PENGARUH KEPESERTAAN JPKM TERHADAP KELENGKAPAN PENGGUNAAN PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PURBALINGGA
PENGARUH KEPESERTAAN JPKM
TERHADAP KELENGKAPAN PENGGUNAAN PELAYANAN ANTENATAL
DI KABUPATEN PURBALINGGA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga
Diajukan oleh : SUTANTO NIM : S 520907015
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
(2)
PENGARUH KEPESERTAAN JPKM
TERHADAP KELENGKAPAN PENGGUNAAN PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PURBALINGGA
Disusun oleh : SUTANTO NIM : S 520907015
Telah disetujui dan oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof.DR.dr.Ahmad Djojosugito,SpOT,MHA,FICS ……… ………
Pembimbing II dr.Bhisma Murti,MSc,MPH,Ph.D ……… ………
Mengetahui,
Ketua Program Magister Kedokteran Keluarga
(3)
PENGARUH KEPESERTAAN JPKM
TERHADAP KELENGKAPAN PENGGUNAAN PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PURBALINGGA
Disusun oleh : SUTANTO NIM : S 520907015
Telah disetujui dan disahkan oleh tim penguji Pada tanggal :
Jabatan : Nama Tanda tangan Ketua : Prof.DR.dr.Didik Gunawan T,MM PAK,M.Kes ________________ Sekretaris : Prof.DR.dr.Ambar Mudigdo,SP.PA(K) ________________ Anggota : 1. Prof.DR.dr.Ahmad Djojosugito,SpOT,MHA,FICS ________________ 2. dr.Bhisma Murti,MSc,MPH,Ph.D ________________
Surakarta,
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Program studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof.Drs.Suranto,M.Sc,Ph.d Prof.DR.dr.Didik Gunawan T,MM PAK,M.Kes NIP.131 472 192 NIP.130 543 994
(4)
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, peneliti
Nama : SUTANTO
NIM : S 520907015
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PENGARUH KEPESERTAAN JPKM TERHADAP KELENGKAPAN PENGGUNAAN LAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PURBALINGGA adalah betul betul karya peneliti sendiri.hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri dalam tesis tersebut telah diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan peneliti ini tidak benar,maka peneliti bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang telah diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2009 Yang membuat pernyataan
(5)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Swt karena rahmat dan hidayahNya tesis ini akhirnya dapat diselesaikan,untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan tesis ini,namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan kesulitan yang timbul dapat teratasi.Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,disampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Rektor,Direktur Program Pasca Sarjana dan Ketua Program studi Magister kedokteran keluarga Sebelas Maret,yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menempuh pendidikan Pasca Sarjana ( S2 ).
2. Segenap Dosen Prgram Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah membekali ilmu dan pengetahuan yang sangat berarti bagi peneliti.
3. Bapak Prof. DR. dr. Ahmad Djojosugito.,SpOT, MHA, FICS selaku pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
4. Bapak dr.Bisma Murti, MSc, MPH, Ph.D .
5. Bapak Prof. DR. dr. Didik Gunawan T,MM PAK., M.Kes Prof.DR.dr.Ahmad Djojosugito,SpOT,MHA,FICS
Prof.DR.dr.Ambar Mudigdo,SP.PA(K) dan dr.Bhisma Murti,MSc,MPH,Ph.D selaku Ketua, Sekretaris dan anggota tim penguji tesis yang telah menguji memberi masukan dan revisi tesis.
(6)
6. Rekan rekan NAKES dikecamatan Kalimanah,Bukateja Bojongsari dan Mrebet yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
7. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Tak lupa kepada istri tercinta ENNY KUSUMANINGSIH dan anak anak tercinta MUTIARA POETRI N dan TAUFAN KAMAJAYA.yang telah memberi dorongan,semangat dan motivasi serta diiringi doa yang tulus dan ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Alloh Swt.
Walaupun disadari dalam tesis ini masih ada kekurangan,namun diharapkan tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kedokteran keluarga.
Surakarta, Januari 2009
Penulis
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……… v
DAFTAR ISI……….. vii
DAFTAR TABEL……….. ix
DAFTAR GAMBAR……… x
DAFTAR LAMPIRAN……… xi
GLOSSARI……… xii
ABSTRAK……… xiii
ABSTRAK………... xiv
BAB I. PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Perumusan Masalah………. 3
C. Tujuan Penelitian……… 3
D. Manfaat Penelitian……… 4
E. Keaslian Penelitian……… 4
BAB II. LANDASAN TEORI……… 5
A. Tinjauan Teori……… 5
B. Penelitian Yang Terkait………. 21
C. Kerangka Pemikiran………..… 24
D. Perumusan Hipotesis……… 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……… 25
A. Jenis Penelitian……… 26
B. Lokasi Penelitian……… 26
C. Subyek Penelitian……… 26
D. Kerangka Penelitian……… 27
E. Variabel Penelitian………. 28
(8)
G. Analisa Penelitian……….. 31
H. Jadwal Penelitian………... 33
BAB IV. HASIL,ANALISIS DAN PEMBAHASAN……….. 34
A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 34
1. Karakteristik Responden………. 34
2. Karakteristik Responden Menurut Variabel – variabel Penelitian………. 38
B. Estimasi Pengaruh Variabel……… 44
1. Rasio Kecendrungan……… 44
C. Pembahasan………. 46
1. Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pelayanan Antenatal……….... 46
2. Variabel Yang Tidak Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pelayan Antenatal…… 50
D. Keterbatasan Penelitian……… 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 60
A. Kesimpulan………. 60
B. Saran……… 60
DAFTAR PUSTAKA……… 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 66
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Angka Kematian Ibu Melahirkan Di Kabupaten Purbalingga...……. 2 2. Distribusi Responden Bukan Peserta JPKM Menurut Tempat Tinggal Wilayah Kecamatan Di Kabupaten Purbalingga……….. 34 3. Distribusi Responden Bukan Peserta JPKM Menurut Tempat
Tinggal Wilayah Pedesaan Di Kabupaten Purbalingga……… 34 4. Distribusi Responden Peserta JPKM Menurut Tempat
Tinggal Diwilayah Kecamatan Di Kabupaten Purbalingga…………. 35 5. Distribusi Responden Peserta JPKM Menurut Tempat
Tinggal Wilayah Pedesaan Di Wilayah Kabupaten Purbalingga…… 35 6. Distribusi Responden Menurut Karateristik Ibu………. 35 7. Distribusi Responden Menurut Karateristik Suami………. 36 8. Karakteristik Responden Bukan Peserta JPKM dan Peserta JPKM… 38 9. Karakteristik Responden Menurut Kepesertaan JPKM……….. 40 10. Karateristik Responden Dan Presentase Kepesertaan JPKM………. 42 11. Hasil Analisa Regresi Ganda Logistik Variabel Independent
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Hubungan 4 pelaku dalam penyelenggaraan JPKM……….. 8
2. Kerangka Pemikiran………... 25
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Penelitian……….. 68
2. Data Kuesioner……….. 72
(12)
GLOSSARY
AKB = Angka Kematian Bayi
AKI = Angka Kematian Ibu
ANC = Ante Natal Care
ASEAN = Asiciation South East Asian Nation
BAPIM = Badan Pembina
BUMIL = Ibu Hamil
BAPEL = Badan Penyelenggara
CI = Convidenc Interval
DEPKES = Departemen Kesehatan
HB = Haemoglobin
JATENG = Jawa Tengah
JPKM = Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
KAB = Kabupaten
KIA = Kesehatan Ibu dan Anak
KK = Kartu Keluarga
NAKES = Tenaga Kesehatan
NDHS = Nepal Demographic And Healt Survey
PKK = Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
PNC = Pos Natal Care
PT = Perguruan Tinggi
RS = Rumah Sakit
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
SDKI = Survai Kesehatan Rumah Tangga
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMU = Sekolah Menengah Umum
SPSS = Stastical Program For Social Science UNICEF = United Nation Children’s Funds
UNFPA = United Nation Population Funds
(13)
ABSTRAK
SUTANTO, 2009 Pengaruh kepesertaan JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal di Kabupaten Purbalingga.Tesis program studi magister Kedokteran keluarga,program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret,Surakarta 2009.
