BAB II SISTEM PEMERINTAHAN GAMPONG TUMPOK TEUNGOH
KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
Secara harfiah, pemerintahan berarti sebagai subyek melakukan tugas dan kegiatan tersebut sebagai pemerintah. Menurut Pamudji S, Pemerintahan diartikan menjadi dua,
yakni dalam arti luas dan artian sempit. Pemerintahan dalam arti luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organ-organ atau badan-badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara tujuan nasional. Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organisasi
eksekutif dan jajarannya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan.
34
Oleh sebab itu pemerintahan desa harus ada struktur kepemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan dalam masyarakat tertentu. Desa yang otonom akan memberi ruang yang
luas pada perencanaan pembangunan yang merupakan kebutuhannya nyata masyarakat dan tidak banyak terbebani oleh program-program kerja dari berbagai instansi dan pemerintah.
Potensi lain yang perlu dikembangkan dan diberdayakan adalah kelembagaan. Mengingat bahwa
pemerintah desa merupakan suatu organisasi, maka organisasi itu haruslah sederhana dan efektif serta memperhatikan dan mengingat kenyataan masyarakat setempat.
34
Pamudji S. 1983. Perbandingan Pemerintahan. Jakarta:Bina Aksara. Hal 7.
Universitas Sumatera Utara
Kelembagaan yang ada di desa tidak perlu di seragamkan pada setiap desa. Suatu hal yang penting bahwa lembaga sosial merupakan wadah aspirasi masyarakat yang menjadi
pendorong dinamika masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan budaya.
2.1 Sejarah Pembentukan Gampong
Siapa yang tidak mengenal Provinsi Aceh. Provinsi yang memiliki julukan ‘serambi mekah’ ini menyandang sebagai daerah istimewa yang diberi kewenangan khusus untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya yang memiliki karakteristik khas sebagai daerah yang menerapkan syariah islam.
Dikeluarkannya Undang-undang Pemerintahan Aceh sebagai manifestasi diakuinya Aceh sebagai daerah khusus dan berhak menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan
kekhususan Aceh. Melalui Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh ini juga Aceh ingin mengembalikan ciri kedaerahan yang selama ini telah tumbuh dan
berkembang, hidup dan dijadikan pedoman oleh orang Aceh.
35
Ciri khas kedaerahan Aceh ini bisa dilihat dari nilai maupun norma yang telah diimplementasikan dalam bentuk lembaga adat dan sosial sebagai bagian dari interaksi
masyarakat Aceh. Manifestasi dari identitas khas Aceh ini bisa dilihat dari keberadaan kelembagaan yang asli yaitu gampong. Gampong merupakan sebutan untuk desa atau unit
35
Septi Satriani.2007.Dinamika Kelembagaan Gampong Era Otonomi Khusus Aceh.Jakarta:LIPI Press.hal 33
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan terendah dalam struktur pemerintahan yang ada di Provinsi Aceh. Aceh memiliki konsep kekuasaan yang dibangun dari dua pilar, yakni agama dan adat. konsep
kekuasaan ini diwujudkan melalui lembaga-lembaga kekuasaan dan sosial dari tingkat pusat kesultanan hingga ke tingkat gampong sebagai unit pemerintahan terkecil.
36
Gampong sudah dikenal sejak zaman pemerintahan kerajaan Aceh pada tahun 1514. Pada saat itu bentuk pemerintahan terendah yang asli lahir dari masyarakat dalam sususan
pemerintahan kerajaan Aceh yakni gampong. Gampong ini muncul pada suatu Qanun Maeukata Alam Al Arsyi yang menyebutkan bahwa kerajaan Aceh Raya Darussalam
tersusun dari gampong kampungkelurahan, mukim kumpulan gampong-gampong, sagoe federasi dari beberapa nanggroe dan kerajaan.
37
Dalam perjalanan sejarahnya, gampong memiliki lika-liku yang beragam disetiap rezim politik yang memerintah di Indonesia. baik pada masa kolonial dan pasca Indonesia
merdeka. Pada masa kolonial belanda, Aceh dibagi menjadi dua bagian, yakni daerah indirect yang terdiri dari leih dari 100 zelfbestuurlandschap, dan daerah direct yang terdiri
atas beberapa puluh daerah adat dan administratif. Untuk daerah zelfbestuur sendiri dipimpin oleh uleebalang, tentu saja sifat mengalir dari kesetiaan gampong dihentikan.
38
36
Gayatri, Irine H. 2007 Dinamika Kelembagaan Desa: Gampong Era Otonomi Khusus Aceh,LIPI Press.Hal 110
37
M.Mansur Amin,dkk.1988. Kelompok Elit dan Hubungan Sosial di Pedesaan.Jakarta: Pustaka Grafika Kita. Hal 42-43
38
Nugroho Notosusanto et,al. 1990. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta:Depdikbud. Hal 146
Universitas Sumatera Utara
Pada masa kolonial belanda, gampong banyak mengalami trasformasi sosial dan pergeseran nilai dan ikatan tradisional antara uleebalang, ulama dan warga gampong.
Adanya praktik tanam paksa membuat ikatan tradisional antara warga gampong dan elit gampong berubah menjadi ikatan kontrak. Belanda secara efektif menjalankan politik
indirect rule sampai ke unit pemerintahan paling bawah membuat para uleebalang menjadi kaki tangan belanda dalam mengontrol komoditas pertanian di gampong, sedangkan disisi
lain, peranan ulama bagi gampong disingkirkan.
39
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, salah satu agenda yang dipersiapkan bagi daerah-daerah di Indonesia yakni mengenai otonomi daerah. Desa diakui sebagai
komunitas rakyat yang otonom dengan diakuinya hak – hak istimewa. Entitas otonom itu Tidak berhenti sampai disitu, corak politik indirect rule yang diterapkan oleh
pemerintah kolonial belanda membuat kepemimpinan gampong bercorak patrimonial. Kondisi gampong makin diperparah dengan masuknya penjajahan Jepang 1942-1945 di
Indonesia. Otonomi Desa kembali dibatasi bahkan Desa dibawah pengaturan dan pengendalian yang sangat ketat. Rakyat Desa dimobilisasi untuk keperluan perang,
gampong di Aceh juga mengalami hal seperti demikian.
39
Suhartono.et,al. 2001. Politik Lokal: Parlemen Desa Awal Kemerdekaan sampai Jaman Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Hal 44
Universitas Sumatera Utara
seperti Zelfbestuurlandschappen dan Volksgemeenschappen
40
Melemahnya otoritas pranata pemerintahan gampong seperti uleebalang, keuchik, dan ulama tidak sekuat pada masa lampau karena adanya trasnformasi sosial dari pola
merujuk pada istilah Gampong di Aceh. Hak otonomi diberikan negara di tingkat paling bawah sampai ke desa
bukan kelurahan sebagai kesatuan masyarakat untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Undang-Undang 22 tahun 1948 menyebutkan bahwa Desa sebagai daerah yang memiliki
bentuk dan wewenang yang otonom untuk mengatur dan menjalankan pemerintahannya sendiri.
Meskipun otonomi dan diakuinya hak-hak istimewa bagi unit pemerintahan terkecil sudah diakui oleh pemerintah pusat. namun pada masa revolusi 1945-1950 terjadi
kemerosotan terhadap komoditi pertanian yang berimbas pada stagnansi ekonomi gampong. Gampong yang pada awalnya merupakan tanah tempat bercocok tanam yang didiami oleh
sekelompok manusia kini semakin ditinggalkan karena memudarnya ikatan sosial dan ikatan territorial.
40
Pasal 18 UUD 1945 sebelum amandemen, secara tegas menyebutkan adanya dua kategori berbeda mengenai pemerintahan asli di Republik Indonesia. Keduanya adalah Zelfbesturende
landschappen dan “Volksgemeenschappen”. Masyarakat hukum adat termasuk ke dalam kategori yang kedua. Penjelasan Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan contoh volksgemeenschappen itu adalah
nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang. Sementara zelfbesturende landschappen adalah pemerintahan swapraja yaitu suatu pemerintahan pribumi yang memperoleh otonominya
karena sejumlah perjanjian dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda
Universitas Sumatera Utara
kehidupan agraris ke pola semi-urban mengakibatkan reduksi identitas cultural warga gampong.
41
Pada masa orde baru berkuasa yakni tahun 1966 sampai dengan tahun 1998 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah. Isi dari Undang-Undang ini lebih bernuansa sentralistik. Melalui UU no. 5 tahun 1974 pemerintah Orde Baru menerapkan sistem sentralistis dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah mulai dari provinsi sampai ke desa. Pemerintah daerah dijadikan instrumen pemerintah pusat agar bisa melaksanakan semua kebijakan pusat secara efektif
dan efisien. Oleh karena itu, pemerintah pusat tidak memperkuat daerah otonom, tapi memperkuat wilayah administrasi.
42
Pada masa orde baru terjadi tekanan politik terhadap desa, dalam konteks negara Orde Baru yakni ketika rezim memberlakukan Undang-Undang No. 5Th. 1979 tentang
Pemerintahan Desa yang menyeragamkan kelembagaan desa. Aturan ini mendefenisikan desa dalam pengertian administratif, yaitu suatu satuan pemerintahan desa sebagai strategi
untuk mengontrol desa. Dengan demikian, secara resmi desa berada di rantai terbawah hierarki birokrasi sistem pemerintahan nasional. Akibatnya desa menjadi bagian dari
struktur negara, yang meniadakan otonomi asli desa. Potret desa tersebut juga berlangsung
41
Hiraswari Gayatri, Irine dan Septi Satriani ed. Dinamika Kelembagaan Gampong dan Kampung Aceh Era Otonomi Khusus. Jakarta:LIPI Press, 2007, hal 114
42
Hanif Nurcholis.2011.Hubungan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Serta Peran Wakil Pemerintah.Jakarta:Jurnal Ilmu Pemerintahan Fisip Universitas Terbuka Jakarta Vol. 2 No 2
Universitas Sumatera Utara
di gampong di Aceh, daerah nusantara yang selama sekian puluh tahun sejak 1976 hingga 2003 mengalami abnormalitas politik karena berlangsungnya konflik bersenjata.
Bisa dilihat bahwa orde baru secara sistematis melakukan penghancuran terhadap eksistensi gampong di Aceh. Berbekal UU No 5 tahun 1979 yang berisi tentang
penyeragaman satuan unit pemerintahan terkecil sebagai desa ini, orde baru juga menaruh elit-elit baru untuk menguasai pemerintahan daerah Aceh dalam rangka mengontrol
gampong melalui teknokrat lokal, birokrasi militer dan ulama yang telah dikooptasi melalui MUI.
43
Dampak dari pemberlakuan UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa juga dirasakan oleh masyarakat Aceh di mana sebelumnya ada Keuchik yang memiliki otoritas
mengurus dan menyelesaikan berbagai persoalan pemerintahan menurut adat, Teungku Imuem Meunasah berkompeten menangani persoalan di bidang keagamaan. Sedangkan
sebutan untuk desa disebut dengan Gampong. Dan apabila ada persoalan di sebuah gampong langsung diselesaikan secara internal di dalam Gampong. Sedangkan pada saat
pemberlakuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, Para keuchik atau pimpinan gampong tidak lebih dari kepanjangan tangan birokrasi di atasnya, yang tunduk dengan skema
pembangunan, tanpa dapat melakukan inisiatif untuk membangun gampong jabatan
43
Hiraswari Gayatri, Irine dan Septi Satriani ed. Dinamika Kelembagaan Gampong dan Kampung Aceh Era Otonomi Khusus. Jakarta:LIPI Press, 2007, hal 114
Universitas Sumatera Utara
Teungku Imuem meunasah dihilangkan dari kelembagaan formal menjadi informal. Dan terjadinya penyeragaman sebutan desa di seluruh Indonesia.
Demikian juga halnya fungsi lembaga perwakilan gampong atau lembaga Tuha peut Gampong yang menyamai fungsi sebagai Lembaga Perwakilan dihapus dan diganti menjadi
Lembaga Musyawarah Desa atau disebut LMD. Dalam kenyataannya LMD juga tidak mendapat peran yang maksimal, karena bisa dipastikan bahwa peranan LMD dalam rezim
orde baru sangat impoten tidak bisa memenuhi representasi masyarakat karena diketuai oleh kepala desa sebagai kepanjangan tangan pemerintah secara bersamaan. Sehubungan
dengan perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia yang menempatkan Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus, terkait dengan karakter
khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh memiliki ketahanan dan daya juang yang tinggi.
Setelah Rezim Orde Baru runtuh pada tahun 1998, sistem pemerintahan sentralistik mulai tergantikan posisinya oleh sistem pemerintahan desentralistik. Gelombang arus
demokratisasi yang semakin populer dan menjadi pilihan negara-negara dalam sistem pemerintahannya khususnya di negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Terlebih lagi
saat itu keadaan di Indonesia sangat mendukung, karena runtuhnya rezim Orde Baru. Masyarakat khususnya yang di daerah-daerah, yang selama ini merasa terbelenggu karena
sistem pemerintahan orde baru, kemudian menyambut baik glombang demokratisasi di Indonesia. Menyambut proses demokratisasi di Indonesia, pemerintah kemudian
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah. Undang- Undang ini mengakui Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat dengan hak-hak asal-
usul dan adat-istiadatnya. Oleh karena itu Desa bisa disebut dengan nama lain atau sesuai dengan kondisi sosial-budaya setempat.
Pada masa reformasi ini pula momentum bagi gampong untuk merevitalisasi diri. Dikeluarkannya UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi Provinsi NAD yang
ditindaklanjuti dengan Qanun No 52003 tentang gampong dalam membuka ruang guna kembali lagi ke adat dan agama islam. Gampong-gampong kembali untuk membangun
kembali seperti bentuk dahulu sebagai self-governing community di unit pemerintahan terkecil di Aceh.
Pengakuan negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir diberikan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Undang-undang Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding antara Pemerintah Aceh dan Gerakan Aceh Merdeka
yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh
secara berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum keluarnya Undang-undang Pemerintahan Aceh ini telah diberlakukan Undang- undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah
Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sedangkan untuk Aceh Besar telah mengeluarkan Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 8 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Gampong yang merupakan penjabaran dari Pasal 41 Qanun Provinsi NAD Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong. Qanun tersebut dimaksudkan untuk
menata Pemerintahan Gampong yang salah satunya bertujuan untuk pembangunan masyarakat di Gampong.
Pengaturan sekarang ini, sudah melalui perjalanan sejarah yang panjang dalam konteks pengelolaan pemerintahan gampong di Indonesia. Terdapat empat masa pentiong
yang harus dilihat dalam perkembangan pemerintahan mukim dan gampong, yakni : 1. Masa Kerajaan Aceh
2. Masa Orde Lama 1945-1979 3. Masa Orde Baru 1979-1999
4. Masa Orde Reformasi 1999-sekarang Gambar 1
Struktur Organisasi Pemerintahan Aceh Masa Kerajaan Islam
Universitas Sumatera Utara
Masing-masing masa pemerintahan memiliki struktur sendiri. Pemakaian pola berdasarkan strutur tersebut masing-masing, tidak bisa dilepaskan oleh peta politik yang
terjadi. Dengan demikian, dalam lingkup yang luas, permasalahan pemerintahan gampong sebenarnya tidak lepas dari bagaimana perkembangan politik yang berlangsung di masa itu.
Tabel 1 Perbandingan Struktur Pemerintahan
Sultan
Sagoe Panglima Sagoe
Mukim
Gampong
Kawom Sagoe
Panglima Sagoe
Mukim
Gampong
Kawom Sagoe
Panglima Sagoe
Mukim
Gampong
Kawom
Universitas Sumatera Utara
Masa Kerajaan Aceh
Masa Orde Lama Masa Orde Baru
Masa Orde Reformasi Sultan
Pemerintahan pusat Pemerintahan pusat
Pemerintahan pusat Panglima
Sagoe Pemerintahan
Provinsi Pemerintahan Daerah Tingkat
I Pemerintahan Provinsi
Ulee Balang Pemerintahan
Keresidenan Pemerintahan Daerah Tingkat
II Pemerintahan
KabupatenKota Imeum Mukim
Pemerintahan Kabupaten
Pemerintahan Kecamatan Pemerintahan
Kecamatan Keuchik
Pemerintah Kewedanaan
Pemerintahan Desa Pemerintah Kelurahan
Pemerintahan Mukim Pemerintahan
Mukim Pemerintahan Gampong
Pemerintahan Gampong
Sumber : dikutip dari Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, 2009, A Study of Panglima Laot, UN FAO Banda Aceh
Perubahan-perubahan regulasi ini menyebabkan perubahan pada pengaturan kelembagaan desa dan gampong di Aceh. Pemegang kekuasaan dalam bidang lembaga
mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu dapat kita lihat dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Matriks Perbedaan Pengaturan Kelembagaan Desa dan Gampong di Aceh
Perangkat Gampong UU No.
11Th.2006, Bab XV Pasal 115,116
Keuchik dan Sekretaris
Gampong
Badan Permusyawaratan
Gampong atau Tuha peut.
Perangkat Desa UU
No.32Th.2004
Kepala Desa dan Perangkat Desa
B a m u s d e s Badan
Permusyawarata n Desa
Perangkat Gampong Qanun
No. 5Th. 2003
Keuchik dan Teungku Imam
Meunasah
Tuha peut Perangkat Desa
UU No. 22Th. 1999
Kepala desa, sekretaris desa.
Badan Perwakilan Desa BPD
Perangkat Desa UU No. 5Th. 1979
Kepala Desa
Lembaga Musyawarah Desa
LMD Gampong Periode
Kesultanan Aceh
Keuchik, waki menjalankan tugas
uleebalang di gampong untuk
mengawasi dan mengurusi kampung;
imeum atau tengku meunasah
menjalankan urusan bidang keagamaan
Ureueng Tuha representasi dari
masyarakat gampong sebagai lembaga
pertimbangan dan penasihat keuchik.
Lembaga
Eksekutif
Legislatif
Universitas
Sumatera
Utara
No.
1
2 Sekretaris
gampong dan perangkat
gampong lainnya.
Secara langsung
pada masyarakat
pemilih
Camat Sekretaris
desa, Lembaga
kemasyaraka tan desa
Secara administratif
kepada Bamusdes.
Kepala Desa Bamusdes
Keurani Gampong dan Kepala Urusan; Unsur
Pelaksana Tuha Adat, Keujreun Blang,
Peutua Seunuboek, Pawang Laot, dan lain-
lain; Kepala DusonJurong.
Bertanggung jawab kepada rakyat
melaluui Tuha peut
Keuchik , Bendahara, Tuha peut
Sekdes dan Kaur; Tokoh
agama adat; Kepala
Dusun
Kepada rakyat desa
melalui LPJ.
Kepala Desa, BPD
a. Sekdes dan Kepala Urusan b.
Pimpinan Keagamaan c. Kepala Dusun
d. Bidang Adat
Kepada pejabat berwenang melalui
camat dan memberikan keterangan
pertanggungjawaban kepada Lembaga
Musyawarah Desa
Kepala Desa Keppres nomor 8 tahun 1980,
dilakukan LKMD Keujreun
Blang, Peutua
Seunubok, Panglima
Laot, dan lain-lain.
Uleebalang, Sultan
Aceh
-
Universitas
Sumatera
Utara
Perangkat Eksekutif
Pertanggu ng
Jawaban Eksekutif
Penyusuna n
Anggaran dan
Proyek 3
4
5 Diatur dengan
qanun kabupatenkota.
Sumber : Sulaiman Tripa, Rekonstruksi Gampong di Aceh, 2003 www.Acehinstitute.org ; C Snouck Hurgronje, Aceh Rakyat dan Adat Istiadatnya, Jakarta: Indonesian–Netherlands
Cooperation in Islamic Studies, 1996, hal. 46.; Undang-Undang Pemerintahan Aceh Law of Aceh Governance No. 11 Thn. 2006, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal. 78–79.
Pendapatan Asli Desa, bagi hasil
pajak retribusi kabupatenkota,
perimbangan keuangan pusat dan
daerah dari kabupatenkota,
bantuan pemerintah,
pemerintah kabupatenkota,
hibah dan b
d i Pendapatan Asli
Gampong, Bantuan Pemerintah, Bantuan
lain pemerintah atasan, sumbangan pihak
ketiga; pinjaman gampong; Instruksi
Gubernur Provinsi NAD No. 04Instr2006
tentang Pedoman Alokasi Dana
Gampong ADG Pendapatan
Asli desa Pendapatan Asli
Desa, Bantuan Pemerintah, dan
Bantuan lain pemerintah atasan.
Universitas
Sumatera
Utara
Hasi l p
er tan
ia n
m el
al u
i t an
ah
m il
ik ga m
pong
S um
be r
p en
d ap
at an
6
Tabel 3 Beda Gampong dan Desa
No. Variabel
Pemerintahan Gampong Pemerintahan Desa
1. Peraturan
Perundangan • UU No. 182001
• Qanun No.52003 • UU. No. 322004
• PP No. 722005
2. Struktur
Pemerintahan Di Bawah Mukim
Di Bawah Kecamatan
3. Tugas
• Menyelenggarakan pemerintahan
• Melaksanakan pembangunan • Membina masyarakat
• Meningkatkan pelaksanaan
Syariat Islam • Penyelenggaraan urusan
pemerintahan • Pembangunan
• Kemasayrakatan
4. Fungsi
• Penyelenggaraan pemerintahan • Pelaksanaan pembangunan
• Pembinaan kemasyarakatan • Syariat islam
• Percepatan pelayanan • Penyelesaian sengketa hukum
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan
• Pembangunan • Kemasayrakatan
5. Kewenangan
• Kewenangan yang sudah ada • Urusan pemerintahan yang
sudah ada berdasarkan hak
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan aturan perundang- undangan
• Kewenangan melaksanakan tugas perbantuan yang disertai
biaya asal-usul desa
• Urusan pemerintahan kabupatenkota yang
diserahkan kepada desa • Tugas pembantuan disertai
biaya • Urusan pemerintahan lainnya.
Pembentukan, pembubaran,
Penggabungan • Prakarasa masyarakat dengan
memperhatikan persyaratan dan sosial budaya
• Dapat dihapus dan digabung apabila tidak lagi memenuhi
persyaratan : jumlah penduduk minimal, luas wilayah, jumlah
dusunjurong, kondisi sosial budaya, potensi ekonomi dan
SDA, sarana dan prasarana pemerintahan
• Pembentukann, penghapusan, danatau penggabungan desa
dengan memperhatikan asal- ususlnya atas prakarsa
masyarakat.
6. Eksekutif
• Keuchik dan Imeum meunasah • Keuchik adalah Kepala Badan
Eksekutif • Imeum Adalah penanggung
jawab keagamaan • Pemerintah Desa kepala desa
dan perangkat desa
Tugas Eksekutif Tugas dan Kewajiban Keuchik
• Memimpin pemerintahan • Membina kehidupan
beragama dan pelaksanaan syariat islam
• Memelihara kelestarian adat • Memejukan perekonomian
• Memelihara ketentraman • Menjadi hakim perdamaian
• Mengajukan rancangan
reusam • Mengajukan RAPBG
• Mewakili gampongnya didalam dan diluar
Tugas Kepala desa : • menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
• memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
• mengajukan rancangan peraturan desa
• menetapkan peraturan desa • menyusun dan mengajukan
anggaran perbelanjaan desa • membina masyarakat dan
perekonomian • koordinasi pembangunan
Universitas Sumatera Utara
pengadilan Tugas dan fungsi Imeum
meunasah • Memimpin kegiatan
keagamaan • Peningkatan peribadatan
• Peningkatan pendidikan agama
• dll • mewakili desa didalam dan
diluar pengadilan • melaksanakan wewenang lain
sesuai peraturan perundang- undangan
7. Legislatif
• Tuha peut Gampong • Mitra kerja pemerintah
gampong • Unsur : ulama, tokoh
masyarakat, pemuka adat, cendikiawan
• Dibentuk melalui musyawarah gampong
Tugas dan fungsi Tuha peut : 1. Meningkatkan pelaksanaan
syari’at islam dan adat 2. Memelihara kelestarian adat
3. Fungsi legislasi 4. Fungsi anggaran
5. Fungsi pengawasan 6. Menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan
desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
8. Pertanggungjawaban
eksekutif • Keuchik bertanggung jawab
kepada rakyat • Tuha peut dapat meminta
pertanggung jawaban keuchik • Keuchik menyampaikan
laporan kepada Imeum Mukim
9. Perangkat eksekutif
• Sekretaris • Staff beberapa urusan
• Sekretaris desa • Perangkat desa PNS
10. Keuangan dan Masalah keuangan gampong,
Keuangan desa adalah semua hak
Universitas Sumatera Utara
Anggaran bersumber dari Pendapatan Asli
Gampong Hasil Usaha Gampong, Hasil Kekayaan
gampong, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong
masyarakat, zakat dan lain lain pendapatan gampong yang sah,
bantuan dari pemerintah Kabupatenkota pajak dan
retribusi, dana perimbangan, bantuan lain dari pemerintah
atasan, sumbangan dari pihak ketiga dan pinjaman Gampong,
dimana sumber pendapatan gampong yang sudah dimiliki
dan dikelola oleh gampong tidak boleh dipungut atau diambil alih
oleh pemerintah yang lebih atas tingkatnya
dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban menimbulkan pendapatan, belanja dan
pengelolaaan keuangan pendapatan asli desa, bagi hasil
pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten kota, bagian dana
perimbangan, bantuan dari pemerintah, hibah dan
sumbangan dari pihak ketiga
11. Lembaga lainnya
• Unsur pelaksana teknis tuha adat, kejreun blang, petua
seuneubok, pawang laot, haria peukan, dll
• Unsur Pimpinan Wilayah kepala dusunJurong
Desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan bertugas
membantu pemerintah desa dan mitra dalam memberdayakan
masyarakat desa
Sumber : Diadaptasi dari Tripa, Sulaiman 2003. Rekonstruksi Gampong di Aceh. www.acehinstitute.org pada 15 Februari 2014.
