Dengan berbagai car Dengan berbagai car Dengan berbagai caraaaa Dengan berbagai car : dengan beragam bentuk. kebersamaan ini disebut tak lagi sepersekutuan .
Dengan berbagai car Dengan berbagai car Dengan berbagai caraaaa Dengan berbagai car : dengan beragam bentuk. kebersamaan ini disebut tak lagi sepersekutuan . ||3333||
Memuji Memuji Memuji Memuji----muji indahnya kematian muji indahnya kematian muji indahnya kematian muji indahnya kematian : ia memaparkan bahaya kehidupan Oleh diri sendiri, melalui penunggangan, melalui kurir, melalui dan memuji-muji kematian, “Setelah menemui ajal, sepeninggal
serangkaian kurir, melalui kurir yang tak sanggup, melalui kurir yang Anda dari sini, sesudah hancur terurainya badan jasmani, Anda akan
pergi lalu kembali lagi.
terlahir di alam bahagia, di alam surgawi. Di sana Anda akan bersenang-senang, memiliki serta dianugerahi lima jenis kenikmatan
‘Bukan secara rahasia’, tetapi berpersepsi ‘secara rahasia’, ‘secara surgawi.”
rahasia’, tetapi berpersepsi ‘bukan secara rahasia’, ‘bukan secara rahasia’ dan berpersepsi ‘bukan secara rahasia’, ‘secara rahasia’
Atau mendorongnya menuju kematiannnn Atau mendorongnya menuju kematia Atau mendorongnya menuju kematia Atau mendorongnya menuju kematia : “Ambillah pedang, makanlah
dan berpersepsi ‘secara rahasia.’
racun, matilah setelah menggantung diri dengan tali, terjunlah ke dalam ceruk nan dalam atau lubang nan dalam atau jurang nan
Ia memuji-muji melalui jasmani, ia memuji-muji melalui ucapan, ia dalam.”
memuji-muji melalui jasmani dan ucapan, ia memuji-muji melalui kurir, ia memuji-muji melalui tulisan.
(Maka ia) pu (Maka ia) punnnn (Maka ia) pu (Maka ia) pu : perujukan ke bagian terdahulu. Lubang perangkap, dudukan, menaruh berdekatan, obat-obatan, Telah takluk Telah takluk Telah takluk Telah takluk : bagaikan lempengan batu yang terbelah dua tak dapat
penghadiran perwujudan, penghadiran suara, penghadiran aroma, disambung kembali, demikian pula bhikkhu yang dengan sengaja
penghadiran rasa, penghadiran sentuhan, penghadiran objek mencabut nyawa manusia bukan lagi seorang petapa, bukan lagi
mental, pemberitahuan, petuah, kesepakatan, pengisyaratan. ||1||
Oleh diri sendiri : ia membunuh sendiri dengan badannya atau Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), melalui sesuatu yang menempel pada badannya atau melalui
“Sampaikanlah kepada si Anu, harap si Anu menyampaikan kepada sesuatu yang dilemparkan (dilepaskan).
si Anu, harap si Anu mencabut nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Ia menyampaikan kepada yang lain 94 ; pelanggaran Melalui penunggangan : ia menunggangi dengan memberi perintah,
dukkaṭa. Sang pembunuh menyetujuinya; pelanggaran thullaccaya “Tusuklah dengan cara demikian, hantamlah dengan cara demikian,
bagi sang pemrakarsa. Ia mencabut nyawa orang tersebut; bunuhlah dengan cara demikian.” [74]
pelanggaran pārājika bagi semua.
Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Berpikir itulah orangnya, ia
“Sampaikanlah kepada si Anu, harap si Anu menyampaikan kepada mencabut nyawanya; pelanggaran pārājika bagi kedua pihak.
si Anu, harap si Anu mencabut nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Ia (bhikkhu kedua) memberi instruksi lain 95 ; pelanggaran Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah
dukkaṭa. Sang pembunuh menyetujuinya; pelanggaran dukkaṭa. Ia nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Berpikir itulah orangnya, ia
mencabut nyawa orang tersebut; bukan pelanggaran bagi sang mencabut nyawa orang lain; bukan pelanggaran bagi sang
pemrakarsa, tetapi pelanggaran pārājika bagi sang pemberi instruksi pemrakarsa, tetapi pelanggaran pārājika bagi sang pembunuh.
dan sang pembunuh.
Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Berpikir itu adalah orang lain,
nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah pergi, ia balik kembali, ia mencabut nyawa orang tersebut; pelanggaran pārājika bagi kedua
“Tak sanggup saya mencabut nyawa orang itu.” Ia kembali memberi pihak.
instruksi, “Kalau Anda sanggup, maka cabutlah nyawa orang itu.”; pelanggaran dukkaṭa. Ia mencabut nyawa orang itu; pelanggaran
Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah
pārājika bagi kedua pihak.
nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Berpikir itu adalah orang lain, ia mencabut nyawa orang lain; bukan pelanggaran bagi sang pemrakarsa, tetapi pelanggaran pārājika bagi sang pembunuh.