Latar belakang penelitian ini adalah adanya penurunan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Purbalingga sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007,jika dibandingkan sebelum tahun 2000 dimana program JPKM dilaksanakan di Kabupaten Purbalingga sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang,dimana salah satu paket benefitnya adalah jaminan pelayanan antenatal dan persalinan,pertanyaanya apakah kepersertaan JPKM efektif dalam meningkatkan kelengkapan pelayanan antenatal ? dan faktor faktor lain terhadap kelengkapan pelayanan antenatal sebagai upaya menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Purbalingga.
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan kohor histories.Populasi penelitian ini adalah ibu hamil dan ibu pasca melahirkan peserta JPKM dan bukan peserta JPKM dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepesertaan JPKM dan Variabel terikat adalah kelengkapan pelayanan antenatal dengan variable perancu,tingkat pendidikan ibu, umur ibu,pendapatan keluarga,jumlah anak (paritas),biaya pelayanan antenatal dan tenaga pemberi pelayan antenatal. Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.01.
Hasil penelitian menunjukan kepesertaan JPKM meningkatkan kemungkinan kelengkapan layanan antenatal secara bermakna sebesar 2,3 kali dibandingkan ibu dengan bukan peserta JPKM (OR=2,33 CI= 1,07-5,07). Faktor faktor lain yang juga meningkatkan kemungkinan kelengkapan antenatal adalah tingkat pendidikan ibu (OR=2,48 CI =1,03-5,93).
Penelitian ini menyimpulkan ,kepesertaan JPKM mempunyai pengaruh bermakna dalam meningkatkan kemungkinan layanan antenatal sebanyak 2,3 kali lebih besar daripada bukan peserta JPKM, setelah mengontrol faktor faktor perancu. Disarankan agar program JPKM di Kabupaten Purbalingga dapat dipertahankan dan dikembangkan.
__________________________________________________________________ Kata kunci : kepesertaan JPKM – kelengkapan
(14)
ABSTRACT
SUTANTO,2009.The influence of the JPKM participation to the completeness of the use of the antenatal servicing in the regency of Purbalingga.The thesis of the study progem of the Master of the family Medical the postgraduate program in the Sebelas Maret University,Surakarta,2009.
The background of the research is the existence of the decline of the moprtality rate of mather giving birth in the regency of Purbalingga from the year of 2003 till the year of 2007 if it is compared with one before the year of 2000 which the JPKM program has been implemented in Purbalingga since 2001 so far,-which one of the benefit package is the question is whether the JPKM participation is effective in increasing the completeness of the antenatal servicing and the ather factors to decline the mortality rate of mother giving birth in the regency of Purbalingga.
The research is the observatorical analytic study with the kohor historical approach. The research population is 120 persons of pregnant mother and mothers after giving birth of the JPKM participants and non- JPKM participants as samples .The free variable of the research is the JPKM participants and the fied variable is the completeness of the antenatal servicing with the contaminated variable,the mother’s education level,mother’s age,the family income,the number of children (parity),the antenatal servicing cost and the antenatal serving workers.The data is processed by using the SPSS program version 16.01.
The result of the research shows that the JPKM participation increases the possibility of the compleness of the antenatal service meaning fully as much as 2,33 times,compared with mother’s with non –JPKM participants(OR=2,33 CI=1,07-5,07).The ather factors increasing the possibility of the antenatal compleness is mother’s education level (OR=2,48 CI = 1,03-5,93),,the family income (OR=2,01 CI=0,86-4,67) and paritas of mother (OR 1,65 CI=0,7-3,55).Where as the factors declining the possibility of the compleness of the antenatal servicing is the antenatal servicing cost (OR=0,001 CI=0,000-000).
The research concludes that the JPKM participation has the significant influences in increasing the possibility of the antenatal service as much as 2,33 times greater than the non – JPKM participants,after controlling the contaminated factors.It is suggested that the JPKM program in the regency of Purbalingga be defended and developed.
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelayanan antenatal yang baik dan lengkap merupakan suatu hal yang dapat mengurangi sebab-sebab kematian ibu. Terdapat tiga penyebab kematian ibu, dikenal sebagai “Tri terlambat “: (1) Terlambat di rumah, yaitu terlambat mengenali bahaya dan penentuan keputusan perlunya ibu bersalin dirujuk ke fasilitas kesehatan modern;, (2) Terlambat di jalan, yakni terlambat dalam transportasi membawa ke Puskesmas/ Dokter/ Rumah sakit;, (3) Terlambat mendapatkan pertolongan ditempat pelayanan kesehatan karenan fasilitas kesehatn kurang memadai. (Senewe, 2001, Ransom dan Yinger, 2002 : 3 Mercy 2003: 2).
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih sebagai berikut:: (1) Rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu maupun keluaga (2) Rendahnya pendapatan (3) Jarak yang sulit terjangkau, (4) Sulitnya birokrasi dan administrsi, dan (5) Mahalnya biaya persalinan (Dasuki, 2000 : Kodim, 2001: ; Atrash, 2002 ; )
Dalam rangka membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah agar mampu menggunakan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan antenatal, maka pemerintah Kabupaten Purbalingga melaksanakan program Jaminan
(16)
Kabupaten Purbalingga telah berlangsung sejak tahun 2001, yang merupakan kelanjutan dari program JPKM - JPSBK tahun1998 yang penyelenggaraannya dicetuskan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan oleh seluruh kabupaten / kota diseluruh Indonesia. Sampai saat ini program JPKM di kabupaten Purbalingga masih tetap berjalan dengan baik serta mendapat respon yang baik, ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang ikut menjadi peserta JPKM.
Jumlah peserta JPKM yang membayar sukarela secara pra upaya pada tahun 2007 mencapai 44 437 keluarga (data Bapel JPKM) sehingga program ini diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat diantaranya penurunan angka kematian ibu melahirkan, berdasarkan data RAKERKESDA Kabupaten Purbalingga angka kematian ibu melahirkan sebelum dan sesudah adanya program JPKM Tabel 1.1
Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Purbalingga
Tahun Jumlah Kematian Ibu
1999 30 jiwa
2000 29 jiwa
2003 15 jiwa
2004 6 jiwa
2005 10 jiwa
2006 10 jiwa
(17)
Sejauh ini belum pernah dievaluasi efektivitas program JPKM untuk meningkatkan penggunaan pelayanan antenatal dan persalinan di Kabupaten Purbalingga. Untuk itu penulis ingin meneliti lebih mendalam pengaruh JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal dan persalinan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adakah pengaruh kepesertaan JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal?
C. TUJUAN PENELITIAN
a. TUJUAN UMUM
Menentukan pengaruh kepesertaan JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal
b. TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui pengaruh:
-Kepsertaan JPKM
- Jenis pelayanan antenatal - Biaya pelayanan antenatal - Pendapatan keluarga -Pendidikan ibu hamil - Paritas
(18)
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoretis:
Menguji teori bahwa kepesertaan asuransi kesehatan akan dapat mengurangi hambatan finansial pasien dalam menggunakan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan antenatal dan persalinan.
Manfaat praktis:
1. Sebagai bahan masukan terhadap ibu hamil tentang manfaat menjadi peserta JPKM dalam pembiayaan antenatal dan persalinan.
2. Memberi masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga tentang pengaruh kepesertaan JPKM terhadap kelengkapan pelayanan antenatal yang berdampak pada angka kematian ibu secara tidak langsung sehingga program JPKM di kabupaten Purbalingga dapat berkembang dan lestari.
3. Penyedian data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam program pengembangan pelayanan kesehatan ibu.
E . KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh program JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal di kabupaten Purbalinnga sejak 2001 yang masih berlangsung sampai sekarang dan judul penelitian ini belum pernah di teliti dan di publikasikan.
(19)
BAB II
A. Tinjauan Teori.
1. Jaminan Pemerliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
Secara operasional JPKM adalah pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang dengan pelayanan dengan pelayanan tingkat pertama yang bermutu sebagai ujung tombak dan ditopang dengan pembiayaan dimuka oleh para konsumennya melalui suatu badan pengelola dana yang kemudian menerapkan pembayaran pra upaya kepada para pemberi pelayanan kesehatan
Pengertian JPKM menurut UU Nomor 23 tahun 1992 adalah sebagai berikut “ Suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta dilakukan secara pra upaya”.
Dalam JPKM pelayanan kesehatan diberikan secara berjenjang (dilaksanakan sistim rujukan) melalui jaringan pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini bertujuan agar peserta mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya dan dinialai lebih ”cost efektive”. Paket kesehatan paripurna dalam dalam JPKM seperti dinyatakan dalam serangkaian permenkes dan kepmenkes mencakup pelayanan berjenjang dari tingkat primer (rawat jalan oleh dokter umum /dokter keluarga, dokter gigi bidan praktek, klinik dan puskesmas) tingkat sekunder (rawat jalan
(20)
spesialistik), tingkat tertier (rawat inap Spesialistiuk di rumah sakit ), dan meliputi upaya promotif (penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi), preventif (imunisasi kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana), kurtif (pengobatan dan penyembuhan penyakit), semua gawat darurat dan pelayanan penunjang diagnostik seperti laboratorium radiologi dan lain sebagainya.
Dalam JPKM dikenal 4 pelaku JPKM yang terdiri dari ; 1. Badan Pembina (Bapim) JPKM
2. Badan Penyelengara ( Bapel ) JPKM 3. Pemberi pelayanan kesehatan ( PPK) 4. Peserta JPKM.
Badan pembina JPKM adalah Lembaga pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pembinaan, pengembangan dan pendorong JPKM.
Badan Penyenggara JPKM adalah Badan hukum sebagai penyelenggara JPKM yang memliki izin oprasional JPKM.
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah sarana pelayanan kesehatan baik individual maupun instiutusional yang memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JPKM.
Peserta adalah setiap orang dalam kesatuan keluarga atau kelompok orang, yang terdaftar pada badan penyelenggara JPKM.
(21)
* ) TUJUH JURUS DALAM JPKM
JPKM sedikitnya punya tujuh jurus yang dapat menjamin pemeliharaan kesehatan paripurna dangan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali, sekaligus dapat menjamin kebuthan pemeliharaan kesehatan .ke-7 jurus tersebut adalah:
1. Pembayaran dilaksanakan pra bayar dari peserta kepada bapel JPKM dan pembayaran pra upaya (prospective payment ) dari bapel kepada PPK
2. Adanya mekanisme bagi hasil (risk profit sharing ) bapel JPKM dan PPK
3. Adanya ikatan kerja sama dalam perjanjian tertulis / kontrak 4. Adanya penanganan keluhan
5. Adanya pengendalian mutu .
6. Adanya pemantauan pemanfaatan pelayanan kesehatan .
7. Adanya mekanisme pemeliuharaan kesehatan paripurna (Promtifo, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang berbentuk suatu paket pemeliharaan kesehatan dasar.dan bersifat wajib.(Dep Kes RI,2001) Dari ketujuhn jurus tersebut, terlihat adanya jaminan kendali biaya (1,2), kendali mutu (3,4,5,6), dan pemerataan serta kendali pemeliharaan kesehatan (7). Ketujuh jurus JPKM dan hubungan antar pelaku JPKM dapat dilihat Gambar 2.1.
(22)
.
Iuran Premi Ikatan kontrak Praupaya/kapitasi siklus jaga mutu, pemantauan utilisasi
Penaganan keluhan Yan kes paripurna
Gambar 2.1 Hubungan 4 Pelaku dalam penyelenggaraan JPKM
Kepesertaan JPKM di bagi menjadi tiga strata yaitu:
Strata I : Adalah peserta keluarga miskin, preminya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
Strata II : Adalah peserta keluarga hampir miskin dengan membayar premi Rp. 50.000,- (50 %). Sisanya dibayar oleh pemerintah daerah (50 %).
Strata III : Adalah peserta keluarga mampu dengan membayar premi Rp.
100.000,-Paket pelayanan kesehatan JPKM di Kabupaten Purbalingga meliputi paket dasar yaitu :
1). Pelayanan Puskesmas
Rawat Jalan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu : PESERTA JPKM
BAPIM
P P K BAPEL JPKM
(23)
- Peserta JPKM yang mendapat pelayanan kesehatan (berobat) harus membawa kartu peserta JPKM dan menunjukkan kartu tersebut di loket pendaftaran.
- Untuk kasus penyakit yang tidak dapat ditangani di Puskesmas dapat dirujuk ke RSUD Purbalingga dengan menyertakan surat rujukan puskesmas.
- Pelayanan Polindes hanya untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan normal ditangani oleh bidan, untuk kasus yang patologis dirujuk ke RSUD Purbalingga dengan menyertakan surat rujukan.
Rawat Inap di Puskesmas :
- Peserta yang dirawat inap di Puskesmas hanya untuk kasus yang tidak terlalu berat dengan lama perawatan maksimal 3 hari dan jaminan yang diberikan peserta JPKM Rp. 150.000.
- Peserta rawat inap menyerahkan kopi JPKM sebanyak 2 lembar.
Fasilitas Peserta JPKM di Puskesmas :
- Pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan - Pemeriksaan penunjang diagnostik sementara - Pemberian obat
- Tindakan medis kecil dan ringan tidak termasuk khitan - Pemeriksaan kesehatan gigi
(24)
- Pemberian rujukan ke RSUD Purbalingga
- Pelayanan KB, alat kontrasepsi ditanggung peserta
Fasilitas Peserta JPKM di Polindes - Pemeriksaan kehamilan
- Persalinan normal tanpa penyulit
- Pemberian rujukan kasus kebidanan ke RSUD Purbalingga
2) Pelayanan RSUD Purbalingga.
Pelayanan rawat jalan dokter spesialis
Pemeriksaan diagnostic medis (Lab klinik, radiolodi / usg, Ekg) Pelayanan Rawat inap
Pelayanan Gawat darurat.
2. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah usaha untuk melakukan pemeriksaan kehamilan guna untuk mengetahui keadaan ibu janin secara berkala yang diikuti upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Ibu hamil mendapat pelayanan lengkap (K1,K2,K3,K4) adalah pelayanan atau pemeliharaan kesehatan ibu hamil paling sedikt empat kali oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan, perawat yang telah dilatih pelayanan antenatal) selama kehamilannya.sesuai standar yang ditentukan. Standar pelayanan antenatal adalah (Depkes RI, 10 -30) :
(25)
a. Anamnesis meliputi : 1) Keluhan utama 2) Identifikasi ibu
3) Hal hal yang berkaitan dengan fungsi reproduksi (umur, paritas, hari pertama haid terahir, siklus haid, jenis kontrasepsi yang digunakan.
4) Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang (gerakan janin, keluhan yang berkaitan dengan kehamilan.
b. Pemeriksaan meliputi :
1) Pemeriksaan fisik (berat badan, ukuran lingkar lengan atas, tinggi badan, tekanan darah, tes haemoglobin (Hb), frekwensi pernafasan, suhu badan dan cacat tubuh).
2) Pemeriksaan obstetrik (pemeriksaan luar, pemeriksaan, panggul dalam, dan pemeriksaan diagnostik).
3) Penentuan diagnostik.
4) Pemeriksaan kehamilan ulangan (satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan tujuh bulan, dua kali dalam sebulan sampai umur kerhamilan delapan bulan, dan seminggu sekali sampai umur kehamilan cukup bulan).
c. Intervesi, meliputi :
1) Intervensi dasar meliputi pemberian imunisasi TT, pemberian tablet penambah darah, pemberian tablet multivitamin yang
(26)
mengandung mineral, penyuluhan, komunikasi, dan pemberian motivasi pada ibu hamil.
2) Intervensi khusus meliputi ; pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, penjelasan khusus pada ibu hamil mengenai faktor resiko yang dimiliki, dan rujukan ketingkat pelayanan yang lengkap. Perawatan kehamilan yang baik harus diikuti dengan pertolongan persalinan yang baik pula. Oleh karena itu penyedian tenaga penolong persalinan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Penempatan bidan di desa merupakan salah satu pilihan dalam penyedian tenaga penolong persalinan dan perawatan kehamilan serta sebagai upaya mendekatkan tempat pelayanan persalinan (Djaswadi dkk, 2000)
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (profesional) secara nasional pada tahun 1996, adalah 58,02% dengan kisaran antara 24,55 % di provinsi Irian Jaya dan 89,50% di provinsi Bali. Menurut statistik kesejahtraan rakyat 1996, persalinan oleh tenaga kesehatan di daerah pedesaan 35,91 %, daerah perkotaan 78,82 % sedang untuk pedesaan dan perkotaan adalah 50,01 % (DepKes RI, 1997).
