Asas Pemilihan Umum Pemilu

23 4 Rahasia Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan seret ballon. 5 Jujur Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksanaan, pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas atau pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 6 Adil Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. 15 d. Ada pun asas pemilu menurut UU No. 23 Tahun 2003, menjelaskan tentang asas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Dalam UU No. 232003, asas pemilihan umum meliputi: 1 Langsung Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara. 15 Ibid., hal. 150. 24 2 Umum Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi pengecualian. 3 Bebas Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapundengan apapun. 4 Rahasia Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan seret ballon. 5 Jujur Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksanaan, pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas atau pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 6 Adil Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. 16 16 Ibid., hal. 150. 25

4. Sistem Pemilu Secara Umum

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu: a. Single-Member Constituency yaitu sistem satu daerah pemilihan memilih yang hanya memilih satu perwakilan tanpa melihat jumlah pemilih, biasanya disebut sistem Distrik. b. Multi-Member Constituency sistem pemilihan satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil untuk di jadikan perwakilan sesuai dengan jumlah pemilih yang ada daerah tersebut, biasanya dinamakan Proportional Representation atau perwakilan berimbang. Secara umum sistem pemilihan umum dapat diklasifikasi dalam dua sistem, yaitu: a. Sistem Distrik Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliput mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu daerah pemilihan dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dan dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang terbanyak menang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. Jadi, tidak ada sistem perwakilan berimbang. Misalnya, dalam distrik dengan 26 jumlah suara 100.000, ada dua calon, yakni A dan B. Calon A memperoleh 60.000 dan B 40.000 suara, maka calon A memperoleh kemenangan sedangkan jumlah suara 40.000 dari calon B dianggap hilang. Sistem pemilihan ini tidak mempertimbangkan jumlah suara yg di dapat oleh calon perwakilan yang ada tetapi jumlah distrik yang ada sistem ini dipakai di Inggris, Kanada, Amerika Serikat dan India. Sistem “single-member constituency” mempunyai beberapa kelemahan: 1 Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan itu terpencar dalam beberapa distrik. 2 Sistem ini kurang representative dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrik, kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, dan kalau ada beberapa partai yang mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil oleh golongan- golongan yang merasa dirugikan dan suara pemilih terbuang sia- sia. Di samping kelemahan-kelemahan tersebut di atas ada banyak segi positifnya, yang oleh negara yang menganut sistem ini dianggap lebih menguntungkan dari pada sistem pemilihan lain. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih 27 erat. Dengan demikian dia akan lebih terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Lagipula, kedudukannya terhadap partainya akan lebih bebas, oleh karena dalam pemilihan semacam ini focus personalitas dan kepribadian seseorang merupakan faktor yang penting. Sistem ini lebih mendorong proses integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan- perbedaan yang ada dan mengadakan kerjasama. Di samping kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat sekedar dibendung, sistem ini dapat mendorong proses penyederhanan partai tanpa diadakan paksaan. Maurice Duverger berpendapat bahwa dalam proses seperti Inggris dan Amerika, sistem ini telah memperkuat berlangsungnya sistem dwipartai. 1 Berkurangnya partai dan meningkatkan kerjasama antara partai-partai mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat stabilitas nasional. 2 Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan. 17 b. Sistem Perwakilan Berimbang Sistem ini dimaksudkan untuk menghilangkan beberapa kelemahan dari sistem distrik. Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh sesuatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Untuk keperluan ini ditentukan sesuatu 17 Ibid., hal. 152. 28 perimbangan, misalnya 1: 400.000, yang berarti bahwa sejumlah pemilih tertentu dalam hal ini 40.000 pemilih mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat, jumlah total anggota dewan perwakilan rakyat ditentukan atas dasar perimbangan 1: 400.000 itu. Negara dianggap sebagai satu daerah pemilihan yang besar, akan tetapi untuk keperluan teknis administratif dibagi dalam beberapa daerah yang besar yang lebih besar dari pada distrik dalam sistem distrik, dimana setiap daerah pemilihan pemilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu. Jumlah wakil dalam setiap daerah pemilihan ditentukan oleh jumlah pemilih dalam daerah pemilihan itu, dibagi dengan 400.000. Dalam sistem ini setiap suara, dalam arti bahwa suara lebih yang diperoleh oleh suatu partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan maka tidak ada suara pemilih yang terbuang sia-sia di sistem ini. 18 Sistem Perwakilan Berimbang ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain antara lain dengan Sistem Daftar List System. Dalam Sistem Daftar setiap partai atau golongan mengajukan satu daftar darinya dan dengan demikian memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk bermacam-macam kursi yang sedang 18 Ibid., hal. 152.