15
c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi masa modern; kaum
intelektual seperti sarjana, wartawan, dan penulis sering menggelarkan gagasan dan ide kepada masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan
akan partisipasi masa yang luas dalam pembuatan keputusan politik. Dan sistem transportasi dan komunikasi modern memudahkan dan
mempercepat penyebaran ide dan gagasan tersebut. d.
Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik; jika timbul kompetisi perebutan kekuasaan, salah satu strategi yang digunakan adalah
mencari dukungan rakyat untuk melegitimasi mereka melalui gerakan- gerakan partisipasi rakyat.
e. Campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam masalah sosial;
ekonomi dan budaya, jika pemerintah terlalu menkooptasi masalah- masalah sosial masyarakat, maka lambat laun akan merangsang timbulnya
tuntutan-tuntutan yang terorganisasi untuk berpartisipasi.
7
2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik
Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, partisipasi politik di lakukan melalui
kontak- kontak langsung dengan pejabat Negara yang ikut dalam penentuan kebijakan Negara. Sedangkan secara tidak langsung adalah dengan cara
melalui media masa yang ada dengan menulis pendapat atau aspirasi terhadap persoalan yang sedang terjadi di ranah publik.
7
Ibid., hal. 130-131.
16
Peran serta atau partisipasi politik masyarakat secara umum dapat kita kategorikan dalam bentuk-bentuk berikut:
Electoral activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan. Termasuk dalam kategori ini
adalah ikut serta dalam memberikan sumbangan untuk kampanye, menjadi sukarelawan dalam kegiatan kampanye atau rally politik sebuah partai,
mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau calon pemimpin, memberikan suara dalam pemilihan, mengawasi pemberian dan
penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya. Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau kelompok orang untuk
menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut masalah tertentu.
Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau
sebagai anggota biasa. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan
secara langsung pejabat pemerintah atau tokoh politik, baik dilakukan secara individu maupun kelompok orang yang kecil jumlahnya. Biasanya, dengan
bentuk partisipasi seperti ini akan mendatangkan manfaat bagi orang yang melakukannya.
17
Violence, yaitu dengan cara-cara kekerasan atau mempengaruhi pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan by
doing physical damage terhadap barang atau individu.
8
bentuk-bentuk partisipasi di bedakan menjadi menjadi dua bagian yaitu partisipasi konvensional dan partisipasi non-konvensional sesuai yang
terjadi pada kondisi yang terjadi berbagi Negara karena setiap warga Negara mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk dan frekuensi
partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik, kepuasanketidakpuasan warga negara.
Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Partisipasi
Konvensional Non-Konvensional
Pemberian suara dalam pemilihan Diskusi politik
Kegiatan kampanye Membentuk dan bergabung dalam
kelompok kepentingan Komunikasi
individual dengan
pejabat politik Pengajuan petisi
Demonstrasi Konfrontasi
Mogok Tindakan kekerasan politik
Sumber: Muhtar Mas’oed danColin Mac Adrew,Perbandingan Sistem Politik,jogyakarta : Gajah Mada UniverityHAL 32
B. Pemilu
1. Pengertian Pemilu
Pemilihan umum menurut kamus besar ilmu pengetahuan adalah pemberian suara yang diatur dalam undang-undang untuk memilih calon-calon
8
Afan Gafar, Merangsang Partisipasi Rakyat, hal. 241-242.
18
yang dianggap layak guna menduduki jabatan-jabatan tertentu.
9
Berbeda dengan pemilu menurut Dr. Indria Sumego pemilu disebut politik market,
dimana pemilu adalah pasar untuk melakukan kesepakatan antara partai penjual dan rakyat atau pemilih pembeli. Secara sederhana, pemilu adalah
cara individual warga negara melakukan kontrak politik dengan orang atau partai
politik yang
diberi mandate
menjalankan sebagian
hak kewarganegaraan pemilih.
2. Tujuan Pemilu
Menurut rumusan penjelasan UU No. 15 tahun 1969, tentang Pemilihan Umum, yang masih berlaku sampai tahun Pemilu 2007, disebutkan bahwa
tujuan pemilu adalah: “Dalam mewujudkan penyusunan tata kehidupan yang dijiwai semangat
cita-cita Revolusi Kemerdekaan RI Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana tersebut dalam Pancasila dan UUD 1945, maka penyusunan tata kehidupan itu
harus dilakukan dengan jalan Pemilihan Umum. Dengan demikian, diadakan pemilihan umum tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk
dalam lembaga permusyawaratanperwakilan, dan juga tidak memilih wakil- wakil rakyat untuk menyusun negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-wakil
rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan, mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan NKRI
bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Pemilihan Umum adalah suatu alat
9
Save Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta : LPK ,1997 hal. 807.