Data dari Ikatan Bidan Indonesia pada tahun 1994 menunjukan bahwa 60 % lebih persalinan di pedesaan ditolong oleh dukun bayi. Data tersebut menurun pada tahun1997 menjadi 44 %, sedangkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukan peningkatan dari 43,2 % tahun 1997 menjadi 59,06 % pada tahun 1998 (Depkes RI, 1998). Keadaan tersebut
(27)
menunjukan bahwa banyak persalinan khususnya di pedesaan masih di tangani tenaga tidak terdidik, seperti dukun bayi (Djaswadi dkk, 2000).
Agar ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal, maka peran serta keluarga dan seluruh masyarakat sangat diperlukan. Anggota keluarga dan masyarakat harus di beri informasi tentang berbagai prosedur dalam perawatan kelahiran, sehingga tiap wanita dapat memilih jenis perawatan yang dikehendakinya. Ibu hamil dan keluarganya perlu dianjurkan agar melakukan perawatan sendiri dalam masa perinatal dan memahami kapan dan pertolongan apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan kehamilan, kelahiran dan sesudahnya sehingga hal-hal yang membahayakan kesehatan bayi dan ibu dapat dicegah (DepKes RI, 1999).
Upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi telah dilakukan dengan berbagai program misalnya penempatan bidan desa upaya perbaikan pelayanan rujukan, peningkatan peran swasta untuk pertolongan ibu hamil / melahirkan, dan kebijakan pemerintah berikut (DepKes RI, 1993).
a. Menemukan kehamilan risiko tinggi sedini mungkin.
b. Melakukan upaya pencegahan tetanus pada neonatorun (tetanus neonatorun) berupa pembinaan imunisasi TT sebanyak dua kali.
c. Melakukan pemeriksaan kehamilan empat kali, pada ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan pemeriksaan sesering mungkin.
d. Pemberian tablet tembah darah pada setiap ibu hamil selama kehamilan sebanyak 90 tablet feroos sulfat.
(28)
e. Pemeriksaan laboratorium apabila ada indikasi.
f. Setiap ibu hamil diberi Buku Kesehatan Ibu dan Anak untuk memantau hasil pemeriksaan kehamilan sampai imunisasi bayi.
g. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar. h. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai :
1. Cara hidup sehat
2. Pentingnya pemeriksaan kehamilan
3. Pengenalan tanda-tanda kehamilan dan resiko tinggi 4. Gizi ibu selama hamil
5. Perawatan payudara dan cara menyusui bayi 6. Perawatan bayi termasuk tali pusat
Salah satu bentuk peran serta masyarakat dan pihak swasta adalah melalui program Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang membahayakan pada ibu hamil.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan antenatal
Agar yang menyebabkan angka kematian ibu hamil dapat di deteksi secara dini maka perlu diketahui factor-factor penyebab sebagai berikut (DepKes 1994, 3-5).
a. Faktor Medik .
1). Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau lebih tua (lebih dari 35 tahun).
2). Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang ) 3). Jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun.
(29)
4). Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Seperti infeksi keracunan, perdarahan pervaginam, trauma persalinan, komplikasi akibat partus lama.
5). Rendahnya drajat kesehatan ibu selama hamil,seperti kekurangan gizi, anemia bekerja (fisik) terlalu berat.
b. Faktor non Medik.
!). Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal. 2). Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan resiko tinggi.
3) Ketidak berdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam mengambil keputusan untuk dirujuk.
Ketidak mampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya transport dan perawatan rumah sakit.
c. Faktor Pelayanan Kesehatan
1). Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok beresiko.
2). Masih rendahnya (± 30%) cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
3). Masih seringnya (70-80%) pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah sakit oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda-tanda bahaya.
4). Aspek manajeman yang belum menunjang, seperti: belum mantapnya mekanisme rujukan dari puskesmas ke RS kabupaten
(30)
atau sebaliknya, belum semua kabupaten memberikan prioritas yang memadai untuk program KIA, dan kurangnya komunikasi dan koordinasi antara DinKes Kabupaten, Rumah Sakit Kabupaten, Puskesmas dalam upaya kesehatan ibu dan perinatal.
Pengalaman bidan di desa yang baru di tempatkan, terbatasnya ketrampilan dokter puskesmas dalam menangani kegawat daruratan kebidanan dan perinatal.
Mengingat banyaknya faktor yang berhubungan dengan kematian bayi dan perinatal, maka dalam penelitian ini diambil beberapa faktor dominan yang berhubungan dengan ANC sebagai berikut.
a. Pendidikan ibu hamil
Pendidikan merupakan salah satu faktor struktur sosial dalam komponen predisposing factor (faktor mendasar), untuk ibu-ibu hamil berkunjung pada pelayanan antenatal.
Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Sudarti, 1988). Rendahnya pendidikan akan mempersulit upaya peningkatan ketrampilan serta pengetahuan untuk menghayati kelahiran yang sehat. Jadi dengan
(31)
pendidikan yang tinggi kesadaran untuk melakukan kunjungan ke pelayanan antenatal juga tinggi.
Hal tersebut senada dengan survey yang dilakukan Nepal Demographic and Health Surrvey (NDHS) pada tahun 2001 bahwa di India ANC berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan sebanyk 95 % melakukan kunjungan ANC, sedangkan pada perempuan yang tidak sekolah hanya 39% yang melakukan ANC (Departement of Health Services Nepal,2002).
Tingkat pendidikan ibu juga berpengaruh pada pemilihan penolong persalinan dan perawatan selama kehamilan. Pada penelitian yang diadakan di Lima - Peru pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh status ekonomi, sebanyak 82% wanita berpendidikan memilih pelayanan tenaga kesehatan (NAKES) dan wanita tidak berpendidikan yang memilih tenaga NAKES hanya 62%,World Bank 1993: 42).
b. Pendapatan
Berdasarkan laporan UNICEF akhir Juli 1999 (Setiawan, 2000) hampir 24% dari seluruh penduduk Indonesia atau hampir 50 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan, 60% dari ibu hamil dan anak sekolah kekurangan zat besi / anemia, hal ini menunjukan pendapatan penduduk masih sangat rendah. Kondisi ini berpengaruh pada ibu hamil untuk pergi ke tempat pelayanan antenatal sesuai yang diharapkan karena keterbatasan dana.
(32)
Hal tersebut menunjukan bahwa keterjangkauan biaya merupakan faktor yang diperhitungkan dalam mengambil keputusan memilih pemeriksaan kehamilan dan persalinan di pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, Poliklinik, Polindes) dengan tenaga penolong persalinan oleh NAKES (dokter/bidan). Selain itu hamil dari keluarga kurang mampu biasanya desertai keterbatasan untuk perlakuan dan perawatan kehamilan yang dibutuhkan (DepKes RI, 1999).
c. Biaya pelayanan antenatal
Pembiayaan kesehatan di Indonesia berasal dari sumber keuangan yang berbeda, yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 2 sumber yaitu Pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
Secara umum pada tahun 1999 alokasi anggaran untuk negara-negara anggota SEAMIC (South East Asian Medical Information Center), yang terdiri dari Brunei, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam masih rendah, kecuali Jepang. Ini dapat ditunjukan dari rendahnya presentase anggaran kesehatan yang dialokasikan terhadap anggaran nasional masing-masing negara, maupun anggaran perkapita masing-masing-masing-masing negara di mana Indonesia menduduki peringkat keenam untuk alokasi anggaran terhadap total anggaran nasional yaitu sebesar 2,5% sedangkan Jepang (19,9%) (DepKes RI 2001).
(33)
Hal tersebut akan berdampak pada rendahnya subsidi kesehatan untuk masyarakat, sehingga menimbulkan beban yang harus ditanggung masyarakat untuk pembiayaan semakin tinggi. Kondisi ini akan berdampak pada rendahnya akses pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Semakin besar biaya yang harus dikeluarkan semakin segan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. Hal tersebut juga berlaku untuk perawatan kesehatan ibu dan anak, khususnya pelayanan antenatal.
Menurut teori mikroekonomi tentang demand (permintaan) pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa jika pelayanan kesehatan merupakan normal good, meningkatnya pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis pelayanan kesehatan tersebut (Follan, dkk , 2001 2:25; Feldstein, 1979, 5: 81).
d. Usia ibu hamil
Menurut Jaswadi dkk (2000) usia ibu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan diatas 35 tahun merupakan faktor penyulit dalam kehamilan, sebab ibu hamil terlalu muda keadaan tubuhnya belum siap menghadapi kehamilan, sedangkan usia diatas 35 tahun apabila mengalami komplikasi maka resiko kesulitan lebih besar.