2.2 Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti kota Lhokseumawe
2.2.1 Sejarah Pembentukan Gampong Tumpok Teungoh
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dikeluarkan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 07 Tahun 2009 tentang Penghapusan Kelurahan dan pembentukan Gampong dalam wilayah Kota Lhokseumawe,
Gampong Tumpok Teungoh menggunakan nama Kelurahan Tumpok Teungoh. Perubahan nama kelurahan menjadi gampong merupakan salah satu dampak dari kesepakatan atau
Memorandum of Understanding MoU antara GAM dan Pemerintahan Indonesia. Kesepakatan antar kedua belah pihak ini menghasilkan Undang-Undang baru, yakni
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dalam Undang- Undang ini disebutkan dalam pasal 1 butir 20 yang berisi penetapan gampong sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah mukim dan dipimpin oleh keuchik dan
berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
Provinsi Aceh sudah mengeluarkan Qanun Provinsi Aceh mengenai pemerintahan gampong, yaitu Qanun Provinsi Nomor 5 tahun 2003. Kemudian KabupatenKota memiliki
penjabaran gampong dalam Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 7 tahun 2009 tentang Penghapusan Kelurahan dan pembentukan Gampong dalam wilayah Kota Lhokseumawe.
Regulasi tentang Gampong Tumpok Teungoh ada di dalam Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 07 tahun 2009 tentang Penghapusan Kelurahan Dan Pembentukan Gampong Dalam
Wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe ditentukan bahwa yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Lhokseumawe;
2. Daerah Kota adalah Kota Lhokseumawe yang merupakan bagian dari Daerah Provinsi Aceh sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan
khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan Kepentingan
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Pemerintah Daerah Kota Lhokseumawe yang selanjutnya disebut pemerintah Kota
Lhokseumawe adalah unsur penyelenggara Pemerintah Kota Lhokseumawe yang terdiri atas Walikota Lhokseumawe dan Perangkat Pemerintah Kota Lhokseumawe;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Kota Lhokseumawe selanjutnya DPRK adalah Badan Legislatif Kota Lhokseumawe;
5. Kepala Daerah adalah Walikota Lhokseumawe; 6. Wakil Kepala Dearah adalah Wakil Walikota Lhokseumawe;
7. Kecamatan adalah suatu wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Pemerintah Kota dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan yang dipimpin oleh Camat;
8. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dibawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin
oleh Imeum Mukim atau dengan nama lain dan berkedudukan langsung di bawah Camat.
9. Harta Kekayaan Gampong adalah harta kekayaan yang dikuasai oleh Gampong yang ada pada waktu pembentukan Gampong atau dengan nama lain tidak diserahkan
kepada Mukim serta sumber pendapatan lainnya yang sah; 10. Gampong atau nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah
Mukim dan dipimpin oleh Keuchik atau nama lain dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri;
Universitas Sumatera Utara
11. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Kota dalam wilayah kerja Kecamatan.
12. Musyawarah Gampong adalah permusyawaratan dan pemufakatan dalam berbagai kegiatan adat, pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dipimpin oleh
keuchik serta Tuha peut Gampong dan dihadiri oleh lembaga-lembaga adat dan para pemimpin agama ditingkat Gampong;
13. Imeum Mukim atau dengan nama lain adalah Kepala Pemerintahan Mukim; 14. Qanun Gampong atau dengan nama lain adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
adat istiadat yang diundangkan oleh keuchik setelah mendapat persetujuan dari Tuha peut Gampong;
15. Tuha peut Gampong atau nama lain, adalah Badan Perwakilan Gampong yang anggotanya dipilih secara langsung dari dan oleh masyarakat setempat yang terdiri
dari unsur ulama, tokoh masyarakat setempat termasuk pemuda dan perempuan, pemuka adat dan cerdik pandai cendikiawan yang ada di Gampong yang berfungsi
mengayomi adat istiadat, membuat peraturan Gampong, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat setempat serta melakukan pengawasan secara
efektif terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Gampong; 16. Pemerintahan Gampong adalah penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan
oleh pemerintahan gampong dan Tuha peut Gampong; 17. Pemerintah Gampong adalah keuchik dan Imam Meunasah beserta Perangkat
Gampong;
Universitas Sumatera Utara
18. Otonomi Gampong adalah kemandirian dan kemampuan Pemerintah Gampong beserta rakyat setempat untuk menyelenggarakan Pemerintahan gampong dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan berdemokrasi dalam masyarakat sesuai kesadaran dan aspirasi;
19. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan Kelurahan yang ada sebagai akibat tidak lagi memenuhi persyaratan atau perintah Peraturan Perundang-undangan;
20. Pembentukan Gampong adalah penggabungan beberapa Gampong atau bagian Gampong yang bersandingan atau pemekaran dari satu Gampong menjadi dua
Gampong atau lebih, atau pembentukan Gampong dari Wilayah Kelurahan yang dihapuskan;
21. Keuangan Gampong adalah semua hak dan kewajiban gampong yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan milik Gampong berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut serta kebutuhan masyarakat setempat.
44
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2009 disebutkan Kelurahan sebagai perangkat daerah dalam lingkungan Pemerintah Kota Lhokseumawe dihapus dan
dinyatakan tidak berlaku lagi dan dalam pasal 3 disebutkan dalam butir e adalah Kelurahan
44
Qanun Kota Lhokseumawe nomor 07 tahun 2009 Tentang Penghapusan Kelurahan Dan Pembentukan Gampong Dalam Wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe
Universitas Sumatera Utara
Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti.
45
2.2.2 Lokasi dan Keadaan Geografis Gampong Tumpok Teungoh
Sehingga dengan ini resmilah Kelurahan Tumpok Teungoh berganti menjadi Gampong Tumpok Teungoh .
Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang letaknya di kawasan barat wilayah Republik Indonesia atau pada penghujung bagian utara pulau Sumatera. Propinsi ini
terletak pada garis 2ºLU - 6ºLU dan 98ºBT, yang terhampar diatas areal selluas 55.390 km². Provinsi Aceh berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan
lautan Hindia, sebelah timur dengan propinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka dan sebelah barat dengan lautan Hindia. Propinsi Aceh terbagi atas 18 kabupaten dan 5 pemerintahan
kota, salah satunya adalah Kota Lhokseumawe. Kota Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi kota berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2001, tanggal 21 Juni 2001 dengan batas-batas wilayahnya yaitu Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur,
Kabupaten Aceh Utara, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu,
Kabupaten Aceh Utara. Kota Lhokseumawe terdiri dari 3 tiga kecamatan yaitu Kecamatan Muara Dua,
Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Blang Mangat. Kecamatan dengan luas wilayah
45
ibid
Universitas Sumatera Utara
terbesar yaitu Kecamatan Muara Dua 113,7 km2 sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Banda Sakti 11,24 km2.
