Sikap Petani Di Lokalitas Percontohan Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

(1)

SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP

PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA

(Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH DARMA YANTI 050304023/ AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP

PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA

(Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH DARMA YANTI 050304023/ AGRIBISNIS

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(Ir. Thomson Sebayang, MT) (Ir. Luhut Sihombing, MP

)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani di lokalitas perconcohan terhadap program agropolitan Sumatera Utara.

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian terpilih di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dengan pertimbangan Kecamatan Merek yang berada di Kabupaten Karo merupakan pusat kawasan agropolitan Sumatera Utara, dan Desa Nagalingga yang berada di Kecamatan Merek merupakan salah satu desa lokalitas percontohan agropolitan. Adapun analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriftif dengan menjelaskan yaitu dengan melihat data perkembangan realisasi program agropolitan di daerah penelitian,dan untuk mengukur sikap petani di lokalitas percontohan dianalisis dengan teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) dan ekonomi (luas lahan, katersediaan tenaga kerja, total pendapatan keluarga) petani di lokalitas percontohan dengan program agropolitan. Adapun hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Realisasi program agropolitan di lokalitas percontohan desa Nagalingga Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian bantuan berupa pemberian pupuk, bibit, dan obat-obatan. Dan juga telah dilakukan kegiatan pembangunan seperti perbaikan jalan menuju usaha tani dan pembangunan pengembangan SDM petani yang dimaksudkan untuk mendukung dan meningkatkan pengelolaan usahatani sehingga kesejahteraan petanipun bisa meningkat.

2. Sikap petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program agropolitan adalah sebanyak 18 orang (60 %) dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 12 orang (40%).

3. Dari hasil analisis diketahui bahwa hampir seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani tidak menunjukkan adanya hubungan, hanya salah satu faktor sosial yaitu tingkat kosmopolitan yang menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani terhadap program agropolitan yang didukung pula oleh tingkat keeratan hubungan yang termasuk kategori cukup kuat.


(4)

RIWAYAT HIDUP

DARMA YANTI, lahir di Kuala Simpang pada tanggal 16 Desember 1987

anak dari Bapak Abdullah Syam. dan Ibu Salbiah. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Negeri 04 Kuala Simpang, tamat tahun 1999. 2. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Kuala Simpang,

tamat tahun 2002.

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 01, tamat tahun 2005. 4. Tahun 2005 diterima di Departemen Agribisnis di Universitas Sumatera Utara


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus: Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)”.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Bapak Ir. Thomson Sebayang MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari banyak meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Ibu Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengajari, dalam menyelesaikan skripsi ini.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi saya di kampus.

• Seluruh Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

• Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya pegawai Departemen SEP Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Abdullah Syam dan ibunda Salbiah atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama


(6)

menjalani kuliah, tak lupa kepada para kakanda Nurul Wahyuni dan atas semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis angkatan 2005 khususnya Iska, Vina dan Rossiana yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di FSMM SEP, serta sahabat-sahabat yang terus berjuang dijalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ...1

Identifikasi Masalah ...6

Tujuan Penelitian ...6

Kegunaan Penelitian ...7

TINJAUAN PUSTAKA ...8

Tinjauan Pustaka ...8

Landasan Teori ...13

Kerangka Pemikiran ...18

Hipotesis Penelitian ...21

METODOLOGI PENELITIAN ...22

Metode Penentuan Daerah Sampel ...22

Metode Penarikan Sampel...22

Metode Pengumpulan Data...23

Metode Analisis Data ...23

Defenisi dan Batasan Operasional ...28

Defenisi ...28


(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL ...30

Deskripsi Daerah Penelitian...30

Luas dan Letak Geografis ...30

Keadaan Penduduk ...31

Sarana dan Prasarana ...32

Karakteristik Sampel...32

Umur ...33

Tingkat Pendidikan Formal ...33

Tingkat Kosmopolitan ...34

Luas Lahan ...34

Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga ...34

Total Pendapatan Keluarga ...34

HASIL DAN PEMBAHASAN ...35

Realisasi Program Agropolitan di Lokalitas Percontohan ...35

Sikap Petani di Lokalitas Perercontohan Terhadap Program Agropolitan ...40

Hubungan Karakteristik Antara Sosial Ekonomi Petani dengan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan. ...57

KESIMPULAN DAN SARAN ...73

Kesimpulan ...73

Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Lokalitas Percontohan Agropolitan dan komoditas unggulan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ...25 2. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasis...25 3. Variabel dan Parameter Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan ...26 4. Jumlah Penduduk di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek Tahun

2009...31 5. Jenis Sarana yang terdapat di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek ...32 6. Karakteristik Sampel Petani di Daerah Penelitian…....……...………33 7. Realisasi Program Agropolitan Sumatyera Utara di Lokalitas Percontohan. .38

8. Sikap Petani di Lokalitas Percontohan Terhadap Program AgropolitanSumatera Utara...40

9. Umur dan Sikap Petani Terhadap Program AgropolitanSumatera Utara ...58 10. Hasil Analisis Hubungan Antara Umur dengan Sikap Petani Terhadap

Program Agropolitan Sumatera Utara melalui Metode Rank Spearman ...58 11. Tingkat Pendidikan Formal dan Sikap Petani Terhadap Program

AgropolitanSumatera Utara ...60 12. Hasil Analisis Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani

Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara melalui Metode Rank

Spearman ...61 13. Tingkat Kosmopolitan dan Sikap Petani Terhadap Program

AgropolitanSumatera Utara ...62 14. Hasil Analisis Hubungan Antara Tingkat Kosmopolitan dengan Sikap

Petani Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara melalui Metode


(10)

15. Luas lahan Petani dan Sikap Petani Terhadap Program

AgropolitanSumatera Utara ...65 16. Hasil Analisis Hubungan Antara Luas Lahan Petani dengan Sikap Petani

Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara melalui Metode Rank

Spearman ...65 17. Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Sikap Petani Terhadap

Program AgropolitanSumatera Utara ...67 18. Hasil Analisis Hubungan Antara Ketersediaan Tenaga Kerja dalam

Keluarga dengan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara melalui Metode Rank Spearman ...67 19. Total Pendapatan Keluarga Petani dan Sikap Petani Terhadap Program

AgropolitanSumatera Utara ...69 20. Hasil Analisis Hubungan Antara Total Pendapatan Keluarga Petani

dengan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan Sumatera Utara


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Delapan Kabupaten KADTBB-SU beserta luas wilayahnya ...9 2. Skema Kerangka Pemikiran...20


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Skor Sikap Serta Skor Perilaku Petani Terhadap Program Agropolitan

2. Pernyataan Untuk Variabel Tingkat Kosmopolitan

3. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tingkat Kosmopolitan 4. Skor Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tingkat Kosmopolitan 5. Pendapatan Keluarga Petani Sampel

6. Pernyataan Positif Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan 7. Pernyataan Negatif Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan.

8. Skor Jawaban Terhadap Pernyataan Positif Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan

9. Skor Jawaban Terhadap Pernyataan Negatif Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan

10. Total Skor Jawaban Terhadap Pernyataan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan

11. Nilai T Skala Sikap Jawaban Responden Terhadap Program Agropolitan 12. Frekuensi Jawaban Pernyataan Positif Mengenai Sikap Petani di Lokalitas

Percontohan Terhadap Program Agropolitan

13. Frekuensi Jawaban Pernyataan Negatif Mengenai Sikap Petani di Lokalitas Percontohan Terhadap Program Agropolitan


(13)

14. Hasil Analisis Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan Mode Rank Spearman

15. Nilai Korelasi Rank Spearman dan Sig. 2-tiled dengan Analisis Rank Spearman Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan.


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani di lokalitas perconcohan terhadap program agropolitan Sumatera Utara.

