Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
7.3.1. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
A. IMUNISASI
Pelayanan imunisasi dilaksanakan di seluruh unit pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Dokter dan Bidan praktek swasta dengan sasaran bayi, ibu hamil dan calon pengantin (WUS ) . Jumlah sasaran imunisasi untuk bayi adalah 18.240, sasaran Ibu Hamil adalah 20.094, dan sasaran WUS adalah 207.736 dengan target kontak I (K4) yaitu 90 % dan kontak lengkap (K4) yaitu 80 %.
Pencapaian imunisasi kontak pertama untuk BCG cukup bagus yaitu 97 % naik dibanding tahun 2009 ( 95,4 %.) tetapi turun sedikit dibanding tahun 2008 ( 98,8 % ) dan tahun 2007 ( 111,6 % ) . Sedang pencapaian kontak pertama HB uniject 0-7 hari masih rendah dari target yang diharapkan yaitu baru 71,4 % naik dibanding tahun 2009 ( 40,2 % ) . Kurangnya pencapaian ini disebabkan karena beberapa hal antara lain Pencapaian imunisasi kontak pertama untuk BCG cukup bagus yaitu 97 % naik dibanding tahun 2009 ( 95,4 %.) tetapi turun sedikit dibanding tahun 2008 ( 98,8 % ) dan tahun 2007 ( 111,6 % ) . Sedang pencapaian kontak pertama HB uniject 0-7 hari masih rendah dari target yang diharapkan yaitu baru 71,4 % naik dibanding tahun 2009 ( 40,2 % ) . Kurangnya pencapaian ini disebabkan karena beberapa hal antara lain
Untuk Kontak lengkap polio 4 sebesar 91,1 % naik dibanding tahun 2009 ( 87,3 % ) dan tahun 2008 ( 89,5 % ) . Sedangkan untuk kontak lengkap campak sebagai indikator UCI sama dengan pencapaian polio 4 yaitu sebanyak 91.1 % naik dibanding tahun 2009 ( 90,8 %) , dan tahun 2008 ( 90,1 % ) .
Pada 2010 100 % kelurahan mencapai UCI yaitu sebanyak 104 kelurahan, naik dibanding tahun 2009 ( 87, % ) , dan tahun 2008 (83,6 % ). Untuk lebih jelasnya hasil imunisasi BCG bisa dilihat trend pencapaian dari tahun 2006 - 2010 seperti pada grafik dibawah ini .
Grafik 7.4. : Trend Cakupan Imunisasi Kontak Pertama BCG Di Kota
Padang Tahun 2006 – 2010
Grafik 7.5.: Trend Cakupan Imunisasi Kontak Pertama DPTHB 1 Di
Kota Padang Tahun 2006 – 2010
Grafik 7.6. : Trend Cakupan Imunisasi Kontak Lengkap DPTHB 3 Di Kota Padang Tahun 2006 – 2010
Grafik 7.7. : Trend Cakupan Imunisasi Kontak Lengkap Campak Di
Kota Padang Tahun 2006 – 2010
Grafik 7.8 :Trend Cakupan Kelurahan UCI Di Kota Padang Padang Tahun 2006 – 2010 TREND CAKUPAN KELURAHAN UCI DI KOTA
PADANG TAHUN 2006 - 2010
TH 2006
TH 2007
TH 2008
TH 2009
TH 2010
B. BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS)
BIAS dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu BIAS Campak yang diberikan hanya untuk murid kelas 1 SD dan yang sederajat, dan DT / TT untuk kelas 1 s/d klas III.
