Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

(1)

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI JERUK DALAM MENYEMPROT PESTISIDA

DI DESA SERDANG KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

BERNADETTA BR TARIGAN NIM. 071000156

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI JERUK DALAM MENYEMPROT PESTISIDA

DI DESA SERDANG KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BERNADETTA BR TARIGAN 071000156

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI JERUK DALAM MENYEMPROT PESTISIDA

DI DESA SERDANG KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : BERNADETTA BR TARIGAN

NIM. 071000156

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Maret 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya,S.MS dr.Wirsal Hasan,MPH

NIP. 19681101 199303 2 005 NIP. 19491119 198701 001

Penguji II Penguji III

dr. Surya Dharma, MPH Ir. Evi Naria, MKes

NIP. 19580404 198702 1 001 NIP. 19700219 199802 2 001

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Pengetahuan dan sikap petani merupakan faktor penting yang mempengaruhi tindakan petani dalam penggunaan pestisida. Petani yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik diharapkan memiliki tindakan yang baik juga dalam penggunaan pestisida.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest , perlakuan adalah pemberian penyuluhan dengan ceramah dan pembagian leaflet. Jumlah sampel sebanyak 40 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang jumlahnya masing-masing 20 orang. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo 2011.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan petani jeruk memiliki pengetahuan baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 65% dan memiliki pengetahuan sedang 35%. Setelah penyuluhan pengetahuan petani jeruk pada kelompok intervensi menjadi baik 100% dan pada kelompok kontrol tetap memiliki pengetahuan baik 65% dan memiliki pengetahuan sedang 35%. Sikap petani jeruk sebelum diberikan penyuluhan memiliki sikap baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 85% dan memiliki sikap sedang 15%. Setelah mendapat penyuluhan sikap petani jeruk pada kelompok intervensi menjadi baik 100% dan pada kelompok kontrol menjadi 90% baik dan 10% memiliki sikap kategori sedang.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Diharapkan kepada petugas kesehatan di puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang penggunaan pestisida kepada masyarakat guna membantu meningkatkan pengetahuan petani dalam penyemprotan pestisida.


(5)

ABSTRACT

Farmers' knowledge and attitudes were important factors that influenced the practice of farmers in the used of pesticides. Farmers who have the knowledge and good attitude were expected to have a good action was also in the use of pesticides.

This type of research were Quasi Experiment with the design of "Separate sample pretest-posttest", treatment were the provision of counseling with lectures and distribution of leaflets. The samples were 40 people. The sample was divided into two groups: the intervention group and control group numbers 20 people respectively. Analysis of the results carried out using paired sample t-test.

This research purpose to know the effected of of pesticides counseling on knowledge and attitudes in citrus farmers spray pesticides in Serdang village Barusjahe Sub-distrik,Karo Distrik 2011.

Results showed before the counseling citrus farmers have good knowledge in the intervention group and control group respectively 65% and 35% were knowledgeable. After counseling knowledge citrus farmers in the intervention group became both 100% and in the control group still has a good knowledge of 65% and 35% were knowledgeable. The attitude of citrus farmers are given counseling before having a good attitude in the intervention group and control group respectively 85% and have the attitude was 15%. After receiving counseling attitude citrus farmers in the intervention group became both 100% and in the control group to 90% good and 10% had the attitude category.

Based on results of this research, it was concluded that health promotion counseling in an effort to give effect to increase knowledge and attitude citrus farmers in spraying pesticides. Expected to health workers in health centers for providing information about the use of pesticides to the public to help increase the knowledge of farmers in spraying pesticides.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Bernadetta br Tarigan

Tempat / Tanggal Lahir : Barusjahe, 08 Juni 1989

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 2001 : SD Negeri No 046419 Serdang Kecamatan Barusjahe

Tahun 2001 2004 : SLTP Negeri 1 Barujahe Kecamatan Barusjahe

Tahun 2004 2007 : SMU Swasta Santa Maria Kabanjahe

Tahun 2007 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU

Riwayat Organisasi

Tahun 2007 2011 : POMK FKM USU


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-NYA maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, Mkes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, Msi selaku pembimbing Akademik atas segala arahan selama penulis kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi dan Bapak dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Pembimbing Skripsi serta Bapak dr. Surya Utama Dharma, MPH dan Ibu Ir. Evi Naria, Mkes selaku penguji yang telah banyak membantu, memberi saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Departemen Kesehatan Lingkungan serta seluruh dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Desa Serdang serta Stafnya yang telah menerima penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Teristimewa kepada bapakku (B.Tarigan) dan mamakku (S. br Sitepu), yang telah memberi dukungan baik moril mau pun materil serta doa yang tak henti-hantinya dipanjatkan demi keberhasilan dan kelancaran penulis dalam


(8)

berbagai hal, buat abangku (Boni Fasius), kakakku (Sonettaria), dan adikku (Bonusta) yang selalu memberi motivasi, cinta, kasih sayang yang tak tergantikan.

8. Buat KK Blessing Purple (K Ryzma, K Yenti, Titin, Pika, Valent, Nova) yang selalu memberi dukungan dan motivasi buat penulis selama ini.

9. Buat kos Dipa 21 (Udur, Yulan, K Juli, Grace, Kristin, K Lusi, Putri, K Lian, Ita, Riris, Agustina, Mispa, Elsa, Evia, Nova, Melda) terima kasih atas bantuan dan motivasi.

10. Teman-teman st 07 khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan serta seluruh teman-teman yang tak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dan semangat yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.. Latar Belakang... 1

1.2.. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pestisida ... 6

2.1.1 Pengertian Pestisida ... 6

2.1.2 Penggolongan Pestisida ... 7

2.1.3.Teknik Aplikasi Pestisida ... 14

2.1.4.Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 20

2.1.5 Dampak Pestisida... 21

2.1.5.1. Dampak Pestisida Terhadap Pengguna Pestisida... 21

2.1.5.2. Dampak Pestisida Terhadap Hasil Pertanian ... 21

2.1.5.3. Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan... 22

2.1.6. Keracunan Pestisida dan Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia... 23

2.1.7. Pencegahan Keracunan Pestisida ... 28

2.2. Penyuluhan ... 31

2.2.1.Penyuluhan Pertanian... 31

2.2.2.Metode Penyuluhan ... 31

2.2.3.Media Penyuluhan ... 33

2.3. Pengetahuan... 34

2.4. Sikap... 36

2.5. Kerangka Konsep ... 38

2.6. Hipotesis Penelitian... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel... 39

3.3.1. Populasi... 39


(10)