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian terpilih di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dengan pertimbangan Kecamatan Merek yang berada di Kabupaten Karo merupakan pusat kawasan agropolitan Sumatera Utara, dan Desa Nagalingga yang berada di Kecamatan Merek merupakan salah satu desa lokalitas percontohan agropolitan. Adapun analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriftif dengan menjelaskan yaitu dengan melihat data perkembangan realisasi program agropolitan di daerah penelitian,dan untuk mengukur sikap petani di lokalitas percontohan dianalisis dengan teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) dan ekonomi (luas lahan, katersediaan tenaga kerja, total pendapatan keluarga) petani di lokalitas percontohan dengan program agropolitan. Adapun hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Realisasi program agropolitan di lokalitas percontohan desa Nagalingga Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian bantuan berupa pemberian pupuk, bibit, dan obat-obatan. Dan juga telah dilakukan kegiatan pembangunan seperti perbaikan jalan menuju usaha tani dan pembangunan pengembangan SDM petani yang dimaksudkan untuk mendukung dan meningkatkan pengelolaan usahatani sehingga kesejahteraan petanipun bisa meningkat.

2. Sikap petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program agropolitan adalah sebanyak 18 orang (60 %) dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 12 orang (40%).

3. Dari hasil analisis diketahui bahwa hampir seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani tidak menunjukkan adanya hubungan, hanya salah satu faktor sosial yaitu tingkat kosmopolitan yang menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani terhadap program agropolitan yang didukung pula oleh tingkat keeratan hubungan yang termasuk kategori cukup kuat.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dinamika pembangunan di sektor pertanian, dari waktu ke waktu terus berkembang dengan cepat dan kompleks. Program pembangunan di sektor pertanian dititikberatkan pada agribisnis dan ketahanan pangan. Pengembangan agribisnis tidak mengenal batas–batas administrasi wilayah, sehingga sudah waktunya strategi pengembangan sistem dan usaha agribisnis ditingkatkan menjadi strategi yang mensinergikan pengembangan agribisnis dengan pendekatan wilayah.

Diperlukan perhatian yang lebih serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk membangun dan mengembangkan sistem pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah dengan membentuk kawasan agropolitan di lokasi-lokasi strategis yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (Pantjasilanto,2009).

Konsep agropolitan merupakan konsep yang dikembangkan sebagai siasat dalam pengembangan pedesaan. Konsep ini pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan (Firman, 2007).

Agropolitan merupakan sistem manajemen dan tatanan terhadap suatu kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian. Kawasan agropolitan merupakan kawasan di sekitar kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis.

Pembangunan pedesaan melalui konsep agropolitan merupakan pengembangan suatu kawasan yang terdiri dari beberapa desa atau kecamatan yang


(16)

mempunyai pusat-pusat pelayanan setara kota. Pengembangan agropolitan merupakan suatu pendekatan pembangunan di pedesaan melalui prinsip pengembangan wilayah (melibatkan penataan ruang, kelembagaan, infrastruktur dan permodalan), keterpaduan dan pemberdayaan masyarakat (Anonimous, 2003).

Kawasan agropolitan ini nantinya juga mampu melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitar. Sehingga kawasan agropolitan adalah kawasan pertanian atau kawasan di sekitar kota pertanian yang mempunyai potensi dikembangkan usaha pertanian maupun pasca panen pertanian untuk menyangga kebutuhan pangan kota besar dan sekaligus meningkatkan nilai tambah produk pertanian (Pantjasilanto, 2009).

Migrasi penduduk selama ini lebih banyak disebabkan kurangnya sarana penunjang dan infrastruktur yang ada di desa. Melalui konsep agropolitan yang menata desa menjadi suatu pusat kegiatan ekonomi berbasis pertanian dengan memperkuat keterkaitan sistem agribisnis yang didukung dengan pembangunan fasilitas penunjangnya, diharapkan mampu menciptakan suatu “desa kota” yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan khususnya para petani. Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan ekonomi setiap hari. Pusat pelayanan dikembangkan pada setingkat desa, sehingga dekat dengan


(17)

pemukiman petani, sehingga ada peningkatan akses baik pelayanan mengenai teknik budidaya pertanian, informasi pasar, serta kebutuhan penunjang agribisnis lainnya.

Sejak tahun 2002 Program Agropolitan telah dicanangkan sebagai model Pembangunan Pertanian di 8 kabupaten di Indonesia yang cepat berkembang menjadi 61 kabupaten/kota pada tahun 2003 dan menjadi sekitar 200 kabupaten/kota pada tahun 2006. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan upaya untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian dengan memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, non pertanian dan jasa penunjang serta keterkaitan spasial antara kawasan pedesaan dan perkotaan (Simanjuntak, 2008).

Peranan agropolitan adalah antara lain untuk melayani kawasan industri pertanian disekitarnya di mana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain adalah berupa: input sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alat–alat pertanian dsb), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik, dsb) dan sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi, dsb). Dengan adanya peningkatan akses kepada faktor–faktor produksi dan pemasaran tersebut maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil, sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar.

Pusat Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) sudah ditentukan dalam Master Plan Agropolitan Sumatera Utara adalah Kecamatan Merek yang berada di Kabupaten Karo. Pusat kawasan ini ditentukan berdasarkan pertimbangan strategisnya lokasi, yaitu berada di pertengahan dari seluruh kawasan


(18)

KADTBB sehingga dapat di akses dari seluruh kabupaten dengan cukup mudah (Bappeda Kabupaten Karo, 2006).

Untuk menindak lanjuti implementasi program agropolitan ini pada tingkat kabupaten dan kota wilayah agropolitan Sumatera Utara, maka pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan lokalitas percontohan di kecamatan–kecamatan terpilih di setiap kabupaten, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Lokalitas Percontohan Agropolitan dan komoditas unggulan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Komoditi Unggu lan

1 Karo Merek Desa Nagalingga • Kopi

• Kentang

2 Dairi Sitinjo Kelurahan Panji

Dabutar •

Kopi

• Jeruk

3 Simalungun Silimakuta Kelurahan Seribu

Dolok Harangan Sidua-dua

• Kentang

• Kopi Arabika 4 Tapanuli Utara

Siborong-borong

Kelurahan

Hutabulu •

Kemenyan

• Kulit Manis

• Kentang

5 Toba Samosir Lumban

Julu

Kelurahan

Sionggang •

Kopi Arabika

• Kemiri

• Bawang

Merah 6 Pakpak Bharat Siempat

Rube

Kelurahan

Siempat Rube 1 •

Kentang

• Cabai


(19)

7 Humbang Hasundutan

Dolok Sanggul

Kelurahan Sielang • Kopi Arabilka

• Kemenyan

• Jeruk

8 Samosir Harian Kelurahan

Partungkot Naginjang

• Mangga

• Kulit Manis

• Cengkeh Sumber : Bappeda Propinsi Sumatera Utara

Program agropolitan di Sumatera Utara telah berjalan walaupun belum secara keseluruhan, di mana petani merupakan salah satu subjek pelaku program agropolitan. Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana Sikap Petani di Lokalitas Percontohan Terhadap Program Agropolitan tersebut. Untuk itulah penelitian ini dilakukan di Desa Nagalingga Kecamatan Merek Kabupaten Karo, yang menetapkan salah satu lokasi lokalitas percontohan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1) Bagaimana realisasi program agropolitan yang dilaksanakan di lokalitas percontohan?

2) Bagaimana sikap petani di lokalitas percontahan terhadap program agropolitan? 3) Bagaimana hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani di lokalitas


(20)

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan maka penelitian ini ditujukan untuk:

1) Menjelaskan bagaimana realisasi program agropolitan yang dilaksanakan di lokalitas percontohan.

2) Menjelaskan bagaimana sikap petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan.

3) Menjelaskan bagaimana hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani di lokalitas percontohan dengan sikap petani terhadap program agropolitan.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah Kabupaten Karo serta instansi terkait lainnya dalam meningkatkan pembangunan agropolitan di Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Karo. 2) Sebagai referensi atau informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Pembangunan agropolitan merupakan wilayah terpadu melalui pembangunan sektor pertanian primer dalam arti luas (pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan, kehutanan) pemasaran dan sektor jasa penunjang dalam satu kelompok pembangunan. Pengembangan agropolitan bukanlah membangun kota-kota baru di wilayah pertanian, melainkan menjadikan kota di wilayah pertanian pedesaan secara keseluruhan. Pengembangan agropolitan juga bukan menggantikan budaya agraris dengan budaya industri, melainkan memodernisasikan budaya agraris menjadi budaya industri (Anonimous, 2007).

