentingan

Bobot

Prosentase (%) 1 Sangat Penting

5 16 2 Penting

4 67 3 Cukup Penting

3 17 4 Kurang Penting

2 0 5 Tidak Penting

Jumlah

100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.5 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Tingkat Keterjangkauan

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang dianalisis adalah puskesmas dan rumah sakit karena merupakan sarana kesehatan utama dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Dalam SNI 03-1733-2004 tidak terdapat area jangkauan untuk rumah sakit, oleh karena itu jangkauan untuk rumah sakit diasumsikan sama dengan jangkauan BKIA atau klinik bersalin yaitu sejauh 4000 m. Analisis keterjangkauan sarana kesehatan dilakukan dengan cara yang sama dengan analisis sarana pendidikan yaitu dengan memberi harkat

5 pada lokasi yang terlayani dan harkat 2 pada lokasi yang tak 5 pada lokasi yang terlayani dan harkat 2 pada lokasi yang tak

commit to user

131

terlayani. Lokasi yang terlayani merupakan lokasi-lokasi yang masuk dalam area coverage baik puskesmas maupun rumah sakit.

Tabel 4.13 Skor Keterjangkauan Sarana Kesehatan

Skor Terjangkau

4 5 20 Tidak Terjangkau

Dari hasil buffering dapat dilihat bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani oleh sarana kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas, yang tak terlayani oleh kedua sarana kesehatan ini hanya sebagian kecil lokasi di Kelurahan Karangtengah bagian utara Berdasarkan hasil overlay 6 didapatkan tiga kriteria keseuaian lokasi perumahan yaitu sangat sesuai, sesuai, dan cukup sesuai. Lokasi yang sesuai tersebar hampir di seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu seluruh Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Nglorog, Desa Tangkil, dan sebagian besar Kelurahan Karangtengah bagian selatan. Lokasi yang sesuai terdapat di sebagian Kelurahan Karangtengah bagian utara, Kelurahan Puro, Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Pilangsari, Kelurahan Jetak, dan Kelurahan Sine. Lokasi yang cukup sesuai terdapat di sebagian kecil ujung utara Kelurahan Karengtengah.

132

Peta 4.10 Peta Keterjangkauan Puskesmas

133

Peta 4.11 Peta Keterjangkauan Rumah Sakit

Peta 4.12 Peta Overlay 6

commit to user

4. Analisis Syarat Sarana Ekonomi (overlay 7) Overlay 7 merupakan analisis keterjangkaua lokasi perumahan terhadap sarana perekonomian. Dari analisis ini didapat peta kesesuaian lokasiterhadap aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi.

Analisis terhadap sarana perekonomian dilakukan dengan cara buffering terhadap titik-titik yang merupakan lokasi pertokoan yang melayani tingkat kota maupun kecamatan. Coverage area dari pertokoan- pertokoan tersebut ditentukan berdasarkan jangkauan pelayanan sarana perdagangan dan niaga dalam SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan berikut :

Tabel 4.14 Radius Jangkauan Sarana Perekonomian

No

Jenis Srana

Jangkauan Pelayanan

1 Toko/Warung

300 m

2 Pertokoan

2000 m Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Bobot yang diberikan untuk sarana perekonomian adalah 4 atau penting, dimana bobot ini diambil dari persepsi masyarakat terhadap tingkat kepentingan keterjangkauan lokasi perumahan terhadap sarana perekonomian

Tabel 4.15 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Perekonomian

No

Tingkat Kepentingan

Bobot

Prosentase (%) 1 Sangat Penting

5 13 2 Penting

4 75 3 Cukup Penting

3 12 4 Kurang Penting

2 0 5 Tidak Penting

Jumlah

100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

commit to user

Sangat Penting

Cukup Penting

Tingkat Kepentingan Sarana Perekonomian

Gambar 4.6 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Perekonomian

Metode analisis yang dilakukan sama dengan analisis keterjangkauan sarana pendidikan dan sarana kesehatan yaitu memberi harkat 5 pada lokasi yang terjangkau dan harkat 2 pada lokasi yang tak terkangkau.

Tabel 4.16

Skor Keterjangkauan Sarana Perekonomian Keterjangkauan

Bobot

Harkat

Skor Terjangkau

4 5 20 Tidak Terjangkau

Dari hasil analisis keterjangkauan sarana perekonomian didapat bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani oleh pertokoan kecuali sebagian kecil Kelurahan Karangtengah bagian utara serta sebagian kecil Kelurahan Puro bagian selatan.

Hasil overlay 7 menunjukan bahwa terdapat tiga kriteria kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Lokasi yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan tersebar di seluruh bagian Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah, Hasil overlay 7 menunjukan bahwa terdapat tiga kriteria kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Lokasi yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan tersebar di seluruh bagian Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah,

commit to user

137

Kelurahan Nglorog, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Puro, dan Desa Tangkil, serta sebagian besar Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Jetak. Lokasi yang sesuai unuk dijadikan perumahan tersebar di sebagian kecil Kelurahan Jetak bagian timur, sebagian besar Kelurahan Karangtengah bagian utara, sebagian kecil kelurahan Pilangsari dan Kelurahan Plumbungan. Lokasi yang cukup sesuai untuk lokasi perumahan terdapat di sebagian kecil Kelurahan Karangtengah bagian utara.

Bila dilihat dari kondisi eksistingnya lokasi-lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan berdasarkan analisis memiliki berbagai macam penggunaan lahan. Lokasi-lokasi tersebut banyak yang berupa perdagangan dan jasa serta banyak juga yang merupakan sawah. Lokasi- lokasi perumahan eksisting yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen sebagian besar menempati lahan yang tingkat kesesuaiannya sangat sesuai. Lokasi-lokasi yang sesuai dan kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan kebanyakan penggunaan lahan eksistingnya berupa sawah dan RTH.

138

Peta 4.13 Peta Ketrjangkauan Sarana Perekonomian

Peta 4.14 Peta Overlay 7

commit to user

140

5. Analisis Kerawanan Bencana (overlay 8) Analisis overlay 8 bertujuan untuk mengetahui apakah lokasi-lokasi yang sangat sesuai hingga kurang sesuai hasil analisis overlay 7 memiliki kerawanan terhadap bencana dan polusi. Analisis ini dilakukan dengan cara meng- overlay peta overlay 7 dengan peta kerawanan terhadap bencana dan polusi. Dalam analisis ini tidak terdapat harkat serta bobot, lokasi yang rawan bencana langsung dianggap tak sesuai dijadikan lokasi perumahan.

Lokasi rawan bencana banjir di Kawasan Perkotaan Sragen terdapat di sepanjang 30 m di sekitar Sungai Mungkung, dengan melakukan buffering terhadap Sungai Mungkung maka di dapat kawasan rawan bencana banjir. Lokasi yang rawan polusi udara, polusi air, dan polusi suara yang sangat komplek adalah kawasan di sekitar Pabrik Gula Mojo yang terdapat di Kelurahan Sragen Kulon sehingga lokasi di sekitar PG Mojo tidak sesuai untuk di jadikan plokasi perumahan.

Peta 4.15 Peta Overlay 8

commit to user

142

6. Analisis bebas Kawasan Lindung (overlay 9) Bebas kawasan lindung merupakan salah satu syarat yang ditetapkan dalam Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam tata cara pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan. Kawasan lindung yang berada di Kawasan Perkotaan Sragen berupa hutan kota, sempadan sungai, dan sempadan embung. Kawasan lindung tersebut ditetapkan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

Analisis bebas terhadap kawasan lindung dilakukan dengan metode yang sama dengan analisis overlay 8. Kawasan lindung tidak diberikan harkat serta bobot, lokasi dimana kawasan lindung berada dianggap tidak sesuai untuk dijadikan perumahan.

Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa terdapat lokasi dengan kriteria sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan.

Lokasi-lokasi hasil analisis overlay 9 merupakan hasil analisis final dari kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Hasil analisis ini akan dijadikan dasar untuk analisis kesesuaian dengan RDTRK Kawasan Perkotaan Sragen

Peta 4.16 Peta Overlay 9 Peta 4.16 Peta Overlay 9

commit to user

B. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 Melihat hasil analisis tentang kesesuaian lahan perumahan di Kawasan

Perkotaan Sragen didapat bahwa lahan yang sangat sesuai dijadikan perumahan tersebar hampir di seluruh kawasan. Kesesuaian didominasi oleh kriteria sangat sesuai sehingga sepintas lokasi yang dapat dijadikan perumahan sangat luas, akan tetapi bila melihat kondisi eksisting lokasi-lokasi tersebut meskipun berdasarkan analisis hasilnya sangat sesuai namun karena kebanyakan lahan sudah terbangun, dan sebagian besar lahan yang belum terbangun merupakan lahan sawah dan hanya sedikit yang berupa lahan kering, maka lokasi yang dapat dijadikan perumahan baru sangat terbatas karena lahan sawah merupakan kawasan lindung yang tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain. Oleh sebab itu, perlu dilihat kebijakan yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen tentang lokasi perumahan. Kebijakan terkait perumahan tersebut yaitu rencana penggunaan lahan sebagai perumahan yang terdapat di RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (Peta overlay 9) sudah sesuai dengan rencana lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan peta rencana pola ruang RDTRK Perkotaan Sragen. Dengan meng- overlay peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (peta overlay 9) dengan peta rencana perumahan maka akan didapat lokasi-lokasi yang legal untuk dijadikan perumahan karena telah sesuai dan mengikuti rencana pola ruang yang ada di kawasan tersebut. Dengan mengikuti rencana tata ruang maka apabila lokasi hasil analisis akan dijadikan perumahan di kemudian hari tak akan terjadi masalah penyalahgunaan fungsi lahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.17 Luas Lokasi Perumahan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028

