Karakteristik Termoplastik Polietilena Dengan Serat Batang Pisang Sebagai Komposit Untuk Bahan Palet Kayu

(1)

KARAKTERISTIK TERMOPLASTIK POLIETILENA DENGAN SERAT BATANG PISANG SEBAGAI KOMPOSIT

UNTUK BAHAN PALET KAYU

TESIS

Oleh

RAMZAH RAM

067026017/FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

KARAKTERISTIK TERMOPLASTIK POLIETILENA DENGAN SERAT BATANG PISANG SEBAGAI KOMPOSIT

UNTUK BAHAN PALET KAYU

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Magister Sains

Dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAMZAH RAM

067026017/FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : KARAKTERISTIK TERMOPLASTIK POLIETILENA DENGAN SERAT BATANG PISANG SEBAGAI KOMPOSIT UNTUK BAHAN PALET KAYU

Nama Mahasiswa : Ramzah Ram Nomor Pokok : 067026017 Program Studi : Ilmu Fisika

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc) Ketua

(Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D) (Dra. Nursyamsu Bahar, M.S) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 2 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc Anggota : 1. Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D

2. Dra. Nursyamsu Bahar, M.S 3. Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

4. Dra. Justinon, M.Si

5. Drs. Nasruddin MN., M.Eng.Sc 6. Drs. Oloan Harahap, M.Sc


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat Serat Batang Pisang ( SBP ) sebagai penguat bahan komposit Polietilena ( PE ).

Pencampuran Serat Batang Pisang terhadap Polietilena dilakukan dengan perbandingan 10%, 20%, 30%, dan 40%. Kepingan Polietilena dicampur dengan SBP dengan menggunakan mesin Hot Press dengan variasi waktu untuk masing- masing komposisi selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit. Pembanding komposit PE- SBP adalah PE- murni (100%) dan palet kayu industri. Karakteristik terhadap bahan yang dicoba meliputi karakterisasi terhadap bahan yang dicoba meliputi: Uji Tarik / Uji Mulur, Uji Difrensial Thermal Analysis (DTA), Uji Scanning Electrone Microscope (SEM).

Dari hasil Uji Tarik / Uji Mulur menunjukkan dengan penambahan SBP sebagai bahan pengisi PE dapat menemukan kekuatan tarik bahan. Namun, keelastisitasannya lebih tinggi. SBP pada perbandingan tertentu dapat bercampur secara homogen.

Berdasarkan data hasil uji karakteristik terhadap bahan komposit PE- SBP dan PE serta Palet Kayu Industri sebagai pembanding, disimpulkan bahwa komposit PE-SBP tidak dapat digunakan sebagai pengganti Palet Kayu Industri, tetapi dapat digunakan pada bidang lain karena keelastisitasannya yang tinggi.


(6)

ABSTRACT

The research intends to use Serat Batang Pisang (SBP) as to strengthened of Polietilena (PE) composit

Mixturing of PE is made by 10 %, 20%, 30%, and 40%. Pieces 0f PE mixed with SBP using hot press machine by having variation of time for each composition for 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes, 20 minutes, 25 minutes and 30 minutes.

To difrentiate composit PE-SBP is PE-pure ( 100% ) and pallet wood industry.

The characteristics of materials tried are characterize with materials tried done by wexmine.. Pull examine, push examine, differential thermal analysis, examining, scanning electrone microscope.

From the result of pull exam/push exam by edding SBP as material lto fill PE is able to add the strongest pull of material, but the elastisity is higher. SBP with a certain diffrentation can mix with homogen.

Based on the caharacteristic data which has been examined with PE-SBP composit and PE as palled wood industry as differential material.

It’s conclude that the composit of PE-SBP can not be used as pallet wood industry but can be used in other parts because of the highest elstisity.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, sama kita ucapkan karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan Sekolah Pasca Sarjana di Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan takjub setinggi- tingginya kepada istri tercinta : Hj. Tati Ariani yang banyak memberi dorongan. Buat ananda M. Hafizham Lufti ST yang banyak memberi masukan berharga pada penulisan Tesis kendatipun sedang mengikuti S2 di negeri Belanda. Buat ananda Fashihatin Nisa, Humaira Faradilla, dan M. Fahru Reza Hakim yang selalu memberikan semangat untuk cepat menyelesaikan program studi S-2 ini.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para dosen pembimbing, Bapak Prof. H. M. Syukur MS., Bapak Prof Basuki Wirjosentono MS., Ph.D., dan Ibu Dra Nursyamsu Bahar MS. Ucapan terima kasih selanjutnya buat ketua Program Studi Ilmu Fisika, Prof. Dr. Eddy Marlianto MSc., Sekretaris Program Studi Ilmu Fisika Bapak Drs. Mhd Nasir Saleh MSc., Bapak, Ibu dosen beserta staf sekolah Pacasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak meluangkan waktu dan mentransfer ilmu nya, semoga Allah membalas amal baiknya. Amin.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Rektor USU Prof.Dr Chairuddin P Lubis DTM & H SpA(k), direkur sekolah pasca sarjana Prof Dr Ir T Chairun Nisa B., M.Sc. beserta staf yang telah memfasilitasi pendidikan di USU Medan.

Terima kasih selanjutnya kepada Pemprovsu, kepada Dinas Pendidikan Tk I dan Dinas Pendidikan Kota Medan, Bapak Drs.H Hasan Basri, M.M., yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa kepada penulis.

Seterusnya penulis berterimakasih kepada Bapak/Ibu guru/pegawai, Keluarga besar SMAN 16 Medan yang selalu memberi motivasi sekaligus mendo’akan penulis.

Akhirnya penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang belum dituliskan disini. Semoga ilmu yang didapat dapat berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Penulis,


(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap Berikut Gelar : Drs. Ramzah Ram

Tempat dan Tanggal Lahir : Pasar Rawa Gebang, 03 Maret 1960

Alamat Rumah : Jl. Kapten Muslim gg. Pertama no.48 Medan Kode Pos 20123

Telepon / Hp : (061) 8461777 / 08126400850 Insatnasi Tempat Bekerja : SMA Negeri 16 Medan

Alamat Kantor : Jl. Kapten Rahmad Buddin Km 21,5 Terjun Marelan Medan

Telepon : 061 6850663

DATA PENDIDIKAN

SD : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tamat 1971 SMP : SMP Pelita Gebang Tamat 1974 SMA : SMA Negeri Tanjung Pura Tamat 1977 Strata -1 : FKIE IKIP Medan Tamat 1983 Strata -2 : Magister Ilmu Fisika SPS USU Tamat 2008


