5
Banyak sekali keistimewaan film Emak Ingin Naik Haji, terutama adalah konsep cerita yang disuguhkan. Tema sosial yang mengangkat
kehidupan sehari-hari masyarakat. Lebih khususnya, Emak Ingin Naik Haji menyentil fenomena sosial keluarga muslim yang hidup berkecukupan dan
dapat berkali-kali naik haji sementara banyak keluarga muslim lain yang tak mampu menunaikan rukun Islam kelima tersebut atau harus bersusah payah
menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya pergi haji. Menghayati media komunikasi visual lebih sederhana tuntutannya
dibandingkan dengan menghayait media yang lain. Media komunikasi visual juga dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua orang dengan
mengabaikan tingkat pendidikan, usia dan kecerdasan. Berdasarkan uraian diatas itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tanggapan
penonton terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Tanggapan adalah penilaian yang diberikan masyarakat setempat dalam menerima setiap perubahan yang
terjadi di tempat merek
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang dikemukan adalah
bagaimana tanggapan penonton tentang film Emak Ingin Naik Haji?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan penonton tentang film Emak Ingin Naik Haji.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara akademis
Bagi mahasiswa dan akademis, manfaatnya adalah sebagai sarana pengetahuan dalam membuat sebuah konsep tentang tata cara dan proses
berpikir dalam memberikan sebuah pendapat tentang film, serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sebuah karya film.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan membuka wawasan bagi masyarakat luas terutama terhadap sebuah karya film.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tanggapan
Tanggapan menurut Kartono, 1990:57 adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses
pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan berarti juga adalah gambaran pengamatan yang tinggal
kesadaran kita sesudah mengamati Sujanto 1983:150. Tanggapan bisa juga diartikan sebagai hasil apa yang dicapai setelah suatu pengamatan
7
dilakukan atau ditetapkan, dimana respon dari seseorang tersebut setelah mendapat stimuli dan melalui proses berfikir.
Definisi tanggapan sendiri adalah ingatan dari pengamatan, misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita liat, melodi
indah yang yang baru menggema, dan lain-lain Kartono, 1990:58. Faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan:
a. Faktor Perhatian Perhatian adalah proses mental kita ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah
satu indera yang lain. b. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya. Tanggapan ditentukan bukan dari jenis atau bentuk
stimuli tetapi karakteristik individu atau orang yang memberikan stimuli.
c. Faktor Struktur Faktor struktur berasal semata-mata dari sifata stimuli fisik dan
efek-efek yang ditimbulkan pada system syaraf individu Rahmat, 1994:210
Pemunculan tanggapan disebabkan adanya rangsangan atau pengaruh dari luar. Tanggapan ini dibedakan menurut tipenya, antara lain:
8
a. Tipe Visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dilihatnya.
b. Tipe Auditif, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah didengarnya.
c. Tipe Motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dirasakan geraknya.
d. Tipe Taktil, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala yang pernah dirabanya.
e. Tipe Campuran, artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala hal yang telah
pernah diinderanya Sujanto, 1983:34. Tanggapan adalah suatu proses yang didahului dengan
penginderaan yang merupakan proses yang terwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun itu tidak berhenti sampai
disitu saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat syaraf yaitu otak dan terjadilah proses tanggapan sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, didengar dan sebagainya. Untuk ciri-ciri tanggapan antara lain:
a. Tidak tampak nyata, tinggal kesadaran akan kesan pengamatan. b. Tidakjelas, batasannya kurang tajam, dan kurang sempurna.
c. Obyek ditanggapi tidak mendetail dan tidak kabur. d. Obyek ditanggapi menurut kehendak imajinatif dan ingatan.
9
Paparan di atas menunjukkan adanya proses tanggapan tersebut, hasilnya adalah penilaian individu terhadap obyek berdasarkan
rangsangan yang diterima. Dari rangsangan atau pesan yang diterima oleh komunikan penonton mungkin diterima atau ditolak saat komunikan
telah melalui tahapan tanggapan.
2. Film
a. Pengertian Film
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat
dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. UU film no. 8: 1992.
Karya inilah yang nantinya sebagai media komunikasi sekaligus sebagai sarana bagi para sineas untuk mengutarakan gagasan,
ide lewat suatu wawasan keindahan. Dengan kata lain film mampu menciptakan kekuatan imajinasi seseorang atau kelompok para sineas
yaitu kekuatan yang mampu menampilkan rasa, diantaranya rasa empati, geram, bergairah serta berbagai bentuk ekspresi lainnya
termasuk emosi
10
b. Jenis Film
1 Film Dokumenter
Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter tidak
pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film
dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. 2
Film Cerita Pendek Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di
banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan
batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak
dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.
