PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE UNTUK INDUSTRI TERTENTU

C. PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE UNTUK INDUSTRI TERTENTU

Setiap industri memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri yang membedakannya dari industri yang lain. Keunikan tersebut kadangkala membuat suatu aturan umum tidak dapat diberlakukan untuk industri tertentu. Menyadari hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), metamorfosis dari KNKCG, terdorong untuk menyusun Pedoman Good Corporate Governance (Pedoman GCG) untuk beberapa industri tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi panduan yang lebih akurat dan jelas bagi para pelaku bisnis. Hingga saat ini, telah disusun Pedoman GCG untuk 3 bidang industri sebagai berikut:

1. Perbankan

2. Asuransi

3. Dana Pensiun Adapun kekhasan Pedoman GCG untuk industri-industri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia (Indonesian Banking Sector Code)

Pedoman GCG Perbankan Indonesia diterbitkan pada Januari 2004 oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG). Industri perbankan merupakan highly regulated industry yang dalam pelaksanaan kegiatannya bergantung pada dana dan kepercayaan masyarakat. Dalam rangka mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia setelah terjadinya krisis perbankan 1997, diperlukan beberapa usaha penting, salah satunya adalah pelaksanaan good corporate governance. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diterbitkanlah Pedoman GCG Perbankan Indonesia sebagai pelengkap dari Pedoman Umum Good Corporate Governance, yang berlaku bagi bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang dijalankan secara konvensional maupun syariah.

Konsep, Prinsip dan Praktik GO OD CORPORATE GOVERNANCE 49

Sebagai sektor yang higly regulated, ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan menjadi sangat crucial, untuk itu dalam Pedoman GCG Perbankan Indonesia diatur mengenai fungsi Compliance Officer dalam bank. Khusus untuk bank yang dijalankan dengan prinsip syariah, ketaatan .terhadap prinsip syariah sebagaimana diatur dalam fatwa dan syariah Islam dilaksanakan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS merupakan badan independen..

2. Pedoman Good Corporate Governance Perasuransian Indonesia

Pedoman GCG Perasuransian Indonesia diterbitkan pada April 2006 oleh KNKG. Industri perasuransian yang memiliki karakteristik sebagai "bisnis kepercayaan" menjadi salah satu alasan utama bagi diterbitkannya Pedoman GCG bagi industri asuransi. Industri asuransi menghimpun dana dari masyarakat, khususnya dari pihak tertanggung/pemegang polis, dengan menjanjikan perlindungan. Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, perusahaan perasuransian harus memegang prinsip-prinsip asuransi, terutama utmost good faith, sekaligus melaksanakan good corporate governance.

Pedoman GCG Perasuransian Indonesia dimaksudkan untuk dijadikan acuan bagi perusahaan asuransi dan reasuransi dalam mengembangkan manual good corporate governance nya. Prinsip-prinsip good corporate governance utama yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kesetaraan dan kewajaran diterapkan secara taat asas dan berkesinambungan. Khusus untuk perusahaan asuransi dan reasuransi yang melakukan kegiatan usahanya berlandaskan prinsip syariah, prinsip-prinsip good corporate governance diterapkan dengan mengacu pada prinsip sidiq, tabliq, fathonah, dan amanah. Demikian juga, perusahaan perasuransian tersebut harus memiliki Dewan Pengawas Syariah, yang merupakan badan independen yang bertugas memastikan dipenuhinya prinsip-prinsip syariah.

Dikarenakan usaha asuransi dapat memiliki badan hukum berbentuk Usaha Bersama dan Koperasi, untuk istilah pemegang saham dalam Perseroan Terbatas digunakan istilah Anggota dalam Pedoman GCG ini. Begitu pula untuk Usaha Bersama dan Koperasi digunakan istilah Rapat Anggota (RA) atau Rapat Badan Perwakilan Anggota (RBPA) yang fungsinya sejalan dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi Perseroan Terbatas.

50 GO OD CORPORATE GOVERNANCE Konsep, Prinsip dan Praktik

3. Pedoman Good Corporate Governance Dana Pensiun

Berbeda dengan pedoman GCG untuk industri lainnya, Pedoman GCG untuk industri dana pensiun dituangkan dalam bentuk peraturan ketua Bapepam & LK. Sebagai lembaga dibawah Departemen Keuangan, Bapepam & LK membawahi Biro Dana Pensiun, yang merupakan regulator dan pengawas kegiatan dana pensiun di Indonesia. Pedoman tersebut yang disebut "Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun" diterbitkan pada Desember 2006.

Program pensiun dilaksanakan dengan pembentukan dana berupa iuran dari pemberi kerja (perusahaan) dan karyawan (peserta). Dalam industri dana pensiun terdapat 2 jenis lembaga pengelola dana pensiun yaitu: Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. DPPK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau iuran pasti bagi kepentingan karyawannya sebagai peserta. Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun khusus diperuntukkan bagi DPPK, dan mengatur semua pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan dana pensiun, yang meliputi: pendiri, mitra pendiri, dewan pengawas, pengurus, peserta, karyawan, pihak terkait, dan mitra bisnis lain.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Dana Pensiun yang Baik (Good Pension Fund Governance/GPFG) meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kesetaraan dan kewajaran. Prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar bagi pengaturan kedudukan, tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab, hak, dan kewajiban serta hubungan setiap pihak yang terkait dalam penyelenggaraan dana pensiun. Lebih lanjut, dalam GPFG disusun pula pedoman pelaksanaan GPFG yang bersifat lebih praktikal..