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ... ...1

1.2. Permasalahan...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...5

1.5. Lokasi Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1. Plastik ... ...6

2.2. Pengertian Polimer dan Jenisnya...8

2.3. Polietilena ...9

2.4. Sifat-Sifat Polietilena...10

2.5. Kegunaan Polietilena dalam Kehidupan Sehari-Hari...11

2.6. Serat Batang Pisang ...11

2.6.1. Analisis Sifat Kimia dan Komposisi Serat Batang Pisang...11

2.6.2. Analisis Sifat Fisis dan Morfologis Serat Batang Pisang...13


(10)

2.8. Palet ...16

2.9. Sifat Tegangan dan Regangan ...17

2.10. Modulus Patah dan Modulus Elastisitas ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ...19

3.1.Peralatan...19

3.2. Bahan ...19

3.3. Prosedur Penelitian...20

3.3.1. Preparasi Serat Batang Pisang Sebagai Penguat Komposit Lapis dengan Polietilena ...20

3.3.2. Preparasi Bahan Komposit Berlapis Dari Polimer Polietilena ...20

3.3.3. Uji Tekan ...20

3.3.4. Analisa SEM ...21

3.4. Skema Percobaan ...22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...23

4.1. Analisis Visual Bahan Komposit...23

4.2. Hasil Pengujian Kekuatan Tekan Beban Komposit... 24

4.2.1. Hasil Uji Patah Bahan Komposit (MOR) dan Modulus Elastis (MOE) ...24

4.2.2. Analisa Termal Spesimen Campuran Menggunakan DTA ...28

4.3. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...35

5.1. Kesimpulan ...35

5.2. Saran ...35

DAFTAR PUSTAKA ...36


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor J u d u l Halaman

2.1 Sifat Kimia dan Komposisi Serat Batang Pisang... ...12 2.2 Sifat Fisis dan Morfologi Serat Batang Pisang... ... 14 4.1 Uji Mekanik Spesimen (ASTM D 638 Type IV)...26 4.2 Kekuatan Tekan Bagian yang Optimum pada Bahan

Komposit Polietilena dengan Perlakuan Waktu yang Berbeda...27 4.3 Hasil Analisis Sifat Termal Spesimen Campuran...31


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor J u d u l Halaman

2.1 Reaksi Pembentukan Polietilena...9

3.1 Bagan Penelitian ... ...22

4.1 Spesimen Komposit PE-SBP ...23

4.2 Grafik Kadar Pengisi Vs Kekuatan Tekan ...27

4.3 Grafik DTA SBP...29

4.4 Grafik DTA PE-SBP...30

4.5 Permukaan Polietilena Murni...32

4.6 Fotografi Mikroskopis Serat Batang Pisang ... 33


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

A Data Hasil Uji Morfologis Serat Batang Pisang...37

B Data Hasil Uji Komposisi Serat Batang Pisang...38

C Tabel Uji Mekanik Spesimen (ASTM D 638 Type IV)...39

D Kekuatan Kayu Menurut Satuan SNI ...42

E Gambat Grafik Tegangan – Regangan Hasil Mekanik Spesimen...43

F Foto-Foto Alat dan Sampel Saat Pembuatan dan Uji Karakteristik Spesimen ...51


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pohon pisang ketika pisangnya sudah dipanen, selama ini hampir tidak ada gunanya. Di daerah pesisir, batang pisang digunakan masyarakat ketika banjir datang sebagai alat transportasi untuk melewati banjir. Setelah banjir selesai, batang pisang dihanyutkan begitu saja tanpa memperdulikan pengaruh negatif dari limbahnya. Ketika limbah batang pisang dapat dijadikan serat, besar kemungkinan manfaat positif dari padanya dapat diciptakan. Apalagi jika berhubungan dengan palet dan komposit.

Komposit merupakan suatu sitem bahan yang tersusun dari proses pencampuran atau penggabungan dua atau lebih konstituen yang berbeda dalam hal bentuk atau komposisi bahan yang tidak larut satu sama lain. Penggabungan dua bahan atau lebih tersebut diharapkan dapat memberikan bentuk dan sifat – sifat yang berbeda yang sering kali lebih efisien dibanding bahan- bahan itu sendiri.

Dewasa ini persaingan usaha yang semakin tinggi membuat peningkatan produktivitas dan efisiensi di seluruh mata rantai ( value added chain ) termasuk sistem distribusi yang handal. Persaingan itu dapat diamati diberbagai sisi. Sebagai contoh adalah pembuatan palet, yakni dengan sistem paletisasi, yaitu metode

handling, transfortasi, dan penyimpanan produk serta kemasan dern gan


(15)

1. palet merupakan sistem distribusi yang merupakan kemasan untuk memudahkan atau mempercepat operasi distribusi misalnya serat plastik kemasan botol minuman.

2. salah satunya untuk komposit polietilena dengan penguat Serat Batang Pisang (SBP) diharapkan dapat digunakan sebagai bahan palet plastik minimal dapat menggantikan palet kayu yang diperoleh dengan cara komposit berlapis.

3. sifat mekanistik, sifat termal, sifat morfologis

4. komposis atau perbandingan anatara sbp dan polietilena divariasikan dengan menggunakan hot press maksimum dengan variasi waktu (5 sampai 30 menit) dan variasi komposisi.

Dilihat dari bahan yang digunakan, maka palet dapat dibuat dari berbagai jenis matareial yaitu kayu, plastik kertas, dan metal. Di negara- negara maju penggunaan palet kayu semakin berkurang sehingga banyak beralih ke palet plastik dan kecenderungan ini akan terjadi di Indonesia di masa mendatang. Berkembangnya palet plastik di samping pasokan kayu sebgaai bahan baku akan semakinlangka dan terbatas juga peralatan handling harus semakin efisien dan efektif.

Komposit polimer semakin berkembang yang saat ini bersaing dengan komposit matrik logam maupun keramik. Berbagai pemrosesan komposit terus dipacu, diarahkan ke sasaran produk yang banyak diminati. Sebagai contoh adalah komposit polimer komersil. Selama ini umumnya menggunakan bahan polimer termoset. Suplai bahan baku yang terbatas mengakibatkan bahan ini relatif mahal dibandingkan polimer termoplastik yang tersedia. Polietilena merupakan poliolefin yang bersifat


(16)

termoplastik, murah, dan dapat di daur ulang, tetapi pada proses pencampuran membutuhkan panas.

Polietilena (PE) adalah salah satu polimer terbesar diproduksi. Selain ringan, mudah dibentuk, cukup keras, tahan goresan, tahan terhadap zat kimia, dan sedikit sekali menyerap air, sifatnya yang transparan, dan tembus cahaya. PE memiliki kekuatan benturan- benturan yang tinggi dan tahan terhadap pelarut organik pada suhu 600C. Adanya beraneka ragam produk berbahan polietilena disebabakan karena polimer ini dapat kompatibel dengan sejumlah bahan aditif sehingga polimer ini dapat menyumbang 22 % berat permintaan termoplastik di dunia ( Geraldo,2005 ). Polietilena mempuyai sifat fisis keras dan kaku sehingga secara komersil selalu ditambah bahan aditif dengan tujuan agar diperoleh derajat kekerasan dan kelunakan tertentu sehingga bahan polietilena tersebut mudah dibentuk menjadi berbagai jenis sarang (Wirjosentono,dkk,2003).