3.4. Metode Pengumpulan Data... 40

3.4.1. Data Primer... 40

3.4.2. Data Sekunder... 40

3.5. Tahapan penelitian... 41

3.6. Definisi Operasional ... 41

3.7. Aspek Pengukuran ... 42

3.8. Pengolahan Data ... 44

3.9. Analisa Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN... 45

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 45

4.1.1.Letak Geografis... 45

4.1.2.Data Demografi... 45

4.2. Data Karakteristik Responden... 47

4.2.1.Jenis Kelamin Responden ... 47

4.2.2.Umur Responden... 48

4.2.3.Tingkat Pendidikan Responden... 49

4.2.4.Lamanya Bekerja... 50

4.3. Analisa Data... 51

4.3.1.Analisa Univariat... 51

4.3.1.1. Pengetahuan ... 51

4.3.1.2. Sikap... 60

4.3.2.Analisis Bivariat... 70

4.3.2.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida ... 70

4.3.2.2. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida... 71

BAB V PEMBAHASAN... 73

5.1. Karakteristik Responden ... 73

5.2. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sebelum Diberikan Penyuluhan... 74

5.3. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sesudah Diberikan Penyuluhan... 76

5.4. Sikap Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sebelum Diberikan Penyuluhan... 77

5.5. Sikap Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sesudah Diberikan Penyuluhan... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

6.1.Kesimpulan... 80

6.2.Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Absensi Penyuluhan Lampiran 3 : Masterdata


(11)

Lampiran 5 : Bahan Penyuluhan

Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian Dari Kepala Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Table 4.1. : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.2. : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.3. : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.4. : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.5. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2011 ... 47 Tabel 4.6. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2011 ... 47 Tabel 4.7. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2011 ... 48 Tabel 4.8. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo

Tahun 2011 ... 49 Tabel 4.9. : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 50 Tabel 4.10. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori

Pengetahuan Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe

Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 59 Tabel 4.11. : Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 60 Tabel 4.12. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori

Sikap Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe

Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 68 Tabel 4.13. : Perbandinganpre-testdanpost-testPengetahuan Petani Jeruk

Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo


(13)

Tabel 4.14 : Perbandinganpre-testdanpost-testPengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa

Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 69 Tabel 4.15 : Perbandinganpre-testdanpost-testSikap Petani Jeruk Dalam

Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 70 Tabel 4.16. : Perbandinganpre-testdanpost-testSikap Petani Jeruk Dalam

Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 71


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. : Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah

Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 58 Gambar 4.2. : Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 59 Gambar 4.3. : Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada

Kelompok Kontrol di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 ... 67 Gambar 4.4. : Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang


(15)

ABSTRAK

Pengetahuan dan sikap petani merupakan faktor penting yang mempengaruhi tindakan petani dalam penggunaan pestisida. Petani yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik diharapkan memiliki tindakan yang baik juga dalam penggunaan pestisida.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest , perlakuan adalah pemberian penyuluhan dengan ceramah dan pembagian leaflet. Jumlah sampel sebanyak 40 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang jumlahnya masing-masing 20 orang. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo 2011.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan petani jeruk memiliki pengetahuan baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 65% dan memiliki pengetahuan sedang 35%. Setelah penyuluhan pengetahuan petani jeruk pada kelompok intervensi menjadi baik 100% dan pada kelompok kontrol tetap memiliki pengetahuan baik 65% dan memiliki pengetahuan sedang 35%. Sikap petani jeruk sebelum diberikan penyuluhan memiliki sikap baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 85% dan memiliki sikap sedang 15%. Setelah mendapat penyuluhan sikap petani jeruk pada kelompok intervensi menjadi baik 100% dan pada kelompok kontrol menjadi 90% baik dan 10% memiliki sikap kategori sedang.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Diharapkan kepada petugas kesehatan di puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang penggunaan pestisida kepada masyarakat guna membantu meningkatkan pengetahuan petani dalam penyemprotan pestisida.


(16)

ABSTRACT

Farmers' knowledge and attitudes were important factors that influenced the practice of farmers in the used of pesticides. Farmers who have the knowledge and good attitude were expected to have a good action was also in the use of pesticides.

This type of research were Quasi Experiment with the design of "Separate sample pretest-posttest", treatment were the provision of counseling with lectures and distribution of leaflets. The samples were 40 people. The sample was divided into two groups: the intervention group and control group numbers 20 people respectively. Analysis of the results carried out using paired sample t-test.

This research purpose to know the effected of of pesticides counseling on knowledge and attitudes in citrus farmers spray pesticides in Serdang village Barusjahe Sub-distrik,Karo Distrik 2011.

Results showed before the counseling citrus farmers have good knowledge in the intervention group and control group respectively 65% and 35% were knowledgeable. After counseling knowledge citrus farmers in the intervention group became both 100% and in the control group still has a good knowledge of 65% and 35% were knowledgeable. The attitude of citrus farmers are given counseling before having a good attitude in the intervention group and control group respectively 85% and have the attitude was 15%. After receiving counseling attitude citrus farmers in the intervention group became both 100% and in the control group to 90% good and 10% had the attitude category.

Based on results of this research, it was concluded that health promotion counseling in an effort to give effect to increase knowledge and attitude citrus farmers in spraying pesticides. Expected to health workers in health centers for providing information about the use of pesticides to the public to help increase the knowledge of farmers in spraying pesticides.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Intensifikasi pertanian merupakan kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sejalan dengan laju pertambahan penduduk yang semakin meningkat. Komoditi pertanian memiliki peran strategis dalam mewujudkan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan perolehan devisa. Ketangguhan peran tersebut di era globalisasi perdagangan di dunia diperhadapkan pada persaingan mutu komoditi, baik di pasar domestik maupun manca negara(Sulistiyono,2004).

Pada awal program intensifikasi ini, yaitu tahun 1970 sampai 1980, untuk mengatasi masalah hama digunakan berbagai jenis dan formulasi pestisida dengan aneka bahan aktifnya. Pada saat itu pestisida diprogramkan untuk memberantas bukan untuk mengendalikan, bahkan juga untuk mencegah agar hama tidak timbul. Kegiatan pemberantasan ini sudah terjadwal rapi, misalnya setiap sekali dalam seminggu tanpa memperhatikan ada tidaknya serangan dan ekosistem(Wudianto, 2001).

Pada awal penemuan dan penggunaanya, pestisida mendapat sukses yang luar biasa, sehingga disambut sebagai rahmat Yang Maha Kuasa terhadap manusia. Tercatat antara tahun 1951-1966 produksi bahan makanan mengalami peningkatan 34%, dimana hal itu diikuti dengan peningkatan penggunaan pestisida sampai 300% dari biasa. Melalui penggunaan pestisida, hama-hama yang merusak tumbuhan pertanian dapat dimusnahkan, sehingga manusia terus menggunakan senyawa kimia ini untuk menuntaskan hama-hama pertanian (Palar, 2008).