Gambar 2 Peta Kota Lhokseumawe
Universitas Sumatera Utara
Sumber : www.bappedalhokseumawe.web.id
Ibukota Lhokseumawe sendiri berada di Kecamatan Banda Sakti, sehingga kegiatan perdagangan sangat menonjol di daerah ini. Gampong Tumpok Teungoh terletak di dalam
Kemukiman Lhokseumawe Utara Kecamatan Banda Sakti. Dengan batas-batas wilayah Gampong Tumpok Teungoh adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Gampong Hagu Teungoh kecamatan Banda Sakti; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong hagu Selatan Kecamatan Banda Sakti;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Kuta Blang Kecamatan Banda Sakti;
Universitas Sumatera Utara
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Uteun Bayi kecamatan Banda Sakti;
Gambar 3 Peta Kecamatan Banda Sakti
Sumber : www.bappedalhokseumawe.web.id
2.2.3 Penduduk Gampong Tumpok Teungoh
Gampong Tumpok Teungoh memiliki luas wilayah mencapai 1.20 kilometer persegi dan jumlah penduduk 9883 jiwa terdiri dari 4757 laki-laki dan 5126 perempuan dengan
kepala keluarga berjumlah 2626 KK. Cakupan wilayah Gampong Tumpok Teungoh terdiri dari 5 dusun, yakni dusun I, II, III, IV dan dusun V. Yang rincian penduduknya dapat
dilihat di tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4 Data Kependudukan Berdasarkan Dusun Gampong Tumpok Teungoh
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
No. Nama Dusun
Penduduk Jumlah
Jumlah KK L
P 1.
Dusun I 1387
1381 2768
742 2.
Dusun II 411
446 857
344 3.
Dusun III 975
986 1961
680 4.
Dusun IV 956
1040 1996
400 5.
Dusun V 1028
1273 2301
460 Jumlah
4757 5126
9883 2626
Sumber : Laporan Kependudukan Bulanan Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti
Penduduk Gampong Tumpok Teungoh sebagian besar beragama islam. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Hal ini diperngaruhi
dengan lokasi Gampong Tumpok Teungoh yang berada di pusat ibukota sehingga kegiatan perdagangan sangat ramai ditemui. Selain itu, perikanan merupakan lapangan usaha lain
yang cukup potensial. Sektor perikanan menjadi lapangan usaha kedua yang paling banyak menyerap tenaga kerja mengingat lokasi Gampong Tumpok Teungoh berada dekat dengan
laut. Kecamatan Banda Sakti menjadi sentra produksi hasil laut utama di Kota
Universitas Sumatera Utara
Lhokseumawe. Beragam jenis ikan dihasilkan antara lain tongkol, cakalang, teri, tuna, tenggiri, selar, dan udang yang biasanya untuk konsumsi sendiri.
2.2.4 Pemerintahan Gampong Tumpok Teungoh
Gampong Tumpok Teungoh dipimpin oleh seorang keuchik dan dibantu oleh Teungku Imeum meunasah dan Tuha peut. Dalam Berikut adalah bagan struktur organisasi
pemerintah Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe :
Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Gampong Tumpok Teungok
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
KEUCHIK H. Hermansyah, S.Ag
TUHA PEUT H. Rusli Jamil, S.Sos
Imeum meunasah Tgk. Ramli Aji
Sekretaris Gampong Muzakkir, SY
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Kantor Keuchik Gampong Tumpok Teungok Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
Sebagai kesatuan wilayah adat terkecil di Aceh, gampong merupakan kumpulan hunian yang diikat oleh satu meunasah madrasah. Gampong sendiri terdiri dari beberapa
jurong, Tumpok kumpulan rumah atau ujong ujung gampong.
46
46
M. Arief, Sanusi. 2005. Gampong dan Mukim di Aceh Menuju Rekronstruksi Pasca Tsunami, Bogor: Pustaka Latin. Hal. 11
Penanda dari wilayah suatu gampong bisa dilihat dari keadaan fisik atau topografi alam setempat untuk menandai
wilayah gampong yang satu dengan yang lain digunakan batas alam sungai, tanah, gunung dan bukit. Gampong memiliki karakteristik yang ditandai dengan pola pemukiman yang
padat dan terpusat dengan arah bangunan menghadap ke kiblat. Terdapat bangunan rumah berbentuk rumah panggung dengan meunasah sebagai tempat beribadah yang terletak di
Kaur Pemerintahan Fasial
Kaur Pemb.Ekonomi Taufik
Kaur Keuangan Eliza
Kaur Kesra Ulia Fajri
Kaur Umum Febri Qausar
Kadus I Tarbudi
Kadus II Rusdi
Kadus III Jailani Usman
Kadus IV Dahlan ABD
Kadus V M. Yusuf Ismail
Universitas Sumatera Utara
tengah-tengah gampong.
47
Gampong sendiri menurut Pasal 1 angka 20 UU No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh merupakan kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah mukim
dan dipimpin oleh keuchik atau dengan nama lain dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Pasal 15 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5
Tahun 2003 menyebutkan bahwa Mukim atau dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri atas gabungan
beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, Setiap gampong mempunyai sekurang-kurangnya sebuah
meunasah mushalla. Secara geografis Gampong Tumpok Teungoh berada di tengah kota, yang
menjadikan mayoritas penduduk gampong berprofesi sebagai pegawai atau karyawan maupun sebagai pedagang atau pengusaha yang berjualan di pusat pertokoan dan
perbelanjaan di Kota Lhokseumawe. Fasilitas – fasilitas publik yang ada digampong termasuk lengkap. Baik sarana pendidikan maupun kesehatan. Sarana pendidikan yang
berada di wilayah Gampong Tumpong Teungoh antara lain 2 sekolah dasar, 1 sekolah menengah pertama, dan 2 pesantren. Sarana kesehatan yakni satu posyandu dan satu
puskesmas. Gampong Tumpok Teungoh juga memiliki 1 buah masjid dan 1 meunasah, serta 14 balai remaja.
47
Hiraswari Gayatri, Irine dan Septi Satriani ed. Dinamika Kelembagaan Gampong dan Kampung Aceh Era Otonomi Khusus. Jakarta:LIPI Press, 2007, hal 48
Universitas Sumatera Utara
berkedudukan langsung di bawah camat atau dengan nama lain dan dipimpin oleh Imeum Mukim atau dengan nama lain.
Mukim berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa gampong yang berada langsung dibawah dan bertanggungjawab kepada camat, sesuai
dengan Pasal 2 Qanun Nomor 4 tahun 2003. Dalam pasal 3 Qanun Nomor 4 tahun 2003 disebutkan bahwa mukim mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan syari’at islam. Yang mana kemudian dijelaskan lagi dalam pasal 4 Qanun Nomor 4 Tahun 2003, bahwa
untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 tersebut diatas, mukim mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya;
b. Pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi,pembangunan fisik, maupun mental spiritual;
c. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pelaksanaan Syari’at Islam, pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. Peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat; e. Penyelesaian dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal
adanya persengketaan-persengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat di daerah pemukiman.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya tugas Mukim bersifat banding yang diajukan oleh Keuchik, karena tidak selesai pada tingkat Gampong. Pada Kemukiman juga ada Majelis Adat Mukim yang
dipimpin oleh Imeum Mukim dan dibantu oleh Sekretaris Mukim serta dihadiri oleh seluruh Tuha peut Mukim. Majelis Adat Mukim berfungsi sebagai Badan yang memelihara
dan mengembangkan adat, menyelenggarakan perdamaian adat dengan cara menyelesaikan dan memberikan keputusan-keputusan Adat terhadap persilihan-perselisihan dan
pelanggaran adat. Majelis adat mukim juga memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut hukum adat. Yang mana keputusan-keputusan dan
ketetapan-ketetapan Majelis Adat Mukim tersebut menjadi pedoman bagi para Keuchik dalam menjalankan roda pemerintahan Gampong.
Gampong mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, menata masyarakat, dan meningkatkan pelaksanaan syari’at islam. Dalam
menjalankan tugas tersebut gampong juga memiliki fungsi sebagai :
a. Penyelenggaraan pemerintahan, baik berdasarkan atas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan
lainnya yang berada di gampong. b. Pelaksanaan Pembangunan, baik pembangunan fisik dan pelestarian lingkungan
hidup maupun pembangunan mental spiritual di Gampong. c. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pendidikan, peradaban, sosial budaya,
ketentraman dan ketertiban masyarakat di Gampong. d. Peningkatan pelaksanaan Syariat Islam.
Universitas Sumatera Utara
e. Peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat. f. Penyelesaian persengketaan hukum dalam hal adanya persengketaan-persengketaan
atau perkara-perkara adat dan adat-istiadat.
Pemerintahan Gampong diselenggarakan oleh pemerintah gampong yaitu Keuchik, Teungku Imeum meunasah, beserta Perangkat Gampong dan Tuha peut Gampong. Keuchik
sebagai kepala badan eksekutif gampong dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong. Teungku Imeum meunasah mempunyai tugas memimpin kegiatan keagamaan dan seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan kemakmuran Meunasah dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan syari’at Islam dalam kehidupan masyarakat gampong.
Sedangkan Tuha peut adalah lembaga legislatif gampong atau disebut juga badan perwakilan gampong.
Perangkat Gampong membantu keuchik dalam pelaksanaan fungsi, tugas dan kewajibannya. Dalam pelaksanaan tugasnya perangkat gampong langsung berada dibwaha
dan bertanggung jawab kepada keuchik. Perangkat gampong diangkat dari penduduk gampong yang memenuhi syarat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Perangkat gampong diangkat dan dapat diberhentikan dengan keputusan keuchik setelah mendapat persetujuan dari Tuha peut.
Perangkat Gampong menurut pasal 28 Qanun Provinsi terdiri dari : a. Unsur staf, yaitu sekretariat gampong yang dipimpin oleh seorang sekretaris
gampong yang merupakan pegawai negeri sipil PNS. Sekretaris gampong adalah
Universitas Sumatera Utara
unsur staf yang membantu keuchik dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan desa dan bertugas untuk melaksanakan tugas
surat menyurat, kearsipan dan laporan, serta menyampaikan kepada yang bersangkutan. Sekretaris gampong juga melaksanakan urusan keuangan gampong,
melaksanakan administrasi pemerintahan gampong, pembangunan dan kemasyarakatan dan juga menggantikan tugas dan fungsi keuchik apabila keuchik
sedang berhalangan melaksanakan tugasnya. sekretaris gampong atau dengan nama lain, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh beberapa orang staf, sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan gampong seperti : 1. Kepala Urusan Pemerintahan
2. Kepala Urusan Perencanaan Dan Pembangunan 3. Kepala Urusan Keistimewaan Aceh Dan Kesejahteraan Sosial
4. Kepala Urusan Ketertiban Dan Ketentraman Masyarakat 5. Kepala Urusan Pemberdayaan Perempuan
6. Kepala Urusan Pemuda 7. Kepala Urusan Umum
8. Kepala Urusan Keuangan b. Unsur pelaksana, yaitu pelaksana teknis fungsional yang melaksanakan tugas
tertentu sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, seperti ;
1. Tuha adat mengurusi kelestarian adat-istiadat 2. Kejreun Blang mengurusi kegiatan persawahan
Universitas Sumatera Utara
3. Peutua Seuneubok mengurusi bidang perkebunan, peternakan dan perhutanan
4. Pawang Laot mengurusi sektor perikanan 5. Haria Peukan mengurusi kegiatan pasar gampong
c. Unsur wilayah adalah pembantu keuchik dibagian wilayah gampong yaitu kepala dusunkepala jurong atau dengan nama lain sesuai dengan kelaziman tempat.
Tiap lembaga pemerintahan gampong tersebut mempunyai tugas dan kewenangan masing-masing. Lembaga-lembaga adat dalam pemerintahan gampong di Aceh sekarang ini
diatur dalam pasal 98 UUPA Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, yang mana lembaga adat berfungsi dan berperan sebagai wahana partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Aceh dalam Pemerintahan Kabupaten Kota di bidang keamanan, ketentraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat. Tiap lembaga adat
gampong mempunyai tugas dalam melestarikan budaya dan adat istiadat sejalan dengan penerapan syariat islam. Adapun lembaga adat sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut
meliputi : 1. Majelis Adat Aceh, yang berfungsi membina dan mengembangkan lembaga-
lembaga Adat Aceh, tokoh-tokoh Adat Aceh , kehidupan Adat dan Adat Istiadat Aceh dan melestarikan nilai-nilai adat yang berlandaskan Syariat Islam;
2. Imeum mukim atau nama lain, kepala Pemerintahan Mukim yang betugas untuk menjalankan fungsi adat, termasuk peradilan adat bagi masyarakat hukum yang
Universitas Sumatera Utara
berada di wilayahnya. Peradilan mukim merupakan peradilan adat tingkat banding terakhir, untuk memberikan rasa adil bagi seluruh masyarakat;
3. imeum chik atau nama lain; imeum masjid pada tingkat mukim orang yang memimpin kegiatan-kegiatan masyarakat di mukim yang berkaitan dengan bidang
agama Islam dan pelaksanaan syari’at Islam; 4. Keuchik atau nama lain; memegang otorita pemerintahan, agama dan adat yang
berfungsi sebagai ketua adat masyarakat gampong yang dipilih secara demokratis oleh rakyatnya sendiri secara langsung. Dulu jabatan Keuchik tidak ada batasan
waktu, selama tidak mengundurkan diri dan masih disenangi rakyatnya tetap sebagai Keuchik. Akan tetapi sekarang jabatan Keuchik sudah dibatasi selama 5
lima tahun, dan dapat dipilih kembali. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Keuchik dibantu oleh Tuha peut dan Tuha Lapan;
5. Tuha peut atau nama lain; Dewan Empat Gampong adalah Dewan Empat yang dipilih oleh masyarakat gampong yang terdiri dari empat anggotapimpinan
masyarakat gampong, yaitu: ulama, tokoh adat, tokoh pemerintahan dan tokoh masyarakat. Tuha peut berfungsi sebagai penasehat dan pertimbangan dalam hal
ikhwal masalah masyarakat gampong kepada Keuchik secara aktif dan atau melalui persidanganmunsyawarah;
6. Tuha lapan atau nama lain; Dewan delapan Gampong adalah Dewan Delapan yang dipilih oleh masyarakat gampong yang terdiri dari ulama, tokoh adat, tokoh
pemerintahan, tokoh masyaraka, intelektual, pemuda, tokoh wanita dan saudagar hartawan. Tuha Lapan berfungsi sebagai penasehat dan pertimbangan dan tugas
Universitas Sumatera Utara
tambahan lainnya dalam hal ikhwal masalah masyarakat gampong kepada Keuchik secara aktif dan atau melalui persidanganmunsyawarah;
7. Imeum meunasah atau nama lain; memegang peranan dan otorita di bidang agama dan adat yang merupakan mitra sejajar bagi Keuchik dalam menjalankan agama dan
adat. Kedudukan imeum meunasah dalam sistem pemerintahan gampong sangat dominan. Setiap gampong memiliki imeum meunasah masing-masing. Dalam
masyarakat keberadaan imeum meunasah sangat dihormati. Keputusan-keputusan dan nasehat-nasehat dari imeum menasah lebih dipatuhi oleh masyarakat tanpa
paksaan. Imeum meunasah diangkat melalui musyawarah desa. Namun demikian orang yang menjadi imeum meunasah haruslah orang yang benar-benar menguasai
ajaran-ajaran agama islam, mempunyai akhlak yang mulia, dan bersifat netral tanpa memihak pada salah satu golongan;
8. Keujreun blang atau nama lain, adalah yang membantu Keuchik di bidang pengaturan dan penggunaan irigasi untuk persawahan. Tugasnya mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan jadwal turun ke sawa dan mengatur pengadaan air irigasi;
9. Panglima laot atau nama lain; adalah orang yang memimpin adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di bidang penangkapan ikan di laut, termasuk
mengatur tempat area penangkapan dan penyelesaian sengketa. Lembaga ini biasanya terdapat pada gampong yang berada di daerah pantai;
10. Pawang glee atau nama lain; orang yang memimpin dan mengatur adat-istiadat yang berkenaan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hutan;
Universitas Sumatera Utara
11. Peutua seuneubok atau nama lain; adalah orang memimpin dan mengatur ketentuan- ketentuan tentang pembukaan dan penggunaan lahan untuk
perdaganganperkebunan pada wilayah gunung dan lembah-lembah; 12. Harian peukan atau nama lain; adalah orang yang mengatur ketertiban, keamanan,
kebersihan pasar serta mengutip restribusi pasar gampong; dan 13. Syahbanda atau nama lain. adalah orang yang mengatur dan memimpin tambatan
kapalperahu, lalu lintas dan masuk-keluar kapalperahu di bidang angkutan laut, danau dan sungai.
Sedangkan khusus mengenai Pemerintahan Gampong dalam Pasal 1 Angka 17 Ketentuan Umum Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 07 Tahun 2009 disebutkan bahwa
‘Pemerintah Gampong adalah Keuchik dan Imam meunasah beserta perangkat gampong”. Selain itu juga ada Tuha peut Gampong yang berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja
pemerintah gampong dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong, tuha peut berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan gampong, menampung dan melakukan
pengawasan secara efektif terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Gampong. Tuha peut dibentuk untuk menjadi wahana dalam mewujudkan demokrasi, keterbukaan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Sebutan tuha peut yang berhubungan erat dengan empat unsur atau golongan yang menjadi dasar dari terbentuknya lembaga tuha peut. Dengan
demikian orang-orang yang duduk pada lembaga tuha peut ini mewakili empat unsur. Unsur-unsur tuha peut gampong tersebut adalah unsur ulama gampong, tokoh masyarakat
termasuk pemuda dan perempuan, pemuka adat, dan cerdik pandaicendikiawan. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
tuha peut gampong ditentukan berdasarkan jumlah penduduk gampong sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya pada gampong setempat.
Tuha peut sebagai lembaga adat sekaligus lembaga pemerintahan gampong memiliki peran-peran penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan gampong. Setelah
tuha peut terbentuk, lembaga ini mempunyai fungsi sebagaimana yang diatus dalam pasal 35 qanun provinsi nomor 5 tahun 2003, yaitu
a. Meningkatkan upaya-upaya pelaksanaan syari’at islam dalam adat istiadat dalam masyarakat.
b. Memelihara kelestarian adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan budaya setempat yang memiliki asas manfaat.
c. Melaksanakan fungsi legislatif, yaitu membahasmerumuskan dan memberikan persetujuan terhadap penetapan keuchik.
d. Melaksanakan fungsi anggatan, yaitu membahasmerumuskan dan memberikan persetujuan terhadap Rencana Anggaran pendapatan belanja gampong sebelum
ditetapkan menjadi anggaran pendapatan dan belanja gampong. e. Melaksanakan fungsi pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhdapa pelaksanaan
reusam gampong
48
f. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintahan gampong. , pelaksanaan keputusan dan kebijakan lainnya dari keuchik.
Tuha peut juga memiliki fungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong, adapun tugas tuha peut tersebut yaitu
48
Reusam gampong adalah aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan atau petunjuk-petunjuk adat istiadat yang ditetapkan oleh keusyik kepala desa setelah mendapat persetujuan dari tuha peut gampong.
Universitas Sumatera Utara
1. Meningkatkan proses pemilihan keuchik melalui pembentukan panitia pemilihan; 2. Mengusungkan pengangkatan atas keuchik terpilih dalam pilciksung kepada
bupatiwalikota melalui camat 3. Mengusulkan pemberhentian keuchik karena habis masa jabatan dan hal-hal lain
yang melanggar aturan hingga seorang keuchik tidak dapat memenuhi persyaratan sebagai keuchik kepada bupatiwalikota melalui camat
4. Mengusulkan pejabat keuchik sementara dan mengusulkan pengesahan kepada bupatiwalikota melalui camat
5. Bersama dengan keuchik menetapkan peraturan gampong 6. Bersama dengan keuchik menetapkan anggaran pendapatan dan belanja gampong
apbg dalam peraturan gampong 7. Memberikan persetujuan kerjasama dengan gampong laun dan atau dengan pihak
ketiga 8. Memberikan saran dan pertimbangan kepada keuchik terhadap penyelesaian
masalah-masalah dan kebijakan-kebijakan gampong 9. Mengawasi kinerja pelaksanaan pemerintahan gampong
10. Memberikan persetujuan terhadap pembentukan, penggabungan dan penghapusan gampong.
Pimpinan dan anggota tuha peut gampong tidak dibenarkan merangkap jabatannya dengan pemerintahan gampong. Hal ini kearena kedudukan tuha peut sejajar dengan unsur
pemerintahan gampong, selain itu tuha peut dan pemerintahan gampong mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kedudukan yang mandiri dengan susunan organisasi serta tugas dan fungsi yang berbeda. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi tuha peut dibentuk sekretariat tuha peut
gampong. Sekretariat tuha peut gampong dipimpin oleh seorang sekretaris dan beberapa orang tenaga staf yang berada langsung dan bertanggung jawab kepada pimpinan tuha peut
akan tetapi tidak boleh berasal dari unsur perangkat gampong. Adapun susunan pengurus tuha peut yang ada di Gampong Tumpok Teungoh
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe periode 2014-2020 adalah
Tabel 5 Susunan Pengurus
Tuha peut Yang Ada Di Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Periode 2014-2020
No. Nama
Tempat Tanggal Lahir
Pendidikan Pekerjaan
Jabatan Ket.
1. H. Rusli
Jamil, S.sos Lhokseumawe,
14-06-1950 S1
Pensiunan PNS
Ketua Tokoh
Adat 2.
Drs. Munawar
Kasim Lhoksukon,
14-04-1052 S1
Pensiunan PNS
Wakil Ketua
Tokoh Masyarakat
3. Drs. Jamali
Sulaiman, M.Pd
Aceh Utara, 07-03-1955
S2 Pensiunan
PNS Sekretaris Cendikiawan
Universitas Sumatera Utara
4. Murthada
Abdullah, S.sos
Lhokseumawe, 31-12-1956
S1 Pensiunan
PNS Anggota
Tokoh Agama
5. Drs. T.
Syarifuddin Matang Kuli,
09-09-1940 S1
Pensiunan PNS
Anggota Tokoh
Masyarakat 6.
Anwar Ibrahim, S.
Sos Samalanga,
03-03-1960 S1
PNS Anggota
Cendikiawan
7. Soflya
Tumpok Teungoh,
10-08-1970 SMA
Wiraswasta Anggota
Tokoh Pemuda
8. Husna
Abdullah Tumpok
Teungoh, 31-12- 1960
D III Guru
Anggota Wanita
9. Yusnidar
Banda Aceh, 27-11-1967
SMA Wiraswasta
Anggota Wanita
Sumber : Kantor Keuchik Gampong Tumpok Teungok Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
2.2.5 Keuchik Gampong Tumpok Teungoh
Gampong dipimpin oleh keuchik yang dipilih secara langsung dan oleh anggota masyarakat untuk masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali
masa jabatan. Keuchik Gampong Tumpok Teungoh saat ini adalah H. Hermansyah, S.Ag yang sudah menjabat selama 2 tahun.
Sebagai kepala eksekutif gampong dalam menyelenggarakan pemerintahan gampong keuchik. Keuchik merupakan representatif dari masyarakat gampong yang diberi
mandat dan kepercayaan untuk menjalankan roda pemerintahan, menetapkan berbagai kebijakan gampong dalam upaya mensejahterakan masyarakat gampong. Urusan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan yang diselenggarakan oleh Keuchik lebih banyak berorientasi pada adat. Hal itu sebagai implikasi dari kehidupan keseharian masyarakat gampong yang masih patuh
menjalankan serta melestarikan nilai-nilai adat-istiadat dalam kehidupan bermasyarakat. Bersama dengan tuha peut menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan
gampong, dan dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan gampong berdasarkan kebijakan yang ditetapkan dengan persetujuan tuha peut gampong
dan bertanggung jawab kepada rakyat gampong pada akhir masa jabatannya atau sewaktu- waktu diminta oleh tuha peut. Selain itu keuchik juga wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan tugasnya kepada imeum mukim, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun yaitu pada akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu diminta oleh imeum mukim.
Disini jelas bahwa keuchik dalam menjalankan roda pemerintahan gampong dan menetapkan suatu kebijakan tidak boleh sekehendak hati tanpa meminta persetujuan dari
tuha peut gampong, dan setelah itu harus mempertanggungjawabkan kepada rakyat gampong dan tuha peut gampong. Hal ini karena tuha peut dibentuk untuk menjadi sarana
dalam mewujudkan demokrasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan gampong. Di samping itu tuha peut juga berfungsi sebagai
pemberi nasehat dan pertimbangan kepada keuchik dalam bidang hukum adat, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
Sebagai penasehat keuchik, tuha peut dalam menganalisa setiap persoalan dan masalah yang timbul dalam masyarakat harus memberikan nasehat saran dan pertimbangan
Universitas Sumatera Utara
kepada keuchik baik diminta ataupun tidak. Dengan demikian, maka suatu keputusan dan kebijakan gampong yang belum diketahui tuha peut belum sempurna dan pelaksanaannya
akan kurang berwibawa, keputusan yang demikian akan hambar dalam pelaksanaannya. Keuchik selain menjalankan pemerintahan berdasarkan kebijakan tuha peut, ia juga
mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja gampong kepada tuha peut gampong untuk mendapatkan persetujuan tuha peut sebelum ditetapkan menjadi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Gampong APBG . Selain itu pemerintah gampong juga perlu membuat peraturan-peraturan reusam yang disebut Qanun Gampong untuk mengatur
tatanan kehidupan masyarakat sebuah gampong. Menyangkut penyusunan reusam atau qanun gampong, pemerintah gampong harus
memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Untuk menampung aspirasi masyarakat, pemerintah gampong dan atau tuha peut dapat
mengadakan rapat atau pertemuan dengan pemuka-pemuka masyarakat yang ada di gampong. Selanjutnya Rencana Reusam Gampong yang telah dirancang oleh keuchik
kemudian diajukan kepada tuha peut gampong dan dibahas bersama. Keuchik kemudian baru bisa menetapkannya sebagai reusam gampong setelah mendapatkan persetujuan dari
tuha peut gampong. Tuha peut juga menjalankan pengawasan, selain menyangkut penyusunan reusam
gampong seperti mengaawasi pelaksanaan tugas keuchik, kebijakan keuchik, penerapan
Universitas Sumatera Utara
peraturan atau reusam dalam masyarakat, juga pelaksanaan proses pemilihan keuchik serta mengusulkan pemberhentian keuchik apabila habis masa jabatan atau hal-hal tertentu.