94 Sesuai dengan urut-urutan di atas. 95 Berbeda dengan instruksi di atas.
Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah ‘Bukan secara rahasia’ dan berpersepsi ‘bukan secara rahasia’ : ia nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah memberi instruksi, ia
berseru, [75] “Wah, kalau saja si Anu terbunuh.”; pelanggaran menyesal, tetapi tidak mengutarakan, “Jangan bunuh!” Dia 96 dukkaṭa.
mencabut nyawa orang tersebut; pelanggaran pārājika bagi kedua pihak.
‘Secara rahasia’ dan berpersepsi ‘secara rahasia’ : ia berseru, “Wah, kalau saja si Anu terbunuh.”; pelanggaran dukkaṭa. ||3||
Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah memberi instruksi, ia
Ia memuji-muji melalui jasmani : dengan (sikap) tubuh ia berkial 97 , menyesal dan mengutarakan, “Jangan bunuh!” “Saya telah diberi
“Yang mati dengan cara demikian 98 akan meraih harta kekayaan instruksi oleh Anda,” ia mencabut nyawa orang tersebut; bukan
atau mendapatkan kemasyhuran atau menuju surga.”; pelanggaran pelanggaran bagi sang pemrakarsa, tetapi pelanggaran pārājika bagi
dukkaṭa. Karena pemuji-mujian ini, “Saya mau mati (saja),” ia sang pembunuh.
menyakiti dirinya 99 ; pelanggaran thullaccaya. Ia meninggal;
pelanggaran pārājika.
Seorang bhikkhu memberi instruksi kepada bhikkhu (lain), “Cabutlah nyawa si Anu.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah memberi instruksi, ia
Ia memuji-muji melalui ucapan : dengan ucapan ia mengungkapkan, menyesal dan mengutarakan, “Jangan bunuh!” “Baik,” ia berhenti
“Yang mati dengan cara demikian akan meraih harta kekayaan atau tidak bertindak lebih lanjut; keduanya tidak melanggar. ||2||
mendapatkan kemasyhuran atau menuju surga.”; pelanggaran dukkaṭa. Karena pemuji-mujian ini, “Saya mau mati (saja),” ia
‘Bukan secara rahasia’, tetapi berpersepsi (merasa) ‘secara rahasia’ : menyakiti dirinya; pelanggaran thullaccaya. Ia meninggal; ia berseru, “Wah, kalau saja si Anu terbunuh.”; pelanggaran dukkaṭa.
pelanggaran pārājika.
‘Secara rahasia’, tetapi berpersepsi ‘bukan secara rahasia’ : ia berseru, “Wah, kalau saja si Anu terbunuh.”; pelanggaran dukkaṭa.
Kial: gerakan tangan atau badan sebagai isyarat atau lukisan suatu perbuatan (KBBI).
98 Sambil mempertontonkan gerakan menggorok dengan pedang, atau menenggak racun.
96 Orang yang diberi instruksi.
99 Karena upaya bunuh dirinya.
Ia memuji-muji melalui jasmani dan ucapan : dengan (sikap) tubuh ia dukkaṭa. Orang jatuh ke dalamnya; pelanggaran dukkaṭa. Saat jatuh, berkial, dengan ucapan ia mengungkapkan, “Yang mati dengan cara
timbul rasa sakit; pelanggaran thullaccaya. Ia (orangnya) mati; demikian akan meraih harta kekayaan atau mendapatkan
pelanggaran pārājika. Yakkha atau peta atau hewan berwujud kemasyhuran atau menuju surga.”; pelanggaran dukkaṭa. Karena
manusia jatuh ke dalamnya; pelanggaran dukkaṭa. Saat jatuh, timbul pemuji-mujian ini, “Saya mau mati (saja),” ia menyakiti dirinya;
rasa sakit; pelanggaran dukkaṭa. Ia mati; pelanggaran thullaccaya. pelanggaran thullaccaya. Ia meninggal; pelanggaran pārājika.