(18)

Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya (Rimantho, 2007).

Menurut Novizan (2002) seperti yang dikutip oleh Sembiring (2008), manfaat pestisida yang sangat cepat dirasakan membuat petani menggantungkan harapan terlalu besar terhadap pestisida. Akibatnya petani menjadikan pestisida sebagai satu-satunya andalan dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Karena keterbatasan pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang baik dalam pengelolaan pestisida menyebabkan terpajannya pekerja pertanian terutama yang berkecimpung dalam formulasi dan pengunaan (aplikasi) pestisida. Selain memengaruhi kesehatan manusia, pestisida juga mempunyai dampak terhadap lingkungan.

WHO (World Health Organisation) memperkirakan bahwa setengah juta kasus keracunan pestisida muncul setiap tahunnya, 5000 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Pada akhir tahun 1980 dilaporkan bahwa jumlah keracunan pestisida di dunia dapat mencapai satu juta kasus dengan 20.000 kematian per tahun. (Sulistiyono, 2004).

Kabupaten Karo dikenal sebagai daerah pertanian tanaman buah dan sayuran (hortikultura) dimana sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Berdasarkan hasil pemeriksaan kholinesterase darah petani di beberapa kecamatan di Kabupaten


(19)

Karo diketahui bahwa Kecamatan Barusjahe merupakan kecamatan dengan jumlah petani mengalami keracunan pestisida cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian Sulaini 1999 yang dikutip Sinulingga (2004) dari 23 orang petani perempuan penyemprot jeruk di kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo terdapat 5 orang keracunan ringan dan 1 orang keracunan sedang disebabkan kurangnya tindakan kebersihan diri setelah melakukan penyemprotan pestisida(Meliala,2005).

Berdasarkan penelitian Sembiring (2007) dari 71 orang petani yang bekerja dalam mengaplikasikan pestisida di Desa Sinaman Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo terdapat 60 orang (84,5%) yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap di saat pencampuran dan penyemprotan pestisida.

Desa Serdang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo yang mayoritas penduduknya petani. Dan dari seluruh petani sebagian besar merupakan petani jeruk (Citrus, sp).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo masih banyak dijumpai petani penyemprot yang tidak menggunakan alat pelindung diri, pestisida yang diformulasikan lebih dari satu jenis pestisida bahkan ada yang sampai empat jenis pestisida. Pada umumnya pengaplikasian pestisida di Kabupaten Karo dilakukan 10 hari sekali, tetapi masih ditemukan buah jeruk yang berguguran disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman(hama).

Di Desa Serdang sudah ada beberapa kegiatan penyuluhan pertanian, dalam penyuluhannya materi yang disuluh berfokus pada permasalahan cara meningkatkan


(20)

hasil panen para petani dan cara mengatasi gangguan pada tanaman. Tetapi berdasarkan wawancara terhadap beberapa petani belum pernah dilakukan penyuluhan tentang penyemprotan pestisida agar tidak mengganggu kesehatan petani.

Menurut Sastraatmadja (1993), penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan ke arah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Disamping menciptakan suatu perubahan perilaku bagi masyarakat petani, penyuluhan pertanian pun diharapkan mampu mengarahkan wawasan berpikir dan menumbuhkan karakter sebagai bangsa yang sedang melakukan pembangunan. Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo 2011 .


(21)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

2. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi petani jeruk dalam pengelolaan pestisida agar keterpaparan pestisida dapat dihindarkan 2. Untuk melatih penulis dalam meneliti suatu permasalahan.

3. Sebagai bahan masukan/informasi bagi pihak-pihak terkait dalam hal penelitian lanjutan untuk promosi kesehatan dalam menggunakan pestisida.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida

2.1.1.Pengertian Pestisida

Pestisida (Inggris :pesticide) berasal dari kata pestyang berarti hama dancide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

b. Memberantas rerumputan

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan atau ternak

f. Memberantas atau mencegah hama-hama air

g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.


(23)

h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air

Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah sebagai berikut.

1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.

2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004).

2.1.2. Penggolongan Pestisida

Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda, karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya dan berdasarkan bentuknya.

Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan yaitu (Wudianto, 2001):

1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.

2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.


(24)

3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.

4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.

5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba.

6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. 7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,

siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak.

8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

Sedangkan jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Ekha, 1988):

1. Racun perut

Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut.

2. Racun kontak

Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas.


(25)

3. Racun gas

Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup.

Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005, berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :

1. Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain

Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

2. Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin

Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor.

3. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain

Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.

4. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC

Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP(Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengan


(26)

kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.

5. Pyretroid

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum.

Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.

6. Fumigant

Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus.

Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

7. Petroleum

Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.


(27)

8. Antibiotik

Misanya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ada berbagai macam. Formulasi ini perlu dipertimbangkan sebelum membeli untuk disesuaikan dengan ketersediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektivitasnya (Wudianto, 2001).

1. Tepung hembus, debu (dust=D)

Bentuk tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti walnut, talk. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang disebut duster.

2. Butiran (Granula=G)

Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif. Penggunaanya cukup ditaburkan atau dibenamkan disekitar perakaran atau dicampur dengan media tanaman.

3. Tepung yang dapat disuspensi dalam air (wettablebpowder =WP)

Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum dapat secara langsung digunakan secara langsung untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena


(28)

itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprot digoyang-goyang.

4. Tepung yang larut dalam air (water-soluble powder =SP)

Jenis pestisida ini sepintas mirip dengan bentuk WP, penggunaan juga dicampur dengan air. Perbedaanya jenis ini larut dalam air jadi dalam penggunaanya dalam penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan sekali pada waktu pencampuran.

5. Suspensi (flowable concentrate= F)

Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambahkan pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta yang disebut campuran pasta.

6. Cairan (emulsifiable= EC)

Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan perantara emulsi. Dalam penggunannya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengecerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi.

7. Ultra Low Volume(ULV)

Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi S(solution). Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam solven minimum. Konsentrat ini mengandung pestisida berkonsentrasi tinggi dan diaplikasikan langsung tanpa penambahan air.


(29)

8. Solution(S)

Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain.

9. Aerosol (A)

Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak) kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau perkarangan. 10. Umpan beracun (Poisonous Bait= B)

Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad pengganggu. 11.Powder concentrate(PC)

Formulasi ini berbentuk tepung, penggunaanya dicampur dengan umpan dan dipasang di luar rumah. Pestisida jenis ini biasanya tergolong Rodentisida yaitu untuk memberantas tikus.

12.Ready Mix Bait(RMB)

Formulasi ini berbentuk segi empat (blok) besar dengan bobot 300gram dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pellet. Formulasi ini berupa umpan beracun siap pakai untuk tikus.

13. Pekatan yang dapat larut dalam air (Water Soluble Concentrate= WSC) Merupakan formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil pengecerannya dengan air disebut larutan.


(30)

14.Seed Treatment(ST)

Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaanya dicampurkan dengan sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih digunakan formulasi ini.

2.1.3. Teknik Aplikasi Pestisida 1. Memilih pestisida

Sebelum membeli pestisida pastikan jenis hama atau penyakit apa yang menyerang tanaman. Perhatikan gejala-gejala serangannya. Bagian tanaman mana yang terserang apakah daun, batang, buah, atau akarnya.

Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam penggunaan pestisida. Kalau dilihat dari bahaya pelayangan di udara, pestisida berbentuk butiran paling sedikit kemungkinannya untuk melayang. Pestisida yang berbentuk cairan, bahaya pelayangannya lebih kecil jika dibanding pestisida berbentuk tepung. Disamping itu pertimbangan lain dalam memilih formulasi pestisida adalah alat yang digunakan untuk menyebarkan pestisida tersebut (Wudianto, 2005).

Petani dan pengguna pestisida pada umumnya perlu mengetahui nama dagang ataupun nama umum pestisida agar tidak salah memilih pestisida. Pestisida dengan bahan aktif yang sama sering dijual dengan nama dagang yang berbeda. Dengan mengetahui kandungan bahan aktif masing-masing pestisida, maka tidak perlu terlalu terikat pada satu nama dagang, tetapi dapat memilihnya dari berbagai nama dagang yang ada. Demikian halnya jika hendak mencampur pestisida, maka dapat menghindari pencampuran dua atau lebih pestisida yang bahan aktifnya sama (Djojosumarto, 2004).


(31)

2. Alat penyemprot pestisida

Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Menurut sumber tenaga yang digunakan untuk menggerakkan atau menjalankan sprayer tersebut, sprayer dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu (Djojosumarto, 2004):

a. Sprayer manual

Sprayer manual adalah sprayer yang digerakkan dengan tangan. Contoh sprayer manual adalah:

Trigger pump, yakni pompa tangan (hand pump) yang banyak digunakan untuk pengendalian hama di rumah tangga.

Bucket pump atau trombone pump dan garden hose sprayer, untuk mengendalikan hama dan penyakit di pekarangan.

 Sprayer gendong otomatis (pre pressurized knapsack sprayer, compression sprayer), yang banyak digunakan di bidang pertanian

 Sprayer gendong yang harus dipompa terus-menerus (Level operated knapsack sprayer), banyak digunakan di bidang pertanian Indonesia.

b. Sprayer tenaga mesin

Sprayer tenaga mesin adalah sprayer yang digerakkan oleh tenaga mesin. Contoh sprayer tenaga mesin adalah :


(32)

 Sprayer punggung bermesin (motorized knapsack sprayer)  Mesin pengkabut (mist blower)

Power sprayer atau gun sprayer, yang digerakkan oleh motor stasioner atau traktor.

 Sprayer-sprayer yang digerakkan atau dihubungkan dengan traktor atau truk:boom sprayer, boomless sprayer, air blast sprayer.

 Sprayer atau otomizer yang dipasang pada pesawat udara untuk penyemprotan udara.

3. Pencampuran pestisida

Dalam aplikasi pestisida adakalanya pestisida harus dicampur dengan surfaktan. Pencampuran ini boleh dilakukan sejauh dalam kemasan tidak disebutkan larangan pencampuran. Dua macam pestisida bila dicampur dapat menimbulkan interaksi sinergistik, aditif, atau antagonistik. Pestisida bila dicampur menimbulkan interaksi antagonistik berarti pestisida tersebut tidak boleh dicampur. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah sifat asam basanya. Pestisida yang sama-sama bersifat asam atau sama-sama bersifat basa tidak akan membentuk senyawa garam. Timbulnya senyawa garam dapat menimbulkan penurunan daya bunuh.

Untuk memastikan bisa tidaknya dua atau lebih jenis pestisida dicampur, perlu diperhatikan label kemasan. Bisakah pestisida tersebut dicampur dengan pestisida lain. Atau terkadang tertulis jangan dicampur dengan pestisida lain bersifat basa . Berarti pestisida tersebut bersifat asam. Jadi dapat dicampur dengan pestisida yang


(33)

bersifat asam juga. Untuk mengetahui asam basa suatu larutan, bisa digunakan kertas lakmus (Wudianto, 2005).

4. Penyemprotan pestisida

Pestisida yang digunakan akan mampu menampilkan efikasi biologis yang optimal jika penyemprotan dilakukan dengan benar. Penyemprotan yang benar harus memenuhi syarat, kriteria, atau parameter sebagai berikut (Djojosumarto, 2004):

a. Permukaan bidang sasaran tertutup oleh butiran semprot (droplet) dalam jumlah yang memenuhi syarat.

b. Menggunakan ukuran droplet yang tepat untuk berbagai jenis penyemprotan yang berbeda.

c. Menggunakan volume aplikasi yang cocok untuk berbagai jenis tanaman dan stadia pertumbuhan tanaman yang berbeda.

d. Pestisida yang disemprotkan menempel sebanyak mungkin pada bidang sasaran.

e. Droplet sasaran didistribusikan di seluruh permukaan bidang sasaran secara merata.

Sedangkan menurut Wudianto (2005), dalam melakukan penyemprotan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot. Alat semprot bervolume kecil untuk areal yang luas, tentu kurang cocok karena pekerja harus sering mengisinya.

b. Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut, kaos tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.


(34)

c. Penyemprotan yang tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat stadium larva dan nimfa, atau saat masih berupa telur. Serangga dalam stadium pupa dan imago umumnya kurang peka terhadap racun insektisida.

d. Waktu paling baik untuk penyemprotan adalah pada saat waktu terjadi aliran udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore akan mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering dan mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan. Sedangkan penyemprotan yang dilakukan saat matahari terik akan menyebabkan pestisida mudah menguap dan mengurai oleh sinar ultraviolet. e. Jangan melakukan penyemprotan di saat angin kencang karena banyak

pestisida yang tidak mengena sasaran. Juga jangan menyemprot dengan melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai orang yang menyemprot.

f. Penyemprotan yang dilakukan saat hujan turun akan membuang tenaga dan biaya sia-sia.

g. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan. h. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas

cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai. i. Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian


(35)

5. Penyimpanan pestisida

Penyimpanan pestisida dengan cara baik dapat dapat menjegah terjadinya pencemaran pada lingkungan serta mencegah terjadinya keracunan pada manusia ataupun hewan.