Kegiatan BIAS Campak ini dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru pada bulan Agustus. Target atau sasaran untuk BIAS Campak tahun 2010 sebanyak 17526 murid dengan hasil pencapaian sebanyak 15520 ( 88.4 % ) naik dibanding tahun 2009 ( 84,2 % ) tetapi masih dibawah pencapaian tahun 2008 ( 92 % ) . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.9 : Trend Cakupan BIAS Campak Kota Padang Tahun 2006 - 2010
BIAS DT / TT dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar / MI se Kota Padang dengan sasaran murid kelas satu sampai kelas tiga. Imunisasi DT diberikan pada murid kelas satu dengan jumlah sasaran 17334 dan BIAS DT / TT dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar / MI se Kota Padang dengan sasaran murid kelas satu sampai kelas tiga. Imunisasi DT diberikan pada murid kelas satu dengan jumlah sasaran 17334 dan
Grafik 7.10 : Trend Cakupan BIAS DT / TT Kota Padang Tahun 2006 – 2010
C. GERAKAN SERENTAK IMUNISASI CAMPAK DAN POLIO
Tahun 2010 dilaksanakan kampanye campak dan polio di Kota Padang yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi / anak dari penyakit campak serta polio dengan target cakupan minimal 95 %. Pelaksanaan kampanye campak ini dilaksanakan Tahun 2010 dilaksanakan kampanye campak dan polio di Kota Padang yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap seluruh bayi / anak dari penyakit campak serta polio dengan target cakupan minimal 95 %. Pelaksanaan kampanye campak ini dilaksanakan
Gerakan serentak imunisasi campak dan polio ini dilaksanakan di setiap Posyandu di seluruh wilayah Kota Padang dengan sasaran untuk campak sebanyak 61337 orang dengan pencapaian sebanyak 59334 orang ( 96,8 % ) dan sasaran polio sebanyak 72855 orang dengan pencapaian sebanyak 70519 orang ( 96,7 % ).
D. PEMERIKSAAN KESEHATAN & VAKSINASI MENINGITIS CALON JEMAAH HAJI (CJH).
Dalam rangka meningkatkan dan memelihara kesehatan CJH, setelah melakukan pemeriksaan pertama di Puskesmas, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kedua dan Vaksinasi meningitis di Dinas Kesehatan Kota. Jumlah CJH Kota Padang tahun 2010 sebanyak 975 orang,turun dibanding tahun 2009 ( 1275 jemaah )dan tahun 2008 ( 1142 jemaah ) . Jemaah terbanyak adalah perempuan 591 orang ( 60 ,6 % ) dan laki – laki sebanyak 384 orang ( 39,3 % ) . Jemaah resiko tinggi lebih banyak dibanding dengan yang sehat yaitu 50.9 %. Kelompok umur terbanyak adalah 50- 59 tahun sebanyak 444 orang ( 45,5 % ) , disusul kelompok 40-49 tahun sebanyak 202 orang ( 20,7 % ) . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini .
Grafik 7.11 : Trend Jumlah Jemaah Haji Kota Padang
Tahun 2006 - 2010
E. RABIES
Populasi anjing yang cukup tinggi di Kota Padang, mengakibatkan tingginya kasus gigitan dari Hewan Penular Rabies ( HPR ) ini. Untuk pencegahan terjadinya penyakit rabies, disamping
dilakukan pemeliharaan dan vaksinasi secara rutin dan berkala terhadap HPR tadi, pada setiap kasus gigitan HPR diberikan VAR `sesuai dengan protap yang ada, dimana apabila HPR bisa diobservasi, dilakukan observasi selama 14 hari. Bila hewan tersebut menderita rabies, akan mati dalam beberapa hari setelah menggigit, maka penderita harus diberikan VAR. Namun bila HPR tidak bisa diobservasi karena hilang, maka penderita yang digigit HPR juga diberikan VAR. Untuk Pemberian SAR melihat tempat luka/ besar/luas luka gigitan. Pada luka yang besar dan banyak dilakukan pemeliharaan dan vaksinasi secara rutin dan berkala terhadap HPR tadi, pada setiap kasus gigitan HPR diberikan VAR `sesuai dengan protap yang ada, dimana apabila HPR bisa diobservasi, dilakukan observasi selama 14 hari. Bila hewan tersebut menderita rabies, akan mati dalam beberapa hari setelah menggigit, maka penderita harus diberikan VAR. Namun bila HPR tidak bisa diobservasi karena hilang, maka penderita yang digigit HPR juga diberikan VAR. Untuk Pemberian SAR melihat tempat luka/ besar/luas luka gigitan. Pada luka yang besar dan banyak
Kasus Rabies pada tahun 2010 berdasarkan laporan Puskesmas dan RS sebanyak 208 kasus turun dibanding tahun 2009 sebanyak 400 kasus turun dibandingkan tahun 2008 sebanyak 535 kasus dan tahun 2007 ( 427 kasus ). Yang mendapatkan VAR, sebanyak 93 kasus. Sedangkan kasus positif rabies tahun 2010 sebanyak 2 kasus dan kedua kasus tersebut meninggal dunia. Kasus 2010 ini naik dibanding 2009 dimana terdapat 1 kasus tetapi turun dibanding tahun 2008 sebanyak 6 kasus.