Serat batang pisang merupakan limbah padat yang tersedia melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Serat batang pisang dapat digunakan sebagai pengisi matrik polimer pencampuran polietilena. Dengan serat alam dalam hal ini serta batang pisang merupakan cara modifikassi polimer sintesis untuk memecahakn masalah limbah plastik, sehingga keberadaanya dapat menjadi alternatif penggunaan bahan pengisi matriks yang pernah ada secara lebih efektif, murah, dan anti pencemaran. Pohon pisang yang sudah dipanen tentu menjadi limbah. Limbah batang pisang inilah yang kita gunakan.


(17)

Perkembangan teknologi material komposit yang demikian pesat telah menjadi trend baru dalam teknologi bahan. Material komposit memiliki sifat khas yang utama yaitu ringan. Oleh sebab itu, sifat kekuatan dan kekakuan spesifiknya tinggi. Material komposit diproyeksikan menjadi material pengganti bahan- bahan struktural konvensional seperti logam dan kayu dan salah satunya untuk komposit polietilena dengan penguat ssk diharapkan dapat digunakan sebagai bahan palet palstik untuk menggantikan palet kayu yang diperoleh dengan cara komposit berlapis.

1.2. Permasalahan

Dari uraian diatas dapat diperoleh pokok permasalahan, yaitu :

1. Apakah serat batang pisang dapat digunakan sebagai penguat bahan komposit lapis dari Poli Etilena.

2. Apakah campuran polimer Poli Etilena dengan serat batang pisang dapat membentuk bahan komposit berlapis.

3. Bagaimana karakteristik bahan komposit berlapis antara poli etilena sebagai pengganti bahan palet plastik.

1.3. Tujuan Penelitian

Memahami permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengolah serat batang pisang yang dapat digunakan sebagai penguat bahan komposit lapis dari poli etilena


(18)

2. Mengoptimasi campuran polimer polietilena dengan serat batang pisang untuk dapat membentuk bahan komposit berlapis.

3. Mengkarekterisasi (sifat mekanik, thermal, morphologis) bahan komposi berlapis antara poli etilena sebagai pengganti bahan palet kayu.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sangat berguna untuk dapat memberikan informasi, apakah serat batang pisang merupakan alternatif sebagai penguat komposit polietilena untuk bahan palet.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Polimer fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU Medan. Lokasi lain adalah penelitian dilakukan di laboratorium Fisika dan Kimia Pendidikan Tehnik Kimia Industri (PTKI) Medan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Plastik

Plastik merupakan bahan teknis yang berasal dari polimer, meskipun istilah polimer lebih popular menunjukkan kepada plastik. Umumnya suatu poliomer dibangun oleh satuan struktur yang tersusun secara berulang dari atom yang panjang terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer yang mempunyai berat molekul diatas 10.000, diikat oleh gaya tarik menarik yang kuat yang disebut ikatan kovalen,dimana setiap atom dari pasangan terikat menyumbangkan satu elektron untuk membentuk sepasang elektron. Polimer sebenarnya terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan kegunaan beragam tetapi dalam banyak hal plastik berisi sejumlah komponen-komponen yang ditambahkan, seperti menambahkan bahan (material) maupun polimer lain ; dalam hal ini kita mempunyai suatu campuran polimer. Lebih dari itu sejumlah besar jenis bahan tambahan pengisi yang dicampur dengan berbagai polimer untuk tujuan tertentu ( Veght,Ak,2000 ).

Bahan polimer yang mempunyai berat molekul besar dan berikatan kovalen, sama sekali menunjukkan sifat-sifat yang berbeda dari bahan organik yang mempunyai berat molekul rendah. Bahan yang mempunyai berat molekul rendah berubah menjadi cair dengan viskositas rendah atau menguap kalau dipanaskan, sedangkan bahan polimer mencair dengan sangat kental dan tidak menguap.


(20)

Molekul polimer disusun dalam satu struktur rantai dalam struktur tiga dimensi dengan ikatan kovalen, kebanyakan molekul rantai memberikan sifat termoplastik dengan menaikan temperatur sehingga dapat mencair dan mengalir. Bahan tersebut dinamakan polimer termoplastic. Dilain pihak polimer yang struktur tiga dimensi nya terkeraskan karena pemanasan tidak dapat mengalir lagi karena pemanasan. Bahan tersebut dinamakan polimer termoset .

Sifat-sifat khas bahan pilimer pada umumnya sebagai berikut :

1. Mampu cetak adalah baik.Pada temperature relatif rendah bahan dapat dicetak dengan pernyuntikan,penekanan, ekstrusi dan seterusnya yang menyebabkan ongkos lebih rendah dari pada logam dan keramik.

2. Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat berat jenis polimer rendah dibanding dengan logam dan keramik, yaitu 1,0 – 1,7 yang memungkinkan membuat barang kuat dan ringan.

3. Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer mungkin juga dibuat konduktor dengan jalan mencampurkan dengan serbuk logam, butiran karbon, dan sebagainya.

4. Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan kimia. Pemilhan bahan yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-sifat baik sekali. (contoh : POlitetrafluoroetilen,dsb).

5. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung pada cara pembuatannya. Dengan mencampur zat pemlastis, pengisi, dan sebagainya sifat-sifat dapat berubah dalam daerah yang luas.


(21)

6. Umumnya bahan polimer lebih murah.

7. Kurang tahan terhadap panas, hal ini berbeda dengan logam dan keramik.

8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik.

9. Kurang tahan terhadfap pelarut. Umumnya larut dalam pelarut tertentu kecuali beberapa bahan khusus seperti politetra floroetilen. Jika tidak dapat larut, mudah retak karena kontak yang terus menerus dengan pelarut dan disertai adanya tegangan.

10. Mudah dimuati listrik secara elektro statis, kecuali beberapa bahan yang khusus dibuat agar menjadi hantaran listrik, kutrang higroskopik, dan dapat dimuati listrik.