Pernikahan pada usia remaja serta kehamilan pada usia muda sangat merugikan wanita secara fisik dan mental. Sehingga kunjungan antenatal juga harus lebih sering. Untuk perlakuan dan perawatan kehamilan yang dibutuhkannya.
(34)
e. Paritas
Ibu hamil anak pertama biasanya mereka rajin memeriksakan kehamilannya dan merawatnya dengan baik sesuai anjuran petugas kesehatan. Menurut Djaswadi dkk (2000) selain faktor usia, ibu hamil pertama kali dan ibu yang telah hamil lebih dari tiga kali mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi bila mengalami komplikasi obstetri, dan bersalin. Dengan demikian sangat mempengaruhi kunjungan ke pelayanan antenatal.
f. Tenaga pemberi pelayanan antenatal
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Sember daya tenaga kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan antara lain rasio dokter 100.000 penduduk, rasio perawat per 100.000 penduduk dan rasio bidan per 100 penduduk.
Tenaga kesehatan yang tercatat dengan baik sampai saat ini sebanyak 177.341 orang (171.738 pegawai daerah dan 5.603 pegawai pusat). Dari data tersebut maka kisaran rasio dokter (umum dan spesialis) antara 3,65 – 39,51. sedangkan rasio perawat (DIII dan SPK) antara 18,31 – 181,57 dan rasio bidan antara 1,61 dan 27,57 / 1000 penduduk. Untuk Jawa rasio dokter menduduki urutan ke 21 (7,59) rasio perawat menduduki urutan ke 22 (31,80) dan rasio bidan
(35)
terhadap 1000 penduduk menduduki urutan ke 20 (5,24) (DepKes RI, 2001: 100-101).
Rasio tenaga kesehatan tersebut akan mempengaruhi minat masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan, dimana pada daerah dengan tenaga kesehatan minim, khususnya bidan dan dokter akan menimbulkan keengganan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
B. Penelitian Yang Terkait
Penelitian terkait yang pernah dilakukan, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penurunan AKI dan AKB adalah :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktek pelayanan kesehatan ibu dan anak (. Soemanto, dkk, 1994).
Penelitian tersebut dilakukan bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empiris mengenai pengetahuan, sikap dan praktek terhadap pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktek pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Metode penelitian ini adalah keluarga inti (pasangan kawin) dimana ibu berusia 15-19 tahun yang punya anak / bayi/ balita, pernah /
(36)
sedang hamil / menyusui. Sedangkan target populasinya ibu – ibu dari pasangan kawin tersebut. Daerah penelitian kabupaten Boyolali dan Grobogan Jawa Tengah.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa kelompok dasar status sosial ekonomi demografi, yaitu pendidikan ibu dan jumlah anak ibu serta penghasilan keluarga berbeda secara signifikan dengan pengetahuan, sikap dan praktek ibu terhadap pelayanan KIA.
2. Pengaruh tingkat sosial ekonomi dan penghasilan terhadap perilaku ibu hamil (Tuntiserance,dkk.,1999).
Penelitian ini dilakukan bekerjasama dengan departemen kesehatan masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Prince di Songkla, Hatyai, Thailand.
Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti pengaruh status sosial ekonomi dari penghasilan ibu hamil kelas menengah kebawah di negara sedang berkembang dan dilakukan pada ibu hamil usia 17 tahun keatas sedangkan indikator sosial ekonomi diseleksi berdasarkan : status sosial, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga.
Pada penelitian tersebut menunjukan bahwa indikator sosial ekonomi sendiri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, akan tetapi berpengaruh adalah jumlah dana yang digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan selama hamil.
(37)
3. Penelitian tentang rendahnya kemempuan ekonomi masyarakat dengan tingginya persalinan yang dilakukan oleh dukun.
Penelitian tersebut dilakukan oleh perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) Nusa Tenggara Barat tahun 1994. Dari penelitian tersebut diketahui 81% dari ibu melahirkan hanya mampu membayar biaya persalinan kurang dari Rp.10.000 sementara 88% persalinan ditolong oleh dukun.
4. Penelitian tentang persepsi perilaku ibu hamil dan masyarakat terhadap resiko kehamilan di Kabupaten Purworejo (Djaswadi,dkk,2000).
Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif (menggunakan kuesioner terhadap 101 responden) dan kualitatif (dengan diskusi kelompok terfokus sebanyak 10 kali melibatkan kelompok ibu, bidan dan tokoh masyarakat sebanyak 68 orang). Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa ibu-ibu tidak memiliki persepsi yang sama mengenai penyulit kehamilan dan persalinan (bayi besar, letak sungsang, usia kurang 20 tahun dan lebih 35 tahun, persalinan pertama, varitas lebih dari 5, jarak kelahiran kurang dari 2 tahun). Suami, orang tua, mertua merupakan kelompok yang dominan menentukan tempat dan tenaga persalinan. Sebagian ibu senang melahirkan dirumah dengan bantuan dukun dengan alasan kenyamanan dan biaya murah.
(38)
5. Penelitian tentang hubungan antara antenatal care dengan tingginya angka kematian bayi di Karang Anyar Jawa Tengah (Ngudigdo, 1998). Penelitian tersebut dilakukan pada 213 responden dengan wawancara langsung. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian ibu hamil yang K4 tinggi (86,9%), mempunyai pengertian dan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
6. Penelitian tentang identifikasi factor-faktor yang berpengaruh terhadap program sayag ibu (Arif dan Chuluq, 1997). Penelitian ini dilakukan secara deskriptif cross sectional dan dilakukan pada 118 orang ibu hamil di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan penghasilan responden, makin baik kualitas antenatal care (ANC) dan pertolongan persalinannya dan bagi responden dengan pendidikan dan penghasilan rendah pilihan dukun beranak masih cukup tinggi yaitu 50 %.
C.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian tersebut dibangun sebuah kerangka pemikiran dengan variable bebas Kepersertaan Ibu Hamil dalam JPKM, sedangkan variable terikat adalah Pelayanan ANC.
(39)
Kerangka pemikiran tersebut disajikan pada Gambar 2.2:
Gambar 2.2
D. Perumusan Hipotesis
Terdapat pengaruh kepesertaan JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal. Peserta JPKM memiliki kemungkinan lebih besar untuk menggunakan pelayanan antenatal dan persalinan dengan lengkap dari pada bukan peserta JPKM.
Kepesertaan
JPKM
Tingkat Pendidikan Ibu Pendapatan Ibu
Umur Ibu Paritas
Biaya pelayanan antenatal Tenaga pelayanan antenatal
Paket Yankes JPKM: Pemeriksaan Antenatal Persalinan
Kelengkapan pelayanan antenatal
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan studi kohor historis.
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kabupaten Purbalingga yang terdiri dari :
1. Dua Kecmatan sebagai kecamatan uji coba JPKM: a. Kecamatan Kalimanah.
b. Kecamatan Merebet.
2. Dua kecamatan sebagai kecamatan kontrol: a. Kecamatan Bukateja.
b. Kecamatan Bojongsari.
Kecamatan kontrol mempunyai struktur penduduk, mata pencarian, pendidikan dan geografis hampir sama.
C.
Subyek Penelitian
1. Populasi penelitian .
a. Ibu hamil peserta JPKM di dua kecamatan uji coba JPKM. b. Ibu hamil bukan peserta JPKM di dua kecamatan kontrol. 2. Sampel dan Pemilihan sampel.
(41)
a. Sampel penelitian terdiri dari :
1). Ibu hamil peserta JPKM tahun 2006 dan 2007 di kecamatan uji coba JPKM.
2). Ibu hamil bukan peserta JPKM tahun 2006 dan tahu 2007 di kecamatan kontrol.
b. Cara pemilihan sampel
Sampel diambil dengan cara simple random sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus (Murti 1997),rumus ukuran sample untuk analisis multi variant adalah :
15 -20 subyek / variable independent. Pada penelitian ini terdapat 6 vriabel i Ndependen, jadi jumlah sample yang diambil ;
6 variabel independent x 20 = 120 sampel
D. Kerangka Penelitian
Sample Random Sampling Sample Random Sampling
Gambar 3.1 : Kerangka Penelitian Populasi ibu hamil
Peserta JPKM
Sampel ibu hamil Peserta JPKM
Populasi ibu hamil bukan Peserta JPKM
Sampel ibu hamil bukan Peserta JPKM
ANC lengkap
ANC tidak lengkap
ANC lengkap
ANC tidak lengkap
(42)
E.