Grafik 7.12 : Perbandingan Kasus Rabies oleh HPR dan Yang Di VAR Di Kota Padang Tahun 2006 - 2010 PERBANDINGAN KASUS RABIES DAN YANG DI VAR DI KOTA PADANG TAHUN 2006 - 2010
Th 2006
Th 2007
Th 2008
Th 2009
Th 2010
HPR VAR
Grafik 7.13: Perbandingan Kasus Positif Rabies Dengan Kasus Meninggal
Di Kota Padang Tahun 2006 - 2010
PERBANDINGAN KASUS POSITIF RABIES DENGAN KASUS MENINGGAL DI KOTA PADANG
TAHUN 2006 - 2010
F. P2-DBD
Pada awal tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 1045 kasus dengan 2 kematian , ini turun dibanding tahun 2009 ( 1586 kasus ) dan tahun 2008 ( 1219 kasus dengan 6 kematian ) . Kasus terbanyak terjadi pada bulan Januari ( 240 ) kasus dan Februari ( 181 kasus), sedangkan kasus yang paling sedikit terjadi pada bulan Desember sebanyak 20 kasus. Kasus terbanyak terjadi pada wilayah Puskesmas Belimbing sebanyak 149 , di ikuti Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 125 kasus, dan Puskesmas Andalas 87 kasus . Kasus yang paling sedikit terjadi pada Puskesmas Bungus sebanyak 7 kasus. Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping itu tetap di sarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan PSN di rumah maupun kelurahan masing – masing .
Dari jumlah kasus diatas bisa dihitung CFR nya yaitu 0,19 % dari jumlah kasus, dengan insidens rate nya 122 / 100.000 penduduk.
Grafik 7.14 : Perbandingan Kasus DBD Dengan Kasus Meninggal
Di Kota Padang Tahun 2006 - 2010
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN DBD TH DI KOTA PADANG TAHUN 2001 - 2010
KASUS MNGL
Sedangkan perbandingan jumlah kasus pola maximal dan minimal DBD Tahun 2006 - 2010 di Kota Padang dapat dilihat pada grafik dibawah ini .
Grafik 7.15 : Pola Max – Min Tahun 2006 – 2010 dan Kasus DBD di Kota Padang Tahun 2010
POLA MAX-MIN TH 2006- 2010 DAN KASUS DBD TH 2010 DI KOTA PADANG
MAX
MIN KS TH 10
JAN FEB MAR
APR
MAI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT NOV DES
Dan Perbandingan kasus DBD untuk tahun 2009 dan 2010 adalah seperti grafik dibawah ini :
Grafik 7.16 : Perbandingan Kasus DBD Tahun 2009 dan 2010
PERBANDINGAN KASUS DBD TAHUN 2009 - 2010
DI KOTA PADANG
Salah satu kegiatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit DBD adalah dengan melakukan PSN DBD secara berkesinambungan pada wilayah kerja Puskesmas masing - masing. Dengan kegiatan ini diharapkan tempat perkembang biakan
nyamuk aedes aegypti
bisa dikurangi yang pada akhirnya tidak ada
tempat untuk berkembang biak nyamuk a edes aegepty.