Dalam upaya mempercepat pembangunan pedesaan yang berbasis agribisnis serta meningkatkan daya saing produk-produk pertanian yang dihasilkan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan dukungan Pemerintah Pusat, khususnya Departemen Pertanian, dan departemen terkait lainnya sepakat untuk mempromosikan pengembangan kawasan agropolitan di Sumatera Utara. Untuk tahap pertama, pengembangan kawasan dimulai di Dataran Tinggi Sumatera Utara yang mencakup Kabupaten Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Simalungun, Pematang Siantar, Tapanuli

Utara, Humbang Hasundutan, Samosir dan Toba Samosir (BPS Sumatera Utara, 2007).


(22)

Gbr 1. Delapan Kabupaten KADTBB-SU beserta luas wilayahnya

Penetapan kawasan tersebut didasari dengan nota kesepakatan antara lima Bupati yang dikenal dengan Kesepakatan Berastagi yang ditandatangani tanggal 28 September 2002. Setelah adanya pemekaran beberapa kabupaten yang mengakibatkan bertambahnya tiga kabupaten di kawasan ini maka pada tanggal 11 April 2005 ditandatangani pernyataan kesepakatan bersama delapan Sekda kabupaten yang terdapat di kawasan ini. Untuk mempercepat implementasi, Gubernur Sumatera Utara membentuk Kelompok Kerja (POKJA) dan TIM TEKNIS Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.050/1467.K, Tanggal 3 Desember 2002 dan diperbaharui dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.050/286.K tentang Pembentukan Badan Koordinasi dan Tim Teknis Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara, tanggal 26 April 2005 (BPS Sumatera Utara 2007).


(23)

Hal-hal pokok dalam Program Agropolitan Sumatera Utara dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan kawasan lokalitas dan pusat lokalitas dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2. Penentuan komoditi unggulan dalam setiap kawasan lokalitas, bahkan dalam setiap desa.

3. Membuat pengembangan sistem agribisnis komoditi unggulan untuk jangka waktu panjang (10 – 25 tahun) untuk wilayah kabupaten.

4. Membuat skenario atau road map pengembangan setiap komoditi unggulan yang meliputi produktivitas, jenis bibit unggul, biaya produksi, harga jual, dan pendapatan per ha atau per unit usahatani.

5. Dalam pengembangan sistem agribisnis komoditi unggulan, semua hal perlu dijelaskan secara terperinci, apa yang telah ada, apa yang dibutuhkan, bagaimana strategi, serta kebijakan pengembangannya yaitu 4 subsistem kegiatan utama dan subsistem jasa penunjang (Simanjuntak S.B, 2008).

Komponen utama pembentuk kawasan agropolitan adalah: lokalitas agropolitan, pusat lokalitas, distrik agropolitan, serta pusat kawasan yang mana masing-masing memiliki karakteristiktik tersendiri (Bappeda Karo, 2006).

Lokalitas agropolitan merupakan unit terkecil dari suatu kawasan agropolitan yang berfungsi sebagai kawasan sentra produksi, sedangkan pusat lokalitas adalah merupakan kota ataupun desa yang dapat dijadikan pusat pelayanan, misalnya ibukota kecamatan atau kota kecil, jika belum ada kota maka salah satu desa dapat


(24)

dijadikan sebagai pusat lokalitas yang dapat dicapai dari seluruh daerah sentra produksi pertanian (lokalitas) dengan alat transportasi yang ada dalam waktu 1-3 jam.

Syarat-syarat dari lokalitas agropolitan adalah sebagai berikut:

a. Suatu hamparan lahan pertanian (satu desa atau beberapa desa dalam bentuk klutser) dengan luas 1000–1500 Ha, memiliki kesamaan agroekosistem dengan jenis komoditas unggulan tertentu yang sudah berkembang atau yang akan dikembangkan.

b. Memiliki usahatani individu, teorganisir dalam kelompok-kelompok tanaman sehamparan.

c. Memiliki usaha kelompok/koperasi yang bergerak dalam pengadaan bibit pupuk, dan mesin pertanian, usaha grading dan standarisasi, serta usaha packaging dan sortasi.

d. Memiliki sistem kelembagaan dan organisasi kerjasama sehamparan dalam sistem pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta sistem manajemen mutu.

e. Memiliki kelembagaan dan sistem penyuluhan agribisnis.

f. Memiliki lembaga keuangan mikro, dan atau jaringan ke perbankan. g. Memiliki sumber teknologi dan jaringan informasi pasar.

h. Memiliki jalan antar usahatani dan jalan penghubung ke daerah lain, irigasi, teknologi pengairan dan transportasi pedesaan.


(25)

Tujuan utama pengembangan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara adalah tercapainya target pendapatan sebesar US$ 3,000 per kapita / tahun, pada tahun 2016 melalui skenario atau “road map” yang harus ditempuh sebagai berikut:

1) Peningkatan produktivitas

2) Peningkatan areal luas yang diusahakan petani

3) Peningkatan usaha pengolahan (diversifikasi vertikal)

4) Penurunan biaya produksi

5) Peningkatan atau penciptaan bagian pendapatan/keuntungan yang dapat diperoleh petani dan kegiatan off farm (pengolahan dan pemasaran) melalui koperasi dan kemitraan.

(Anonimous, 2008).

Landasan Teori

Pada dasarnya, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu (Agro = pertanian), dan (Politan/Polis = kota), sehingga secara umum program agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari berbagai pengertian sebagai berikut:

Agropolitan (Agro = pertanian: Politan = kota) adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan


(26)

pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya, kawasan agropolitan, terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada.

Agropolitan merupakan konsepsi kesisteman yang utuh, terintegrasi, dan bersifat multi sektor, terdiri atas subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani, subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa-jasa penunjang. Karena itu pembangunan dengan pendekatan agropolitan sering disebut pembangunan pertanian padesaan yang didukung pembangunan industri dan jasa. Kota–kota yang berkembang adalah rural-urban di mana karakteristik rural (pedesaan) dan karakteristik urban (perkotaan) terintegrasi secara harmonis (Anugrah, 2003).

Sikap adalah respon evaluatif terhadap suatu situasi dan kondisi yang dapat bersifat positif ataupun negatif, perasaan suka ataupun perasaan tidak suka terhadap suatu objek (Azwar, 2005).

Sikap adalah reaksi perasaan individu terhadap objek, pariwisata, orang, atau ide-ide tertentu. Sikap merupakan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang relatif mantap (Anonimous, 2008).

Sikap juga didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.

Menurut banyak ahli psikologi, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau


(27)

memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Dengan kata lain dikatakan bahwa sikap adalah sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2005).

Jadi, pengertian sikap ini bisa dibedakan menjadi dua bentuk yaitu, sikap dalam bentuk fisik dan sikap dalam bentuk nonfisik. Sikap dalam bentuk fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik. Sikap dalam bentuk non fisik, yang juga sering disebut mentalis, merupakan gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan dan mengendalikan setiap tindakannya; tidak dapat dilihat dan sulit dibaca (Suit dan Almasdi, 2006).

Mengukur sikap atau perilaku seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya, pada suatu kotinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu objek sikap tertentu (Mueller, 1996).

Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka indivitu tersebut akan cenderung membantu atau memuji atau mendukung objek tersebut, jika indinidu bersikap negatif, maka individu tersebut akan cenderung untuk mengganggu, atau menghukum atau merusak objek tersebut (Krech dkk,1996).

Pengamatan terhadap indikator sikap sewaktu individu berkesempatan untuk mengungkap sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan ”yakin” atau “tidak yakin” (Azwar,1995).

Keragaman sikap diantara angota-anggota kelompok suatu kelompok budaya sebagian besar disebabkan oleh kenyatan bahwa anggota kelompok tersebut ternyata


(28)

mempunyai keyakinan yang sama mengenai objek, orang, peristiwa, ataupun masalah (Krech dkk,1996).

Melalui sikap kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang tidak nyata yang mungkin akan dilakukan seorang individu dalam kesehariannya (Rahmadani, 2008).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep persepsi, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang menyangkut perasaan individu terhadap objek, sikap dan menyangkut masalah emosi, dan komponen perilaku (konatif) merupakan kecenderungan berperilaku atau bertingkah laku. (Rahayuningsih, 2008).

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap, dan secara ilmiah sikap dapat diukur, di mana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka (Azwar, 2005).

Para petani dalam kemampuannya menerima pemberitahuan atau hal – hal yang baru sifatnya tidak sama atau akan sangat tergantung kepada keadaan status sosial, ekonomi, psikologis serta tingkat pengetahuan dan pendidikannya. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian–pengertian yang dapat mengubah cara berfikir; cara bekerja dan cara hidupnya. Petani yang berusia lanjut akan bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra,1991).


(29)

Berbeda dengan petani yang berusia muda bahwa petani yang berusia tua (di atas 50 tahun) cenderung lebih konservatif dalam menyikapi perubahan (Soetrisno, 1999).

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama. Sedangkan seseorang yang berfikiran tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).

Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi sikap petani adalah tingkat kosmopolitan. Menurut Roegers dan Soemakers (1989), pandangan petani akan semakin kosmopolitan didukung jika sering berhubungan dengan orang luas, tingkat kosmopolitan didukung oleh fasilitas tranportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas sehingga proses masuknya ide–ide baru lebih mudah.

Derajat kosmopolitan tinggi yaitu melakukan mobilitas dengan cepat pergi ke sana ke mari untuk memperoleh informasi (Soekartawi, 1999)

Menurut Rogers (1983), banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara indeks adopsi dan ciri–ciri sosial individu. Adapun indeks adopsi individu beberapa diantaranya adalah: pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, sikap yang lebih berkenaan terhadap perubahan, sikap yang lebih berkenaan terhadap pendidikan, intelegensi, partisipasi sosial, kosmopolitanisme, keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan tentang inovasi.


(30)

Variabel ini telah diteliti di berbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara sedang berkembang yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil penelitian yang mencolok hampir di semua bidang.

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian (Kartasapoetra, 1991).

Hubungan antara nilai–nilai individu dan sikap individu itu tidaklah sederhana. Dalam satu hal, sejauh mana berbagai sistem nilai individu membentuk perkembangan dan pengaturan sikap tampaknya merupakan fungsi dari keterpusatan nilai. Jika bagi seorang ini merupakan nilai sentral (pusat) maka sikap kelompok minoritas dapat bersifat sama nilainya dengan kelompok mayoritas. Sikap–sikap yang selaras dengan sikap–sikap lain dalam suatu kumpulan seyogyanya relatif lebih mudah bergerak ke arah yang selaras dibandingkan dengan sikap–sikap yang tidak selaras dengan sikap–sikap lain. Teori keseimbangan memperkirakan bahwa suatu sikap yang dalam keadaan yang tidak seimbang dengan sikap lain dalam suatu kumpulan akan bergerak cenderung menurut arah yang akan menyeimbangkan sistem tersebut (Krech dkk, 1996).

Kerangka Pemikiran

Pogram pembangunan kawasan agropolitan adalah salah satu bentuk rencana pembangunan yang berorientasi pada pembangunan wilayah melalui pusat pelayanan dan pusat produksi berbasis sistem agribisnis dan agroindustri. Program ini telah


(31)

dicanangkan sejak tahun 2002 lalu, dengan tujuan utama Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara pada Tahun 2016 mencapai target sebesar US$ 3,000 per kapita per tahun dengan cara membuat skenario atau “road map” yang harus ditempuh antara lain melalui: peningkatan produktivitas, peningkatan areal luas yang diusahakan petani, peningkatan usaha pengolahan (diversifikasi vertikal), penurunan biaya produksi, dan peningkatan atau penciptaan bagian pendapatan/keuntungan yang dapat diperoleh petani dan kegiatan off farm (pengolahan dan pemasaran) melalui koperasi dan kemitraan.

Dalam implementasi program agropolitan tersebut memunculkan sikap petani yang bervariasi sesuai apa yang dialami masing-masing petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan tersebut yang dipangaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat cosmopolitan, dan faktor ekonomi seperti luas lahan pertanian yang dimiliki, ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan total pendapatan keluarga, di mana sikap petani terhadap program agropolitan merupakan bentuk dari aksi dan reaksi ataupun respon terhadap stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif.


(32)

Secara skematis, kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

Gbr 2. Skema Kerangka Berfikir

Keterangan : : Menyatakan Hubungan : Menyatakan Proses

Program Agropolitan

Petani

Faktor sosial:

• Umur

• Tingkat pendidikan formal

• Tingkat kosmopolitan Faktor Ekonomi:

• Luas Lahan

• Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga

• Total Pendapatan

Sikap Petani

Negatif Positif


(33)

Hipotesis Penelitian.

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran dapat diidentifikasikan beberapa hipotesis yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut:

1) Sikap petani terhadap program agropolitan adalah positif

2) Ada hubungan antara karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) dan ekonomi (luas lahan, katersediaan tenaga kerja, total pendapatan keluarga) petani di lokalitas percontohan dengan program agropolitan.


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun, M, 1995). Lokasi penelitian terpilih di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dengan pertimbangan Kecamatan Merek yang berada di Kabupaten Karo merupakan pusat kawasan agropolitan Sumatera Utara, dan Desa Nagalingga yang berada di Kecamatan Merek merupakan salah satu desa lokalitas percontohan agropolitan.

Metode Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang bermukim dan melakukan kegiatan usahataninya di Desa Nagalingga. Penduduk Desa Nagalingga berjumlah 137 KK, terdiri dari 122 KK adalah petani, dan 15 KK bukan petani. Jumlah sampel ditentukan sebanyak 30 orang petani (25% dari populasi) dengan pertimbangan populasi bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling (Sampling Acak Sederhana) yakni sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun, M, 1995).


(35)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekuder. Data primer diperoleh dari keluarga dan anak petani di lokalitas percontohan melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Kantor Kepala Desa Nagalingga, Kantor Kecamatan Merek, dan instansi-instansi terkait lainnya serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini (Pabundu, M, 2006).

Metode Analisis Data

1. Untuk tujuan 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat data perkembangan realisasi program agropolitan di daerah penelitian.

2. Untuk tujuan 2 dianalisis dengan teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif: Sangat Yakin (SY) diberi skor 5, Yakin (Y) diberi skor 4, Ragu-ragu (R) diberi skor 3, Tidak Yakin (TY) diberi skor 2, Sangat Tidak Yakin (STY) diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif: Sangat Yakin (SY) diberi skor 1, Yakin (S) diberi skor 2, Ragu-ragu (R) diberi skor 3, Tidak Yakin (TY) diberi skor 4, Sangat Tidak Yakin (STY) diberi skor 5.


(36)

Pengukuran sikap petani sampel terhadap program agropolitan adalah dapat digunakan dengan menggunakan rumus Likert yaitu:

T = 50 + 10

[

]

s x x

Keterangan :

T = Skor standart x = Skor responden

x = Skor rata-rata responden s = Deviasi standart skor kelompok Kriteria Pengujian :

T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif T < 50 = Sikap petani sampel negatif

(Azwar, 2005).

3. Untuk tujuan 3 dianalisis dengan Rank Spearman, dengan rumus:

Berdasarkan perhitungan nilai rs yang nantinya didapat melalui analisis di atas, maka akan diperkirakan kekuatan korelasinya. Berikut adalah tabel interpretasi terhadap nilai r hasil analisis korelasi:

Tabel 2. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi

Interval Nilai r* Interpretasi

0,001 – 0,200 Korelasi Sangat lemah

0,201 – 0,400 Korelasi Lemah

0,401 – 0,600 Korelasi Cukup Kuat

0,601 – 0,800 Korelasi Kuat

0,801 – 1,000 Korelasi Sangat Kuat

*)Interpretasi berlaku untuk nilai positif maupun negatif (Triton, 2006).


(37)

Pada uji dua arah (sig. 2-tailed), dengan alat bantu SPSS (Statistic Product and Service Solution):

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Sig < (0.05)………..H0 ditolak, H1 diterima Sig > (0.05)………..H0 diterima, H1 ditolak (Sugiyono, 2008).

Dimana :

H1 : Ada hubungan antara karakteristik faktor sosial dan faktor ekonomi dengan sikap petani terhadap program agropolitan.

H0 : Tidak ada hubungan antara karakteristik faktor sosial dan faktor ekonomi dengan sikap petani terhadap program agropolitan.