Variabel Penelitian
1. Variabel terikat
Kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal 2. Variabel bebas
Status kepesertaan JPKM 3. Variabel Perancu
1) Jenis pemberi pelayanan antenatal 2) Biaya pelayanan antenatal
3) Pendapatan ibu 4) Pendidikan ibu 5) Paritas
6) Umur ibu
F.
Definisi Operasional Variabel
1. Kelengkapan pelayanan antenatal
a. Definisi: Pemeriksaan ibu hamil paling sedikit empat kali kunjungan pada tenaga kesehatan sebelum persalinan yaitu pada: Trimester I: 1 kali
Trimester II: 1 kali Trimester III : 2 kali b. Alat ukur: Kuesioner c. Kode pelayanan antenatal :
(43)
1 = pelayanan antenatal lengkap≥ 4 kali. d. Skala pengukuran : dikotomi
2. Kepesertaan JPKM
a. Definisi : Ibu- ibu hamil yang mempunyai kartu JPKM sebagai tanda bahwa ibu-ibu hamil tersebut menjadi peserta JPKM. b. Alat ukur : Kuesioner.
c. Kategori kepesertaan JPKM : 0 = Tidak anggota JPKM 1 = anggota JPKM.
d. Skala pengukuran : dikotomi. 3. Tingkat Pendidikan Ibu hamil :
a. Definisi : Tingkat pendidkan formal yang diraih dengan sekolah, yang diakui oleh pemerintah.
b. Alat ukur kuesioner dengan melihat ijazah. c. Kategori tingkat Pendidikan ibu hamil :
0 = SD /tak sekolah 1 = SMP / SMU/ PT
d. Skala pengukuran dikotomi 4. Pendapatan keluarga.
a. Definisi: Pendapatan total rumah tangga dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh anggota keluarga dalam rumah
(44)
tangga karena dia melakukan pekerjaan secara rutin untuk mendapatkan uang selama satu bulan.
b. Alat ukur : kuesioner. c. Kode pendapatan keluarga : 0 = Pendapatan di bwah median 1 = Pendapatan di atas median. d. Sekala : dikotomi
5. Jumlah Anak ibu hamil
a. Definisi: Jumlah anak yang sudah ada pada waktu ibu tersebut hamil
b. Alat Ukur : Kuesioner. c. Kode jumlah anak ibu hamil ;
1 = Jumlah anak dibawah miedian 2 = Jumlah anak diatas median. d. Skala Pengukuran : dikotomi. 6. Biaya pelayanan antenatal
a. Definisi: biaya pelayanan antenatal adalah semua biaya yang dikeluarkan ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilannya
b. Alat ukur :Kuesioner. c. Skala pengukuran : kontinyu. 7. Tenaga pemberi pelayanan antenatal
a. Definsi : tenaga pelayanan antenatal adalah tenaga yang memeriksa kesehatan ibu hamil
(45)
b. Alat ukur : Kuesioner.
c. Kode tenaga pemberi pelayanan antenatal adalah : 0 = Non Nakes
1 = Nakes
d. Skala Pengukuran : dikotomi.
8. Umur ibu hamil
a. Alat ukur:kuesioner
b. Kode alat ukur:
0 = < median
1 =
≥ median
H.
Analisis Data
Pengaruh kepesertaan JPKMterhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal dalam penelitian ini dianalisis dengan metode regresi ganda logistik dengan rumus sebagai berikut (Murti , 1997, Agung, 2001) :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7x7 Dimana :
Y : Kelengkapan pelayanan antenatal 0 = antenatal tidak lengkat 1 = antenatal lengkap X1 : Kepesertaan JPKM
0 = tidak peserta JPKM 1 = peserta JPKM
(46)
X2 : Pendidikan ibu hamil 0 = SD / tidak sekolah 1 = SLTP / SMU
2 = Akademi / Perguruan tinggi
X3 : Pendapatan keluarga 0 = Di bawah median. 1 = Di atas median.
X4 : Umur ibu hamil
0 = Umur ibu dibwah median 1= Umur ibu diatas median X5 : Biaya pelayanan antenatal
0 = di bawah median 1 = di atas median
X6 : Tenaga pemberi pelayanan antenatal 0 = Non Nakes
1= Nakes
X7 : Jumlah anak /paritas 0 = dibawah median 1 = diatas median
(47)
Pengaruh dari masing masing variabel independen di ukur bdengan OR = exp (b) dan CI 95 %.
(48)
BAB IV
HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden
a. Tempat Tinggal
Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang bukan
peserta JPKM dan ibu hamil yang menjadi peserta JPKM yang berada di
wilayah Kecamatan Bojongsari, Kalimanah, Mrebet dan Bukateja di
Kabupaten Purbalingga. Adapun rincian tempat tinggal responden dapat
dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 1. Distribusi Responden Bukan Peserta JPKM Menurut Tempat Tinggal Wilayah Kecamatan di Kabupaten Purbalingga.
No Nama Kecamatan Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 Bojongsari Kalimanah Mrebet Bukateja 17 6 17 20 28,3 10,1 28,3 33,3
Total 60 100,0
Tabel 2. Distribusi Responden Bukan Peserta JPKM Menurut Tempat Tinggal Wilayah Pedesaan di Kabupaten Purbalingga.
No Nama Desa Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 Gembong Kali Kobang Kajongan Onje Majasem Wirosobo Mrebet 7 6 10 10 9 11 7 11,7 10,0 16,7 16,7 15,0 18,3 11,7
Total 60 100,0
Responden tersebut dikumpulkan datanya melalui wawancara
dengan angket. Data wawancara ini kemudian diolah secara kuantitatif
(49)
Tabel 3. Distribusi Responden Peserta JPKM Menurut Tempat Tinggal Wilayah Kecamatan di Kabupaten Purbalingga.
No Nama Kecamatan Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 Bojongsari Kalimanah Mrebet Bukateja 14 10 15 21 23,3 16,7 25,0 35,0
Total 60 100,0
Tabel 4. Distribusi Responden Peserta JPKM Menurut Tempat Tinggal Wilayah Pedesaan di Kabupaten Purbalingga.
No Nama Desa Jumlah Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 Gembong Kali Kobang Kajongan Onje Majasem Wirosobo Mrebet 4 10 10 10 10 11 5 6,7 16,7 16,7 16,7 16,7 18,3 8,3
Total 60 100,0
b. Karakteristik Ibu
Karakteristik ibu pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Ibu
No Karakteristik Ibu Jumlah Persentase (%)
1 Usia
< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun
5 110 5 4,2 91,7 4,2 2 Jenis Pekerjaan
Buruh Petani Wiraswasta PNS ABRI Tidak bekerja 14 3 10 0 0 93 11,7 2,5 8,3 0,0 0,0 77,5 3 Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SMU/SMK PT/Akademik 1 32 50 35 2 0,8 26,7 417 29,2 1,7
(50)
Lanjutan Tabel 5
No Karakteristik Ibu Jumlah Persentase (%)
4 Jenis Persalinan
Normal Vakum Operasi 119 1 0 99,2 0,8 0,0 5 Tempat Persalinan
Rumah Polindes Puskesmas Rumah Sakit/RB 82 37 8 1 68,3 30,8 0,0 0,8 6 Penolong Persalinan
Dukun Bidan Dokter Umum Dokter Spesialis 2 117 1 0 1,7 97,5 0,8 0,0
Total 120 100,0
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan sebagian besar ibu hamil
berusia 20-35 tahun (91,7%) dengan usia terendah 17 tahun dan tertinggi
39 tahun dan sebanyak 77,5% tidak bekerja. Sebanyak 0,8 responden tidak
sekolah; 26,7% lulus SD; 41,7% lulus SLTP; 29,2% lulus SMU atau SMK
dan hanya 1,7% yang lulus PT atau Akademik. Berdasarkan Tabel 5 juga
menunjukkan bahwa meskipun sebagain besar persalinan ditolong oleh
bidan (97,5%), tetapi mayoritas responden melahirkan di rumah (68,3%).
c. Karakteristik Suami
Karakteristik suami responden ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Suami
No Karakteristik Suami Jumlah Persentase (%)
1 Usia
< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun
1 104 15 4,2 91,7 4,2
(51)
Lanjutan Tabel 6
No Karakteristik Suami Jumlah Persentase (%)
2 Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SMU/SMK PT/Akademik 0 35 45 38 2 0,0 29,2 37,5 3,,7 1,7 3 Jenis Pekerjaan
Buruh Petani Wiraswasta PNS ABRI Tidak bekerja 49 23 39 0 3 6 40,8 19,2 32,5 0,0 2,6 5,0 4 Tanggungan Keluarga
≤ 4 orang
> 4 orang
115 5
95,8 4,2
Total 120 100,0
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan sebagian besar suami
responden berusia 20-35 tahun (91,7%) dengan usia terendah 19 tahun dan
usia tertinggi 45 tahun. Suami responden yang bekerja sebagai buruh
sebanyak 40,8%; petani sebanyak 19,2%; wiraswasta sebanyak 32,5%;
ABRI sebanyak 2,6% dan yang tidak bekerja sebanyak 5,0%.
Sebanyak 29,2% suami responden lulus SD; sebanyak 37,5% lulus
SLTP; sebanyak 37,5% lulus SMU/SMK dan sebanyak 1,7% lulus
PT/Akademik. Tabel 6 juga menunjukkan 95,8% responden merupakan
keluarga inti atau keluarga batih (nucleus family) dan hanya 4,2%
responden merupakan keluarga besar (extended family). Menurut
Sugiyanto, Sugihardjo, Supardjo (2001:14) keluarga inti dipandang
sebagai satu kesatuan terkecil yaitu terdiri dari bapak ibu dan anak, sedang
bentuk keluarga besar dipandang dari pengertian darah yang hidup
bersama suami istri, yaitu kakak-adik, kakek nenek, dan kemenakan dari
(52)
2. Karakteristik Responden Menurut Variabel-variabel Penelitian
Tabel 7a. Karakteristik Responden Bukan Peserta JPKM dan Peserta JPKM Menurut Variabel Penelitian
No Variabel Bukan Peserta JPKM N (%) Peserta JPKM N (%)
1 Kelengkapan Pelayanan Antenatal
Tidak Lengkap Lengkap 37 (61,7) 23 (38,3) 19 (31,7) 41 (68,3)
N 60 (100) 60 (100)
2 Tingkat Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah/SD SLTP/SMU PT/Akademik 18 (30,0) 41 (68,3) 1 (1,7) 15 (25,0) 44 (73,3) 1 (1,7)
N 60 (100) 60 (100)
3 Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja Bekerja 48 (80,0) 12 (20,0) 45 (75,0) 15 (25,0)
N 60 (100) 60 (100)
4 Pendapatan Keluarga
≤ Rp.750.000
> Rp.750.000
16 (26,7) 44 (73,3)
31 (51,7) 29 (48,3)
N 60 (100) 60 (100)
5 Pendapatan Suami
≤ Rp.750.000
> Rp. 750.000
26 (43,3) 34 (56,7)
26 (43,3) 34 (56,7)
N 60 (100) 60 (100)
6 Pendapatan Ibu
≤ Rp.200.000
> Rp.200.000
55 (91,7) 5 (8,3)
50 (83,3) 10 (16,7)
N 60 (100) 60 (100)
7 Jumlah Anak/ Paritas
≤ 1 anak
> 1 anak
33 (55,0) 27 (45,0)
32 (53,3) 28 (46,7)
N 60 (100) 60 (100)
8 Biaya Pelayanan Antenatal
≤ Rp.10.000
> Rp.10.000
12 (20,0) 48 (80,0)
31 (51,0) 29 (48,3)
N 60 (100) 60 (100)
9 Tenaga Pemberi Layanan Antenatal Non Nakes Nakes 1 (1,7) 59 (98,3) 1 (1,7) 59 (98,3)
(53)
Tabel 7a, menunjukkan karakteristik responden bukan peserta JPKM
dan peserta JPKM menurut variabe-variabel penelitian. Tabel 7a nampak
bahwa responden peserta JPKM yang telah lengkap pelayanan antenatal nya
lebih banyak (68,3% dibanding bukan peserta JPKM (38,3%).
Responden yang berpendidikan PT/Akademik lebih sedikit ikut serta
JPKM (1,7%), dan mayoritas peserta JPKM yang tidak bekerja (75,0%) lebih
sedikit daripada yang bukan peserta JPKM (80,0%). Sedangkan keluarga yang
berpendapatan lebih dari Rp.750.000,00 lebih sedikit yang menjadi peserta
JPKM (48,3%) dan 73,3% tidak menjadi peserta JPKM. Keluarga dengan
pendapatannya kurang dari atau sama dengan Rp.750.000,00 lebih banyak
yang menjadi peserta JPKM (51,7%) dibandingkan dengan yang tidak menjadi
peserta JPKM (26,7%).
Responden yang mengeluarkan biaya pelayanan antenatal lebih dari
Rp.10.000,000 lebih banyak bukan peserta JPKM (80%) dari pada yang
menjadi peserta JPKM (48,3). Sedangkan responden yang mengeluarkan biaya
pelayanan antenatal kurang dari atau sama Rp.10.000,00 lebih banyak
peserta JPKM (51,7%) dibandingkan responden yang bukan peserta JPKM
(20%).
Tenaga pemberi pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan (Nakes)
pada peserta JPKM (98,3%) sama dengan yang bukan peserta JPKM (98,3%).
Jumlah anak responden yang lebih dari 1 anak lebih banyak yang menjadi
peserta JPKM (46,7%) dibanding responden yang bukan peserta JPKM
(54)
Tabel 7b, menunjukkan karakteristik data kontinyu sampel pada
kelompok anggota JPKM dan bukan anggota JPKM. Tabel tersebut
memperlihatkan bahwa kedua kelompok penelitian, yaitu anggota dan bukan
anggota JPKM, telah sebanding dalam nilai-nilai variabel yang mungkin
berhubungan dengan variabel dependen yang diteliti, meliputi umur, paritas,
dan biaya ANC. Andaikata variabel-variabel tersebut merupakan faktor
perancu dalam penilaian hubungan antara kepesertaan JPKM dan kelengkapan
pemeriksaan ANC, maka variabel-variabel tersebut tidak lagi menyebabkan
kerancuan pada penilaian hubungan tersebut.
Tabel 7b. Karakteristik Data Sampel (Data Kontinyu) dari Kelompok Anggota JPKM Dan Bukan Anggota JPKM
Anggota JPKM Bukan anggota JPKM
Variabel n Mean SD n Mean SD P*
Umur (tahun) 60 26.33 0.63 60 26.22 0.60 0.89 Pendapatan
keluarga (Rupiah)
60 746,667 230,992 60 880,000 436,589 0.039**
Paritas 60 1.73 0.121 60 1.85 0.148 0.543 Biaya ANC
(Rupiah)
60 666,667 987,827 60 488,333 305,787 0.377
Biaya transport (Rupiah)
3,133 2.029 4,008 5,277 0.233
* Uji t ** Dikendalikan dengan analisis regresi logistik ganda
Sedangkan kedua kelompok penelitian, yakni anggota dan bukan
anggota JPKM, memperlihatkan distribusi variabel pendapatan keluarga yang
tidak sebanding (p= 0,039). Pengaruh pendapatan keluarga dalam penilaian
pengaruh JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pemeriksaan kehamilan
(55)
Tabel 7c, menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan
ibu hamil yang signifikan antara kelompok anggota dan bukan anggota JPKM
(p= 0.550).
