PENDEKATAN DALAM PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

A. PENDEKATAN DALAM PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip corporate governance, dapat digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut dapat berupa kombinasi dari pendekatan hukum dan penggunaan instrumen peraturan; atau penggunaan pedoman dan prinsip yang bersifat sukarela (voluntary). Pendekatan yang terakhir dapat didukung oleh kewajiban hukum atau peraturan berupa 'taati atau jelaskan' (comply or explain). Hasil penelitian OECD (2002) terhadap negara-negara anggotanya memperlihatkan bahwa penerapan prinsip-prinsip governance sangat bervariasi. Hal tersebut tergantung pada sejarah, tradisi, budaya, efisiensi sistem pengadilan, dan struktur politik negara serta tingkat perkembangan ekonominya.

Pendekatan penerapan prinsip yang didukung peraturan (principle-based laws), pada umumnya didukung oleh pedoman praktik yang dikehendaki secara detail. Penyusunan peraturan yang berisi persyaratan yang rinci dapat membuat pelaku pasar memiliki kecenderungan mencari celah aturan yang dapat dilanggar. Hal ini tentunya akan mengalihkan perhatian dari keharusan menaati kebijakan yang diterapkan menjadi sekedar mematuhi isi peraturan.

Dalam praktik, pendekatan principle-based laws dapat menyebabkan suatu negara tidak memerlukan seperangkat prinsip corporate governance karena isi dari prinsip-prinsip tersebut telah dicakup dalam peraturan perundang- undangan. Contoh negara yang menerapkan pendekatan semacam ini adalah Austria (OECD, 2002). Indonesia, termasuk negara yang mengadopsi pendekatan ini dalam penerapan prinsip governance. Meskipun KNKG menerbitkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, penerapan prinsip tersebut bersifat sukarela. Regulator pasar modal, dalam hal ini Bapepam & LK, yang memiliki kewenangan untuk meng-enforce peraturan, berpendapat bahwa isi prinsip-prinsip good corporate governance sudah diadopsi dalam peraturan-peraturan pasar modal yang ada, sehingga tidak diperlukan suatu aturan khusus tentang corporate governance.

Konsep, Prinsip dan Praktik GO OD CORPORATE GOVERNANCE 53

Penerapan pedoman atau prinsip secara sukarela dapat menjelaskan arah perubahan dan juga fakta bahwa tidak ada satu prinsip yang dapat diterapkan pada semua negara (one size does not fit all). Oleh karena itu, biaya untuk mematuhi prinsip dapat diharapkan cukup rendah dari pada bila prinsip diterapkan dalam bentuk peraturan. Disamping itu, banyak negara dapat mempersyarakan adanya laporan keuangan, transparansi, dan lainnya dalam bentuk peraturan, untuk mendukung penerapan prinsip secara voluntary. Pendekatan ini semakin banyak digunakan di banyak negara, seperti di: Australia, Belgia, Jerman, Italia, Korea, Belanda, Polandia, dan Portugal (OECD, 2002).

Dalam praktik, terdapat juga kecenderungan bagi regulator suatu negara untuk memilih suatu lembaga swasta untuk menyusun prinsip-prinsip corporate governance. Dengan demikian, regulator cukup menerima standar governance yang disusun pihak lain tersebut. Hal ini tentunya mengurangi sifat kesukarelaan penerapan prinsip tersebut, tetapi juga berarti memberikan legitimasi secara politis terhadap prinsip tersebut. Pendekatan semacam ini diterapkan oleh negara Jerman dan Inggris (OECD, 2002).

Implementasi prinsip governance secara sukarela diterapkan secara berbeda di berbagai negara. Pada sebagian negara, ketentuan " taati atau jelaskan" dilaksanakan dalam bentuk persyaratan pencatatan di bursa efek; namun terdapat ketidakjelasan apakah prinsip governance tersebut benar di-enforce atau hanya di monitor. Di beberapa negara lain, investor berpendapat bahwa mekanisme "taati atau jelaskan" memungkinkan manajemen perusahaan untuk tidak menerapkan suatu prinsip, tetapi cukup menjelaskan alasannya. Meskipun terdapat keraguan mengenai efektivitas penerapan prinsip secara sukarela, tetapi hal tersebut memungkinkan fleksibilitas dan dapat menghindari biaya yang besar dari penyusunan dan penegakan peraturan. Inggris melalui London Stock Exchange mengadopsi laporan yang dihasilkan oleh Cadbury Committee sebagai prinsip corporate governance. Prinsip tersebut diterapkan berdasarkan mekanisme "taati atau jelaskan", dan kemudian dimintakan verifikasi dari auditor.