TANGGAPAN PENONTON TENTANG FILM EMAK INGIN NAIK HAJI (Studi Pada Kelompok Ibu-ibu RT 02 Kelurahan Lesanpuro Malang)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh Fenny Kurniawati

05220217

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Rumusan Masalah...

3

C.

Tujuan Penelitian ... 3

D.

Kegunaan Penelitian ...

3

E.

Tinjauan Pustaka...

3

1.

Tanggapan ...

3

2.

Film ... 4

3.

Genre Film...

4

4.

Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa...

5

5.

Efek Komunikasi ...

6

6.

Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa ... 6

7.

Teori stimulus-Organism-Response...

7

F.

Definisi Konseptual ...

7

G.

Definisi Operasional ...

7

H.

Metode Penelitian ...

8

1.

Jenis Penelitian ...

8

2.

Tipe dan Dasar Penelitian...

8

3.

Populasi dan Sempel ...

8

4.

Teknik Pengumpulan Data ...

9

5.

Pengukuran ...

9

6.

Teknik Analisa Data...

9

II.

DISKRIPSI WILAYAH

A.

Gambaran Kelurahan Lesanpuro ...

10

1.

Luas kelurahan...

10


(3)

III.

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Identitas Responden...

15

B.

Distribusi Frekuensi ...

15

Tanggapan Responden ...

15

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

...

18

B.

Saran-saran ...

18


(4)

Tabel 1

Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Responden...

44

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasar Inspirasi Untuk Naik Haji ...

22

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan

Inspirasi Untuk Memberangkatkan Orang tua Naik Haji ...

47

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Menggambarkan

Upaya Untuk Naik Haji...

47

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan

Informasi tentang kewajiban untuk naik Haji ...

48

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan

Motivasi Untuk Menunaikan Ibadah Haji ...

48

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Sesuai dengan Syiar

Agama Islam...

49

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Mengandung

Nilai Sosial Kemasyarakatan ...

49

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Mengandunng

Nilai Perjuangan ...

50

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji memberikan


(5)

Kesesuaian Dengan Kehidupan Nyata ...

51

Tabel 12


(6)

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2007, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi, , Bandung, Simbiosa Rekatama Media Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta

Amri Jhi, 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia

Antoni, 2004. Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai

Askurifai Baksin, 2003, Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung, Penerbit Katarsis

Effendy, Onong Uchyana, 2002, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti

Kartono, K. 1990. Psikologi Umum. Bandung, Penerbit Mandar Maju McQuail, Dennis, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Penerbit Erlangga ___________________, 2002. Theories of mass communication. 5th Ed. New

York

Moh. Nasir, 1988, Metode Penelitian, Edisi Keempat, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia

Muhtadi, Asep Saeful, 1999. Jurnalistik Pendekatan dan Praktik. Jakarta, Penerbit Logos

Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang, Penerbit Cespur

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi; Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung

__________________. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung


(7)

Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung, Penerbit Alfabeta Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Umum. Jakarta : Aksara Baru

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya

Sumartono, 2002, Terperangkap dalam Iklan (Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi). Bandung, Penerbit Alfabeta

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta, Penerbit Grasindo Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung, Penerbit Alfabeta


(8)

1 A. Latar Belakang

Film sebagai salah satu bentuk media massa dipandang mampu memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan dunia hiburan dalam menghadapi aktifitas hidup sehari-hari. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.

Film dalam kajian media massa termasuk jajaran seni yang ditopang oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada penonton yang ikut menunjang lahirnya karya film. Film mendapat tempat tersendiri sebagai media hiburan karena pesan-pesan yang terdapat didalamnya mampu menusukkan imajinasi, ketegangan, ketakutan dan benturan emosional, seolah-olah penonton ikut merasakan dan menjadi bagian di dalamnya. Selain itu, film merupakan perwujudan dari seluruh realitas kehidupan sosial yang begitu luas, baik di masa yang lalu, masa yang sekarang dan masa yang akan datang.

Memahami pesan dan tanggapan sebuah film, penonton perlu memahami konvensi film itu sendiri. Film merupakan hasil dari sebuah proses kreatif dan interpretasi pembuatnya terhadap suatu masalah yang ingin dikomunikasikan kepada masyarakat penontonnya. Akan tetapi, bentuk


(9)

komunikasi film bersifat tidak langsung, sama halnya dengan puisi dan prosa. Karena itu untuk dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah film, ada baiknya sebagai penonton, tahu bentuk dan konvensi sebuah film.

Karena keengganan untuk melewati proses ini dan kecendrungan untuk ikut memberi komentar dapat memunculkan kontroversi yang seharusnya tidak perlu. Dalam memahami film-film Islami, misalnya, banyak yang tahu dan paham nilai-nilai dalam ajaran Islam, akan tetapi kurang memahami konvensi sebuah film dalam menyampaikan nilai-nilai tersebut, sehingga komentar atau kritik mereka terhadap nilai-nilai agama yang dibahas dalam film-film Islami tersebut cendrung menjadi kurang proporsional. Sehingga untuk melihat dan membaca tanggapan masyarakat terhadap film Emak Ingin Naik Haji dapat dilakukan penelitian ini.

Dalam satu dekade terakhir, industri perfilman Indonesia mengalami keterpurukan dan kelesuan. Selain disebabkan oleh krisis ekonomi yang tentunya berpengaruh juga pada biaya produksi film, terpuruknya industri film Indonesia tidak terlepas dari dua faktor lainnya. Faktor pertama adalah kualitas sumber daya insan perfilman (mulai dari sutradara, penulis skenario, juru kamera, pemeran dan lainnya) yang kurang mampu menciptakan sebuah karya film ideal. Faktor yang kedua adalah penonton film yang beralih menjadi penonton televisi seiring merebaknya tayangan sinema elektronika (sinetron). Akibatnya, film mengalami degradasi besar-besaran yang ditandai


(10)

dengan semakin menurunnya jumlah penonton film untuk datang ke gedung bioskop.

Dipelopori oleh anak-anak muda yang tidak sempat mengenyam era emas perfilman Indonesia, tumbuh kembali semacam semangat bersama untuk membangun kembali industri perfilman yang telah mati suri. Sedikit demi sedikit dan perlahan tapi pasti, produksi film mulai bergerak ke arah positif. Data Festifal Film dan Video Independen Indonesia (FFVII) tahun 1999-2001 menunjukkan produksi film pendek setiap tahunnya lebih dari 50 buah. Hal ini menunjukkan bangkitnya perfilman Indonesia dan munculnya optimisme bahwa akan ada pertumbuhan produktifitas yang diisi oleh generasi muda yang telah menjadi pelopor bangkitnya perfilman Indonesia.

Sebuah film hasil garapan Mizan Productions yang sukses menghadirkan Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku bekerja sama dengan Smaradhana Pro meluncurkan Emak Ingin Naik Haji, sebuah film drama religi yang mengangkat berbagai nilai kehidupan kegigihan, ketulusan, kasih sayang, semangat berbagi, berserah diri, dan berbagai nilai indah lainnya yang mungkin saja terlupakan oleh sebagian besar masyarakat

Emak Ingin Naik Haji bercerita tentang Emak, seorang wanita paruh baya yang dengan gigih berusaha untuk dapat mewujudkan impiannya, yaitu pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan haji. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau pesanan orang. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anak Emak satu-satunya yang berjualan lukisan keliling hasil karyanya sendiri


(11)

Walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak tersebut, juga berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Apakah ada jalan bagi Emak agar keinginannya terwujud.

Kenyataan yang berkembang pada masyarakat saat ini bahwa orang yang mampu naik haji adalah orang kaya. Sedangkan dalam film ini mengembangkan tanggapan bahwa naik haji bukan hanya keinginan orang kaya, tetapi orang miskinpun punya kesempatan untuk mewujudkannya, hanya cara mencapainya berbeda-beda. Sehingga setiap masyarakat harus mampu berusaha dalam mewujudkan setiap impiannya, meskipun harus menempuh dengan berbagai usaha keras.

Film produksi Mizan Productions ini mencoba mengingatkan masyarakat bahwa Kehendak Allah tidak selalu sama dengan apa yang manusia fikirkan. Emak, merupakan sosok perwakilan sebagian rakyat Indonesia yang sangat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, sehingga setiap nafas dan ingatannya Emak tetap berfokus pada keinginan ibadah haji. Dari hasil usaha jualan kue, setiap keuntungan meskipun kecil, dia kumpulkan dan ditabung di Bank, sebagai wujud dari ikhtiar yang dia jalani sebagai hamba- Nya.


(12)

Banyak sekali keistimewaan film Emak Ingin Naik Haji, terutama adalah konsep cerita yang disuguhkan. Tema sosial yang mengangkat kehidupan sehari-hari masyarakat. Lebih khususnya, Emak Ingin Naik Haji menyentil fenomena sosial keluarga muslim yang hidup berkecukupan dan dapat berkali-kali naik haji sementara banyak keluarga muslim lain yang tak mampu menunaikan rukun Islam kelima tersebut atau harus bersusah payah menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya pergi haji.

Menghayati media komunikasi visual lebih sederhana tuntutannya dibandingkan dengan menghayait media yang lain. Media komunikasi visual juga dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua orang dengan mengabaikan tingkat pendidikan, usia dan kecerdasan. Berdasarkan uraian diatas itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tanggapan penonton terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Tanggapan adalah penilaian yang diberikan masyarakat setempat dalam menerima setiap perubahan yang terjadi di tempat merek

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang dikemukan adalah "bagaimana tanggapan penonton tentang film Emak Ingin Naik Haji"?


(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan penonton tentang film Emak Ingin Naik Haji.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis

Bagi mahasiswa dan akademis, manfaatnya adalah sebagai sarana pengetahuan dalam membuat sebuah konsep tentang tata cara dan proses berpikir dalam memberikan sebuah pendapat tentang film, serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sebuah karya film.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan membuka wawasan bagi masyarakat luas terutama terhadap sebuah karya film.

E. Tinjauan Pustaka 1. Tanggapan

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan berarti juga adalah gambaran pengamatan yang tinggal kesadaran kita sesudah mengamati (Sujanto 1983:150). Tanggapan bisa juga diartikan sebagai hasil apa yang dicapai setelah suatu pengamatan


(14)

dilakukan atau ditetapkan, dimana respon dari seseorang tersebut setelah mendapat stimuli dan melalui proses berfikir.

Definisi tanggapan sendiri adalah ingatan dari pengamatan, misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita liat, melodi indah yang yang baru menggema, dan lain-lain (Kartono, 1990:58). Faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan:

a. Faktor Perhatian

Perhatian adalah proses mental kita ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu indera yang lain.

b. Faktor Fungsional

Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya. Tanggapan ditentukan bukan dari jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik individu atau orang yang memberikan stimuli.

c. Faktor Struktur

Faktor struktur berasal semata-mata dari sifata stimuli fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada system syaraf individu (Rahmat, 1994:210)

Pemunculan tanggapan disebabkan adanya rangsangan atau pengaruh dari luar. Tanggapan ini dibedakan menurut tipenya, antara lain:


(15)

a. Tipe Visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dilihatnya.

b. Tipe Auditif, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah didengarnya.

c. Tipe Motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dirasakan geraknya.

d. Tipe Taktil, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala yang pernah dirabanya.

e. Tipe Campuran, artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala hal yang telah pernah diinderanya (Sujanto, 1983:34).

Tanggapan adalah suatu proses yang didahului dengan penginderaan yang merupakan proses yang terwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat syaraf yaitu otak dan terjadilah proses tanggapan sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar dan sebagainya.

Untuk ciri-ciri tanggapan antara lain:

a. Tidak tampak nyata, tinggal kesadaran akan kesan pengamatan. b. Tidakjelas, batasannya kurang tajam, dan kurang sempurna. c. Obyek ditanggapi tidak mendetail dan tidak kabur.


(16)

Paparan di atas menunjukkan adanya proses tanggapan tersebut, hasilnya adalah penilaian individu terhadap obyek berdasarkan rangsangan yang diterima. Dari rangsangan atau pesan yang diterima oleh komunikan (penonton) mungkin diterima atau ditolak saat komunikan telah melalui tahapan tanggapan.

2. Film

a. Pengertian Film

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. (UU film no. 8: 1992).

Karya inilah yang nantinya sebagai media komunikasi sekaligus sebagai sarana bagi para sineas untuk mengutarakan gagasan, ide lewat suatu wawasan keindahan. Dengan kata lain film mampu menciptakan kekuatan imajinasi seseorang atau kelompok (para sineas) yaitu kekuatan yang mampu menampilkan rasa, diantaranya rasa empati, geram, bergairah serta berbagai bentuk ekspresi lainnya termasuk emosi


(17)

b. Jenis Film

1) Film Dokumenter

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.

2) Film Cerita Pendek

Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.

3) Film Cerita Panjang

Film dengan durasi lebih dari 60 menit yang lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam film ini. Beberapa film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.


(18)

4) Film jenis Lain

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Misalnya, tayangan Usaha Anda si SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.