No Kelurahan

Kurang Sesuai

Tidak Sesuai

1 Sine

- 3,98 2 Sragen Kulon

- 6,92 3 Sragen Tengah

- - 9 Puro

- - 10 Plumbungan

- 34,17 Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

Dari hasil analisis Kelurahan Nglorog merupakan Kelurahan yang memiliki lokasi perumahan yang paling luas dengan angka mencapai 133,04 Ha. Perumahan di kelurahan ini memiliki kesesuaian lahan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan karena lokasinya yang dekat dengan kota, dekat dengan berbagai fasilitas yang ada, serta memiliki aksesibilitas tinggi karena dilewat jalan utama yaitu Jalan Raya Sukowati.

Desa Tangkil memiliki luas lokasi perumahan yang sangat kecil yaitu hanya 0,8 Ha yang terletak di bagian utara desa. Desa Tangkil merupakan satu- satunya desa di Kawasan Perkotaan Sragen, letak desa ini berada di ujung utara kawasan sehingga banyak lokasi yang tidak terjangkau oleh beberapa sarana dasar. Sebagian besar desa ini berupa sawah irigasi teknis yang sangat Desa Tangkil memiliki luas lokasi perumahan yang sangat kecil yaitu hanya 0,8 Ha yang terletak di bagian utara desa. Desa Tangkil merupakan satu- satunya desa di Kawasan Perkotaan Sragen, letak desa ini berada di ujung utara kawasan sehingga banyak lokasi yang tidak terjangkau oleh beberapa sarana dasar. Sebagian besar desa ini berupa sawah irigasi teknis yang sangat

commit to user

berpotensi dijadikan lumbung padi kabupaten sehingga alokasi lahan yang direncanakan sebagai perumahan yang ada di desa ini sangat sedikit.

Tidak adanya lahan yang dapat untuk dibangun menjadi perumahan baru menyebabkan lokasi perumahan baru tidak terdapat di Kelurahan Sragen Tengah. Di kelurahan ini penggunaan lahannya sudah sangat padat, baik untuk perdagangan jasa, pemerintahan, maupun untuk perumahan karena letaknya yang berada di pusat kota.

Lokasi yang direncanakan sebagai kawasan perumahan kebanyakan berada di kawasan kota bagian selatan, hal ini didukung oleh perkembangan kota yang mengarah ke selatan. Hingga saat ini terdapat beberapa perumahan yang semuanya di bangun di kawasan kota bagian selatan, hal ini menyebabkan kawasan selatan semakin ramai dan semakin berkembang. Perkembangan kearah selatan tersebut didukung dengan munculnya pusat-pusat kegiatan baru di kawasan kota bagian selatan terutama jalan kolektor di Kelurahan Kroyo. Di jalan tersebut tumbuh berbagai pusat layanan antara lain : SPBU, mini market, apotek, konter, rumah makan, serta warnet.

Perkembangan perumahan di daerah utara kurang pesat karena lahan di Kabupaten Sragen semakin keutara semakin kurang bagus, lahannya tandus, kering, serta air tanahnya semakin dalam sehingga perumahan diarahkan untuk dibangun di kawasan selatan kota.

Hampir seluruh lokasi perumahan baru saat ini berupa sawah irigasi teknis yang seharusnya tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain, tetapi dalam rencananya sawah tersebut dikonversi menjadi perumahan. Pemerintah memang mengalokasikan lahan perumahan meskipun saat ini masih berupa sawah karena pertumbuhan penduduk tak dapat dihindarkan sementara Kawasan Perkotaan Sragen sangat sedikit memiliki lahan kering sehingga rencana perumahan harus mengorbankan sawah irigasi. Konversi tersebut Hampir seluruh lokasi perumahan baru saat ini berupa sawah irigasi teknis yang seharusnya tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain, tetapi dalam rencananya sawah tersebut dikonversi menjadi perumahan. Pemerintah memang mengalokasikan lahan perumahan meskipun saat ini masih berupa sawah karena pertumbuhan penduduk tak dapat dihindarkan sementara Kawasan Perkotaan Sragen sangat sedikit memiliki lahan kering sehingga rencana perumahan harus mengorbankan sawah irigasi. Konversi tersebut

commit to user

147

dilakukan karena angka konversinya termasuk kecil serta karena sawah di Kabupaten Sragen masih cukup luas untuk memenuhi kebutuhan pangan kabupaten dan wilayah sekitanya.