Menurut Sostroutomo (1992) yang dikutip oleh Meliala (2005) ada beberapa petunjuk penyimpanan pestisida yang perlu untuk diikuti,yaitu:

a. Pestisida hendaknya segera disimpan di tempat yang sesuai setelah dibeli, jangan sekali-kali meletakkan pestisida yang mudah dijangkau oleh anak-anak.

b. Sediakan tempat yang khusus untuk menyimpan pestisida. Gudang penyimpanan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup dan mempunyai tanda larangan tidak didekati oleh orang-orang yang tidak berkepentingan. c. Pestisida yang disimpan perlu untuk memiliki buku yang memuat catatan

berapa banyak yang telah digunakan, kapan digunakannya, dan siapa yang menggunakan dan berapa sisa yang ada.

d. Semua pestisida harus disimpan di tempat asalnya sewaktu dibeli dan mempunyai label yang jelas. Pestisida jangan sekali-kali disimpan dalam bekas penyimpanan makanan dan minuman.

e. Jangan menyimpan pestisida dan bibit tanaman dalam ruangan atau gudang yang sama.

f. Perlu untuk melakukan pengecekan terhadap tempat penyimpanan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran-kebocoran.


(36)

g. Hindari penyimpanan pestisida yang terlampau berlebihan di dalam gudang. Oleh karena itu perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida perlu untuk dibuat permusim tanamannya.

h. Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci. 2.1.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pakaian dan/atau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu aplikasi, tetapi juga mulai mencampur dan mencuci peralatan aplikasi sesudah aplikasi selesai. Pakaian serta peralatan pelindung yang harus digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pakaian sebanyak mungkin menutupi tubuh: ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian pelindung, tetapi pakaian yang sederhana cukup terdiri atas celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya rapat.

2. Semacam celemek (appron), yang dapat dibuat dari plastik atau kulit.Appron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

3. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar atau helm khusus untuk menyemprot. Pelindung kepala juga penting, terutama menyemprot tanaman yang tinggi.

4. Pelindung mulut dan lubang hidung, misalnya berupa masker sederhana atau sapu tangan atau kain sederhana lainnya.

5. Pelindung mata, misanya kaca mata,goggle, atauface shield. 6. Sarung tangan dari bahan yang tidak tembus air.


(37)

7. Sepatu boot, ketika menggunakan ujung celana panjang jangan dimasukkan ke dalam sepatu, tetapi ujung celana harus menutupi sepatu boot.

2.1.5. Dampak Pestisida

2.1.5.1. Dampak Pestisida Terhadap Pengguna Pestisida

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Djojosumarto, 2004).

Sering kali orang tidak menyadari bahwa mereka keracunan pestisida karena gejala-gejalanya mirip dengan masalah kesehatan lainnya misalnya pusing dan kudis. Juga, karena kebanyakan gejala-gejala ini tidak muncul dengan cepat, seperti gangguan sistem syaraf atau kanker, orang tidak menyadari bahwa penyakit mereka mungkin disebabkan oleh pestisida (Quijano, 1999).

2.1.5.2. Dampak Pestisida Terhadap Hasil Pertanian

Risiko bagi konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang terdapat dalam hasil pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai makanan. Meskipun bukan tidak mungkin konsumen menderita keracunan akut,


(38)

tetapi risiko konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis, tidak segera terasa, dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan (Djojosumarto, 2004).

2.1.5.3. Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan

Dibalik manfaatnya yang besar, pestisida memiliki dampak yang cukup merugikan pada pemakaiannya. Pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di sekitar lahan pertanian. Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air yang mengandung pestisida. air yang mengandung pestisida ini akan mengalir melalui sungai atau aliran irigasi (Dhavie, 2010).

Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah dan udara. Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan, tumbuhan terlebih manusia.

Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Penurunan kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam lingkungan. Aliran permukaan seperti sungai, danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses dekomposisi bahan pencemar. Dan pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi.


(39)

Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi sinar matahari terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisida diudara disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui penyemprotan oleh petani yang terbawa angin. Akumulasi pestisida yang terlalu berat di udara pada akhirnya akan menambah parah pencemaran udara.

Gangguan pestisida oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada tingkat kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume tanah. Unsur-unsur hara alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga mengakibatkan tanah-tanah masam dan tidak produktif (Sulistiyono, 2004).

2.1.6. Keracunan Pestisida dan Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia A. Keracunan Pestisida

Walaupun pestisida ini mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat pula memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Pada manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia ataupun menimbulkan penyakit/cacat (Munaf, 1997).

Ada 2 tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu (Quijano, 1999): 1. Keracunan akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.


(40)

Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:

a. Efek lokal, terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair, batuk, dan sebagainya.

b. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.

2. Keracunan kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida. Pestisida memberikan dampak kronis pada sistem syaraf, hati, perut, system kekebalan tubuh, keseimbangan hormon, kanker. Bayi juga dapat terkena pestisida ketika diberi ASI, dapat terjadi jika ibunya terkena pestisida.

Setiap golongan pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda karena bahan aktif yang dikandung setiap golongan berbeda. Namun ada pula gejala yang ditimbulkan mirip (Wudianto, 2005).

a. Golongan organofosfat, gejala keracunannya adalah timbul gerakan otot-otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak


(41)

jantung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan.

Organofosfat menghambat kerja enzim kholineterase, enzim ini secara normal menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf yang menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada seluruh bagian tubuh (Mulachella, 2010)

b. Golongan organoklor, jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran.

c. Golongan karbamat, gejalanya sama dengan gejala yang di timbulkan golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh.

d. Golongan bipiridilium, setelah 1-3 jam pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.

e. Gologan arsen, tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah, dan diare, sementara keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar air ludah.

f. Golongan antikoagulan, gejala yang ditimbulkan seperti nyeri punggung, lambung dan usus, muntah-muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, kerusakan ginjal.


(42)

Menurut WHO 1986, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain :

1. Dosis. Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian.

2. Toksisitas senyawa pestisida. Merupakan kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD 50 oral dan dermal yaitu dosis yang diberikan dalam makanan hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari hewan-hewan tersebut mati.

3. Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida. Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih berbahaya daripada paparan yang terputus-putus pada waktu yang sama. Jadi pemaparan yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi resiko pemaparan baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik.

4. Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai dan/atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah


(43)

tertentu. Keracunan akut atau kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada petani pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran pencernaan dan pernafasan (Afriyanto, 2008).

B. Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia

Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yakni (Djojosumarto, 2004):

1. Penetrasi lewat kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.

Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah: a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh

droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.

b. Pencampuran pestisida. c. Mencuci alat-alat aplikasi

2. Terhisap lewat saluran pernafasan (inhalation)

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru, sedangkan


(44)

partikel yang lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau kerongkongan.

Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah :

a. Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur, dsb) di ruang tertutup atau yang ventilasinya buruk.

b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas, aerosol, terutama aplikasi di dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung mempunyai resiko tinggi.

c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan). 3. Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral)

Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi karena :

a. Kasus bunuh diri.

b. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.

c. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.

d. Driftpestisida terbawa angin masuk ke mulut. e. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida. 2.1.7.Pencegahan Keracunan Pestisida

Menurut Djojosumarto (2004) ada beberapa langkah-langkah untuk menjamin keselamatan dalam penggunaan pestisida adalah sebagai berikut:


(45)

1. Sebelum melakukan penyemprotan

a. Jangan melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida bila merasa tidak sehat.

b. Jangan mengijinkan anak-anak berada di sekitar tempat pestisida yang akan digunakan atau mengijinkan anak-anak melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida.

c. Catat nama pestisida yang digunakan dan jika dapat catat juga nama bahan aktifnya. Catatan ini penting bagi dokter bila terjadi sesuatu. d. Pakaian dan peralatan perlindungan sudah harus dipakai sejak persiapan

penyemprotan, misalnya ketika menakar dan mencampur pestisida. e. Jangan masukkan rokok, makanan, dan sebagainya ke dalam kantung

pekerjaan.

f. Periksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan. Jangan menggunakan alat semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang sering terjadi bocor.

g. Siapkan air bersih dan sabun di dekat tempat kerja untuk mencuci tangan dan keperluan lain.

h. Siapkan handuk kecil yang bersih dalam kantung plastik tertutup dan dibawa ke tempat kerja.

2. Ketika melakukan aplikasi

a. Perhatikan arah angin. Jangan melakukan penyemprotan yang menentang arah angin keran drift pestisida dapat membalik dan mengenai diri sendiri.


(46)

b. Jangan membawa makanan, minuman, dan rokok dalam kantung pakaian kerja.

c. Jangan makan, minum, atau merokok selama menyemprot atau mengaplikasikan pestisida.

d. Jangan menyeka keringat di wajah dengan tangan, sarung tangan, atau lengan baju yang terkontaminasi petisida untuk menghindari pestisida masuk ke mata atau mulut. Untuk keperluan itu gunakan handuk bersih untuk menyeka keringat atau kotoran diwajah.

e. Bila nozzle tersumbat, jangan meniup nozzle yang terkontaminasi langsung dengan mulut.

3. Sesudah aplikasi

a. Cuci tangan dengan sabun hingga bersih segera sesudah pekerjaan selesai.

b. Segera mandi setelah sampai dirumah dan ganti pakaian kerja dengan pakaian sehari-hari.

c. Jika tempat kerja jauh dari rumah dan harus mandi dekat tempat kerja, sediakan pakaian bersih dalam kantung plastik tertutup. Sesudah ganti pakaian, bawalah pakaian kerja dalam kantung tersendiri.

d. Cuci pakaian kerja terpisah dari cucian lainnya.

e. Makan, minum, atau merokok hanya dilakukan sesudah mandi atau seketika sesudah mencuci tangan dengan sabun.


(47)

2.2. Penyuluhan

2.2.1. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Menurut Sastraatmadja (1993), penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan ke arah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Disamping menciptakan suatu perubahan perilaku bagi masyarakat petani, penyuluhan pertanian pun diharapkan mampu mengarahkan wawasan berpikir dan menumbuhkan karakter sebagai bangsa yang sedang melakukan pembangunan.

2.2.2.Metode Penyuluhan

Dalam Suhardiyono (1992), ada 4(empat) metode penyuluhan menurut target orang yang menghadiri kegiatan penyuluhan. Penggolongan metode penyuluhan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:


(48)

1. Metode Perorangan

Metode penyuluhan ini ditujukan bagi petani secara perorangan yang memperoleh perhatian khusus dari penyuluh. setiap petani dikunjungi oleh penyuluh secara individu.

Menurut Kartasapoetra (1994) metode perorangan sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Dalam Notoatmodjo (2003), pendekatan untuk metode perorangan antara lain bimbingan dan interview (wawancara).

2. Metode Kelompok

Kegiatan penyuluhan menggunakan metode kelompok ini mengarahkan sasaran kegiatannya pada petani secara berkelompok atau kelompok tani. Kegiatan ini melibatkan tatap muka secara langsung antara penyuluh dengan kelompok tani.

Metode pendekatan kelompok menurut Kartasapoetra (1994) cukup efektif dikarenakan petani dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer tekhnologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Dalam Notoatmodjo (2003), metode pendekatan untuk kelompok besar dan kecil berbeda. Untuk kelompok besar yaitu peserta


(49)

penyuluhan lebih dari 15 orang, metode yang baik antara lain ceramah dan seminar. Sedangkan untuk kelompok kecil, dimana peserta penyuluhan kurang dari 15 orang dan metode yang cocok untuk kelompok ini antara lain diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil.

3. Metode Massa

Kegiatan penyuluhan menggunakan metode ini mengarahkan sasaran kegiatannya kepada masyarakat tani pada umumnya. Dalam pelaksanaan penyuluhan menggunakan metode ini , dapat terjadi tatap muka secara langsung antara penyuluh dengan petani. Namun dapat juga tidak terjadi kontak secara langsung antara petani dengan penyuluh karena penyuluh menggunakan media seperti radio, televisi atau sarana komunikasi yang lain.

Dipandang dari segi penyampaian informasi metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa metode pendekatan massal dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam prilaku. Menurut Notoatmodjo (2003), metode pendekatan untuk pendidikan massa antara lain ceramah umum, pidato melalui media elektronik, tulisan di majalah atau koran,billboard. 2.2.3.Media Penyuluhan

Alat bantu/media adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan media promosi kesehatan adalah alat bantu pendidikan . Disebut media promosi kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk


(50)

menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk memudahkan penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Sesorang atau masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman/pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda di dalam membantu permasalahan sesorang.

Berdasarkan fungsinya sebagai menyampaikan pesan-pesan kesehatan, media dibagi 3, yakni (Notoatmodjo, 2007):

1. Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain seperti booklet, leaflet, flyer, flif chart, rubric, poster, dan foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

2. Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan berbeda-beda jenisnya, seperti televisi, radio, video,slide, dan film strip.

3. Media papan (billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat berisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kenderaan umum (bus dan taksi).