11. Beberapa tahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang kecil.

2.2. Pengertian Polimer dan Jenisnya

Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit yang berulang Sederhana (monomer), polimer terbagi dalam tiga kelompok umum yaitu polimer elastomer, polimer dengan sifat-sifat elastis, seperti karet, polimer serat, polimer mirip benang, seperti kapas, sutera atau nilon, dan polimer plastik yang berupa lembaran tipis (Fessenden,1992). Perulangan unit-unit (monomer) dapat membentuk susunan rantai linier, bercabang, dan jaringan (Steven,2001). Berdasarkan sumbernya Polimer dapat dibagi dua, yaitu polmer alam seperti pati, sellulosa, dan sutera yang dihasilkan oleh melalui tanaman dan binatang, polimer lainnya adalah polimer


(22)

sintetik yang dihasilkan dilaboratorium, lazim disebut plastik (mudah dibentuk). Polimer plastik atau sintetik dapat dilelehkan dan dibentuk menjadi bermacam-macam bentuk, berupa lembaran serat-serat yang digunakan untuk tekstil.

2.3. Polietilena

Polietilena dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen yang dapat diperoleh dengan memberi hidrogen gas petrolium pada pemecahan minyak (nafta), gas alam atau asetilen. Polimerisasi etilen ditunjukkan pada reaksi dibawah :

H H H H

n. C= C C C

H H H H

Gambar 2.1. Reaksi Pembentukan Polietilena

Yang digolongkan menjadi polietilen tekanan tinggi, tekanan medium, dan tekanan rendah oleh tekanan pada polimerisasinya, atau masing- masing menjadi polietilena masa jenis rendah (LPDE) dengan masa jenis 0,910-0,926, polietilen masa jenis tinggi (HDPE) dengan masa jenis 0,941-0,965, menurut masa jenisnya, karena sifat- sifatnya erat hubungannya dengan masa jenisnya (kristalinitas).


(23)

Secara kimia polietilen merupakan parafin yang mempunyai berat molekul tinggi. Karena itu sifat- sifatnya serupa dengan sifat- sifat parafin. Terbakar kalau dinyalakan dan menjadi cair, menjadi rata kalau dijatuhkan di atas air. Polietilena mudah diolah maka dari itu sering dicetak dengan penekanan, injeksi, ekstrusi peniupan, dan dengan hampa udara. Perlu diperhatikan bahwa penyusutannya tinggi. Pada temperatur rendah bersifat fleksibel, tahan impak, dan bahan kimia, karena itu dipakai untuk berbagai keperluan termasuk untuk pembuatan berbagai wadah, alat dapur, berbagai barang kecil, botol- botol, tempat minyak tanah, film, pipa, isolator, kabel listrik, serat, kantong tempat sampah, dan sebagainya.

2.4. Sifat-Sifat Polietilena

Mempunyai konduktifitas panas yang rendah (0,12 W/m), tegangan permukaan yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi, tahan terhadap pelarut organik, bahan kimia anorganik, uap air, minyak, asam dan basa, isolator yang baik tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat pekat, mudah terbakar, titik leleh 166˚C dan suhu dekomposisi 380˚C (Cowd, 1991).

Pada suhu kamar polietilena sukar larut dalam toluena, sedangkan dalam xilena larut dengan bantuan pemanasan, akan tetapi polietilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida (Al- Malaika, 1983).


(24)

2.5. Kegunaan Polietilena dalam Kehidupan Sehari-Hari

Polietilena diproduksi sejak tahun 1958 dengan mengunakan katalis Ziegler. Polimer khas ruang (streo spesifik) ini khususnya disintesis isotaktik sehingga kekristalannya tinggi. Karena keteraturan ruang polimer ini maka rantai dapat terjejal sehingga menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas. Sebagai jenis plastik komoditas, polietilena banyak digunakan untuk komponen kenderaan bermotor, bagian dalam mesin cuci, botol kemasan, peralatan rumah tangga, bahan serat, isolator listrik, film, kemasan (berupa lembaran tipis) makanan dan barang (Cowd, 1991).

2.6. Serat Batang Pisang

Serat batang pisang termasuk salah satu serat alam yang didapat dari kelopak batang pisang. Serat batang pisang memiliki penampang melintang yang berbentuk lingkaran. Identitas morfologi penampang terhadap serat batang pisang menunjukkan bahwa serat batang pisang memiliki banyak rongga. Struktur permukaannya lebih menyerupai busa ( sponge ). Bahkan terdapat lubang yang cukup besar berada di tengah-tengah diameternya.

2.6.1. Analisis Sifat Kimia dan Komposisi Serat Batang Pisang

Analisis sifat kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia yang terdapat dalam bahan baku, yang terdiri dari kadar mineral (abu), kadar lignin, kadar sari, kadar alfa selulosa, kadar pentosan, serta kelarutannya dalam 1 % NaOH yang


(25)

dilakukan menurut SNI. Hasil analisis sifat kimia dan komposisi Serat Batang Pisang seperti ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Sifat Kimia dan Komposisi Serat Batang Pisang Komponen Kimia Komposisi (%) Kadar abu 2,97 Kadar Lignin (Metode Klason) 14,12 Kadar Sari 3,32 Kadar Alfa Selulosa 36,91 Kadar Total Selulosa 78,14 Kadar Pentosan sebagai Hermiselulosa 18,21 Kelarutan dalam NaOH 1 % 24,26 Sumber: Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas

Uji Kadar Abu dilakukan untuk menentukan kadar abu yang terdapat dalam Serat Batang Pisang. Uji lignin dilaksanakan untuk mengetahui jumlah lignin yang terdapat dalam Serat Batang Pisang. Lignin yaitu bagian yang terdapat dalam lamela tengah dan dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, merupakan senyawa aromatik berbentuk amorf. Komposit akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku dan rapuh. Uji kadar sari (ekstrak alkohol-benzena) dilaksanakan untuk mengetahui jumlah kandungannya yang terdapat dalam Serat Batang Pisang. Sari (ekstrak) alkohol


(26)

benzena adalah zat dalam SBP yang terekstrasi oleh alkohol benzena sebagai pelarut, dilakukan pada titik didih pelarut dalam waktu tertentu. Uji kadar selulosa dilaksanakan untuk menentukan kadar selulosa g, dan , yang ada dalam Serat Batang Pisang. Uji dalam larutan natrium hidroksida satu persen dilaksanakan untuk menyatakan banyaknya komponen yang larut, meliputi senyawa anorganik dan organik, antara lain karbohidrat, tanin, kinon, zat wama dan sebagian lignin

2.6.2. Analisis Sifat Fisis dan Morfologi Serat Batang Pisang

Penentuan morfologi Serat Batang Pisang bertujuan untuk mengetahui dimensi serat dan turunannya. Hal itu dilakukan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). Setiap materi bila dilihat dibawah mikroskop, akan terlihat serat-seratnya yang melekat satu dengan yang lainnya. Dari penampang melintangnya serat-serat tersebut mempunyai dinding dan lubang tengahnya yang disebut lumen. Senyawa yang melekat satu serat dengan serat lainnya disebut lignin, yang terdapat didalam Lamela tengah. Uji morfologi serbuk dilaksanakan untuk menunjukkan panjang serat dalam keadaan utuh, dalam hal ini panjang serat merupakan sifat utama untuk menentukan kekuatan komposit. Hasil analisis sifat fisis dan morfologi Serat Sabut Kelapa seperti ditunjukkan pada tabel berikut:


(27)

Tabel 2.2. Sifat Fisis dan Morfologi Serat Batang Pisang

Parameter Besar Satuan

Panjang Serat Minimal 1,45 mm Panjang Serat Maksimal 0,15 mm

Panjang Serat Rata-Rata L 2,82 mm Diameter Luar D 22,45 µm Diameter Dalam l 12,43 µm Tebal Dinding W 6,24 µm Bilangan Runkel (2 x W/l) 0,64 - Kelangsingan (L/D) x 1000 50,81 - Kekakuan (W/D) 0,23 - Kelenturan (l/D) 0,64 - Muhisiep Ratio (D2-i2/D2 x 100) 20,64 -

Sumber: Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas

2.7. Komposit

Pencampuran dua atau lebih makro konstituen yang berbeda dalam bentuk dan atau komposit material disebut bahan komposit. Komposit terdiri dari komponen bahan utama (matrik) dan bahan rangka (reinforcement), bahan matrik dapat berupa polimer (Polimer Matriks Composits), Keramik (Ceramic Metal Composites), dan Metal (Metal Matrix Composites) sedangkan bahan rangka biasanya berupa


(28)

serat-serat pendek, partikel dan lamina. Penyusun komposit secara umum adalah logam, bahan organik dan anorganik. Bentuk bahan utama yang digunakan dalam pembentukan bahan komposit adalah fiber, partikel, laminae, atau layer, flakes dalam matrik. Sehingga komposit dapat dikelompokkan menjadi :

1. Komposit jenis serat yang mengandung serat-serat pendek dengan diameter kecil yang disokong oleh matriks yang berfungsi untuk menguatkan komposit, seperti serat sabut kelapa, serat sintetis, kaca dan logam.

2. Komposit jenis lamina yaitu komposit yang mengandung bahan berlapis yang diikat bersama satu sama lain dengan menggunakan pengikat, contohnya papan komposit yang dibuat dari papan venir dan perekat urea formaldehid atau phenol formaldehid..

3. Komposit jenis partikel yaitu partikel tersebar dan diikat bersama oleh matriks Polimer (Premasingan,2000).

Umumnya komposisi matriks jauh lebih banyak dari rangka (Hariadi,2000), bahan komposit dibuat untuk mengoptimalkan sifat-sifat propertis antara lain sifat Mekanik, Termal kimia dan lain-lain yang sulit menggunakan bahan tunggal (logam,keramik atau polimer saja).Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada komposit yang diperkuat. Agar dapat membentuk produk yang efektif yaitu : (1) komponen penguat harus memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi dari pada matriksnya.(2). Harus ada ikatan permukaan yang kuat antara komponen penguat dan matriks. Matrik merupakan bodi konstituen bertanggung jawab dalam pembentukan akhir komposit.. Sehingga komposit Dapat dikatakan sifat komposit yang paling khas


(29)

adalah melekatnya suatu bahan struktural konstituen pada matriks, tetapi banyak komposit tidak memilik matriks dan tersusun dari satu atau lebih bentuk konstituen yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda. Komposit polimer semakin berkembang saat ini bersaing dengan komposit logam maupun keramik. Berbagai cara pemrosesan komposit terus dikembangkan kearah sasaran produk yang bersifat seperti yang dikehendaki.Banyak contoh komposit untuk pemekaian yang berbeda-beda, misalnya beton bertulang merupakan komposit yang terdiri dari besi beton dalam matriks beton , contoh umum lainnya adalah plastik berpenguat ,dimana unsur-unsur penguat adalah serat karbon, glass, atau boron .Sebagai contoh badan perahu dibuat dari plastik diperkuat dengan serat fiber Plastik (Vlack,1989)

2.8. Palet

Persaingan usaha yang semakin tajam menuntut peningkatan produktivitas dan efesiensi diseluruh mata rantai nilai tambah, termasuk system distribusi yang handal. Salah satu caranya adalah dengan sistem paletisasi, yaitu metode handling, transfortasi dan penyimpanan produk serta kemasannya dengan menggunakan system palet. Paletisasi menjadi hal yang sangat penting dalam peningkatan efisiensi distribusi fisik karena mempermudah standarisasi transaksi usaha, mempercepat siklus pengambilan alat transfortasi, mengurangi ruang bongkar muat, mengurangi kerja manual yang berat dan beresiko tinggi serta mengurangi rusaknya barang.

Dilihat dari bahan yang digunakan ,maka palet dapat dibuat dari berbagai jenis material yaitu kayu, plastic, kertas dan metal. Palet plastic digunakan sebagai sarana


(30)

pendukung sistem logistik dalam perdagangan baik produksi dalam negeri maupun ekspor. Palet plastik mempunyai beberapa keunggulan teknis antara lain: masa penggunaan lebih dari 10 tahun, ringan, aman dipakai, bebas dari paku dan sekrup, bersih, higienis dan tidak beracun, tahan terhadap bahan kimia terutama asam sulfat dan alkalis, tidak menyerap cairan, bentuk stabil pada semua kondisi dan cuaca, tahan terhadap sinar ultra violet. Penggunaan palet plastik sudah cukup luas misalnya untuk produk makanan dan minuman, farmasi dan industri pertanian.

2.9. Sifat Tegangan dan Regangan

Sifat-sifat mekanik pada polimer dapat dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu modulus elastisitas (young modulus), kekuatan tarik (tensile strength) dan lain-lain. Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakterisasi suatu bahan polimer. Kekuatan (strength) adalah ukuran besar gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak bahan,$ kekuatan tarik (tensil strength) suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya gaya maksimum dengan luas penampang mula-mula, dimensinya sama dengan tegangan (Vlack,1989). Pada uji tekan beban kakas sesumbu yang bertambah secara perlahan-lahan sampai putus (patah), maka saat yang bersamaan dilakukan pengamatan mengenai pertambahan panjang yang dialami sampel uji , pertambahan panjang yang terjadi akibat kakas tarikan yang diberikan pada sampel uji disebut deformasi, sedangkan regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang semula.


(31)

2.10. Modulus Patah dan Modulus Elastisitas

Dalam pengujian tekan digunakan rumus modulus patah dan modulus elastisitas yaitu:

Modulus patah ( MOR )

MOR = 2

2 3 lt PL

...……..……… (2.1)

MOE = 3 3

4 ylt PL

………...……(2.2)

dengan :

MOR = Modulus patah (kg/cm 2) MOE = Modulus Elastisitas (kg/cm2) P = Beban patah (kg)

P’ = Beban pada yield = beban lentur (kg) L = Jarak sanggah (cm)

l = Lebar specimen (cm) t = Tebal specimen (cm) y = Jarak defeksi (cm)


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksperimen di laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polietilena komersil dengan kemurnian 100% dan serat batang pisang.