Sekalipun demikian, ada juga yang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke
rumah-rumah produksi atau saluran televisi. 3
Film Cerita Panjang Film dengan durasi lebih dari 60 menit yang lazimnya
berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam film ini. Beberapa film produksi India rata-rata
berdurasi hingga 180 menit.
11
4 Film jenis Lain
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Misalnya,
tayangan Usaha Anda si SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.
3. Genre Film
Genre atau jenis film ada bermacam- macam. Sebenarnya, tak ada maksud lain dari pemisahan tersebut. Namun secara tidak langsung,
kehadiran film- film dengan karakter tertentulah yang akhirnya memunculkan pengelompokan tersebut. Antara lain :
1 . Action – Laga Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup
biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre
film tersebut adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi pertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut
merasakan ketegangan yang terjadi. 2 . Comedy – Humor
Adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling disukaidan
bisa merambah usia segmentasi penonton. Namun ada kesulitan dalam menyajikannya.Jika kurang waspada, komedi
yang ditawarkan bisa
terjebak dalam humor yang slapstick, yakni
12
terkesan memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang dibuat- buat. Kunci suksesnya adalah meminta tokoh humoris
yang sudah dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh dalam film, layaknya saat menghibur penonton.
3 . Roman- Drama Genre film ini termasuk genre yang populer dikalangan masyarakat
penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap
tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesannya adalah dengan mengangkat tema klassik tentang permasalahan manusia yang tak
pernah puas mendapatkan jawaban. 4.
Misteri – horor Termasuk genre khusus, karena cakupannya sempit dan berkisar
pada hal yang itu- itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan perhatian daripada penonton. Kunci suksesnya terletak pada cara
mengemas dan menyajikan visualisasi hantu dan alur cerita mudah ditebak penonton sesudah pemutaran film.
4. Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa
Pada dasarnya fungsi komunikasi massa sama dengan fungsi media massa. Karena komunikasi massa itu sendiri adalah komunikasi
lewat media massa sehingga tidak mungkin membicarakan komunikasi massa tanpa menyangkut media massa Nurudin, 2003: 62. Menurut
13
Alexis S. Tan 1981 dalam tabelnya yang dimuat buku Komunikasi Massa karya Nurudin 2003: 63, fungsi komunikasi massa antara lain :
No
TUJUAN KOMUNIKATOR Penjaga Sistem
TUJUAN KOMUNIKAN Menyesuaikan diri pada
sistem; pemuasan kebutuhan
1 Memberi informasi
Mempelajari ancaman dan peluang; memahami
lingkungan; menguji kenyataan; meraih keputusan
2 Mendidik
Memperoleh pengetahuan
dan keterampilan yang
berguna memfungsikan
dirinya secara efektif dalam
masyarakatnya; mempelajari nilai, tingkah laku yang
cocok agar
diterima dalam
masyarakatnya.
3 Mempersuasi
Memberi keputusan; mengadopsi nilai, tingkah laku
dan aturan yang cocok agar diterima dalam
masyarakatnya.
4 Menyenangkan; memuaskan
kebutuhan komunikasi Menggembirakan; mengendorkan
urat syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian
dari masalah yang dihadapi.
14
Melihat banyaknya variasi fungsi komunikasi massa dari para ahli, Fungsi media massa dalam Muhtadi 1999: 28-33 sebagai berikut:
a Fungsi menyiarkan informasi to inform
Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena
memerlukan informasi mengenai berbagai hal, berbagai peristiwa, gagasan atau pikiran orang lain, dan sebagainya.
b Fungsi mendidik to educate
Sebagai sarana pendidikan massa mass education, surat kabar atau majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan
sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau bisa juga
berupa cerita bersambung atau berita bergambar yang mengandung aspek pendidikan.
c Fungsi menghibur to entertain
Hal-hal yang bersifat hiburan dimuat untuk mengimbangi berita-berita berat hard news dan atikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah
yang bersifat hiburan bisa berupa cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, atau berita yang mengandung minat
insani human interest. Pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semat-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para
pembaca dihidangi berita dan artikel yang berat.
15
d Fungsi mempengaruhi to influence
Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam masyarakat. Fungsi mempengaruhi ini secara
implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. e
Fungsi kontrol sosial Menurut Wilson Haris, media massa pers memiliki fungsi sebagai
“anjing penjaga” watch dog. Sehingga media mempunyai sebagai kontrol sosial yang juga dapat berperan sebagai publik servis. Melalui
fungsi ini pers media massa mampu mengajak, mengarahkan dan memaksa masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai sosial yang berlaku.