2.3.Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra


(51)

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaraan, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

1. Proses adopsi perilaku

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo 2003 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo 2003):

a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(52)

c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponennya.

e. Sintesis (synthesis) menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.4.Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari meruapakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

1. Komponen sikap

Menurut Allport (1954), sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupam emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)


(53)

2. Tingkatan sikap

Seperti pengetahuan, sikap juga terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

a. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu mendiskusikan suatu masalah merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.


(54)

2.5. Kerangka Konsep

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Ha : Ada pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan petani jeruk tentang penyemprotan pestisida.

Ho : Tidak ada pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan petani jeruk tentang penyemprotan pestisida.

2. Ha : Ada pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap petani jeruk tentang penyemprotan pestisida.

Ho : Tidak ada pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap petani jeruk tentang penyemprotan pestisida.

Intervensi:

Penyuluhan Penyemprotan Pestisida

Leaflet Penyemprotan Pestisida

 Pengetahuan  Sikap

 Pengetahuan  sikap

Kelompok intervensi

 Pengetahuan  sikap

Kelompok kontrol


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005).

Pretest Intervensi Postest

Kelompok Intervensi O1 X O2

Kelompok Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 : pretest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida

X : dilakukan penyuluhan yaitu tentang penyemprotan pestisida

O2 : postest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Waktu penelitian bulan November 2010 sampai bulan Februari tahun 2011.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bekerja sebagai petani jeruk , sebanyak 134 kk.


(56)

3.3.2 Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Penggunaan teknik ini berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat sebelumnya (Mardalis, 1995). Adapun ciri-ciri atau kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Merupakan petani jeruk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

2. Melakukan kegiatan penyemprotan pestisida. 3. Bersedia menjadi sampel.

4. Berdasarkan efektifitas penyuluhan.

Dari kriteria di atas di peroleh sampel sebanyak 40 kk. Sampel untuk kelompok intervensi 20 kk dan sampel untuk kelompok kontrol 20 kk. Menurut Gay dalam Hasan (2002), ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitianexperimentaladalah 15 sampel per kelompok.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang penyemprotan pestisida yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.


(57)

3.5. Tahapan Penelitian

Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi : 1. Melakukan survei pendahuluan pada bulan November 2010 untuk

mengetahui karakteristik responden yang akan dipilih sebagai responden.

2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan dan mengambil profil Desa Serdang di kantor kepala desa.

3. Pada bulan Januari 2011, sebelum penyuluhan dilakukan pre-test tentang pengetahuan dan sikap petani tentang penyemprotan pestisida dengan menggunakan kuesioner pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

4. Melakukan penyuluhan setelah pre-test pada kelompok intervensi dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang penyemprotan pestisida yang telah dipersiapkan.

5. Setelah seminggu pre-test pada kelompok kontrol dilakukan post-test dan pada kelompok intervensi setelah penyuluhan langsung dilakukan post-test.

3.6. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penelitian dalam penelitian ini, maka penulis memberi batasan sebagai berikut:

1. Penyuluhan adalah penyampaian keterangan atau informasi melalui pertemuan langsung peneliti dengan petani jeruk.


(58)

2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit pada tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil petanian.

3. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.

4. Penyemprotan pestisida adalah kegiatan mengaplikasikan pestisida dengan cara disemprot.

5. Kelompok intervensi adalah kelompok yang diberi perlakukan (penyuluhan pestisida).

6. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakukan (penyuluhan pestisida).

7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden (petani jeruk) tentang cara menggunakan pestisida dan efek negatif dari penggunaan pestisida terhadap kesehatan.

8. Sikap adalah respon atau tanggapan petani terhadap pestisida dan efek negatif pestisida terhadap kesehatan.

3.7. Aspek Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dan sikap dilakukan berdasarkan perolehan skor nilai dari pertanyaan yang diajukan, dimana jika menjawab a diberi skor 0 dan jawaban b diberi skor 1 .

Skala pengukuran pengetahuan dan sikap didasarkan pada jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan:


(59)

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari seluruh skor yang ada.

2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40%-75% dari seluruh skor yang ada.

3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <40% dari seluruh skor yang ada.

1. Pengetahuan

Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran pengetahuan responden adalah:

a. Tingkat pengetahuan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15.

b. Tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 8 15.

c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor < 8.

2. Sikap

Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran sikap responden adalah:

a. Tingkat sikap baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15.

b. Tingkat sikap sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 8 15.


(60)

c. Tingkat sikap kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor < 8.

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan bantuan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan.

2. Koding, mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberi kode tertentu.

3. Entri data 3.9. Analisis Data

Data di analisis dengan menggunakan uji statistik yaitu Paired Sample T-test untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan didasarkan pada taraf signifikansi p<0,05.

Analisis hasil juga dilakukan dengan cara distribusi frekuensi, tabel dan grafik kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot cabe di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten semarang. Tesis Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro Semarang

Arikunto. 2005.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta

Ban, A dan Hawkins, H. 2005.Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta

Dhavie. 2010. Pestisida Merusak Lingkungan. http://dhavie.student.umm.ac.id/, diakses tanggal 09 November 2010

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius, Yogyakarta

Emilia, R. 2008. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008. Skripsi Fakultas Kesehata Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ekha, Ivasta. 1988.Dilema Pestisida Tragedi Revolusi Hijau. Kanisius, Yogyakarta Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Apliksinya.

Ghalia Indonesia, Jakarta

Kartasapoetra, A.G. 1991.Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta, Mardalis. 1995. Metode Peneiltian; Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara,

Jakarta

Meliala, arihta. 2005.Karakteristik dan Hygiene Perorangan Petani Hortikultura Serta Keluhan Kesehatan Dalam Penggunaan Pestisida di Desa Gurukihayan Kecamatan Payung Kabupaten Karo Tahun 2005. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Mulachella, F.F. 2010.Toksisitas Pestisida Organophosphat dan Penanganannya. http://www.faikshare.com, diakses 02 November 2010

Munaf, Sjamsuir. 1997. Keracunan Akut Pestisida; Teknik Diagnosa, Pertolongan Pertama, Pengobatan dan Pencegahan. Widya Medika, Jakarta


(2)

Jakarta

---. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

---. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta

Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta

Pulungan, Rumondang. Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil Dalam Pemberantasan Sranag Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di Kecamatan Helvetia Tahun 2007. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

Quijano, R. dan Sarojeni V Rengam. 1999. Awas! Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Yayasan Duta Alam, Solo

Rimantho. 2007. Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia. http://bushido02.wordpress.com, diakses tanggal 02 November 2010 Sastraatmadja, Endang. 1993.Penyuluhan Pertanian. Penerbit Alumni, Bandung Sembiring, Dewan. 2008. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Tentang Pengelolaan

Pestisida Pada Petani Jeruk di Desa Sinaman Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Suhardiyono. 1992. Penyuluhan: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga, Jakarta

Sulistiyono,Luluk. 2004. Dilema Penggunaan Pestisida Dalam Sistem Pertanian Tanaman Hortikultura di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

Wudianto, Rini. 2005. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta


(3)

KUESIONER

PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI JERUK DALAM MENYEMPROT PESTISIDA DI DESA SERDANG KECAMATAN

BARUSJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2011

Mohon kesedian bapak/ibu/saudara/saudari untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan berikut ini sesuai dengan fakta yang diketahui atau yang dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.