3.1. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah : 1. neraca analitik

2. seperangkat hot press 3. seperangkat alat SEM 4. seprangkat alat DTA 5. seprangkat alat uji tekan

3.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah : 1. polietilena 100%


(33)

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Preparasi Serat Batang Pisang Sebagai Penguat Komposit Lapis dengan Polietilena

Serat batang pisang diperoleh dari lapisan batang pisang yang dikeringkan sehingga diperoleh serat batang pisang yang kering. Serat batang pisang yang kering ini mirip seperti benang kasar yang dipotong- potong sepanjang 1 cm. Serat batang pisang dicampur dengan film polietilena secara berlapis menggunakan hot press dengan tekanan maksimum dan variasi komposisi perbandingan antara serat batang pisang dengan polietilena (0:100), (20:80), (30:70), (40:60), (50:50) kemudian dikarakterisasi.

3.3.2. Preparasi Bahan Komposit Berlapis Dari Polimer Polietilena

Polietilena yang masih berbentuk kristal dicetak dengan menggunakan hot press pada suhu 1700 C sampai terbentuk film dengan ketebalan 5 mm. Serat batang pisang disisipkan diantara 2 lapisan polipropilena. Lapisan ini kembali di hot press pada suhu tertentu, menggunakan waktu tertentu, dan dengan perbandingan tertentu pula. Karakaterisasi (sifat mekanik, termal, morfologis) dari komposit berlapis polietilena dengan serat batang pisang dibandingkan dengan bahan palet batas minimum.

3.3.3. Uji Tekan

Sifat keteguhan lentur patah dan sifat keelastisitasan kks setalah diimpregnasi patah dan modulus elastisitas dilakukan dengan alat uji tekan terhadap spesimen.


(34)

Spesimen diletakkan didua titik dari masing- masing kedua bagian ujung spesimen sebagai penyanggah pada alat uji tekan dan kemudian dikenakan penekanan pada beban 1000 kg tepat ditengah- tengah spesimen dengan kecepatan tekanan 50 mm/menit kemudian dicatat beban maksimum (Fmax) dan regangan pada saat spesimen patah.

3.3.4. Analisa SEM

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui sifat morfologi terhadap sampel. dalam hal ini dapat dilihat rongga- rongga hasil pencampuran serat batang pisang dengan polietilena. Informasi dari alat ini memberitahukan kepada kita sejauh mana polietilena dan serat batang pisang dapat bercampur atau dilapiskan.


(35)

3.4. Skema Percobaan

Dipisahkan antara serat dengan gabusnya Dicetak tekan sebanyak

dua buah

Digabungkan dengan serat dan dipress dengan hot press

Gambar 3.1. Bagan Penelitian POLI ETILENA

Film

Dicetak Tekan

spesimen Plat kayu komersial

Uji tekan Uji DTA Plat komposit

Serat Batang Pisang

Uji SEM Hot Press


(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Visual Bahan Komposit

Bahan komposit yang dihasilkan dibentuk film dengan menggunakan hot press. tampilan specimen bahan komposit merupakan padatan kering dan tempat sebaran serat bahan pengisi yang kerapatannya meningkat dengan meningkatnya kandungan bahan pengisi mulai 10%,20%,30% dan 40%. Tampilan bahan komposit polietilenan film dengan serat batang pisang dapat dilihat pada gambar 4.1.


(37)

4.2. Hasil Pengujian Kekuatan Tekan Beban Komposit

4.2.1. Hasil Uji Patah Bahan Komposit (MOR) dan Modulus Elastis (MOE) Untuk mengetahui hasil peningkatan kekuatan patah komposit maka dilakukan uji patah untuk matriks Polietilena Murni 100% dan kayu palet sebagai pembanding. Dari hasil uji patah di peroleh pengaruh perbedaan kandungan bahan pengisi terhadap nilai kekuatan patah bahan komposit . Komposit PE dengan SBP (Serat Batang Pisang) tersebut diaplikasikan pada matriks polimer polietilena sesuai prosedur (2.1). dan (2.2). serta membutuhkan spesimen uji, yaitu spesimen uji berdasarkan ASTM D 638 Type IV. Sifat mekanis yang diuji disini meliputi kekuatan tekan(MOR) dan keelastisan (MOE). Hasil dari pengujian didapatkan kurva tegangan versus regangan, dapat dilihat pada Lampiran D.. Harga tegangan dalam satuan Kgf dan keelastisan juga dalam satuan Kgf. Hasil pengujian ini diolah kembali untuk mendapatkan nilai kekuatan tekan dan keelastisan. Contoh perhitungan menentukan kekuatan tekan (MOR) dan keelastisan (MOE):

Hasil uji terhadap spesimen polipropilena dan serat sabut kelapa menggunakan Persamaan (2.1) dan persamaan (2.2) Dengan :

P = 15,3 kgf l = 1,998 cm L = 8,00 cm t = 0,998 cm P’ = 108,73 kgf y = 3,89 cm


(38)

diperoleh : 2 2 3 lt PL MOR= = 998 , 0 . 998 , 0 . 998 , 1 . 2 8 . 3 , 15 . 3

= 904,799362 2 cm

kg

= 904,7994 2 cm kg 3 3 4 ' ylt L P MOE = = 3 3 998 , 0 . 998 , 1 . 89 , 3 . 4 8 . 73 , 108

= 17666,83789 2 cm

kg

= 17666,838 2 cm

kg

Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap sampel yang lain. Data hasil uji selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E. Dari analisis kekuatan tekan dan keelastisan komposit ini kekuatan nya dan keelastisannya berada diantara golongan I dan III kekuatan kayu menurut satuan SNI 033527-1994. Campuran PE dengan komposisi yang bervariasi merupakan faktor penting untuk menentukan sifat mekanis bahan yang diinginkan.