3. Genre Film

Genre atau jenis film ada bermacam- macam. Sebenarnya, tak ada maksud lain dari pemisahan tersebut. Namun secara tidak langsung, kehadiran film- film dengan karakter tertentulah yang akhirnya memunculkan pengelompokan tersebut. Antara lain :

1 ). Action – Laga

Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre film tersebut adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi pertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut merasakan ketegangan yang terjadi.

2 ). Comedy – Humor

Adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling disukaidan bisa merambah usia segmentasi penonton. Namun ada kesulitan dalam menyajikannya.Jika kurang waspada, komedi yang ditawarkan bisa terjebak dalam humor yang slapstick, yakni


(19)

terkesan memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang dibuat- buat. Kunci suksesnya adalah meminta tokoh humoris yang sudah dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh dalam film, layaknya saat menghibur penonton.

3 ). Roman- Drama

Genre film ini termasuk genre yang populer dikalangan masyarakat penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesannya adalah dengan mengangkat tema klassik tentang permasalahan manusia yang tak pernah puas mendapatkan jawaban.

4). Misteri – horor

Termasuk genre khusus, karena cakupannya sempit dan berkisar pada hal yang itu- itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan perhatian daripada penonton. Kunci suksesnya terletak pada cara mengemas dan menyajikan visualisasi hantu dan alur cerita mudah ditebak penonton sesudah pemutaran film.

4. Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa

Pada dasarnya fungsi komunikasi massa sama dengan fungsi media massa. Karena komunikasi massa itu sendiri adalah komunikasi lewat media massa sehingga tidak mungkin membicarakan komunikasi massa tanpa menyangkut media massa (Nurudin, 2003: 62). Menurut


(20)

Alexis S. Tan (1981) dalam tabelnya yang dimuat buku Komunikasi Massa karya Nurudin (2003: 63), fungsi komunikasi massa antara lain :

No TUJUAN KOMUNIKATOR

(Penjaga Sistem)

TUJUAN KOMUNIKAN (Menyesuaikan diri pada sistem; pemuasan kebutuhan) 1 Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang;

memahami

lingkungan; menguji kenyataan; meraih keputusan

2 Mendidik Memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang

berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam

masyarakatnya; mempelajari nilai, tingkah laku yang

cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

3 Mempersuasi Memberi keputusan; mengadopsi

nilai, tingkah laku

dan aturan yang cocok agar diterima dalam

masyarakatnya. 4 Menyenangkan; memuaskan

kebutuhan komunikasi

Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf,

menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah


(21)

Melihat banyaknya variasi fungsi komunikasi massa dari para ahli, Fungsi media massa dalam Muhtadi (1999: 28-33) sebagai berikut:

a) Fungsi menyiarkan informasi (to inform)

Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal, berbagai peristiwa, gagasan atau pikiran orang lain, dan sebagainya.

b) Fungsi mendidik (to educate)

Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar atau majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau bisa juga berupa cerita bersambung atau berita bergambar yang mengandung aspek pendidikan.

c) Fungsi menghibur (to entertain)

Hal-hal yang bersifat hiburan dimuat untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan atikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang bersifat hiburan bisa berupa cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, atau berita yang mengandung minat insani (human interest). Pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semat-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangi berita dan artikel yang berat.


(22)

d) Fungsi mempengaruhi (to influence)

Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam masyarakat. Fungsi mempengaruhi ini secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

e) Fungsi kontrol sosial

Menurut Wilson Haris, media massa (pers) memiliki fungsi sebagai “anjing penjaga” (watch dog). Sehingga media mempunyai sebagai kontrol sosial yang juga dapat berperan sebagai publik servis. Melalui fungsi ini pers (media massa) mampu mengajak, mengarahkan dan memaksa masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai sosial yang berlaku.

Sedangkan secara lebih jelas Rachmadi dalam Nurudin (2003: 13) menggaris bawahi, jika pers atau media massa berfungsi sebagai kontrol sosial, berarti ia juga bersifat represif maupun preventif menghadapi konformitas dan deviasi. Pers atau surat kabar sebagai alat kontrol sosial juga dapat berperan dalam menyampaikan kebijaksanaan dan program pembangunan kepada masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga dapat menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi, pendapat serta kritik

5. Efek Komunikasi Masa

Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan


(23)

dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. (Amri,1988)

a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. (Karlina, 1999:8-7)

Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera) (Antony,2004). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata


(24)

berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung meman dang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang biasa dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa.

Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang


(25)

hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting. Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting.

Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek prososial behavioral.


(26)

b. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya (Rahmat,2007:220). Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak


(27)

sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.

Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk. (Rahmat,2007:240).

6. Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak dapat kita pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, Menurut Oe Hong Lee (1965), menyebutkan film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul


(28)

didunia, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar lenyap

Hal ini berarti bahwa dari permulaan sejarah film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena film tidak mengalami unsur teknik, politik, ekonomi sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhanya pada abad ke 18 pada permulaan abad ke 19. Seiring dengan kebangkitan film muncul film-film yang mengumbar seks,kriminal dan kekerasan. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli yakin bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak (Sobur,2004)

Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Ringkasnya terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada semacam pengaruh menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah jika menuju penerapannya yang bersifat deduktif-propagandis, atau dengan kata lain bersifat manipulatif. Film pada dasarnya memang dipengaruhi oleh tujuan manipulatif, karena film memerlukan penanganan yang lebih sungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artifisial pula (melalui manipulasi) daripada media lain (McQuail,1987)


(29)

7. Teori Stimulus-Organism-Response (SOR)

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, tanggapan , perilaku, kognisi afeksi dan konasi.

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.


(30)

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;

 Pesan (stimulus, S)

 Komunikan (organism, O)  Efek (Response, R)

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

 Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

 Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

 Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).


(31)

 Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

(a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.


(32)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah disaksikan di televisi.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system


(33)

dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.

Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.

F. Definisi Konseptual

Adapun definisi konseptual dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tanggapan

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.


(34)

2. Film

Berdasarkan UU No 8 tahun 1992 dan rancangan UU Perfilman yang disusun BP2N oktober 2000 dengan menampung aspirasi film masyarakat perfilman, yang dimaksud film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, nilai kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suatu yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya (Askurifai Baksin, 2003:6).

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh. Nasir, 1988:152). Variabel Dalam Penelitian ini adalah Tanggapan Penonton Tentang Film Emak Ingin Naik Haji.

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan


(35)

sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan penonton merupakan pandangan atau pendapat pemirsa terhadap film Emak ingin naik haji yang meliputi :

- Tanggapan terhadap isi film

- Tanggapan terhadap nilai pesan atau moral film.

- Tanggapan antara kesesuaian isi film dengan kehidupan nyata - Tanggapan film dengan pengalaman pribadi nyata penonton

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian semi eksperimen. Penelitian semi eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan untuk melihat suatu hasil dan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki. Dalam penelitian ini penelitian semi eksperimen dilakukan kepada ibu-ibu PKK RT 02 RW 01 Kelurahan Lesanpuro Malang.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sebagaimana mestinya.


(36)

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 90). Populasi adalah semua atau keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian. Adapun dalam penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu di RT 02 Kelurahan Lesanpuro Malang sebanyak 32 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sample merupakan sebagian dari populasi (Sugiyono, 2006 : 91) Walaupun dengan hanya mengamati sebagian dari obyek penelitian yaitu sampel yang diteliti, namun akan dapat memberi gambaran secara umum atas permasalahan yang sedang diteliti. Penemuan sampel ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara representatif.

Dalam penelitian ini taknik sampling yang diambil adalah sampling jenuh (total sampling). Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.


(37)

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan permasalahan ini yaitu, antara lain:

a. Quisioner (angket)

Angket atau Questioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Data yang diperoleh dari angket atau questioner adalah data mengenai pribadi responden dan data mengenai hal-hal yang responden ketahui yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang pandangan, pemahaman dan penghargaan terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Data yang terkumpul berupa jawaban dari pertanyaan yang diisi oleh responden.

b. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari catatan-catatan penting, artikel, buku baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan yang berkaitan dengan penelitian untuk lebih memperjelas atau memperkuat data yang didapat berkaitan dengan penelitian.

5. Pengukuran

Dalam pengukuran peubah-peubah yang dipakai, digunakan kriteria dengan Skala Likert. Skala Likert merupakan ”Skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2004 : 86).


(38)

Jawaban yang diberikan oleh responden, diberi nilai yang merefleksikan secara konsisten dari sikap responden, yakni dengan pemberian score pada jawaban kuesioner yang diajukan pada responden sebagai berikut :

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak setuju 2

5. Sangat kurang setuju 1

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kuantitatif data yang terkumpul nantinya akan dianalisis menggunakan cara deskriptif. Dalam mencari hasil akhir digunakan rumus Mean..

Rumus Mean

N fx Mx

Keterangan: Mx : Mean (rata – rata)

fx: Jumlah dari skor – skor (nilai) yang ada


(39)

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yaitu analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan karakteristik daerah penelitian responden dan distribusi item-item masing-masing variabel. Data yang dikumpulkan diedit dan ditabulasikan kedalam tabel, kemudian pembahasan data dalam angka dan presentase.

Analisis statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa frekuensi dan rata-rata.

Frekuensi merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan nilai distribusi data penelitian yang memiliki kesamaan kategori. Frekuensi suatu distribusi data penelitian dinyatakan dengan ukuran absolut (f) atau proporsi (%). Penyajian statistik deskriptif yang menggunakan ukuran frekuensi dapat menggunakan tabel numerik atau grafik.

Pengukuran rata-rata merupakan cara yang digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang dihitung dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang diteliti.


(1)

2. Film

Berdasarkan UU No 8 tahun 1992 dan rancangan UU Perfilman yang disusun BP2N oktober 2000 dengan menampung aspirasi film masyarakat perfilman, yang dimaksud film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, nilai kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suatu yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya (Askurifai Baksin, 2003:6).

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh. Nasir, 1988:152). Variabel Dalam Penelitian ini adalah Tanggapan Penonton Tentang Film Emak Ingin Naik Haji.

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan


(2)

sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan penonton merupakan pandangan atau pendapat pemirsa terhadap film Emak ingin naik haji yang meliputi :

- Tanggapan terhadap isi film

- Tanggapan terhadap nilai pesan atau moral film.

- Tanggapan antara kesesuaian isi film dengan kehidupan nyata - Tanggapan film dengan pengalaman pribadi nyata penonton

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian semi eksperimen. Penelitian semi eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan untuk melihat suatu hasil dan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki. Dalam penelitian ini penelitian semi eksperimen dilakukan kepada ibu-ibu PKK RT 02 RW 01 Kelurahan Lesanpuro Malang.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sebagaimana mestinya.


(3)

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 90). Populasi adalah semua atau keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian. Adapun dalam penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu di RT 02 Kelurahan Lesanpuro Malang sebanyak 32 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sample merupakan sebagian dari populasi (Sugiyono, 2006 : 91) Walaupun dengan hanya mengamati sebagian dari obyek penelitian yaitu sampel yang diteliti, namun akan dapat memberi gambaran secara umum atas permasalahan yang sedang diteliti. Penemuan sampel ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara representatif.

Dalam penelitian ini taknik sampling yang diambil adalah sampling jenuh (total sampling). Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.


(4)

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan permasalahan ini yaitu, antara lain:

a. Quisioner (angket)

Angket atau Questioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Data yang diperoleh dari angket atau questioner adalah data mengenai pribadi responden dan data mengenai hal-hal yang responden ketahui yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang pandangan, pemahaman dan penghargaan terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Data yang terkumpul berupa jawaban dari pertanyaan yang diisi oleh responden.

b. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari catatan-catatan penting, artikel, buku baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan yang berkaitan dengan penelitian untuk lebih memperjelas atau memperkuat data yang didapat berkaitan dengan penelitian.

5. Pengukuran

Dalam pengukuran peubah-peubah yang dipakai, digunakan kriteria dengan Skala Likert. Skala Likert merupakan ”Skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2004 : 86).


(5)

Jawaban yang diberikan oleh responden, diberi nilai yang merefleksikan secara konsisten dari sikap responden, yakni dengan pemberian score pada jawaban kuesioner yang diajukan pada responden sebagai berikut :

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak setuju 2

5. Sangat kurang setuju 1

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kuantitatif data yang terkumpul nantinya akan dianalisis menggunakan cara deskriptif. Dalam mencari hasil akhir digunakan rumus Mean..

Rumus Mean

N fx

Mx

Keterangan: Mx : Mean (rata – rata)

fx: Jumlah dari skor – skor (nilai) yang ada


(6)

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yaitu analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan karakteristik daerah penelitian responden dan distribusi item-item masing-masing variabel. Data yang dikumpulkan diedit dan ditabulasikan kedalam tabel, kemudian pembahasan data dalam angka dan presentase.

Analisis statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa frekuensi dan rata-rata.

Frekuensi merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan nilai distribusi data penelitian yang memiliki kesamaan kategori. Frekuensi suatu distribusi data penelitian dinyatakan dengan ukuran absolut (f) atau proporsi (%). Penyajian statistik deskriptif yang menggunakan ukuran frekuensi dapat menggunakan tabel numerik atau grafik.

Pengukuran rata-rata merupakan cara yang digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang dihitung dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang diteliti.