Aspek finansial Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Menuju Kepesertaan Semesta (Universal Coverage) Di Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah

Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 158–165 Budi Aji dan Eri Wahyuningsih 161 Pada tahap I perlu adanya payung kebijakan yaitu adanya Perda yang merujuk pada peraturan pemerintah PP pusat mengenai asuransi kesehatan sosial nasional, perda tersebut menjadi landasan hukum penyelenggaraan program JPKM wajib. Skema benefit yang diberikan disesuaikan dengan skema benefit yang telah ada untuk memudahkan operasionalisasi dan kaitannya dengan besaran iuran untuk premi. Pada Tahap II perlu mulai dikembangkan skema benefit dan jaringan PPK yang lebih luas akan tetapi memperhatikan ability to pay ATP dan willingness to pay WTP masyarakat untuk membayar premi. Pengembangan skema benefit lebih diarahkan untuk mencakup jenis- jenis layanan yang bersifat catastrophic seperti penyakit ginjal akut dan penyakit- penyakit kronis lainnya dikarena jenis layanan ini sangat memberatkan si penderita dari sisi finansial. Pengembangan jaringan PPK yang dikontrak perlu dilaksanakan untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan seperti pengembangan konsep dokter sehat dan kontrak dengan rumah sakit swasta di Kabupaten Purbalingga public-private mix. Pengembangan mekanisme pembayaran ke PPK pun perlu dilaksanakan seperti mekanisme pembayaran dengan sistem paket, DRG ataupun global budget. Sistem pembayaran tersebut akan meningkatkan incentive bagi PPK sehingga PPK akan meningkatkan kualitas pelayanan selain itu sistem pembayaran tersebut sebagai upaya cost containment inflasi biaya pelayanan kesehatan. Tahap III merupakan tahap penyesuaian terhadap kebijakan nasional asuransi kesehatan sosial. Ada 2 skenario yang perlu dipersiapkan sebagai antisipasi yaitu pertama, jika kebijakan asuransi kesehatan sosial bisa mandiri di tiap-tiap kabupaten maka program JPKM yang sudah ada bisa tetap berjalan sesuai dengan perkembangan di tahap II. Akan tetapi dari sisi portabilitas, jaringan PPK hingga top referal tingkat nasional dan hukum bilangan besar, skenario ini kurang ideal untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif. Skenario yang kedua yaitu penyesuaian untuk melebur menjadi satu pooling asuransi kesehatan nasional. Kondisi ini akan memenuhi 3 kriteria diatas, akan tetapi bukan berarti bahwa fungsi di tingkat kabupaten berhenti namun peran daerah seperti halnya subsidi premi untuk strata II, kegiatan safe guarding, verifikasi kepesertaan kaitannya dengan status ekonomi serta pembuatan kebijakan terhadap sistem pelayanan kesehatan healthcare delivery system daerah yang mendukung program asuransi kesehatan nasional sangatlah diperlukan. Tahap IV sebagai tahap kemandirian dari program yang ada baik skenario pertama maupun kedua pada tahap III. Tahap ini mencerminkan stabilitas sistem dan pengembangan-pengembangan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat.