Pemeriksaan Jentik Berkala dilaksanakan oleh Kader secara berkala ke rumah-rumah penduduk sambil memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD dan pencegahannya, yang dikoordinir oleh petugas puskesmas. Agar penyakit DBD ini tidak menimbulkan wabah/KLB maka diharapkan lebih dari 95 % rumah yang ada harus bebas dati jentik nyamuk aedes.
Pada tahun 2010 dilakukan PJB pada 104 kelurahan diseluruh wilayah Puskesmas di Kota Padang. Abatisasi bertujuan untuk Pada tahun 2010 dilakukan PJB pada 104 kelurahan diseluruh wilayah Puskesmas di Kota Padang. Abatisasi bertujuan untuk
Untuk memutus mata rantai penularan DBD pada daerah kasus, dilakukan fogging focus di lokasi tempat tinggal penderita dengan radius 200 meter. Tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi. Untuk tahun 2010 dilakukan sebanyak 1045 focus turun dibanding tahun 2009 ( 1607 ) focus.
G. MALARIA
Kasus penyakit malaria di Kota Padang sampai saat ini masih ada. Dari hasil diagnosa di Puskesmas lebih banyak banyak ditemui sebagai kasus malaria klinis artinya pada saat pasien berobat ke Puskesmas kondisi demam pasien sudah berkurang sehingga tidak dilakukan pemeriksaan darah tebal. Jumlah kasus yang didiagnosa sebagai malaria klinis adalah sebanyak 239 kasus, naik dibanding tahun 2009 ( 24 kasus ) dan tahun 2008 ( 13 kasus ). Sedangkan kasus positif malaria sebanyak 187 kasus , turun dibanding tahun 2009 ( 195 kasus ) . Untuk lebih jelasnya bisa dilihat perbandingan kasus malaria klinis dengan malaria positif 5 tahun terakhir seperti grafik berikut .
Grafik 7.17: Perbandingan Kasus Malaria Klinis Dengan Malaria Positif di Kota Padang Tahun 2006 – 2010.
Grafik 7.18: Cakupan Penemuan Malaria Positif Puskesmas Kota Padang Tahun 2010.
H. DIARE
Penyakit Diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke Puskesmas diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus diare dengan pengobatan yang rasional. Pada tahun 2010, jumlah kasus diare rawat jalan di Puskesmas adalah sebanyak 13.130 kasus dengan Insidens Rate 15.3 /1000 penduduk turun dibanding tahun 2009 ( 17.483 kasus) dengan Insidens Rate 16.9 / 1.000 penduduk dan tahun 2008 ( 14.168 kasus ). Sedangkan kelompok umur terbanyak adalah > 5 tahun sebanyak 5.966 kasus ( 45,4 % ) dan dibawah lima tahun sebanyak 6.015 kasus ( 45,8 % ), menyusul kasus pada bayi 2.168 kasus (16,5 % ). Jumlah penderita diberi oralit sebanyak 12.149 kasus , yang berarti tidak semua kasus diberi oralit. Jumlah kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Lubuk Buaya, diikuti Puskesmas Air Dingin dan Padang Pasir.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini .
Grafik 7.19: Data penderita Diare di Kota Padang Tahun 2010
Grafik 7.20: Data Balita Penderita Diare di Kota Padang Tahun 2010
Grafik 7.21: Perbandingan Kasus Penderita Diare di Kota Padang
Tahun 2006 - 2010
#,-+ +-+(
I. ISPA
Penyakit ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) sampai saat ini masih menempati urutan tertinggi dalam pola sepuluh penyakit terbanyak. Penanganan kasus ISPA di Puskesmas disesuaikan dengan protap penanganan yang sudah baku dan rasional. Jumlah kunjungan Penyakit ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) sampai saat ini masih menempati urutan tertinggi dalam pola sepuluh penyakit terbanyak. Penanganan kasus ISPA di Puskesmas disesuaikan dengan protap penanganan yang sudah baku dan rasional. Jumlah kunjungan
Grafik 7.22: Jumlah Kasus ISPA di Kota Padang Tahun 2010 G R AF IK IS P A K OT A P ADANG TAHUN 2010
Grafik 7.23: Jumlah Kasus Balita Dengan Pneumoni di Kota Padang
Tahun 2006 - 2010
!"# $"% &'(& "% '&)*+'" +% ( ', )'
)'
&'- . " '
Grafik 7.24: Jumlah Kasus Balita Dengan Pneumoni Menurut Puskesmas di Kota Padang Tahun 2010
G R A F IK B AL IT A P NE UMONIA K OT A P A DA NG
T A HUN 2010
Grafik 7.25: Jumlah Kasus ISPA / ILI Menurut Golongan Umur di
Kota Padang Tahun 2010
J. KUSTA
Penemuan penderita kusta baru tahun 2010 sebanyak 1 kasus, sama dengan jumlah kasus tahun 2009, turun dibanding tahun 2008 ( 2 kasus ) dimana kasus tersebut adalah kusta MB. Dari jumlah kasus Penemuan penderita kusta baru tahun 2010 sebanyak 1 kasus, sama dengan jumlah kasus tahun 2009, turun dibanding tahun 2008 ( 2 kasus ) dimana kasus tersebut adalah kusta MB. Dari jumlah kasus
K. TB PARU
Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai / suspek TB Paru yang berobat ke sarana kesehatan. Perkiraan penderita TB Paru BTA ( + ) 16/1000 penduduk. Cakupan penemuan penderita TB Paru BTA ( + ) tahun 2010 adalah sebanyak 853 kasus ( 62 % ) dari 1376 BTA ( + ) yang diperkirakan, naik dibanding tahun 2009 ( 56,5 % ) dan tahun 2008 ( 52 % ). Sedangkan untuk kasus TB Paru kambuh ditemukan sebanyak 25 kasus naik dari tahun 2009 ( 21 kasus ) dan turun dibandingkan tahun 2008 sebanyak
29 kasus . Angka kesembuhan sebanyak 71,4 %, dengan error rate < 5 %. Untuk angka konversi adalah 80,3 %. Naik dibanding angka kesembuhan untuk penderita baru TB Paru BTA ( + ) tahun 2008 yaitu sebanyak 349 penderita ( 62,8 % ) . Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik berikut ini .
Grafik 7.26 : Proporsi Suspect Yang diperiksa Dahaknya Menurut Puskesmas di Kota Padang Tahun 2010
Tabel 7.27 : Proporsi BTA Positif Dibanding Suspect Yang diperiksa Dahaknya Di Kota Padang Tahun 2010
LB Y AD PG M UK SP PM NG
C L PP
AN B AL
D PH RW KRJ LBG AT L
BL
LU KI BG AM
PD RS G+ PD
Grafik 7.28 : Data Konversi TB Paru Puskesmas di Kota Padang Tahun 2010
DATA KONVERSI KOTA PADANG PROPORSI BTA + DIBANDING SUSPEK YANG DIPERIKSA TAHUN 2010 TRIWULAN I TAHUN 2009 DI KOTA PADANG
Grafik 7.29 : Data Kesembuhan TB Paru di Kota Padang Tahun 2010
PROPORSI BTA + DIBANDING SUSPEK YANG DIPERIKSA
TRIWULAN I DI PUSKESMAS DATA KESEMBUHAN KOTA PADANG TAHUN 2009 DI KOTA PADANG TAHUN 2010
L LB Y N G AT SP U K
G C PP G R S PH KR S
AD J
LP
D KI
AN
LU
AM
AL BG
LB
PG
BL
PM
PD G +R PD
Grafik 7.30 : Data CDR TB Paru di Kota Padang Tahun 2010
L. HIV AIDS
Dari data yang terkumpul , kasus HIV mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data kasus didapat dari laporan rumah sakit. Tahun 2010 tidak dilakukan sero survey . Dari laporan rumah sakit tercatat 59 kasus HIV dengan 7 kasus meninggal. Ini naik dibanding tahun 2009 (
51 kasus ) dan tahun 2008 ( 44 kasus ) . Kasus terbanyak ditemui pada kelompok wiraswasta, menyusul rumah tangga dan karyawan. Pada suku minang terdapat 94,9 % dari seluruh kasus HIV di Kata Padang untuk tahun 2010.
