PENDAHULUAN Faktor Risiko Streptococcus Mutans terhadap Tingkat Keparahan Karies Anak dan Pencegahannya

BAB I PENDAHULUAN

Kesehatan mulut yang baik adalah bagian integral dari kesehatan umum yang baik namun banyak anak-anak mempunyai kesehatan umum dan mulut yang tidak adekuat oleh karena karies gigi yang aktif dan tidak terkontrol. 1 Karies gigi dipertimbangkan sebagai salah satu prevalensi penyakit infeksi tertinggi di dunia. 2 Penelitian telah dilakukan di beberapa wilayah baik di Indonesia maupun di negara lain untuk menentukan prevalensi karies gigi pada anak-anak. Penelitian Octiara E. dan Roesnawi Y. 2001 di Binjai menemukan 84,21 anak usia 2-5 tahun mengalami karies dengan rata-rata def-t 8,05 ± 5,66 dan anak usia 6-14 tahun memiliki karies 64,59 dengan rata-rata def-t 6,29 ± 4,41 serta DMF-T 1,68 ± 1,91. 3 Lopez IY dkk. di Santiago Chile menemukan bahwa 56,8 anak usia pra-sekolah menderita karies dengan rata-rata def-t 2,1 ± 2,9. 4 Prevalensi karies gigi pada anak sekolah di beberapa kecamatan kota Medan diperoleh sebesar 74,69, sedangkan prevalensi pada kelompok usia 10-13 tahun yaitu sebesar 67,92 dengan rata-rata DMF-T 2,43. 5 Penelitian di Riyardh Saudi Arabia diperoleh prevalensi karies gigi pada anak usia 6-7 tahun sebesar 94,4 dengan rata-rata dmf-t 7,34 ± 4,02. 2 Karies merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi karena adanya interaksi dari beberapa faktor yaitu host, bakteri, substrat dan waktu. Penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukkan penyakit karies disebabkan karena terabaikannya rongga mulut, Universitas Sumatera Utara sehingga terjadi penumpukan plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat erat dipermukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri. 6 Proses karies terjadi diawali oleh infeksi bakteri. Salah satu mikroorganisme patogen penyebab karies yang banyak ditemukan di rongga mulut adalah Streptococcus mutans yang merupakan mikroorganisme asidurik dan asidogenik yang membentuk koloni di dalam rongga mulut. Beberapa laporan penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jumlah S. mutans pada saliva dan karies. 6,7 Penelitian di Riga Latvia, menyatakan bahwa pengalaman karies mempunyai hubungan dengan indeks oral hygiene indeks Green-Vermillion pada usia anak 6 tahun p=0,024 dan jumlah S. mutans pada saliva anak usia 12 tahun p=0,010, sedangkan indeks oral hygiene dan jumlah S. mutans pada saliva menunjukkan pengaruh yang positif khususnya pada anak usia 12 tahun p=0,086 . 8 Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Qodri Jember pada anak usia 10-12 tahun mengenai perbandingan rata-rata jumlah koloni bakteri saliva S. mutans dan Laktobasillus pada anak karies dan bebas karies, diperoleh hasil yaitu anak yang karies memiliki sebesar 167, 30 CFU Colony Forming Unit bakteri saliva dan anak yang bebas karies 44,10 CFU bakteri saliva. 9 Penelitian di Kolombia dijumpai S. mutans pada saliva dari 33 orang anak, 21 orang diantaranya menderita karies dan 12 orang bebas karies. Jumlah S. mutans pada saliva yang ditemukan berkisar 10 3 sampai 10 7 CFU ml. Hasil analisa statistik tidak ada perbedaan jumlah S. mutans yang bermakna antara kelompok karies dan bebas karies p=0,21; walaupun secara substansi, lebih banyak ditemukan S. mutans pada saliva anak yang karies dibanding yang bebas karies. 7 Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian di atas, terlihat S. mutans merupakan faktor risiko terjadinya karies. Oleh karena itu perlu pengendalian jumlah S. mutans di dalam rongga mulut anak dengan melakukan pencegahan berupa peningkatan kebersihan rongga mulut dengan membuang plakdebris yang banyak berisi S. mutans secara mekanik maupun kimia. Melalui skripsi ini penulis akan membahas mengenai etiologi karies, S. mutans sebagai faktor risiko karies dan pencegahannya dengan cara mengendalikan jumlah S. mutans dalam rongga mulut. Diharapkan dokter gigi dapat mengaplikasikan pengetahuan mengenai faktor risiko karies kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara

BAB II ETIOLOGI KARIES