I. Karaktersitik Responden

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Lama menggunakan pestisida : tahun II. Pengetahuan

1. Menurut bapak/ibu, dari mana sumber pestisida yang dapat digunakan? a. Dari mana saja, asalkan dapat mengatasi masalah tanaman. b. Pestisida yang terdaftar atau mendapat ijin dari dinas pertanian 2. Menurut bapak/ibu, dimana pestisida harus disimpan?

a. Di tempat penyimpanan peralatan pertanian.

b. Di tempat khusus dengan wadah asli dan jauh dari jangkauan anak-anak.

3. Menurut bapak/ibu, apakah pestisida dapat diangkut bersama makanan atau bahan makanan?

a. Ya b. Tidak

4. Menurut bapak/ibu, apa alat pelindung diri yang harus dipakai dalam penyemprotan?

a. pakaian kerja seadanya.

b. sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung kepala, sepatu boot dan pakaian kerja

5. Menurut bapak/ibu, kapan alat pelindung diri harus di pakai? a. Waktu penyemprotan

b. Waktu mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan. No. Responden :


(4)

anjuran pada bungkus pestisida dapat dibenarkan?

a. Ya b. Tidak

7. Menurut bapak, dimana harus dilakukan penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida?

a. Di ruang tertutup

b. Di tempat yang terbuka atau di luar ruangan.

8. Menurut bapak/ibu, apa yang seharusnya dilakukan dalam mencampur pestisida?

a. Dicampur dengan tangan b. Dicampur dengan alat khusus. 9. Penyemprotan sebaiknya dilakukan ?

a. Pagi hari sampai selesai atau sore hari sampai selesai b. Pagi jam 08.00-11.00 WIB atau sore jam 15.00-18.00 WIB 10. Menurut bapak/ibu, apakah Tanaman jeruk bisa keracunan pestisida ?

a. Tidak b. Ya

11. Apakah tujuan penyemprotan yang bapak/ibu lakukan ? a. Mencegah serangan hama

b. Mengendalikan serangan hama

12. Menurut bapak/ibu, apa sebaiknya dilakukan jika ada sisa pestisida setelah penyemprotan?

a. Dibuang begitu saja/disimpan.

b. Dikubur dibawah tanah sedalam 40 cm.

13. Setelah melakukan penyemprotan aktivitas apa sebaiknya kita lakukan ? a. makan, minum, atau merokok

b. mandi

14. Menurut bapak/ibu, kondisi cuaca seperti apa tidak dapat melakukan penyemprotan?

a. Di setiap kondisi cuaca dapat di lakukan. b. Di saat cuaca hujan, matahari terik

15. Menurut bapak/ibu, setelah selesai melakukan penyemprotan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap pakaian kerja?

a. Di pakai di pekerjaan selanjutnya. b. Di cuci dengan sabun.

16. Menurut bapak/ ibu, apa akibat pestisida terhadap kesehatan manusia? a. Tidak ada

b. Keracunan.

17. Menurut bapak/ibu, apakah pestisida yang tertelan dapat menyebabkan keracunan?


(5)

18. Menurut bapak/ibu, apakah pestisida yang terkena pada kulit dapat menyebabkan keracunan?

a. Tidak b. ya

19. Menurut bapak/ibu, apakah pestisida terkena mata dapat menyebabkan keracunan?

a. Tidak b. ya

20. Menurut bapak/ibu, apakah pestisida terhisap lewat pernafasan dapat menyebabkan keracunan?

a. Tidak b. ya III. Sikap

1. Sebelum menggunakan pestisida perlu terlebih dahulu membaca petunjuk pemakaian pestisida

a. Tidak setuju b. setuju

2. Pestisida yang digunakan harus pestisida yang terdaftar atau memiliki ijin dari dinas pertanian.

a. Tidak setuju b. setuju

3. Pestisida harus ditempatkan di tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah aslinya.

a. Tidak setuju b. setuju

4. Pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan.

a. Tidak setuju b. setuju

5. Pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida.

a. Tidak setuju b. setuju

6. Penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan.

a. Tidak setuju b. setuju

7. Tidak mengijinkan anak-anak berada di sekitar tempat penyemprotan pestisida.

a. Tidak setuju b. setuju

8. Dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian a. Tidak setuju b. setuju

9. Ketika melakukan penyemprotan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri a. Tidak setuju b. setuju

10. Jenis alat pelindung diri yang cocok digunakan adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan


(6)

a. Tidak setuju b. setuju 12. Cara menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin

a. Tidak setuju b. setuju 13. Cara menyemprot sebaiknya pada saat hujan

a. Setuju b. Tidak setuju 14. Cara menyemprot sebaiknya pada saat terik matahari.

a. Setuju b. Tidak setuju 15. Cara menyemprot sebaiknya pada saat angin kencang

a. Setuju b. Tidak setuju

16. Saat melakukan pencampuran pestisida sebaiknya menggunakan kayu a. Tidak setuju b. setuju

17. Setelah melakukan penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun.

a. Tidak setuju b. setuju

18. Pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain.

a. Tidak Setuju b. setuju

19. Pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

a. Tidak setuju b. setuju

20. Sebaiknya setiap petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida a. Tidak setuju b. setuju


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Petani Jeruk tentang Keracunan Akibat Penggunaan Pestisida di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

3 61 95

Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani terhadap Residu Pestisida Cabai di Desa Sukamandi Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun 2014

2 60 123

Pola Dan Perilaku Penyemprotan Pestisida Terhadap Keluhan Kesehatan Petani Jeruk Di Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2011

15 95 138

Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan dan Sikap Penyemprot Pestisida di Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2009

1 42 94

Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Keanekaragaman Arthropoda Tanah Dan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Jeruk (Kasus Petani Hortikultura Di Kabupaten Karo)

2 56 78

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida

0 7 98

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

1 3 75

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 5 12

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Penggunaan Pestisida Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo.

0 1 8