(39)

Tabel 4.1. Uji Mekanik Spesimen (ASTM D 638 Type IV)

Sampel Kekuatan Tekan Keelastisan (kgf) (kgf) PE 100% - 5’ 6,9 89,78 PE 100% - 10’ 11,9 81,26 PE 100% - 15’ 8,5 90,91 PE 100% - 20’ 13,1 90,84 PE 100% - 25’ 13,5 91,24 PE 100% - 30’ 18,3 81,20 PE 90% - 5’ 15,3 108,73 PE 90% -10’ 12,9 81,89 PE 90% - 15’ 12,6 91,16 PE 90% - 20’ 8,6 90,82 PE 90% - 25’ 9,8 91,25 PE 90% - 30’ 16,8 81,28 PE 80% - 5’ 16,6 108,33 PE 80% - 10’ 14,7 91,66 PE 80% - 15’ 9,6 90,96 PE 80% - 20’ 6,9 90,82 PE 80% - 25’ 16,6 81,65 PE 80% - 30’ 12,9 81,38 PE 70% - 5’ 12,6 108,55 PE 70% - 10’ 7,5 91,37 PE 70% - 15’ 7,4 70,76 PE 70% - 20’ 11,3 90,88 PE 70% - 25’ 12,1 84,17 PE 70% - 30’ 15,6 81,2

PE 60% - 5’ 7,5 89,79 PE 60% -10’ 12,6 91,5 PE 60% -15’ 10,4 90,75 PE 60% -20’ 9,1 90,8 PE 60% -25’ 16,5 82,8 PE 60% -30’ 3,3 75,72


(40)

Tabel 4.2. Kekuatan Tekan Bagian yang Optimum pada Bahan Komposit Polietilena dengan Perlakuan Waktu yang Berbeda

Kadar Pengisi Waktu Kekuatan Tekan Keelastisan (%) (menit) (kgf) (kgf)

0 30 18,3 81,2 10 30 16,8 81,28 20 5 16,6 108,33 30 30 15,6 81,2 40 25 16,5 82,8

Grafik Kadar Pengisi Vs Kekuatan Tekan seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

20

10

0 10 20 30 40 Kadar Pengisi (%)

Kekuatan T

ekan (kgf)


(41)

Kekuatan patah bahan komposit menurun dengan naiknya bahan pengisi serat batang pisang terhadap matriks Polietilena. Penurunan kekuatan patah ini disebabkan rendahnya sifat adhesi bahan matrik Polietilena,selain itu sifat kepolaran bahan matriks dan bahan pengisi yang berbeda menghalangi terjadinya interaksi antara keduanya. Dua hal yang dibutuhkan pada bahan untuk memperkuat bahan komposit agar membentuk produk yang efektif yaitu komponen penguat harus memilik modulus elestisitas yang lebih tinggi dari matriksnya dan harus ada ikatan permukaan yang kuat antara komponen penguat dan matriks tanpa adanya faktor tersebut penambahan bahan penguat dapat menurunkan kekuatan tekan bahan komposit yang dihasilkan. ( Harjadi 2000).

Penambahan serat batang pisang sebagai bahan pengisi dapat meningkatkan nilai kekuatan tekan bahan komposit dibanding kekuatan tekan matriks Polietilena murni ( 100 % ) dan kayu palet sebagai kontrol sebesar 46,10 kgf dan 45,20 kgf. Dengan meningkatnya kandungan serat batang pisang sebagai pengisi kekuatan patah mengalami penurunan , hal ini disebabkan volume matriks berkurang sedangkan massa serat bertambah sehingga permukaan matriks tidak dapat menutupi serat dengan baik, sehingga interaksi antara matriks dan serat tidak lagi maksimal.

4.2.2. Analisa Termal Spesimen Campuran Menggunakan DTA

Analisa ini bertujuan untuk menentukan perubahan termal dari suatu bahan sebagai fungsi temperatur dengan mengukur perbedaan temperatur diantara sampel dan bahan pembanding yang stabil terhadap perubahan panas (seperti alumina), dan


(42)

juga merupakan salah satu tahap untuk mengetahui kekompatibilitasan suatu bahan polimer. Kurva DTA dari spesimen campuran yang optimum dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.3. Grafik DTA SBP

Pada saat t = 500 Cterjadi penurunan kadar air ( Reaksi Endoterm ). Pada saat t = 3000 C serat teroksidasi (mulai terbakar). Pada saat t = 3700 C serat sudah terjadi dekomposisi ( sudah terbakar menjadi abu seluruhnya). Dalam hal ini terjadi reaksi eksoterm. Dari termogram DTA SBP memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 50 oC. 300 C, 370 C dan pada suhu 370 0 0 0C puncak-puncak ini


(43)

diidentifikasi sebagai perubahan serat batang pisang mulai dari penurunan kadar air hingga terbakar habis menjadi abu. Pada suhu 50 C terjadi penurunan temperatur (endoterm), dan terdekomposisi pada 370 oC dengan terjadi kenaikan temperatur (eksoterm).

0

Gambar 4.4. Grafik DTA PE-SBP

Pada saat t = 1200 C, terjadi perubahan titik gelas ( PE mulai meleleh ). Pada saat t = 3200 C, PE teroksidasi . pada saat t = 3700 C serat sudah terjadi dekomposisi. Pada saat t = 4500 C, komposit terdekomposisi seluruhnya. Sedangkan termogram DTA dari campuran PE-SBP (9:1) menunjukkan temperatur 120 oC mulai terjadi perubahan, Kemudian pada suhu 320 C ,370 C dan 450 C Puncak ini diidentifikasi 0 0 0


(44)

sebagai temperatur leleh dengan terjadi penurunan temperatur (endoterm), dan terdekomposisi pada 450 oC dengan terjadi kenaikan temperatur (eksoterm). Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara serat dengan matriks PE (Hatakeyama, dkk, 1994).

Tabel 4.3. Hasil Analisis Sifat Termal Spesimen Campuran Spesimen

Campuran

Rasio

Suhu mulai Leleh (ºC)

Suhu Dekomposisi (ºC)

SBP 10 : 0 50 370

PE – SBP 9 : 1 120 450

4.3. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)

Dalam analisis foto SEM dapat diketahui bentuk dan perubahan permukaan dari suatu bahan. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan dan perubahan struktur dari permukaan, maka bahan tersebut cendrung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM.


(45)

Gambar 4.5. Permukaan Polietilena Murni

Gambar 4.5. adalah fotografi permukaan spesimen Polietilena murni yang diperbesar 300 kali. Gambar ini memperlihatkan permukaan tidak rata, ada tonjolan, lekukan dan berongga.


(46)

Gambar 4.6. Fotografi Mikroskopis Serat Batang Pisang

Gambar 4.6. memperlihatkan fotografi permukaan serat batang pisang yang diperbesar 300 kali. Gambar ini memperlihatkan permukaan yang tidak rata, berongga dan ada tonjolan yang dapat berinteraksi dengan polietilena.


(47)

Gambar 4.7. Fotografi mikroskopis patahan komposit PE-SBP

Berbeda dengan tampilan permukaan sebelumnya pada gambar ini memperlihatkan SBP mengalami patahan, dan Polietilena mengisi sela-sela serat batang pisang. Berarti menguatkan bahwa sifat mekanisnya lebih baik seperti tegangan dan keelastisannya meningkat


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Karakterisasi PE SBP memberikan hasil berupa tegangan sebesar 16,8 kg dan elastisitas sebesar 81,28 kgf. Kayu pallet industri memberikan tegangan sebesar 133,9 dan keelastisitasannya sebesar 53,48.

2. Hasil analisa uji tekan komposit PE SBP memberikan informasi campuran rasio (9:1) memberikan harga kekuatan tekan (MOR) sebesar 999,5001698 dan keelastisitasannya (MOE) sebesar 17850,05816.

3. Hasil analisis uji tekan dan uji elastisitas menunjukkan komposit PE- SBP dapat dijadikan pallet karena kelastisitasannya tinggi namun kekuatannya perlu ditingkankan.

5.2. Saran

Untuk peneliti selanjutnya :

1. Agar menggunakan bahan pengisi serat yang lain (spesises tertentu) dicampur PE agar kekuatannya lebih elastis

2. Hendaknya peneliti- peneliti berikut melakukan penelitian dengan menambahkan unsur komposit lain yang menggunakan kekuatan dan elastisitas yang tinggi.


(49)

DAFTAR PUSAKA

Abdullah. D., Juda. W.H., Identifikasi Morfologi dan Kekuatan Tarik Polimer Serat Alam. J. Prosiding Simposium Nasional Polimer VI.pp 126 – 130.

Berger. W.M., Keck. Morgenstern., 1989. Cellulose – based Composite fibres In Cellulosics Utilisation, Research and Rewards cellulosics,H. Inagaki and G.O. Philips(eds), Elsevier Appl.

Bill Mayer. W.F.,1991, Textbook of Polymer Science, 3 rd ed. Jhon Wiley & Sons, New York.

Cowd. M.A.,1991. Kimia Polimer. ITB Press Bandung.

Pudjiastut. W., 2007 . Trend Penggunaan dan Kegunaan Palet Plastik, J. Prosiding Simposium Nasional Polimer VI. pp.121- 123.

Sain. M.M, Kokta. B.V., 1994. PolYelefin-Wood Filler Composite,Performance of m-Phenylene Bismaleide-midified Wood Fiber . In polypropylene Composit, New York, Plenum Press.

Schwartz. M.M., 1983. Composite Materials Handbook., M.c Graw – Hill., Book Company, USA.

Wirjosentono.B., 1998. Struktur dan Sifat Mekanis Polimer. Intan Dirja Lela Press. Medan.


(50)

LAMPIRAN Lampiran A


(51)

Lampiran B


(52)

Lampiran C

Tabel Uji Mekanik Spesimen (ASTM D 638 Type IV)

sampel kekuatan tekan keelastisan (kgf) (kgf) PE 100% - 5’ 6,9 89,78 PE 100% - 10’ 11,9 81,26 PE 100% - 15’ 8,5 90,91 PE 100% - 20’ 13,1 90,84 PE 100% - 25’ 13,5 91,24 PE 100% - 30’ 18,3 81,2

PE 90% - 5’ 15,3 108,73

PE 90% -10’ 12,9 81,89

PE 90% - 15’ 12,6 91,16

PE 90% - 20’ 8,6 90,82

PE 90% - 25’ 9,8 91,25

PE 90% - 30’ 16,8 81,28


(53)

Tabel Uji Mekanik Spesimen (ASTM D 638 Type IV) Sampel kekuatan tekan keelastisan (kgf) (kgf)

PE 80% - 5’ 16,6 108,33 PE 80% - 10’ 14,7 91,66 PE 80% - 15’ 9,6 90,96 PE 80% - 20’ 6,9 90,82 PE 80% - 25’ 16,6 81,65 PE 80% - 30’ 12,9 81,38

PE 70% - 5’ 12,6 108,55 PE 70% - 10’ 7,5 91,37 PE 70% - 15’ 7,4 70,76 PE 70% - 20’ 11,3 90,88 PE 70% - 25’ 12,1 84,17 PE 70% - 30’ 15,6 81,38


(54)

Tabel Uji Mekanik Spesimen (ASTM D 638 Type IV)

sampel kekuatan tekan keelastisan (kgf) (kgf) PE 60% - 5’ 7,5 89,79 PE 60% -10’ 12,6 91,5 PE 60% - 15’ 10,4 90,75 PE 60% - 20’ 9,1 90,8 PE 60% - 25’ 16,5 82,8 PE 60% -30’ 3,3 75,72


(55)

Lampiran D

Kekuatan Kayu Menurut Satuan SNI

Kelas MOE MOR

Kuat (kg/cm2) (kg/cm ) 2

I >161 >1221

II 112 795

III 75 473

IV 56 278

V < 56 < 278


(56)

Lampiran E

Gambar Grafik Tegangan-Regangan Hasil Uji Mekanik Spesimen

Gambar 1. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 90%, 80%, 70%, dan waktu percobaan 5 menit


(57)

44

Gambar. 2. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 90%, 80%, 70%, 60% dan waktu percobaan 15 menit


(58)

45

Gambar 3. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 20 Menit


(59)

46

Gambar 4. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 60% dan Waktu Percobaan 5 Menit


(60)

47


(61)

48

Gambar 6. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 10 Menit


(62)

49

Gambar 7. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 25 Menit


(63)

50

Gambar 8. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 30 Menit


(64)

Lampiran F

Foto-Foto Alat dan Sampel Saat Pembuatan dan Uji Karakteristik Spesimen

1. Gambar Hot Press Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU tempat pembuatan ekstrudat PE, JPI dan komposit PE-SSP.

2. Gambar Alat Uji Tarik/Uji Mulur Laboratorium Penelitian FMIPA USU. Torse. Elestronic System Universal Testing Machine Type SC-2DE.


(65)

3. Gambar Alat Scanning Electron Microscope Laboratorium PTKI Medan tempat dilakukan Uji SEM sample. ASM-5X. Compac Coater CC-50.

Shimadzu.

4. Gambar Alat Defferential Thermal Analisis Laboratorium PTKI Medan tempat dilakukan Uji DTA sample. Thermal Analyzer DT-30.


(1)

47


(2)

48

Gambar 6. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 10 Menit


(3)

49

Gambar 7. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 25 Menit


(4)

50

Gambar 8. Grafik Tegangan-Regangan PE-SBP dengan Persentase PE 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dan Waktu Percobaan 30 Menit


(5)

Lampiran F

Foto-Foto Alat dan Sampel Saat Pembuatan dan Uji Karakteristik Spesimen

1. Gambar Hot Press Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU tempat pembuatan ekstrudat PE, JPI dan komposit PE-SSP.


(6)

3. Gambar Alat Scanning Electron Microscope Laboratorium PTKI Medan tempat dilakukan Uji SEM sample. ASM-5X. Compac Coater CC-50.

Shimadzu.

4. Gambar Alat Defferential Thermal Analisis Laboratorium PTKI Medan tempat dilakukan Uji DTA sample. Thermal Analyzer DT-30.