Berdasarkan analisis terdapat lahan yang direncanakan sebagai perumahan dalam RDTRK ternyata tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Lokasi- lokasi yang tak sesuai tersebut kebanyakan berupa sempadan sungai serta daerah yang rawan banjir.

Berikut merupakan peta persebaran lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasar analisis serta sesuai dengan rencana perumahan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 :

Peta 4.17 Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Peta 4.17 Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

commit to user

C. Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Analisis proyeksi penduduk merupakan analisis yang digunakan untuk

memperkirakan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Analisis ini digunakan sebagai dasar penentuan jumlah rumah yang dibutuhkan oleh penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

Metode yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 adalah metode geometrik, sehingga dapat diketahui angka pertumbuhan penduduk yang lebih akurat dan berapa jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan. Metode ini menggunakan rumus geometrik (lihat rumus 1.2)

Dengan melihat data jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen selama lima tahun terakhir maka dapat ditentukan angka pertumbuhan penduduknya (lihat tabel 3.12)

Secara umum jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 0,006%. Rata rata angka pertumbuhan tiap kelurahan sangat beragam, bahkan masih ada kelurahan yang pertumbuhannya negatif. Pertumbuhan penduduk tertinggi dimiliki oleh Desa Tangkil dengan angka 0,016 % sedangkan pertumbuhan yang terendah dengan angka -0,006 % dimiliki oleh Kelurahan Sragen Kulon.

Pertumbuhan penduduk negatif tertinggi dimiliki oleh Kelurahan Sragen Kulon, dimana kelurahan ini merupakan salah satu kelrahan yang terletak di tengah kota. Penurunan jumlah penduduk dari tahun ke tahun kemungkinan dipengaruhi oleh telah padatnya kawasan tersebut sehingga kecenderungan yang ada masyarakat malah memilih keluar dari kawasan tersebut.

Dalam analisis proyeksi ini digunakan rata-rata pertumbuhan keseluruhan karena terdapat beberapa kelurahan dengan pertumbuhan negatif sehingga proyeksi penduduk yang akan didapat jumlahnya lebih sedikit dari saat ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Karena angka pertumbuhan negatif tidak dapat digunakan untuk menghitung pertambahan penduduk maka pada studi ini digunakan asumsi bahwa kelurahan yang memiliki pertumbuhan penduduk negatif akan diproyeksikan dengan angka pertumbuhan yang sangat kecil yaitu 0,001, dimana angka tersebut digunakan untuk mengantisipasi apabila pertumbuhan penduduk di tahun-tahun berikutnya akan meningkat .

Tabel 4.18 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2011-2028

6690 6757 6825 Sragen Kulon

15790 15806 15822 Sragen Tengah

Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

commit to user

Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk dari tahun 2009-2028 dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen tidak bertambah secara sigifikan. Pertambahan jumlah penduduk total dalam waktu dua puluh tahun hanya mencapai angka 12.427 jiwa saja, termasuk angka yang sangat kecil untuk ukuran sebuah kota.

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut akan dihitung jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

D. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rumah yang harus

disediakan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028. Dengan mengetahui jumlah kebutuhan rumah maka dapat diketahui jumlah kebutuhan lahan dengan cara mangalikan jumlah kebutuhan rumah dengan standar minimal luas satu rumah berdasarkan tingkat kesejahteraan.

Jumlah kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu kepala keluarga menghuni satu unit rumah. Dengan menggunakan asumsi tersebut maka dapat dicari jumlah kebutuhan rumah di tiap kelurahan pada tahun 2028 (lihat rumus 1.3). Berikut hasil penghitungan total kebutuhan rumah tiap kelurahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 : Jumlah kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu kepala keluarga menghuni satu unit rumah. Dengan menggunakan asumsi tersebut maka dapat dicari jumlah kebutuhan rumah di tiap kelurahan pada tahun 2028 (lihat rumus 1.3). Berikut hasil penghitungan total kebutuhan rumah tiap kelurahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 :

commit to user

Tabel 4.19

Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

No Kelurahan

Jumlah Penduduk

2009 (Jiwa)

Jumlah Penduduk 2028 (Jiwa)

Pertambahan

Jumlah Penduduk

Rata- rata anggota

Kebutuhan Jumlah Rumah

3 392 2 Sragen Kulon

3 99 3 Sragen Tengah

4 37 4 Sragen Wetan

3 40 6 Karang Tengah

Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Dari hasil penghitungan diperoleh jumlah kebutuhan rumah total di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah sejumlah 4.128 unit. Kelurahan Puro memiliki kebutuhan rumah paling tinggi yaitu 816 unit, sedangkan kebutuhan yang terendah dimiliki kelurahan pilangsari yaitu 29 unit rumah, hal ini dikerenakan pertumbuhan penduduk di Kelurahan Pilangsari yang terus menurun di tahun 2005-2009 sehingga kebutuhan rumahnya sngat sedikit. Secara keseluruhan kebutuhan jumlah rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tidak cukup tinggi, sebanding dengan angka perumbuhan penduduknya yang tak cukup tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan hitungan kebutuhan rumah maka dihitung jumlah kebutuhan lahan perumahan ditiap kelurahan berdasarkan penggolongan keluarga sejahtera di tahun 2028. Penghitungan ini dilakukan dengan cara mengkalikan jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028 dengan proporsi jumlah KK berdasarkan kesejahteraannya di tahun 2009 (proporsi tiap kelompok KK dapat dilihat dalam lampiran 3). Berikut hasil penghitungan kebutuhan jumlah rumah tiap kelompok KK:

Tabel 4.20 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

KS I (unit)

KS II (unit)

KS III (unit)

KS III+ (unit)

Jumlah (unit) Sine

1 392 Sragen Kulon

11 14 29 43 3 99 Sragen Tengah

6 7 9 15 1 37 Sragen Wetan

5 4 6 24 1 40 Karang Tengah

74 4128 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Dengan mengetahui jumlah kebutuhan rumah tiap kelompok KK di tahun 2028 maka didapat pula luas kebutuhan lahan perumahan dengan mengkalikan jumlah kebutuhan terebut dengan luas kavling perumahan minimum untuk tiap golongan KK. (lihat tabel 1.5)

Berikut merupakan rincian jumlah kebutuhan lahan per kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 : Berikut merupakan rincian jumlah kebutuhan lahan per kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 :

commit to user

Tabel 4.21 Luas kebutuhan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

KS I (Ha)

KS III+ (Ha)

Jumlah (Ha) Sine

0,10 6,48 Sragen Kulon

0,20 1,92 Sragen Tengah

0,05 0,70 Sragen Wetan

0,05 0,88 Karang Tengah

4,05 69,37 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Dari hasil penghitungan maka didapat bahwa total jumlah kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 adalah 69,37 Ha. Merupakan angka yang sangat kecil untuk kebutuhan selama dua puluh tahun. Kebutuhan lahan tertinggi yaitu di Kelurahan Puro, sebesar 12,59 Ha, serta yang terendah di Kelurahan Pilangsari dengan luas 0,46 Ha

E. Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 Analisis ketersediaan lahan ini bertujuan untuk mengetahui apakah luas

lahan yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan berdasarkan analisis dan peruntukan lahan yang direncanakan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 dapat memenuhi kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028. Analisis ini hanya membandingkan luas lahannya saja tanpa bisa dipetakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.22

Kecukupan Lahan di KawasanPerkotaan Sragen tahun2028 No

Keterangan 1 Sine

Tercukupi 2 Sragen Kulon

Tercukupi 3 Sragen Tengah

Tak Tercukupi 4 Sragen Wetan

Tercukupi 5 Tangkil

Tak Tercukupi 6 Nglorog

Tercukupi 7 Karangtengah

Tercukupi 8 Kroyo

Tercukupi 9 Puro

Tercukupi 10 Plumbungan

Tercukupi 11 Sidoharjo

Tercukupi 12 Jetak

Tercukupi 13 Pilangsari

Tercukupi Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Luas total lahan perumahan yang dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 seluas 69,37 Ha, sedangkan jumlah lahan yang tersedia seluas 562,07 Ha. Dengan membandingkan luasan tersebut maka dapat dilihat bahwa di tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen masih tersedia dan tercukupi. Kelurahan dengan ketersediaan lahan perumahan yang paling luas merupakan kelurahan Nglorog, akan tetapi jumlah kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028 termasuk kecil. Sedangkan Kelurahan Sragen Tengah dan Desa Tangkil lahan perumahannya tak tercukupi. Akan tetapi kekurangan lahan di kedua kelurahan tersebut dapat terpenuhi jika melihat jumlah ketersediaan lahan di kelurahan-kelurahan lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user