34. Pencapaian Kinerja Program KIA
Tabel 7.34. Pencapaian Kinerja Program KIA
TARGET KESENJA NO
PENCAPAIAN
KINERJA PROGRAM
NGAN 2010
2010 KES % I PENYELENGAGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Cak. Kunjungan Bumil K1 97.7 94.8 93 95 - 0.2 - Cakp.kunjungan Bumil K4
89.3 90.3 87 90 + 0.3 - Cakp.pertolongan persalinan oleh
87.8 90.6 85 88 + 2.6 Bidan/ Nakes yang memiliki kompetensi kebidanan
- Cakupan ibu hamil, bersalin, 50.30 77.8 90 60 + 17.8 nifas dengan komplikasi yang ditangani (PK)
- Cakupan Pelayanan Ibu Nifas 54.88 90.6 50 84 + 6.6 (KF 1) - Cakupan Pelayanan Ibu Nifas
79.7 77.4 87 84 - 6.6 (KF 3) - Cakupan deteksi Bumil Resiko
17.2 15.6 20 20 - 4.4 tinggi - Bumil Resti yang dirujuk
100 - 87,2 - Persalinan yang ditolong dukun
- - Cakupan. Kunjungan Neonatus
85 86 - 3.4 Lengkap
- Cakupan neonatal dengan 88.46 97.3 85 89 + 8.2 komplikasi yang ditangani - Cakupan Kunjungan Bayi
TARGET KESENJA NO
KINERJA PROGRAM 2010 NGAN 2010
- Cakupan Pelayanan Kesehatan 53.19 79.71 60 78 + 1.7 Anak Balita - Cakp.Bayi BBLR yang ditangani
100 - % PUS yang menjadi peserta KB
- Bayi mendapat ASI Eksklusif
80 - 1.06
2 Pely. Kesehatan Anak Pra Sekolah Dan Usia Sekolah
- Cakp. DDTK Anak Balita dan Pra 53.9 79.7 80 80 - 0.3 Sekolah - Cak Skreening murid SD
100 - 7.1 - Cak Skreeining remaja (SMP)
88.5 92.4 80 80 + 12.4 - Cak Skreening remaja (SMU)
............................................................................................................... Dari tabel diatas terlihat bahwa pencapaian kinerja program K1, K4, Kunjungan Neonatus (KN), Persalinan oleh Tenaga Kesehatan/Nakes (PN), Komplikasi kebidanan yang ditangani, Pelayanan Nifas 1, Neonatus komplikasi yang ditangani, Pelayanan kesehatan bayi, Pelayanan kesehatan balita sudah mencapai target yang ditetapkan untuk tahun 2010 (K4 = 90.3 %, KN = 90.3%, dan PN = 90.6%, PK 77.8 %, Cakupan Pelayanan Ibu Nifas 1 (90,6%), Neonatus komplikasi yang ditangani 97.3 %, Pelayanan kesehatan bayi 90.1 %, Pelayanan kesehatan balita 79.7 %). Hal ini disebabkan karena sudah mulai adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan pemantauan wilayah setempat antara Puskesmas dengan Bidan Praktek Swasta (BPS) yang berpraktek di wilayah kerja Puskesmas, sehingga kunjungan K1, K4, KN, KF, PN, PK, PF terpantau dan terlaporkan dengan lebih baik.
Namun untuk kunjungan nifas lengkap masih belum mencapai target (-6.6 %). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya follow up sampai habis masa nifas, begitu juga dengan cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi masih belum mencapai target (- 4.4 %), dan masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun sebanyak 3 orang. Hal ini disebabkan Namun untuk kunjungan nifas lengkap masih belum mencapai target (-6.6 %). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya follow up sampai habis masa nifas, begitu juga dengan cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi masih belum mencapai target (- 4.4 %), dan masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun sebanyak 3 orang. Hal ini disebabkan
Cakupan ibu hamil resiko tinggi (resti) yang dirujuk, dari 3127 orang bumil resti yang dideteksi, baru 12,8% yang dirujuk. Sementara 87,2% masih ditangani oleh Puskesmas dan BPS. Hal ini dikarenakan adanya faktor penolakan dari pasien untuk dirujuk ke sarana yang lebih lengkap, yang disebabkan dengan berbagai alasan, terutama alasan ekonomi dan keluarga.
Dari tabel 3 juga terlihat bahwa cakupan ASI Eksklusif masih belum mencapai target (- 1.06 %). Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran ibu-ibu yang memiliki bayi, terutama ibu yang bekerja dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Promosi ASI Eksklusif kalah bersaing dengan promosi susu formula, dan mudahnya mendapatkan susu formula bayi di pasaran tanpa ada aturan-aturan yang mengikat serta masih kurangnya dukungan dari atasan bagi ibu-ibu bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, juga karena masih kurangnya kualitas pelaksanaan kelas ibu hamil.
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak Balita juga belum mencapai target (- 0.3 %). Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya Alat Permainan Edukatif (APE) dan belum tersosialisasikannya DDTK ke semua pembina wilayah serta belum semua petugas KIA Anak dilatih SIDDTK sehingga pelaksanaan dan hasilnya belum maksimal.
Selain DDTK Anak Balita, pada tabel juga terlihat bahwa cakupan skreening anak SD juga belum mencapai target (- 7.1 %). Hal ini disebabkan karena adanya anak SD yang tidak masuk sekolah saat skreening dilakukan.