Hewan jatuh ke dalamnya; pelanggaran dukkaṭa. Saat jatuh, timbul rasa sakit; pelanggaran dukkaṭa. Ia mati; pelanggaran pācittiya. ||5||
Ia memuji-muji melalui kurir : ia menyampaikan pengarahan kepada kurir, “Yang mati dengan cara demikian akan meraih harta kekayaan
Dudukan : ia meletakkan pedang di sebuah dudukan atau ia atau mendapatkan kemasyhuran atau menuju surga”; pelanggaran
mengolesi dengan racun atau ia merapuhkannya atau ia dukkaṭa. Setelah menyimak pengarahan kurir, “Saya mau mati
menempatkannya di ceruk nan dalam atau lubang nan dalam atau (saja),” ia menyakiti dirinya; pelanggaran thullaccaya. Ia meninggal;
jurang nan dalam, “Setelah jatuh, ia akan mati.”; pelanggaran pelanggaran pārājika.
dukkaṭa. Timbul rasa sakit karena pedang, racun, atau jatuh; pelanggaran thullaccaya. [76] Ia mati; pelanggaran pārājika. ||6||
Ia memuji-muji melalui tulisan : ia menorehkan tulisan, “Yang mati dengan cara demikian akan meraih harta kekayaan atau
Menaruh berdekatan : ia menaruh berdekatan sebuah parang atau mendapatkan kemasyhuran atau menuju surga.”; pelanggaran
lembing atau panah atau gada atau batu atau pedang atau racun dukkaṭa untuk setiap aksara. Setelah membaca tulisan (di atas),
atau tali, “Ia akan mati dengan ini.”; pelanggaran dukkaṭa. “Saya “Saya mau mati (saja),” ia menyakiti dirinya; pelanggaran
akan mati dengan ini,” ia menyakiti dirinya; pelanggaran thullaccaya. thullaccaya. Ia meninggal; pelanggaran pārājika. ||4||
Ia mati; pelanggaran pārājika. ||7||
Lubang perangkap : ditujukan kepada orang, ia menggali lubang Obat-obatan , ia menawarkan gi atau mentega segar ( navanīta ) atau perangkap, “Setelah jatuh, ia akan mati.”; pelanggaran dukkaṭa.
minyak atau madu atau air tebu (gula), “Ia akan mati setelah Orang jatuh ke dalamnya; pelanggaran dukkaṭa. Saat jatuh, timbul
mencicipi ini.”; pelanggaran dukkaṭa. Timbul kesakitan ketika rasa sakit; pelanggaran thullaccaya. Ia (orangnya) mati; pelanggaran
mencicipi ini; pelanggaran thullaccaya. Ia mati; pelanggaran pārājika. pārājika. Tidak ditujukan kepada siapa-siapa, ia menggali lubang
perangkap, “Siapa saja yang jatuh, ia akan mati.”; pelanggaran
Penghadiran perwujudan : ia menghadirkan perwujudan yang tidak pelanggaran dukkaṭa. Saat menghidu itu, karena jijik dan muak, menyenangkan, “Setelah melihat (perwujudan) yang menakutkan
timbul perasaan menderita; pelanggaran thullaccaya. Ia mati; serta mengerikan ini, ia akan menjadi ketakutan dan mati.”;
pelanggaran pārājika. Ia menghadirkan aroma yang memikat hati, pelanggaran dukkaṭa. Ia menjadi ketakutan setelah melihat itu;
“Setelah menghidu ini, karena tidak mendapatkannya, ia menjadi pelanggaran thullaccaya. Ia mati; pelanggaran pārājika. Ia
layu hati lantas ia akan mati.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah menghadirkan perwujudan yang memikat hati, “Setelah melihat ini,
menghidu itu, karena tidak mendapatkannya, ia menjadi layu hati; karena tidak mendapatkannya, ia menjadi layu hati 100 lantas ia akan
pelanggaran thullaccaya. Ia mati; pelanggaran pārājika. mati.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah melihat itu, karena tidak mendapatkannya, ia menjadi layu hati; pelanggaran thullaccaya. Ia
Penghadiran rasa : ia menghadirkan rasa yang tidak menyenangkan, mati; pelanggaran pārājika.
“Setelah mencicipi (rasa) yang menjijikkan dan memuakkan ini, ia akan mati karena merasa jijik dan muak.”; pelanggaran dukkaṭa.
Penghadiran suara : ia menghadirkan suara yang tidak Saat mencicipi itu, karena jijik dan muak, timbul perasaan menderita; menyenangkan, “Setelah mendengar (suara) yang menakutkan serta
pelanggaran thullaccaya. Ia mati; pelanggaran pārājika. Ia mengerikan ini, ia akan menjadi ketakutan dan mati.”; pelanggaran
menghadirkan rasa yang memikat hati, “Setelah mencicipi ini, karena dukkaṭa. Ia menjadi ketakutan setelah mendengar itu; pelanggaran
tidak mendapatkannya, ia menjadi layu hati lantas ia akan mati.”; thullaccaya. Ia mati; pelanggaran pārājika. Ia menghadirkan suara
pelanggaran dukkaṭa. Setelah mencicipi itu, karena tidak yang memikat hati, “Setelah mendengar (suara) yang
mendapatkannya, ia menjadi layu hati; pelanggaran thullaccaya. Ia menyenangkan serta berkenan di hati ini, karena tidak
mati; pelanggaran pārājika.
mendapatkannya, ia menjadi layu hati lantas ia akan mati.”; pelanggaran dukkaṭa. Setelah mendengar itu, karena tidak