Sedangkan secara lebih jelas Rachmadi dalam Nurudin 2003: 13 menggaris bawahi, jika pers atau media massa berfungsi sebagai kontrol
sosial, berarti ia juga bersifat represif maupun preventif menghadapi konformitas dan deviasi. Pers atau surat kabar sebagai alat kontrol sosial
juga dapat berperan dalam menyampaikan kebijaksanaan dan program pembangunan kepada masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga dapat
menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi, pendapat serta kritik
5. Efek Komunikasi Masa
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan
tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude sikap. Sedangkan efek konatif berhubungan
16
dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Amri,1988
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan
dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung. Karlina, 1999:8-7 Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa
“Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu
tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain,
tujuan komunikator berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat
indera kita sense extention theory; teori perpanjangan alat indera Antony,2004. Dengan media massa kita memperoleh informasi
tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang
ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata
17
berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung meman
dang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif,
maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang biasa dan timpang. Oleh karena
itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak
berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai
makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan
menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya
media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang
dunia dari media massa. Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan
terbentuk pula oleh peran agenda setting penentuanpengaturan agenda. Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa
menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan.
Ini adalah rencana mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang
18
hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional
Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting.
Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah,
diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media
tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting.
Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek
prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek
prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media
massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana
alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos atau, sekarang
dengan cara transfer via rekening bank ke surat kabar, maka terjadilah efek prososial behavioral.
19
b. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada
khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan
dapat merasakannya Rahmat,2007:220. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten
dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi,
senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan
senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang
cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan
perbuatan tersebut. c.
Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi
beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-
resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak
20
sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut.
Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.
Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan
manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan
kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh
orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang
didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan
efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula
bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk. Rahmat,2007:240.
6. Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa
Film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak dapat kita pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang
dalam kajian para ahli komunikasi, Menurut Oe Hong Lee 1965, menyebutkan film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul
21
didunia, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan
surat kabar lenyap Hal ini berarti bahwa dari permulaan sejarah film dengan lebih
mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena film tidak mengalami unsur teknik, politik, ekonomi sosial dan demografi yang
merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhanya pada abad ke 18 pada permulaan abad ke 19. Seiring dengan kebangkitan film muncul
film-film yang mengumbar seks,kriminal dan kekerasan. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli
yakin bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak Sobur,2004
Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan
mengantar pesan secara unik. Ringkasnya terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada
semacam pengaruh menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah jika menuju penerapannya yang bersifat deduktif-propagandis, atau dengan
kata lain bersifat manipulatif. Film pada dasarnya memang dipengaruhi oleh tujuan manipulatif, karena film memerlukan penanganan yang lebih
sungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artifisial pula melalui manipulasi daripada media lain McQuail,1987
22
7. Teori Stimulus-Organism-Response SOR
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan
dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen : sikap, tanggapan , perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus
Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol- simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan
cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini
merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian
mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda
dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan
sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang S dan menghasilkan tanggapan R yang kuat pula.
23
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
Pesan stimulus, S
Komunikan organism, O
Efek Response, R Hosland, et al 1953 mengatakan bahwa proses perubahan
perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang
terdiri dari :
Stimulus rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti
ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
bersikap.
24
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut perubahan perilaku. Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah
hanya apabila stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini
berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat
berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : a perhatian,
b pengertian, dan c penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung
jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
25
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi sources misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas pada uraian teori S-O-R yang menyatakan ada tiga variabel
penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan
ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai
produk yang iklannya telah disaksikan di televisi. Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian
imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat
berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu
terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system
26
dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku
tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.
Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan
tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus penguatan agar
penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan
cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini
dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung
terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.
F. Definisi Konseptual
Adapun definisi konseptual dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tanggapan
Tanggapan menurut Kartono, 1990:57 adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan
sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.
27
2. Film Berdasarkan UU No 8 tahun 1992 dan rancangan UU Perfilman
yang disusun BP2N oktober 2000 dengan menampung aspirasi film masyarakat perfilman, yang dimaksud film adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid,
pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, nilai kimiawi, proses elektronik atau proses
lainnya atau tanpa suatu yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya
Askurifai Baksin, 2003:6.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti,
atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Moh.
Nasir, 1988:152. Variabel Dalam Penelitian ini adalah Tanggapan Penonton Tentang Film Emak Ingin Naik Haji.
Tanggapan menurut Kartono, 1990:57 adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan
28
sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan penonton merupakan pandangan atau pendapat pemirsa terhadap film Emak ingin naik
haji yang meliputi : - Tanggapan terhadap isi film
- Tanggapan terhadap nilai pesan atau moral film. - Tanggapan antara kesesuaian isi film dengan kehidupan nyata
- Tanggapan film dengan pengalaman pribadi nyata penonton
H. Metode Penelitian