Istilah Keuchik mempunyai beberapa perbedaan bila dibandingkan dengan pengertian Kepala Desa. Seorang Keuchik bukan saja dituntut oleh masyarakat untuk
mampu memimpin suatu gampong, tetapi harus juga mengetahui secara mendalam tentang Hukum Agama Islam. Disamping itu juga seorang Keuchik harus mengetahui dengan baik
hubungan kekerabatan antara penduduk dalam gampong yang dipimpinnya, maupun orang yang disegani dan berpengaruh di dalam gampong serta sejarah penduduk asal-usul, batas
gampong dan luas tanah yang dimiliki oleh masing-masing penduduk. Seorang Keuchik juga harus menguasai benar adat-istiadat dan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat
gampong yang di pimpinnya. Untuk memegang jabatan Keuchik, seseorang harus memenuhi beberapa
persyaratan, terutama dalam menjalankan tugasnya sebagai Hakim gampong. Karena ketika terjadi suatu kejadian perselisihan diantara penduduk dalam gampongnya, maka Keuchik
harus mampu menyelesaikan secara damai. Keuchik melakukan musyawarah bersama dengan tuha peut sehingga persoalan yang ada bisa terselesaikan. Oleh karena itu, untuk
menjadi Keuchik tidaklah semudah untuk menjadi Kepala Desa. Seseorang yang ingin menjadi keuchik haruslah yang telah mapan dan
berpengalaman dalam membina hubungan dalam keluarganya dan dikenal baik dalam
Universitas Sumatera Utara
kehidupan, nermasyarakat, disegani, dihormati dan bertanggungjawab, mau bekerja kepada orang lain tanpa dibayar.
Keuchik diberikan beberapa tugas dan kewajiban yang harus dijalankan. Adapun tugas dan kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 12 Ayat 1 Qanun No. 5 Tahun 2003
Tentang Pemerintahan Gampong dinyatakan bahwa tugas dan kewajiban keuchik adalah sebagai berikut:
a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Gampong. b. Membina kehidupan beragama dan pelaksanaan Syari’at Islam dalam masyarakat
c. Menjaga dan memelihara kelestarian adat dan istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
d. Membina dan memajukan perekonomian masyarakat serta memlihara kelestarian lingkungan hidup.
e. Memelihara ketentraman dan ketertiban serta mencegah munculnya perbuatan maksiat dalam masyarakat.
f. Menjadi hakim perdamaian antara penduduk dalam gampong.
g. Mengajukan Rencana Reusam Gampong kepada Tuha peut Gampong untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan menjadi Reusam Gampong.
h. Mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Gampong kepada Tuha peut Gampong untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan menjadi
Anggaran Pendapatan Belanja Gampong.
Universitas Sumatera Utara
i. Keuchik mewakili gampongnya di dalam dan di luar pengadilan dan berhak
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya. Pemilihan Keuchik sesuai dengan yang diatur dalam Qanun Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam keuchik dipilih secara langsung oleh penduduk Gampong melalui pemilihan demokratis, bebas, rahasia serta dilaksanakan secara jujur dan adil. Masa jabatan keuchik
adalah 5 lima tahun, terhitung mulai tanggal pelantikan dan dapat kembali dipilih untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
2.2.6 Tata Cara Pemilihan Keuchik
Syarat-syarat untuk seseorang dapat ditetapkan menjadi seorang keuchik adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat-syarat :
a. Taat dalam menjalankan syari’at Islam secara benar dan sungguh-sungguh b. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Pemerintah yang sah
c. Telah tinggal menetap di gampong sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus-menerus
d. Telah berumur sekurang-kurangnya 25 dua puluh lima tahun dan setinggi-tingginya 60 enam puluh tahun pada saat pencalonan
e. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau berpengetahuan sederajat
f. Sehat jasmani dan rohani g. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwaingatannya
Universitas Sumatera Utara
h. Berkelakuan baik, jujur, dan adil serta bersikap tegas, arif dan bijaksana i. Tidak pernah dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap j. Tidak pernah dihukum penjara, kurungan percobaan karena melakukan suatu tindak
pidana k. Mengenal kondisi geografis, kondisi sosial ekonomi dan kondisi sosial budaya
gampong serta dikenal secara luas oleh masyarakat setempat l. Memahami dengan baik qanun, reusam dan adat istiadat serta tidak pernah
melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar adat istiadat dan kebiasaan- kebiasaan tersebut
m. Bersedia mencalonkan diri atau dicalonkan pihak lain Proses pemilihan keuchik dilaksanakan secara langsung secara demokratis untuk
melaksanakan pemilihan keuchik, tuha peut gampong membentuk komisi atau panitia Independen Pemilihan Keuchik yang terdiri dari anggota masyarakat. Pemilihan keuchik
dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Tahap Pencalonan
a. pendaftaran pemilih yang dilaksanakan oleh Panitia Pemilih Keuchik; b. pendaftaran dan seleksi administratif bakal calon oleh Panitia Pemilih Keuchik;
c. pemaparan rencana kerja program oleh bakal calon dihadapan Tuha Peuet Gampong;
Universitas Sumatera Utara
d. penetapan bakal calon oleh Tuha Peuet Gampong sekurang-kurangnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang;
e. penetapan calon oleh Tuha Peuet Gampong. 2. Tahap Pelaksanaan
a. pemungutan suara untuk pemilihan calon Keuchik dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Keuchik;
b. perhitungan suara di Tempat Pemungutan suara segera setelah pemungutan suara dinyatakan selesai, yang dilaksanakan oleh Panitia Pemilih Keuchik secara
terbuka, disaksikan oleh Imeum Mukim, Imeum meunasah dan Tuha Peuet Gampong serta dapat dihadiri oleh para pemilih;
c. pembuatan Laporan dan Berita Acara Hasil Perhitungan Suara yang ditanda- tangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris Panitia
Pemilihan Keuchik dan para saksi; d. penyampaian Laporan dan Berita Acara Hasil Perhitungan Suara oleh Panitia
Pemilihan Keuchik kepada Tuha Peuet Gampong; e. penyampaian Laporan dan Berita Acara Hasil Perhitungan Suara oleh Tuha Peuet
Gampong, didampingi Imeum Mukim kepada Bupati atau Walikota melalui Camat.
3. Tahap Pengesahan dan Pelantikan Keuchik Terpilih a. pengesahan Keuchik terpilih oleh Bupati atau Walikota dengan menerbitkan
keputusan pengangkatannya;
Universitas Sumatera Utara
b. Keuchik dilantik oleh Bupati atau Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk untuk bertindak atas nama Bupati atau Wali Kota dalam suatu upacara yang khusus
diadakan untuk itu di Gampong yang bersangkutan.
Seorang Keuchik berhenti dari jabatannya karena : a. Meninggal dunia
b. Mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri c. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik keuchik baru.
d. Tidak lagi memenuhi syarat seperti yang dimaksud dalam syarat-syarat keuchik e. Mengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus-kasus yang melibatkan
tanggung-jawabnya dan keterangannya atas kasus itu ditolak oleh Tuha peut Gampong.
Keuchik Gampong Tumpok Teungoh saat ini sudah menjabat selama 4 tahun di periode pertamanya. Keuchik memiliki kekuasaan yang besar dalam memerintah dan
mengatur masyarakat Gampong Tumpok Teungoh . Kekuasaan yang dimiliki seorang keuchik mencakup seluruh aspek dalam pemerintahan gampong, baik dalam bidang sosial,
keagamaan, maupun urusan pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEKUASAAN