Kekuatan patah bahan komposit menurun dengan naiknya bahan pengisi serat sabut kelapa terhadap matriks Polipropilena.Penurunan kekuatan patah ini
disebabkan rendahnya sifat adhesi bahan matrik Polipropilena,selain itu sifat kepolaran bahan matriks dan bahan pengisi yang berbeda menghalangi terjadinya
interaksi antara keduanya. Dua hal yang dibutuhkan pada bahan untuk memperkuat bahan komposit agar membentuk produk yang efektif yaitu komponen penguat harus
memilik modulu elestisitas yang lebihtinggi dari matriksnya dan harus ada ikatan permukaan yang kuat antara komponen penguat dan matriks tanpa adanya faktor
tersebut penambahan bahan penguat dapat menurunkan kekuatan tekan bahan komposit yang dihasilkan Harjadi, 2000
Penambahan serat sabut kelapa sebagai bahan pengisi dapat meningkatkan nilai kekuatan tekan bahan komposit dibanding kekuatan tekanmatriks Polipropilena
murni 100 dan kayu palet sebagai kontrol sebesar 46,10 kgf dan 45,20 kgf. Dengan meningkatnya kandungan serat sabut kelapa sebagai pengisi kekuatan
patah mengalami penurunan , hal inidi sebabkan volume matriks berkurang sedangkan massa serat bertambah sehingga permukaan matriks tidak dapat menutupi
serat dengan baik,sehingga interaksi antara matriks dan serattidak lagi maksimal.
4.3. Analisa Termal Spesimen Campuran Menggunakan DTA
Analisa ini bertujuan untuk menentukan perubahan termal dari suatu bahan sebagai fungsi temperatur dengan mengukur perbedaan temperatur diantara sampel
dan bahan pembanding yang stabil terhadap perubahan panas seperti alumina, dan juga merupakan salah satu tahap untuk mengetahui kekompatibilitasan suatu bahan
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
polimer. Kurva DTA dari spesimen campuran yang optimum dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 4.3. Grafik DTA-SSK
Dari termogram DTA SSK gambar 4.3 memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 70
o
C. 260 C, 345 C dan pada suhu 410 C puncak-puncak ini diidentifikasi sebagai perubahan serat sabut kelapa mulai dari penurunan kadar air
hingga terbakar habis menjadi abu. Pada suhu 70 C terjadi penurunan temperatur endoterm, dan terdekomposisi pada 410
o
C dengan terjadi kenaikan temperatur eksoterm.
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 4.4. Grafik DTA PP-SSK
Sedangkan termogram DTA pada gambar 4.4. dari campuran PP-SSK 9:1 menunjukkan temperatur 165
o
C mulai terjadiperubahan ,Kemudian pada suhu 250 C ,370 C dan 450 C Puncak ini diidentifikasi sebagai temperatur leleh dengan
terjadi penurunan temperatur endoterm, dan terdekomposisi pada 450
o
C dengan terjadi kenaikan temperatur eksoterm. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara
serat dengan matriks PP Hatakeyama, dkk, 1994.
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.4. Hasil Analisis Sifat Termal Spesimen Campuran
Spesimen Campuran
Rasio Suhu mulai Leleh
ºC
Suhu Dekomposisi
ºC
SSK 10 : 0
70 410
PP – SSK 9 : 1
165 450
4.4. Analisis Scanning Electron Microscopy SEM
Dalam analisis foto SEM dapat diketahui bentuk dan perubahan permukaan dari suatu bahan. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya
patahan, lekukan dan perubahan struktur dari permukaan, maka bahan tersebut cendrung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat
dipancarkan, dipantulkan dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM.
Gambar 4.5. Permukaan Polipropilena murni
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 4.5. adalah fotografi permukaan specimen Polipropilena murni yang diperbesar 200 kali. Gambar ini memperlihatkan permukaan tidak rata, ada tonjolan
berwarna terang , lekukan dan berongga.berwarna gelap
Gambar 4.6. Fotografi Mikroskopis serat sabut kelapa
Gambar 4.6. memperlihatkan fotografi permukaan serat sabut kelapa yang diperbesar 200 kali.Gambar ini memperlihatkan permukaan yang tidak rata, berongga
tampak bahwa SSK memiliki fibril dan vasculer bundle bagian yang terang yang mengelilingi jaringan parenkim bagian yang gelap dan ada tonjolan, berpori yang
dapat berinteraksi dengan polipropilena.
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 4.7. Fotografi Mikroskopis Spesimen komposit PP-SSK
Gambar 4.7. memperlihatkan permukaan spesimen campuran PP-SSK9:1. Tampilan permukaan memperlihatkan rongga sudah terisi tetapi masih kelihatan
tonjolan yang tersebar tidak merata. Hal ini telah menunjukkan telah terjadi perubahan struktur dan adanya interaksi antara PP dengan SSK yang tentunya
mempengaruhi sifat mekanisnya.
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 4.8. Fotografi mikroskopis patahan komposit PP-SSK
Berbeda dengan tampilan permukaan sebelumnya pada gambar 4.8 ini memperlihatkan SSK mengalami patahan, dan Polipropilena mengisi sela-sela serat
sabut kelapa, terlihat bahwa serat yang terputus akibat tekanan telah diisi matrik polipropilena. Berarti menguatkan bahwa sifat mekanisnya lebih baik, seperti
tegangan dan keelastisannya meningkat.
Sunariyo: Karakteristik Komposit Teroplastik Polipropilena Dengan Serat Sabut Kelapa Sebagai Pengganti Bahan Palet kayu, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN