paling cocok dari skala temperatur termodinamika. Ketidaksesuaian antara kedua skala temperatur ini diperkirakan dalam derajat centigrade.
Pada dasarnya, ada empat metode pengukuran temperatur : 1.
Pemuaian panas 2.
Termolistrik 3.
Resistansi 4.
Radiasi Metode yang dipilih akan tergantung pada faktor-faktor seperti ketelitian,
persyaratan rekaman, persyaratan pengendalian, temperatur, lokasi, biaya dan kondisi luar yang penting.
II.3. Jenis-Jenis Alat Ukur Temperatur
Temperatur tidak diukur secara langsung, tetapi dengan cara tidak langsung, yaitu dengan mengamati pengaruh perubahan temperatur. Perubahan
temperatur dapat menyebabkan berbagai macam perubahan, antara lain : a.
Perubahan volume b.
Perubahan tekanan c.
Perubahan viskositas d.
Perubahan tegangan listrik e.
Perubahan tegangan listrik pada junction termokopel f.
Perubahan resonansi kristal, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
II.3.1. Termometer Air Raksa
Prinsip kerja berdasarkan perubahan temperatur menyebabkan perubahan volume, agar perubahan volume tersebut dapat tampak lebih jelas lebih sensitif,
maka digunakan system reservoir dan kapiler lihat Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Temometer Air Raksa Umumnya bila suatu aliran dipanaskan maka volumenya akan bertambah
menurut hubungan : Vt = Vo + 1 + β Δt .............................2.4
Keterangan : Vt = Volume pada termometer t Vo = Volume mula
Β = Koefisien muai volume dari cairan Δt = Perubahan temperatur
II.3.2. Termometer Bimetal
Dua buah logam dengan koefisien muai panjang berbeda diletakkan sejajar, karena satu logam mempunyai koefisien muai panjang yang lebih besar,
maka kenaikan temperatur akan ditunjukkan oleh penyimpangan defleksi dari bimetal. Penurunan temperatur akan disertai dengan gerakan pada arah yang
Universitas Sumatera Utara
berlawanan. Umumnya bila suatu batang dipanaskan maka akan terjadi pertambahan panjang.
L
t
= L
o
1 + α Δt ...............................2.5 Keterangan : L
t
= Panjang mula α
= Koefsien muai panjang Δt
= Perubahan temperatur L
t
= Panjang pada temperatur Suatu batang bimetal yang mula-mula lurus pada temperatur To, akan
melengkung bila temperatur diubah menjadi T. Jari-jari lengkungan akan mengikuti rumus empiris lihat Gambar 2.2.
t 3 1 + m
2
+ 1 + m m
2
+ 1 mn
R t
m n
α
A
dan
α
B
T
To .......................2.6
6
α
A
-
α
B
T – T
o
1 + m
2
Keterangan : =
= =
= =
=
= Jari-jari lengkungan yang terjadi
Tebal total pelat Perbandingan tebal pelat terhadap A
Perbandingan modulus elastisitas bahan A terhadap B Masing-masing koefisien muai panjang bahan A dan B
Temperatur pada waktu terjadi pelengkugan temperatur yang diukur ditunjukkan
o
C Temperatur pada waktu kedua pelat diletakkan
pada waktu pelat tidak melengkung C
Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar, diusahakan agar metal B mempunyai
α
A
yang sekecil mungkin dan metal A yang sebesar mungkin. r =
Universitas Sumatera Utara
Contohnya : invar campuran besi-nikel dengan koefisien muai kecil, paduan kuningan atau nikel dengan koefisien muai besar.
Bimetal ini selain pengukur pengukur temperatur, sering pula digunakan sebagai elemen control pada system pengontrol temperatur pada kontroler jenis
on-off.
Gambar 2.2. Temometer Bimetal Konstruksi antara lain :
- Spiral
- Bentuk U
- Washer
- Helik
- Helik Ganda
-
II.3.3. Termokopel
Termokopel terdiri dari sambungan junction dari dua logam yang berbeda. Pada sambungan ini terdapat tegangan listrik yang nilainya dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
oleh temperature junction. Perubahan temperatur akan memberikan harga tegangan yang berubah pula.
Pada termokopel terdapat 3 efek yang saling berkaitan yaitu : 1.
Efek Seebeck Bila dua logam yang berbeda dan dihubungkan seperti pada Gambar 2.3
maka akan timbul tegangan listrik antara kedua terminal yang besarnya tergantung pada temperatur pada junctionnya temperatur pada titik
hubung antara kedua logam tersebut. 2.