b. Aspek finansial

Secara administratif ada 3 masalah pokok dalam aspek pendanaan yang perlu diperhatikan dalam perancangan program JPKM menjadi sistem yang bersifat semesta dan terjaga keberlanjutannya, yaitu sumber dana, premi dan pengunaan dana. Aspek finansial akan berkembang menyesuaikan tahap-tahap perkembangan program JPKM sebagai berikut: Tahap I 2007-2009 1 Sumber dana Sumber dana untuk pelaksanaan program JPKM pada tahap ini berasal dari premi masyarakat dan subsidi premi dari APBD untuk peserta strata II. Karena pada tahap ini skema benefits yang diberikan adalah sama seperti skema benefits pada program sebelumnya maka besarnya premi masih sama. 2 Premi Pada tahun 2006, besarnya premi yang ditetapkan untuk setiap KK adalah sebesar Rp. 80.000,00 dimana untuk peserta strata II memperoleh subsidi dari ABPD sebesar Rp. 40.000,00. Besaran premi Rp. 80.000,00 masih menjadikan suatu pertanyaan apakah sebenarnya Universitas Sumatera Utara Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 158–165 Budi Aji dan Eri Wahyuningsih 162 besaran tersebut telah benar-benar mencakup unit cost taip-tiap jenis pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. Hasil dari kajian data sekunder utilisasi pelayanan kesehatan pada tahun 2005 dari dari peserta JPKM sebanyak 40.299 KK dan kajian tarif Puskesmas berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga No. 6 Tahun 2003 dan tarif RSUD berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga No. 7 Tahun 2000, diperoleh perhitungan besaran premi yang hasilnya ternyata sangat berbeda dengan besaran premi yang telah ditetapkan pada tahun 2006. Perhitungan secara rinci dari besaran premi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan premi program JPKM No Jenis Pelayanan Ket. Angka Utilisasi TarifBiaya satuan Rp. Kapitasi Bulan 1 Rawat Jalan Tingkat Pertama a. Insentif dokter umum 17,00 2.500,00 425,00 b. Tindakan dokter umum 0,09 20.000,00 18,00 c. Insentif dokter gigi 0,40 15.000,00 60,00 d. Tindakan dokter gigi 0,04 25.000,00 10,00 e. Obat-obatan 17,40 10.000,00 1.740,00 f. Persalinan 0,18 85.000,00 153,00 g. Pemeriksaan laboratorium 0,03 10.000,00 3,00 h. Kamar perawatan termasuk obat 0,06 100.000,00 60,00 Sub total 2.469,00 2 Rawat Jalan Tingkat Lanjut a. Pelayanan Dokter spesialis 1,25 5.500,00 68,75 b. Tindakan dokter spesialis 0,12 45.000,00 54,00 c. Penunjang diagnostik - Rontgen 0,05 25.000,00 12,50 - Laboratorium 0,20 15.000,00 30,00 - USG 0,20 30.000,00 60,00 - EKG 0,03 10.000,00 3,00 d. Obat 1,25 30.000,00 375,00 e. Fisioterapi 0,02 25.000,00 5,00 f. Konsultasi gizi 0,03 3.500,00 1,05 Sub total 609,30 3 Rawat Inap a. Mondok Maximum 30 hari 0,25 345.000,00 862,50 b. Operasi 0,05 500.000,00 250,00 c. Obat-obatan 0,25 75.000,00 187,50 d. Visite 0,25 5.500,00 13,75 e. Perawatan khusus ICU 0,02 570.000,00 114,00 f. Persalinan normal 0,15 90.000,00 135,00 g. Persalinan dengan penyakit 0,05 150.000,00 75,00 h. Penunjang diagnostik - Rontgen 0,02 25.000,00 5,00 - Laboratorium 0,02 15.000,00 3,00 - Pemeriksaan khusus 0,05 25.000,00 12,50 j. Transfusi khusus 0,01 25.000,00 2,50 k. Fisioterapi 0,02 25.000,00 5,00 4 Gawat darurat 0,05 11.500,00 5,75 Sub total 1.671,50 Total 4.749,80 Universitas Sumatera Utara Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 158–165 Budi Aji dan Eri Wahyuningsih 163 Besaran premi per jiwa dalam 1 tahun adalah Rp 4.749,80 x 12 bulan = Rp 56.997,60jiwatahun. Untuk premi per KK dalam 1 tahun jika asumsi rata-rata dalam satu keluarga terdapat 4 anggota keluarga maka besaran premi yang harus ditarik adalah Rp 56.997,60 x 4 orang = Rp 227.990,40KKtahun. Jika dibandingkan dengan besaran premi pada tahun 2006 terlihat bahwa seharusnya besaran premi tidak lagi Rp 80.000,00KKtahun. Jauhnya premi yang ditetapkan dengan kebutuhan premi riil menyebabkan ketidakcukupan pengembalian klain kepada PPK kecuali jika adanya subsidi premi dari pemerintah daerah. Selama ini sebagai upaya subsidi yang dilakukan pemerintah selain subsidi premi untuk peserta strata II, layanan kesehatan juga disubsidi melalui dana lain seperti sumbangan rutin oleh pemerintah daerah untuk mensubsidi biaya operasional Puskesmas. Puskesmas juga menerima subsidi dari pemerintah untuk membeli obat-obatan dan perlengkapan medis, hal itu juga berlaku juga pada RSUD. Beberapa alternatif yang mungkin dilakukan agar kekurangan dana pelayanan kesehatan dapat tercukupi pada tahap I ini adalah dengan pertama, subsidi dari sisi penawaran supply side berupa subsidi obat dengan kalkulasi sebagai berikut: - Pada program JPKM pada tahun 2006 jumlah total peserta adalah 40.299 KK atau 72 dari total penduduk termasuk penduduk yang belum menjadi peserta skema asuransi kesehatan. Pada tahap I ini sudah status kepesertaan sudah diwajibkan sehingga total KK yang akan menjadi peserta JPKM adalah 10072 x 40.299 KK = 55.970 KK - Total kebutuhan biaya pelayanan kesehatan dalam satu tahun berdasarkan utilisasi adalah Rp 227.990,40 x 55.970 KK = Rp 12.760.622.690,00 - Dana yang diperoleh dari pengumpulan premi peserta dalam satu tahun ditambah subsidi premi untuk peserta strata II sebesar Rp 40.000,00 adalah Rp 80.000,00 disamakan dengan premi tahun 2006 x 55.970 KK = Rp 4.477.600.000,00 - Total biaya obat dalam satu tahun berdasarkan utilisasi pelayanan adalah Rp 2.302,50 x 12 bulan x 55.970 KK x 4 jiwa = Rp 6.185.804.400,00 - Seandainya dilakukan subsidi terhadap obat maka masih terdapat kekurangan biaya total pelayanan kesehatan sebesar Rp 2.097.218.290,00. Subsidi dari sisi penawaran berupa subsidi obat masih menyisakan kekurangan penutupan biaya kesehatan sebesar Rp 2.097.218.290,00. Alternatif kedua untuk dapat menutup kebutuhan biaya pelayanan kesehatan adalah dari sisi penawaran demand side yaitu dengan menaikkan premi sebesar Rp 37.470,00 sehingga premi yang sesuai untuk tahap I ini adalah sebesar Rp 117.470,00. Besaran premi tersebut harus memperhatikan juga ATP dan WTP masyarakat sehingga dapat menyusuaikan tingkat kemampuan masyarakat untuk bergabung menjadi peserta JPKM. Dari perhitungan tersebut total subsidi yang harus disediakan oleh pemda Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut: - Asumsi peserta strata II sejumlah 30.000 KK maka subsidi premi setengah dari total premi dari pemda sebesar Rp 58.735,00 x 30.000 KK = Rp 1.762.050.000,00. - Subsidi obat sebesar Rp 6.185.804.400,00 - Total subsidi yang diperlukan sebesar Rp 7.947.854.400,00. Selain 2 alternatif tersebut sebagai upaya untuk menutupi kecukupan biaya pelayanan kesehatan dari sisi penawaran demand side adalah dengan iur biaya cost sharing. Paling potensial untuk iur biaya tersebut diberlakukan untuk jenis pelayanan rawat jalan tingkat lanjut spesialis dan rawat inap. Hal ini selain untuk menutup kecukupan biaya pelayanan kesehatan berfungsi pula sebagai upaya cost containment untuk mengurangi moral hazard dan overutilization dari peserta JPKM. Universitas Sumatera Utara Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 158–165 Budi Aji dan Eri Wahyuningsih 164 Mekanisme pengumpulan premi yang telah dilaksanakan pada program sebelumnya dilakukan dengan mengandalkan peran kader kesehatan. Pengumpulan premi program merupakan salah satu kendala yang perlu mendapatkan perhatian dikarenakan ketidakseragaman besar dan waktu pemerolehan penghasilan peserta program JPKM yang mayoritas adalah penduduk yang bekerja di sektor informal. Untuk peningkatan kemudahan proses pengumpulan premi beberapa alternatif yang dapat digunakan adalah: - Pembayaran dilakukan di tiap-tiap Poliklinik Kesehatan Desa PKD atau di kantor kepala desakelurahan jika desakelurahan tersebut tidak memiliki PKD. - Pembayaran dilakukan bersamaan dengan pembayaran rekening PLN. Mekanisme ini potensial dijadikan sarana pembayaran premi JPKM karena dimungkinkan setiap peserta JPKM juga berlangganan listrik PLN. - Pembayaran dilakukan bersamaan dengan pembayaran pajak. Mekanisme ini sangat ideal akan tetapi relisasinya masih sulit dikarenakan sistem perpajakan kita yang belum baik. 3 Penggunaan dana Pembayaran kepada PPK menggunakan pendekatan prospektif yaitu dengan sistem kapitasi. Hal ini akan mendorong terjadinya insentif finansial bagi PPK, sehingga dapat dicegah penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang berlebihan overutilization. Tahap II 2010-2012 1 Sumber dana T a h ap ke d u a ada l a h t aha p pengembangan program JPKM semesta. Sumber dana untuk pelaksanaan program harus sudah berdasarkan pengumpulan premi dari peserta dan semakin sedikit subsidi yang diberikan oleh pemda. 2 Premi Besaran premi pada tahap ini perlu disesuaikan lagi terhadap kenaikan tarif pelayanan kesehatan dan juga mempertimbangkan faktor inflasi. Inovasi- inovasi penentuan besaran premi perlu dikembangkan. Selama ini penetapan premi berdasarkan community rating dan experience based pada utilisasi pelayanan dan besarannya dihitung menggunakan sistem kapitasi. Teknik penetapan premi berdasarkan tingkat penghasilan atau kekayaan perlu diujicobakan dalam tahap ini. Akan tetapi teknik ini membutuhkan ketepatan dalam penilaian tingkat penghasilan atau kekayaan seseorang. Teknik ini secara nilai keadilan atau equity lebih progresif dibanding teknik kapitasi atau community rating. 3 Penggunaan dana Pengembangan mekanisme pembayaran payment system kepada PPK seperti Diagnostic Related Groups DRGs, sistem paket maupun sistem budget global budget perlu diujicobakan. Payment system tersebut lebih mampu memprediksi kecukupan unit cost masing-masing pelayanan kesehatan dibanding sistem kapitasi. Dengan semakin baiknya mekanisme reimbursement tersebut akan meningkatan insentif bagi PPK dan meningkatkan kepuasan PPK. Tahap III 2013-2015 Tahap ini merupakan tahap transisi yaitu disesuaikan dengan kebijakan yang berkembang khususnya kebijakan nasional mengenai asuransi kesehatan sosial nasional. Selagi grand design secara nasional belum jelas bagaimana pengembangan asuransi kesehatan sosial di Indonesia, 2 skenario pada tahap ini yaitu tetap berbentuk JPKM atau melebur menjadi bagian dari skema nasional akan mempengaruhi sumber pendanaan program, besaran premi dan penggunaan dana. Jika skenario pertama dijalankan maka dana untuk program JPKM sama seperti program sebelumnya dengan melakukan pengembangan-pengembangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, akan tetapi jika skenario kedua yang berjalan, maka sumber dana, besaran premi dan penggunaan dana akan menyesuaikan dengan kebijakan nasional. Tahap IV 2016-seterusnya Desain premi, sumber dan pemanfaat dana pada tahap ini lebih mencerminkan kemandirian suatu program. Apapun grand design yang akan terbentuk dalam tahap ini haruslah bertujuan menciptakan performa Universitas Sumatera Utara Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat 158–165 Budi Aji dan Eri Wahyuningsih 165 sistem kesehatan yang memenuhi 2 kriteria keberhasilan yaitu fairness financing dan responsiveness pelayanan kesehatan terhadap kebutuhan masyarakat.

c. Aspek sumber daya manusia, fasilitas dan infrastruktur untuk pelaksanaan