(38)

Tabel 3. Variabel dan Parameter Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan.

NO Variabel Parameter

1. Sub Sistem Agribisnis

Hulu a. Pupuk

b. Bibit c. Alsintan

d. Tenaga Kerja

1. Ketersediaan pupuk (jenis dan volume

2. Jaminan mutu pupuk 3. Jaminan harga pupuk

1. Ketersediaan bibit

1. Ketersediaan alsintan 2. Jaminan kualitas alsintan

1. Peningkatan mutu dan keterampilan tenaga kerja pertanian

2. Sub Sistem Produksi a. Lahan

b. Budidaya

1. Meningkatnya perluasan areal tanam

1. Meningkatnya penerapan teknologi budidaya yang baru

2. Meningkatnya produktivitas

3. Menurunnya biaya produksi dan lebih efisien

3 Sub Sistem Pengolahan

Hasil

1. Ada produk olahan dari bahan baku segar

2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani di bidang


(39)

pengolahan hasil

3. Munculnya usaha-usaha baru di bidang industri pengolahan hasil 4. Bertambahnya pendapatan usaha

keluarga petani

4 Sub Sistem Pemasaran 1. Meningkatnya jumlah produk yang dipasarkan diluar sentra produksi (ekspor)

2. Adanya jaminan pasar dan

kontinuitas jumlah produk yang dipasarkan

3. Adanya jaminan dan stabilitas harga produk yang dipasarkan

4. Meningkatnya standarisasi kualitas dari produk yang dipasarkan

5. Semakin kuatnya posisi tawar petani

6. Semakin terbukanya informasi

tentang pemasaran hasil

5 Subsistem Penunjang 1. Semakin mudahnya transportasi

mengangkut hasil produksi dan sarana produksi

2. Semakin meningkatnya kegiatan penyuluhan pertanian


(40)

3. Semakin meningkatnya akses bantuan permodalan

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Program adalah suatu kumpulan tindakan yang akan dilaksanakan, yang didalamnya terdapat tahap-tahap kegiatan yang dibutuhkan dalam bentuk perencanaan tindakan.

2. Program yang diteliti adalah program agropolitan, yaitu program pembangunan kota dan kawasan pertanian, di mana kota berfungsi melayani daerah sekitarnya (hinterland) dan daerah sekitarnya adalah merupakan wilayah pertanian atau kawasan daerah sentra produksi pertanian

3. Sikap petani adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri petani dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka, kepositifan dan kenegatifan terhadap suatu obyek yaitu program agropolitan.

4. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu.


(41)

5. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung membenci, menjauhi keberadaan objek tertentu.

6. Lokalitas agropolitan merupakan unit terkecil dari suatu kawasan agropolitan yang berfungsi sebagai kawasan sentra produksi.

7. Tingkat kosmopolitan merupakan tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan keluar serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan media elektronik.

8. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah ditempuh petani yang dinyatakan dalam tahun.

9. Tenaga kerja adalah tenaga yang dihitung dari banyaknya anggota keluarga yang masuk dalam usia produktif 15 tahun – 64 tahun.

10. Total pendapatan adalah hasil yang diperoleh seluruh anggota keluarga petani dari usahatani dan di luar usahatani dalam satu tahun yang dijawab responden dalam kuisioner.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian berada di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

2. Tahun penelitian adalah tahun 2010.

3. Responden penelitian adalah petani yang bermukim dan melakukan kegiatan usahataninya di Desa Nagalingga.


(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan ini merupakan kawasan sentra produksi pertanian, yang pada tahun 2006 kawasan ini ditetapkan sebagai pusat kawasan agropolitan Sumatera Utara mengingat strategisnya lokasi, yaitu berada di pertengahan dari seluruh Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan sehingga dapat di akses dari seluruh kabupaten dengan cukup mudah.

a. Luas dan Letak Geografis

Desa Nagalingga terletak di jalan raya Medan – Sidikalang yang memilki luas wilayah adalah ± 550 Ha, dan mempunyai jarak dari Kota Merek ± 5 Km. Desa Nagalingga berjarak ± 25 Km dari Kota Kaban Jahe. Desa Nagalingga terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 1.400 – 1.500 m di atas permukaan laut, dengan kontur tanah beragam, yaitu: datar, miring, dan berbukit, dan dengan agroekosistem yaitu lahan kering. Desa Nagalingga mempunyai tipe iklim yaitu B (Schmid – Ferguson) dengan suhu berkisar antara 15°C – 25C°, dan rata–rata curah hujan Desa Nagalingga yaitu 1613 mm/tahun.

Secara administratif, Desa Nagalingga memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :


(43)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pancurbatu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pangambatan - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pangambatan - Sebelah Barat berbatasan dengan hutan lindung

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Nagalingga menurut data yang diperoleh dari kantor Kepala desa adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek Tahun 2009 Jumlah Jiwa

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah Total (jiwa)

Banyaknya KK (Kepala Keluarga)

304 282 586 137

Sumber : Kantor Desa Nagalingga, Kecamatan Merek Tahun 2009

Menurut pengakuan Kepala Desa, ada 122 kepala keluarga adalah bermata pencaharian sebagai petani, dan 15 kepala keluarga bermata pencaharian bukan petani petani, sebagian ada yang bermata pencaharian pedangang, pegawai Negeri Sipil dan lainnya.


(44)

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Nagalingga adalah sebagai berikut: Tabel 5. Jenis Sarana yang terdapat di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek

Jenis Sarana Jumlah (Unit)

Gereja 2

Poliklinik desa 1

Jembatan 1

Jambur 1

Industri aspal 1

Rumah kasa (tomat) 1

Kantor Kepala Desa 1

Jumlah keseluruhan (unit) 8

Sumber : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek 2010

Tabel di atas menunjukkan jenis dan banyaknya jumlah sarana yang ada di daerah penelitian. Dimana kondisi fisik sarana dan prasarana tersebut tidak terlalu baik dan bagus.

Jalan yang menghubungkan satu rumah dengan rumah yang lainnya adalah merupakan jalan aspal kurang lebih sepanjang 1,5 km. Jalan menuju lokasi usahatani masih jalan bebatuan tapi telah ada perbaikan. Bisa dipastikan sebagian besar kampung ini, baik rumah serta bangunan-bangunan lain, masih terbuat dari papan dan kayu, tentu pemandangan yang sangat memprihatinkan dan tidak layak huni. Selain itu, kondisi lingkungan juga kurang terpelihara.

Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik petani yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik petani meliputi umur,


(45)

tingkat pendidikan, luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan pendapatan keluarga. Secara lebih jelas karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Karakteristik Sampel Petani di Daerah Penelitian

NO. Karakteristik Sampel

Petani Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 25 – 57 37,2

2. Luas Lahan Ha 0,25 – 5 1,2

3. Tingkat Pendidikan Tahun 0 – 17 8,53

4. Tingkat Kosmopolitan Skor 12 – 27 19,3

5. Jumlah Tenaga Kerja HKP/Hari 1- 6,6 2

6. Pendapatan Rupiah/Tahun 10.200.000 –

64.800.000 24.660.000

Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 1.

Umur

Umur petani sampel berpengaruh pada pengelolaan usahataninya. Pada tabel 6 diketahui bahwa umur petani sampel berkisar antara 27 – 57 tahun dengan rataan sebesar 37,2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata–rata umur petani sampel masih tergolong usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk mengusahakan usahataninya.

Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani


(46)

dalam hal menerima dan menyerap teknologi dan informasi untuk mengoptimalkan usahataninya. Rata-rata tingkat pendidikan formal petani adalah 8,533 tahun dengan rentang 0 – 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata–rata petani sampel tergolong tamatan Sekolah Dasar.

Tingkat Kosmopolitan

Tingkat kosmopolitan sebagai ukuran keterbukaan petani terhadap dunia luar. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa skor rata-rata tingkat kosmopolitan petani sampel sebesar 19,3 dengan rentang skor 12–27. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kosmopolitan petani sampel adalah sedang.

Luas Lahan

Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa luas lahan petani sampel adalah berkisar antara 0,25 – 5 Ha, dengan rataan 1,2 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel tidak mempunyai lahan yang luas dalam pengelolaan usahatani.

Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga yang dihitung adalah anggota keluarga yang dalam usia produktif. Tabel 6 menunjukkan tenaga kerja keluarga yang tersedia pada petani sampel berkisar antara 1–6,6 HKP per hari dengan rataan 2 HKP per hari.


(47)

Total Pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga yang diperoleh petani sampel dapat mempengaruhi petani dalam mengelola usahataninya. Total pendapatan keluarga petani sampel berkisar antara Rp. 10.200.000; sampai Rp. 64.800.000; dengan rata- rata Rp. 24.660.000; per tahun atau Rp. 2.055.000; per bulan. Dari rataan tersebut diketahui bahwa petani sampel telah dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari karena pendapatan tersebut telah melebihi Upah Minimum Kota Medan (Rp.850.000; per bulan).


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Realisasi Program Agropolitan di Lokalitas Percontohan

Pelaksanaan kegiatan pembangunan untuk pengembangan program agropolitan di lokalitas percontohan dalam hal ini adalah Desa Nagalingga dilakukan berupa pemberian bantuan sarana produksi, dan pembangunan prasarana. Realisasi program agropolitan di Desa Nagalingga Kecamatan Merek Kabupaten Karo dilihat berikut ini:

A. Bantuan: Sarana Produksi: Tahun 2007: 1. Bibit jeruk: 6600 batang

2. Bibit jagung: 245 kg 3. Insektisida: 20 liter 4. NPK: 4000 kg

5. Pupuk kandang: 15 ton Tahun 2008: 1. Bibit kentang: 5 ha

2. Bibit ketela rambat: 10 ha

(Sumber : Dinas Pertanian Prov.Sumatera Utara)

B. Berupa Pembangunan: Prasarana

1. Perbaikan jalan menuju lahan usaha tani


(49)

Berdasarkan uraian di atas diketahui bagaimana realisasi program agropolitan di daerah penelitian. Jika dilihat dari 5 (lima) sub sistem agribisnis (sub sistem agribisnis hulu, sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil, sub sistem pemasaran dan sub sistem penunjang), baru ada dua sub sistem yang telah direalisasikan melalui program agropolitan saat ini, yaitu sub sistem agribisnis hulu dan sub sistem penunjang.

Dengan kata lain untuk sub sistem agribisnis hulu telah dilakukan pemberian bantuan berupa bibit, pupuk, dan obat- obatan, sedangkan pada sub sistem penunjang telah dilakukan pembangunan berupa perbaikan jalan dan pembangunan SDM yaitu: dengan pemberian pelatihan-pelatihan, penyuluhan mengenai pengelolaan usaha tani dan informasi-informasi mengenai pemasaran. Pada dasarnya sumber daya manusia yang berperan dalam agribisnis adalah merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan agribisnis. Untuk itu pengembangan mutu sumber daya manusia terkait dengan program agropolitan harus ditingkatkan.

Bantuan ini diberikan kepada masing–masing kelompok tani, tetapi tidak semua petani atau kelompok tani mendapatkan bantuan, hanya beberapa kelompok tani saja yaitu: kelompok tani Prima Muda dan kelompok tani Prima Jaya. Hal ini desebabkan karena jumlah bantuan yang tersedia belum mencukupi kebutuhan seluruh petani atau seluruh kelompok tani yang ada di Desa Nagalingga.

Petani mengatakan bahwa, bantuan yang diberikan sangatlah bermanfaat, terutama dalam usaha taninya. Dengan adanya bantuan yang diberikan tersebut petani bisa mengurangi biaya produksi dalam pengelolaan usahataninya. Petani


(50)

sangat berharap bantuan yang diberikan dapat terus berlagsung dan diberikan secara merata.

Berikut ini diperlihatkan perkembangan luas tanam dan produktivitas tanaman hortikultura dan perkebunan di lokalitas percontohan:

Tabel 7. Perkembangan luas tanam dan produktivitas tanaman hortikultura dan perkebunan di lokalitas percontohan.

No Jenis

Komoditi

Luas Tanam (Ha) Produktivitas (Kg/Ha/Th)

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 Kentang 228 235 266 13.923 12.746 13.854

2 Kopi 1.112 1.159 1.218 4.922,33 1.945,84 1.925,8

Sumber: Pemerintah Kabupaten Karo.

Dari tabel 7 diketahui perkembangan luas tanam kentang dan kopi mangalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2009 yaitu pada tahun 2007 luas tanam tanaman kentang adalah seluas 228 Ha dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 266 Ha (bertambah 38 Ha). Demikian pula pada tanaman kopi yaitu pada tahun 2007 luas tamannya 1.112 Ha dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.218 Ha (bertambah 106 Ha). Keadaan ini berbeda dengan perkembangan produktivitas tanaman kentang dan kopi yang cenderung menurun. Pada tahun 2007 produktivitas tanaman kentang adalah 13.923 Kg/Ha/Th sedangkan di tahun 2009 menurun menjadi 13.854 Kg/Ha/Th (menurun 69 Kg/Ha/Th), dan untuk tanaman kopi pada tahun 2007 produktivitasnya adalah 4.922,33 Kg/Ha/Th menjadi 1.925,8 Kg/Ha/Th di tahun 2009 (menurun 2.997,25 Kg/Ha/Th). Menurut petani penurunan produktivitas ini salah satunya disebabkan karena kualitas bibit yang relatif rendah.


(51)

Program agropolitan juga memberikan bantuan berupa perbaikan infrastruktur daerah penelitan antara lain seperti adanya perbaikan jalan untuk menuju ke usahatani. Perbaikan jalan ini dirasakan sangat bermanfaat bagi petani, karena dengan adanya perbaikan jalan ini petani dapat dengan mudah mengangkut sarana produksi ke usaha tani, mengangkut hasil produksi ke luar lahan usaha tani.

Salah satu dukungan untuk program agropolitan ini, di Merek Kabupaten Karo telah dibangun Sub Terminal Agribisnis (STA) di Kota Merek, berdekatan dengan Desa Nagalingga dengan anggaran dari pusat yang fungsinya sebagai suatu infrastruktur pasar, tidak saja merupakan tempat transaksi jual beli, namun juga merupakan wadah yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti sarana dan prasarana pengemasan, sortasi, penyimpanan, transportasi dan pelatihan, selain itu STA sekaligus merupakan tempat berkomunikasi dan saling tukar informasi bagi para pelaku agribisnis. Namun STA ini belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Walaupun realisasi program agropolitan belum terlaksana secara menyeluruh, namun sikap petani terhadap program agropolitan diukur dengan melihat ukuran yakin tidaknya program ini dapat bermanfaat bagi usahatani.


(52)

Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan.

Sikap petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan dapat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Sikap petani di lokalitas percontohan program agropolitan desa Nagalingga

No Katagori Jumlah (Orang) Persentase (% )

1 Positif 18 60

2 Negatif 12 40

JUMLAH TOTAL 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 11.

Berdasarkan pada Tabel 8 diperoleh bahwa dari 30 sampel petani di lokalitas percontohan pogram agropolitan 18 orang (60%) diantaranya yang menunjukkan sikap positif terhadap program agropolitan dan 12 orang (40%) dan yang menunjukkan sikap negatif artinya dominan petani yakin bahwa program agropolitan bermanfaat.

Hal ini seperti teori dari Krech, dkk (1996) bahwa keragaman sikap diantara anggota-anggota kelompok suatu kelompok budaya sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota kelompok tersebut ternyata mempunyai keyakinan yang sama mengenai objek, orang, peristiwa, masalah.

Seperti yang dikatakan Krech, dkk (1996) juga menyatakan bahwa jika individu bersifat positif terhadap objek tertentu, maka individu yang bersifat positif akan cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut.

Hasil penelitian diketahui bahwa sikap petani di lokalitas percontohan terhadap program agropolitan adalah positif. Dengan demikian Tujuan 2


(53)

menyatakan bahwa sikap petani terhadap program agropolitan di lokalitas percontohan adalah positif dapat diterima.

Sikap petani terhadap program agropolitan tersebut diketahui dengan melihat frekuensi jawaban–jawaban petani terhadap kuisioner–kuisioner yang berisi pernyataan–pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi kedalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif (lampiran 12 dan 13).

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan mutu pupuk, diketahui sebagai berikut: 8 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 15 kali, dengan 3 kali menjawab ragu-ragu (R), 4 kali menjawab tidak yakin (TY), serta tidak ada petani yang menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban terbanyak yaitu 15 kali, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan mutu pupuk dapat meningkat. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis sangat berharap akan program agropolitan yang bisa meningkatkan kualitas pupuk.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat mengembangkan industri pembibitan, diketahui sebagai berikut: 9 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 15 kali, dengan 1 kali menjawab ragu-ragu (R), 3 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 2 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban terbanyak yaitu 15 kali, artinya petani di lokalitas percontohan


(54)

yakin bahwa dengan adanya program agropolitan industri pembibitan dapat dikembangkan. Hal ini disebabkan petani di lokalitas sangat berharap petani bisa memperoleh bibit dengan mudah tanpa harus ke luar daerah.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat menyediakan bibit dalam jumlah yang tepat, diketahui sebagai berikut: 7 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 15 kali, dengan 7 kali menjawab ragu - ragu (R), 1 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 0 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 15, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan bibit dapat tersedia dalam jumlah yang tepat. Hal ini dikarenakan petani di lokalitas optimis akan program agropolitan bisa mendapatkan bibit dengan mudah dan dalam jumlah yang tepat.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan penggunaan alsintan, diketahui sebagai berikut : 2 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 19 kali, dengan 7 kali menjawab ragu-ragu (R), 1 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 1 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 19, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan penggunaan alsintan dapat meningkat. Hal ini disebabkan petani di lokalitas masih ada yang menggunakan alsintan secara manual.


(55)

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga kerja, diketahui sebagai berikut: 10 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 13 kali, dengan 5 kali menjawab ragu-ragu (R), 2 kali menjawab tidak yakin (TY), serta tidak sekalipun menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 13, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan keterampilan dan keahlian tenaga kerja dapat meningkat. Hal ini disebabkan petani optimis akan program agropolitan yang membuat kegiatan pelatihan mengenai usahatani yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja atau petani di lokalitas percontohan.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan produktivitas, diketahui sebagai berikut: 13 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 11 kali, dengan 3 kali menjawab ragu-ragu (R), 2 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 1 kali menjawab Sangat Tidak Yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah sangat yakin dengan 13 kali frekuensi jawaban, artinya petani di lokalitas percontohan sangat yakin bahwa dengan adanya program agropolitan produktivitas dapat meningkat. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis mampu meningkatkan hasil produksi usaha taninya.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat menurunkan biaya produksi dan lebih efisien, diketahui sebagai berikut: 7 kali


(56)

menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 15 kali, dengan 3 kali menjawab ragu-ragu (R), 4 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 1 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 15, artinya petani di lokalitas percontohan sangat yakin bahwa dengan adanya program agropolitan biaya produksi bisa menurun dan lebih efisien. Hal ini disebabkan mudahnya para petani optimis bisa memperoleh bantuan input produksi dengan mudah.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan produk olahan dari bahan baku segar, diketahui sebagai berikut: 5 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 9 kali, dengan 9 kali menjawab tidak yakin (R), 7 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 0 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 9 namun masih terdapat keraguan, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan dapat meningkatkan produk olahan dari bahan baku segar, namun masih ada keraguan akan keadaan ini. Hal ini disebabkan petani di lokalitas masih tidak mengolah hasil produksi mereka (masih dalam bentuk bahan baku segar).

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat memunculkan usaha–usaha baru di bidang industri pengolahan hasil, diketahui sebagai berikut: 4 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada


(57)

17 kali, dengan 7 kali menjawab ragu-ragu (R), 1 kali menjawab tidak yakin (TY), serta tidak penah menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 17, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan usaha–usaha baru di bidang industri pengolahan dapat diciptakan. Hal ini disebabkan adanya peluang untuk mengembangkan usaha baru tersebut.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat menambah pendapatan usaha keluarga petani, diketahui sebagai berikut: 15 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 12 kali, dengan 1 kali menjawab ragu-ragu (R), 2 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 0 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah sangat yakin dengan frekuensi jawaban 15, artinya petani di lokalitas percontohan sangat yakin bahwa dengan adanya program agropolitan pendapatan usaha keluarga petani dapat bertambah. Hal ini disebabkan petani di lokalitas percontohan optimis biaya produksi dalam usahatani mereka bisa berkurang dan lebih efisien.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, diketahui sebagai berikut: 11 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 14 kali, dengan 1 kali menjawab ragu-ragu (R), 3 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 1 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.


(58)

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 14, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan kesejahteraan petani dapat meningkat. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis akan program agropolitan yang bisa memenuhi kebutuhan petani terutama kebutuhan dalam berusahatani, sehingga pendapatan mereka bisa meningkat dan kesejahteraanpun tercapai.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meperkuat posisi tawar petani dalam mamasarkan produknya, diketahui sebagai berikut: 5 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 16 kali, dengan 3 kali menjawab ragu-ragu (R), 6 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 0 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 16, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan posisi tawar petani semakin kuat. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis akan program agropolitan yang bisa menguatkan posisi tawar mereka.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat meningkatkan akses bantuan permodalan diketahui sebagai berikut: 7 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 12 kali, dengan 6 kali menjawab ragu-ragu (R), 3 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 2 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 12, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan


(59)

adanya program agropolitan akses bantuan permodalan dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkan petani di lokalitas sangat berharap dan optimis akan program agropolitan bisa memberi bantuan permodalan.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan positif yaitu program agropolitan dapat menjamin adanya pasar dan kontinuitas jumlah produk yang dipasarkan, diketahui sebagai berikut: 5 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 16 kali, dengan 5 kali menjawab ragu -ragu (R), 4 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 0 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah yakin dengan frekuensi jawaban 16, artinya petani di lokalitas percontohan yakin bahwa dengan adanya program agropolitan ada jaminan pasar dan kontinuitas jumlah produk yang dipasarkan. Hal ini disebabkan petani di lokalitas sangat berharap dan optimis akan adanya pasar dan kelangsungan produk yang dipasarkan di daerah mereka melakukan usaha taninya.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu dengan adanya program agropolitan harga pupuk masih tidak menurun, diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 3 kali, dengan 5 kali menjawab ragu-ragu (R), 19 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 2 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin yakin dengan frekuensi jawaban 19, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan harga pupuk masih tinggi. Hal ini


(60)

disebabkan petani di lokalitas optimis sangat berharap akan program agropolitan harga pupuk bisa berkurang.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu program agropolitan dapat membuat bibit masih sulit diperoleh, diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 3 kali, dengan 3 kali menjawab ragu-ragu (R), 17 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 2 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 11, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan bibit masih sulit diperoleh. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis bahwa agropolitan bisa membantu memberikan bibit untuk usahataninya.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu dengan adanya program agropolitan upah tenaga kerja masih tinggi, diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 5 kali, dengan 7 kali menjawab ragu-ragu (R), 16 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 1 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 16, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan upah tenaga kerja bisa menurun. Hal ini disebabkan petani optimis akan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga upah tenaga kerja tidak menjadi menurun.


(61)

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu dengan adanya program agropolitan perluas areal tanam masih sempit, diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 5 kali, dengan 7 kali menjawab ragu-ragu (R), 14 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 4 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 14, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan perluasan areal tanaman masih sempit. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis dan sangat berharap akan program agropolitan bisa meningkatkan luas areal tanam.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu program agropolitan dapat membuat bantuan input/sarana produksi sulit diperoleh, diketahui sebagai berikut: 2 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 1 kali, dengan 9 kali menjawab ragu-ragu (R), 12 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 6 kali menjawab Sangat Tidak Yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 12, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan bantuan input/sarana produksi sulit diperoleh. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis sangat berharap akan program agropolitan memberikan bantuan sarana produksi.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu program agropolitan membuat penanganan pasca panen tidak ada peningkatan, diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 2 kali, dengan 5


(62)

kali menjawab ragu-ragu (R), 15 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 7 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 15, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan penanganan pasca panen tidak ada peningkatan. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis dan sangat berharap akan program agropolitan bisa meningkatkan penaganan pasca panen.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan nagatif yaitu dengan adanya program agropolitan jumlah produk yang dipasarkan di luar sentra produksi (ekspor), diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 2 kali, dengan 8 kali menjawab ragu-ragu (R), 14 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 5 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 14, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan jumlah produk yang dipasarkan di luar sentra produksi (ekspor) tidak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan petani dilokalitas sangat opotimis berharap akan program agropolitan dapat mencukupi jumlah produk yang dipasarkan.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu program agropolitan tidak memberikan jaminan dan stabilitas harga atas produk yang dipasarkan, diketahui sebagai berikut: 3 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 3 kali, dengan 4 kali menjawab ragu- ragu (R), 13 kali menjawab tidak


(63)

yakin (TY), serta 7 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 13, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan jaminan dan stabilitas harga pupuk tidak ada. Hal ini disebabkan petani dilokalitas optimis akan adanya jaminan harga dengan adanya program agropolitan.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu program agropolitan menurunkan standarisasi kualitas produk yang dipasarkan, diketahui sebagai berikut: 2 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 3 kali, dengan 4 kali menjawab ragu-ragu (R), 18 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 3 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 18, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan standarisasi kualitas produk yang dipasarkan menurun. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis akan program agropolitan dapat menghasilkan produk yang mempunyai kualitas yang bagus.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu dengan adanya program agropolitan informasi tentang pemasaran hasil masih sulit diperoleh, diketahui sebagai berikut: 1 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 4 kali, dengan 5 kali menjawab ragu-ragu (R), 15 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 5 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.


(64)

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 15, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan informasi tentang pemasaran hasil ,masih sulit diperoleh. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis akan program agropolitan informasi bisa diperoleh dengan mudah.

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu dengan adanya program agropolitan transportasi pengangkut hasil produksi dan sarana produksi sulit didapatkan, diketahui sebagai berikut: 0 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 8 kali, dengan 3 kali menjawab ragu-ragu (R), 11 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 8 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sikap petani adalah tidak yakin dengan frekuensi jawaban 11, artinya petani di lokalitas percontohan tidak yakin bahwa dengan adanya program agropolitan transportasi pengangkut hasil produksi dan sarana produksi semakin sulit didapatkan. Hal ini disebabkan petani di lokalitas optimis akan program agropolitan transportasi pengangkut hasil produksi dan sarana produksi mudah didapatkan .

Untuk frekuensi jawaban atas pernyataan negatif yaitu dengan adanya program agropolitan kegiatan penyuluhan pertanian tidak ada peningkatan, diketahui sebagai berikut: 2 kali menjawab sangat yakin (SY), dan yang menjawab yakin ada 3 kali, dengan 5 kali menjawab ragu-ragu (R), 14 kali menjawab tidak yakin (TY), serta 6 kali menjawab sangat tidak yakin (STY) dengan total frekuensi 30.


(1)

30

Alpiner

Tumanggor 123 11.53333 133.0178 56.825 POSITIF X =116,467


(2)

Lampiran 12. Frekuensi Jawaban Pernyataan Positif Mengenai Sikap Petani di

Lokalitas Percontohan Terhadap Program Agropolitan

No.

Pernyataan

Nilai Frekuensi Jawaban

Jumlah

Sangat

Yakin

(SY)

Yakin

(Y)

Ragu-Ragu (R)

Tidak

Yakin

(TY)

Sangat

Tidak

Yakin

(STY)

1

11

9

3

4

3

30

2

8

15

3

4

0

30

3

9

15

1

3

2

30

4

7

15

7

1

0

30

5

2

19

7

1

1

30

6

10

13

5

2

0

30

7

13

11

3

2

1

30

8

7

15

3

4

1

30

9

5

9

9

7

0

30

10

4

17

7

1

1

30

11

15

12

1

2

0

30

12

11

14

1

3

1

30

13

5

16

3

6

0

30

14

7

12

6

3

2

30


(3)

Lampiran 13. Frekuensi Jawaban Pernyataan Negatif Mengenai Sikap Petani di

Lokalitas Percontohan Terhadap Program Agropolitan

No.

Pernyataan

Nilai Frekuensi Jawaban Pernyataan Negatif

Jumlah

Sangat

Yakin

(SY)

Yakin

(Y)

Ragu-Ragu

(R)

Tidak

Yakin

(TY)

Sangat

Tidak

Yakin

(STY)

1

1

3

5

19

2

30

2

1

3

7

17

2

30

3

1

5

7

16

1

30

4

0

5

7

14

4

30

5

2

1

9

12

6

30

6

1

2

5

15

7

30

7

1

2

8

14

5

30

8

3

3

4

13

7

30

9

2

3

4

18

3

30

10

1

4

5

15

5

30

11

0

8

3

11

8

30

12

2

3

5

14

6

30

13

0

4

7

18

1

30

14

0

3

7

16

4

30


(4)

Lampiran 14. Hasil Analisis Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Terhadap Program Agropolitan Mode Rank Spearman

Correlations Sikap Petani Pada Program Agropoli tan Tingkat Kosmo politan Um ur Tingka t Pendid ikan Formal Luas Lahan Tenaga Kerja Keluarga Tersedia Total Pendapat an Keluarga Spea rman 's rho Sikap Petani Pada Program Agropolitan Correlatio n Coefficien t

1.000 .408* .27

1 .043 .316 .170 .193

Sig.

(2-tailed) . .025

.14

8 .821 .089 .370 .306

N 30 30 30 30 30 30 30

Tingkat Kosmopolit an Correlatio n Coefficien t

.408* 1.000 .23 0 .496

**

.395* .346 .338

Sig.

(2-tailed) .025 .

.22

1 .005 .031 .061 .068

N 30 30 30 30 30 30 30

Umur Correlatio

n

Coefficien t

.271 .230 1.0

00 -.133 .536 **

.461* .735**

Sig.

(2-tailed) .148 .221 . .485 .002 .010 .000

N 30 30 30 30 30 30 30

Tingkat Pendidikan Formal Correlatio n Coefficien t

.043 .496** -.13 3

1.000 -.215 -.022 -.197

Sig.

(2-tailed) .821 .005

.48

5 . .254 .907 .297

N 30 30 30 30 30 30 30

Luas Lahan Correlatio n

Coefficien t

.316 .395* .53

6** -.215 1.000 .384

*

.817**

Sig.

(2-tailed) .089 .031

.00


(5)

N 30 30 30 30 30 30 30 Tenaga

Kerja Keluarga Tersedia

Correlatio n

Coefficien t

.170 .346 .46

1* -.022 .384 *

1.000 .375*

Sig.

(2-tailed) .370 .061

.01

0 .907 .036 . .041

N 30 30 30 30 30 30 30

Total Pendapatan Keluarga

Correlatio n

Coefficien t

.193 .338 .73

5** -.197 .817 **

.375* 1.000

Sig.

(2-tailed) .306 .068

.00

0 .297 .000 .041 .


(6)

Lampiran 15. Nilai Korelasi Rank Spearman dan Sig. 2-tiled dengan Analisis

Rank Spearman Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Sikap Petani

Terhadap Program Agropolitan.

No VARIABEL Korelasi

Spearman (rs)

Sig. 2-tiled

Hasil Uji Hipotesis

1 Umur 0,271 0,148 Tidak ada hubungan umur

petani dengan sikap petani

terhadap program agropolitan

2 Tingkat Pendidikan

Formal

0,043 0,821 Tidak ada hubungan tingkat

pendidikan formal petani dengan sikap petani terhadap program agropolitan

3 Tingkat

Kosmopolitan

0,408 0,025 Ada hubungan tingkat

kosmopolitan petani dengan sikap petani terhadap program agropolitan

4 Luas Lahan 0,316 0,089 Tidak ada hubungan luas

lahan petani dengan sikap petani terhadap program agropolitan

5 Ketersediaan

Tenaga Kerja Keluarga

0,170 0,370 Tidak ada hubungan

ketersediaan tenaga kerja keluarga petani dengan sikap petani terhadap program agropolitan

6 Total Pendapatan

Keluarga

0,193 0,306 Tidak ada hubungan total

pendapatan keluarga petani dengan sikap petani terhadap program agropolitan

Kriteria uji hipotesis pada uji dua arah (sig. 2-tiled)

Jika Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima.

Jika Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak

H

0

: Tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan sikap petani

terhadap program agropolitan

H1 : Ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan sikap petani terhadap

program agropolitan