Efek Peltier Bila pada junction tersebut mengalir arus listrik maka tegangan listrik
yang terjadi tadi akan berubah naik atau turun tergantung dari arah arus listrik yang mengalir pada junction tersebut.
3. Efek Thomson
Bila sepanjang logam tersebut terdapat gradient temperatur, maka besarnya tegangan juga akan berubah.
Gambar 2.3. Termokopel
II.3.4. Termometer Bejana Kapiler
Pada sistem pengukuran temperatur yang menggunakan Termometer Bejana Kapiler ini, dapat terbagi menjadi tiga kelas :
Universitas Sumatera Utara
Kelas I : Berisi cairan
Kelas II : Berisi uap
Kelas III : Berisi gas
Termometer jenis ini umumnya terdiri dari 3 bagian, seperti yang dapat diperhatikan pada gambar 2.4 berikut:
- Bejana sebagai elemen perasa
- Pipa kapiler sebagai penghubung
- Pengukur tekanan seperti tabung bourdon, bellow, atau diafragma sebagai
indikator
Gambar 2.4. Termometer Bejana Kapiler
II.3.5. Termometer Tahanan Platinum Resistance Pt-100 Platinum Resistance Pt-100 atau dikenal dengan Detektor Temperatur
Tahanan adalah salah satu bagian dari instrumen yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu temperatursuhu, yang menggunakan elemen
sensitif dari kawat platina, tembaga, atau nikel murni yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di dalam batas suhunya.
Detektor Temperatur Tahanan listrik berdasarkan perubahan tahanan listrik suatu logam terhadap perubahan temperatur, umumnya bila suatu logam
Universitas Sumatera Utara
dipanaskan maka tahanan listriknya akan naik sesuai dengan temperaturnya menurut hubungan :
Rt = R 1 + At + Bt
2
Dimana : R = tahanan pada suhu T
R = tahanan pada suhu To Reference
a,b = konstanta yang ditentukan dengan eksperimen a = 3,908x10
-3
dan b = 5,775x10
-7
α
= koefisien suhu dari bahan logam yang bersangkutan per C
II.3.5.1. Jenis-Jenis Logam PT-100 Platinum Resistance Pt-100 menggunakan karakteristik dari besaran
tahanan listrik dari suatu jenis logam yang berubah berdasarkan perubahan temperatur.
Dalam dunia industri atau penggunaannya di dalam suatu proses, biasanya
Platinum Resistance Pt-100 digunakan pada:
a. Mesin pendingin
b. Proses pembuatan makanan
c. Kompor dan alat pemanggang
d. Produksi kain textile
e. Produksi plastik
f. Produksi bahan-bahan kimia
g. Pembuatan bahan-bahan mikroelektronik
h. Pengukuran suhu udara, gas, dan cairan-cairan
Universitas Sumatera Utara
i. Pengukuran suhu tempat pembuangan gas
Beberapa jenis logam yang digunakan pada Pt-100 adalah platinum,
nickel dan copper tembaga, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang sesuai dengan kenaikan temperatur dan kenaikan besaran tahanan.
Mengenai karakteristik resistensi temperatur dari bahan termoresistif pada kenaikan suhu, dapat dilihat pada Ggambar 2.1.
0 0 200
400 600
800 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
TEMPERATURE, C
RELATIVE RESISTANCE, RT R0 C
THERMISTOR NICKEL
TUNGSTEN COPPER
PLATINUM
Gambar 2.1. Karakteristik Resistansi Temperatur dari Bahan Termoresistif pada Kenaikan Suhu
Banyak sekali pilihan dalam pertimbangan ketika memutuskan untuk
memilih jenis elemen Pt-100 yang harus digunakan.
a. Tingkatan besaran temperatur
b. Batas toleransi, tingkat keakurasian, dan kemampuan untuk tidak mudah
berubah-ubah c.
Kecepatan tanggap d.
Jarak dari tempat pengontrolan atau peralatan pengukuran
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 2.1 dapat dilihat batas temperatur dari beberapa jenis-jenis logam
yang digunakan untuk Pt-100 . Tabel 2.1. Jenis Logam Pt-100
Jenis Batas
Temperatur Keuntungan
Kekurangan
Platina - 200
C sampai dengan +650
C - Murah
- Stabilitas tinggi - Batas kerja lebar
- Waktu respons yang relatif lambat 5 S
- Tidak selinear tembaga
Tembaga -200
C sampai dengan +150
C - Linearitas tinggi
- Ketelitian dalam batas temperatur sekeliling
- Batas temperatur terbatas sampai
150 C
Nikel - 70
C sampai dengan +150
C - Umur panjang
- Sensitivitas tinggi - Koefisien temperatur
tinggi - Lebih linear dari
pada tembaga - Batas temperatur
terbatas
A. Platinum Resistance Temperature Detector Dari semua jenis logam, biasanya Platinum Resistance Pt-100 yang sering
digunakan pada industri adalah jenis Platinum Resistance. karena memiliki kemampuan pengukuran suhu yang sangat luas dan memiliki koefisien tahanan
terhadap suhu yang besar. Platina memiliki karakteristik optimum dalam melayani berbagai rentang
suhu. Meskipun platina itu adalah logam mulia yang paling sempurna dan tidak mudah teroksidasi, namun akan mudah mengalami kontaminasi pada suhu yang
tinggi, diakibatkan oleh beberapa jenis gas seperti karbon monoksida, reduksi atmosfir lainnya dan oleh oksida logam.
Platina tersedia secara komersial dalam bentuk murni, serta memberikan karakteristik yang tahan terhadap suhu. Platina dengan koefisien temperatur dari
tahanan sama dengan 0,00385 ΩΩ
C untuk kisaran suhu 0 sampai 100 C
telah digunakan sebagai standar untuk termometer industri di Amerika Serikat dan
Universitas Sumatera Utara
di seluruh Eropa Barat sejak Perang Dunia II. Platina telah semakin mendapatkan perhatian di Amerika Serikat semenjak tidak adanya koefisien standar yang sudah
terdefenisi dan diterima secara umum. Platina memiliki titik lebur yang tinggi dan tidak mudah menguap pada
suhu dibawah 1.200 C. Selain itu, platina juga memiliki kekuatan tarik mencapai
18.000 psi dan resistivitas 60 Ωcir mil ft pada 0
C 9,83µ Ω-cm.
Platina adalah bahan yang umumnya sering digunakan dalam pembuatan termometer standar laboratorium untuk pekerjaan kalibrasi. Dalam kenyataannya,
termometer resistan platina biasanya dengan dasar tahanan sama dengan 25,5 Ω
pada 0 C adalah merupakan standar yang didefinisikan untuk standar kisaran
suhu pada titik oksigen -182,96 C hingga pada titik antimoni 630,74
C sebagaimana didefinisikan oleh International Practical Temperature Scale tahun
1968 IPTS 68.
B. Nickel Platinum Resistance Pt-100
Untuk pengukuran temperatur pada industri dalam jarak -70 C sampai
dengan 150 C, Platinum Resistance Pt-100
dengan menggunakan jenis elemen logam nikel telah memiliki kegunaan yang luas dan efisien. Nikel memiliki kekuatan tarik 120.000 psi dan resistivitas 38,36
Ωcir milft pada 0 C 6,38 µ
Ω-cm. Suhu maksimum dari termometer ini adalah terkait dengan jenis material
yang digunakan sebagai pelindung kabel nikel, yang diantaranya lapisan tipis porselein, sutera atau kapas. Pemanfaatan kawat isolasi fiberglass untuk
konstruksi elemen secara efektif mendorong batasan suhu maksimum hingga
Universitas Sumatera Utara
300 C. Diatas suhu 300
C nikel akan mengalami perubahan bentuk yang membuat kurva resistensi suhu tidak beraturan.
Koefisien suhu dari nikel murni mendekati 0,0066 Ω Ω
C, sedangkan platinum kurang dari 0,0033
Ω Ω
C. Sehingga penggunaan nikel yang menggantikan platina dalam termometer resistansi seringkali memberikan
sensitivitas yang tinggi.
C. Copper Platinum Resistance Pt-100
Tembaga elektrolit dengan kemurnian tertinggi telah tersedia secara komersial, dan memiliki koefisien suhu dengan konsistensi tinggi untuk nilai
resistansi sama dengan atau mendekati 0,0042 Ω Ω
C, yang lebih tinggi dari platinum. Elemen resistansi tembaga ini dibuat untuk memanfaatkan koefisien
suhu maksimal dan juga dapat dipertukarkan dengan merujuk pada hubungan suhu resistensi.
Kisaran suhu Resistance Temperature Detector tembaga adalah berkisar antara -200 hingga +150
C, dan memiliki kecenderungan oksidasi pada suhu tinggi. Tembaga memiliki kekuatan tarik 300.000 psi. Resistivitas tembaga adalah
9,38 Ω pada 0
C dengan nilai yang lebih rendah dari platina atau nikel.
II.4. Sistem Kontrol