Grafik 7.31 : Distribusi Kasus HIV AIDS Menurut Puskesmas
di Kota Padang Tahun 2008 - 2010 DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN PUSKESMAS
DI KOTA PADANG TAHUN 2008 S/D TAHUN 2010
Grafik 7.32 : Distribusi Kasus HIV AIDS Menurut Puskesmas
di Kota Padang Tahun 2010
JUMLAH PENDERITA AIDS KOTA PADANG BERDASARKAN PEKERJAAN TAHUN 2010
WIRAS RT KARYA PNS BURUHNARAP WAN TDK DIK LAIN-LA SOPIRMHS/PE TNI/PO TDK BE SENIM TENAG WASTA
IDANA ETAHU IN/TATO I LAJAR LRI
KERJA AN/ART IS A PRO FESION AL
Grafik 7.33 : Distribusi Kasus HIV AIDS Berdasarkan Suku
di Kota Padang Tahun 2010
DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN SUKU DI KOTA PADANG TAHUN 2010
WNA MINANG BTW/JAWA 56 BTK/ACEH CINA
Grafik 7.34 : Jumlah Penderita HIV AIDS Berdasarkan Faktor Resiko
di Kota Padang Tahun 2010
JUMLAH PENDERITA AIDS KOTA PADANG BERDASARKAN
FAKTOR RESIKO TAHUN 2010
HETERO HETERO/NAPZA
HOMO
PERINATAL
TDK DIKETAHUI/TATOO
M. FILARIASIS
Tahun 2010 ditemukan 5 kasus filariasis di Kota Padang. Kasus ini ditemukan setelah dilakukan pengobatan massal di seluruh Puskesmas di Kota Padang. Hal ini turun dibanding tahun 2009 ( 6 kasus ) dan sama dengan jumlah kasus tahun 2008 ( 5 kasus ) .
Untuk pengobatan massal filaria pada seluruh kecamatan di Kota Padang . telah dilatih kader sebanyak 2.520 orang. Jumlah sasaran pengobatan 685.452 penduduk yang berusia diatas 2 tahun , tidak dalam keadaan sakit berat dan hamil. Hal ini naik dibanding sasaran tahun 2009 ( 671.573 orang ). Sedangkan yang ditunda pemberian obatnya sebanyak 118.994 penduduk.
Grafik 7.35 : Hasil Pengobatan Massal Filariasis
di Kota Padang Tahun 2008 – 2010
HASIL PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS KOTA PADANGTAHUN 2008 S/D 2010
Th 2008
Th 2009
Th 2010
Grafik 7.36 : Cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Kota Padang Tahun 2010
CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL KOTA PADANG TAHUN 2010
Grafik 7.37 : Kumulatif Kasus Filariasis di Kota Padang Tahun 2010 K UMUL AT IF K AS US F IL AR IAS IS P E R K E C AMAT AN DI K O T A P ADANG S AMP AI T AHUN 2010
15 8 9 10 K AS U S
EG U H I S
U N G G A B A A NG
RU
NG T
B H A IM
RA
LO
NJ
A N A D NG
TA
A TA G A R A LU
P A LU
NG
S EL N A N
P A A D A D NG
O TO