Tabel 7c. Kategori Pendidikan Ibu Hamil Menurut Status Kepesertaan Jpkm Variabel Anggota JPKM Bukan anggota
JPKM
Total P*
Pendidikan
SD 16 (45.71%) 19 (54.29%) 35 (100%) 0.550 >= SMP 44 (51.76%) 41 (48.24%) 85 (100%)
* Uji Chi Kuadrat
(56)
Tabel 7d. Karakteristik Responden dan Persentase Kepesertaan JPKM No Variabel Bukan Peserta JPKM N (%) Peserta JPKM N (%) Total (%)
1 Kelengkapan Pelayanan Antenatal
Tidak Lengkap Lengkap 37 (61,7) 23 (38,3) 19 (31,7) 41 (68,3) 56 (46,7) 64 (53,3) 60 (100)
2 Tingkat Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah/SD SLTP/SMU PT/Akademik 18 (30,0) 41 (68,3) 1 (1,7) 60 (100) 15 (25,0) 44 (73,3) 1 (1,7)
60 (100) 60 (100)
3 Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja Bekerja 48 (80,0) 12 (20,0) 45 (75,0) 15 (25,0)
60 (100) 60 (100)
4 Pendapatan Keluarga
≤ Rp.750.000
> Rp.750.000
16 (26,7) 44 (73,3)
31 (51,7) 29 (48,3)
60 (100) 60 (100)
5 Pendapatan Suami
≤ Rp.750.000
> Rp. 750.000
26 (43,3) 34 (56,7)
26 (43,3) 34 (56,7)
60 (100) 60 (100)
6 Pendapatan Ibu
≤ Rp.200.000
> Rp.200.000
55 (91,7) 5 (8,3)
50 (83,3) 10 (16,7)
60 (100) 60 (100)
7 Jumlah Anak/ Paritas
≤ 1 anak
> 1 anak
33 (55,0) 27 (45,0)
32 (53,3) 28 (46,7)
60 (100) 60 (100)
8 Biaya Pelayanan Antenatal
≤ Rp.10.000
> Rp.10.000
12 (20,0) 48 (80,0)
31 (51,0) 29 (48,3)
60 (100) 60 (100)
9 Tenaga Pemberi Layanan Antenatal Non Nakes Nakes 1 (1,7) 59 (98,3) 1 (1,7) 59 (98,3)
60 (100) 60 (100)
120 (100) 33 (27,5) 85 (70,8) 2 (1,7) 120 (100) 93 (77,5) 27 (22,5) 120 (100) 47 (39,2) 73 (60,8) 120 (100) 52 (43,3) 68 (56,7) 120 (100) 105 (87,5) 15 (12,5) 120 (100 65 (54,2) 55 (45,8) 120 (100) 43 (35,8) 77 (64,2) 120 (100) 2 (1,7) 118 (98,3) 120 (100)
(57)
Tabel 7d, menunjukkan bahwa responden yang lengkap pelayanan
antenatal nya lebih banyak pada ibu hamil peserta JPKM (68,3%) dibanding
ibu hamil yang bukan peserta JPKM (38,3%). Ibu hamil yang berpendidikan
menengah mayoritas peserta JPKM (73,3%) dibanding ibu hamil yang bukan
peserta JPKM (68,3%). Sedangkan ibu hamil yang tidak bekerja lebih sedikit
menjadi peserta JPKM (75%), pendapatan keluarga responden yang kurang
dari Rp.750.000,00 lebih banyak menjadi peserta JPKM (51,7%) dibanding
responden yang bukan peserta JPKM (26,7%).
Ibu hamil yang mempunyai pendapatan kurang dari atau sama dengan
Rp.200.000,00 lebih banyak yang menjadi peserta JPKM (83,3%) dibanding
yang memiliki pendapatan lebih dari Rp.200.000,00, sedangkan responden
dengan pendapatan suami lebih dari Rp.750.000,00 (43,3%) sama dengan
yang tidak menjadi peserta JPKM (43,3%).
Responden yang mengeluarkan biaya pelayanan antenatal kurang
dari atau sama Rp.10.000,00 sebagian besar (51,7%) adalah peserta JPKM,
sedangkan responden yang mengeluarkan biaya pelayanan antenatal lebih
dari Rp.10.000,00 lebih banyak bukan peserta JPKM (80%).
Tenaga pemberi pelayanan antenatal kepada ibu hamil yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan (Nakes) pada peserta JPKM (98,3%) sama
dengan yang bukan peserta JPKM (98,3%). Jumlah anak responden yang lebih
dari 1 anak lebih banyak peserta JPKM (46,7%) dibanding responden yang
(58)
B. Estimasi Pengaruh Variabel
Estimasi pengaruh variabel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi ganda logistik, yaitu memasukkan semua variabel
hasil analisis univariat ke dalam model berdasarkan kerangka konsep penelitian
(Murti, 1997:375). Analisis data menggunakan program Stata for Windows. Hasil
selengkapnya tertera pada Lampiran 6, dan ringkasan regresi ganda logistik
disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8, menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda tentang
pengaruh kepesertaan JPKM terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan
antenatal, dengan mengontrol pendidikan, pendapatan keluarga, dan paritas. Hasil
analisis tersebut memberikan bukti empiris bahwa wanita hamil yang menjadi
anggota JPKM memiliki kemungkinan untuk menggunakan pelayanan antenatal
dengan dua kali lebih besar daripada wanita hamil bukan anggota JPKM, dan
hubungan tersebut secara statistik signifikan (OR= 2,33; p= 0,034; CI95% =1,07
hingga 5,07).
Di samping itu, pendidikan wanita hamil juga memiliki hubungan yang
secara statistik signifikan dengan kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal
pada ibu hamil. Wanita hamil yang berpendidikan SMP ke atas memiliki
kemungkinan untuk memeriksakan kehamilan dengan lengkap dua setengah kali
lebih besar daripada wanita hamil berpendidikan SD atau kurang (OR= 2,48;
(59)
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Tentang Pengaruh Kepesertaan JPKM Terhadap Kelengkapan Penggunaan Pelayanan Antenatal, Dengan Mengontrol Pendidikan, Pendapatan Keluarga, dan Paritas
Confidence Interval 95%
Variabel OR p Batas bawah Batas atas
JPKM
Peserta 2.33 0.034 1.07 5.07
Pendidikan
>= SMP 2.48 0.042 1.03 5.93
Pendapatan keluarga >= Rp
750,000,000
2.01 0.105 0.86 4.67
Paritas
Multipara 1.65 0.197 0.77 3.55
N observasi 120 Log likelihood -75.70 Pseudo R2 0.09
P 0.010
Gambar 4.1, menunjukkan perbandingan persen kelengkapan pemeriksaan
antenatal menurut status kepesertaan JPKM. Persentase penggunaan pelayanan
antenatal dengan lengkap lebih tinggi pada ibu hamil yang anggota JPKM
daripada bukan anggota JPKM.
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Anggota Bukan anggota Kepesertaan JPKM K e le n g k a p a n p e m e ri k s a a n A N
C Lengkap Tidak lengkap
(60)
C. Pembahasan
1. Variabel yang Berpengaruh terhadap Kelengkapan Pelayanan Antenatal
a. Kepesertaan JPKM
Hasil analisis regresi ganda logistik (Tabel 8) menunjukkan bahwa
kepesertaan JPKM mempunyai pengaruh yang bermakna dengan
kelengkapan pelayanan antenatal . Responden yang menjadi peserta JPKM
mempunyai kemungkinan 2,3 kali lebih banyak (OR=2,33) kelengkapan
pelayanan antenatalnya dibanding responden yang bukan peserta JPKM.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu-ibu peserta JPKM
cenderung lebih lengkap pelayanan antenatal nya dibandingkan dengan
yang bukan peserta JPKM. Keadaan ini sejalan dengan survei yang
dilakukan Bravemen, Egerter and Marchi (1999) di California yang
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang berpendapatan rendah
(0-200% dari proverty level) memanfaatkan pelayanan dan perawatan
kehamilan dengan model asuransi kesehatan. Sedangkan hasil penelitian
Ali Ghufron M (2000) pada 216 ibu hamil menunjukkann dengan program
asuransi kesehatan yang berkualitas dapat meningkatkan tingkat
kunjungan ibu hamil ke pusat pelayanan untuk perawatan kehamilannya.
Survei di Vietnam menunjukkan bahwa dengan model asuransi
dapat mengurangi beban pengeluaran untuk kesehatan sampai 200% dan
jika dikaitkan dengan tingkat pendapatan individu, asuransi berpengaruh
signifikan terhadap beban biaya kesehatan masyarakat berpendapatan
rendah daripada yang berpendapatan tinggi (Jowett, Contoyannis and
(61)
Hasil penelitian di Bangladesh pada tahun 1798 rumah tangga di
pedesaan Bangladesh juga menunjukkan hal yang sama, di mana terdapat
pengaruh yang positif pada wanita yang mengikuti asuransi (Credit
programmes) terhadap akses pelayanan kesehatan formal daripada pada
pria. Hal ini menunjukkan bahwa wanita yang berpartisipasi dalam
program tersebut mempunyai kepercayaan diri terhadap pengambilan
keputusan untuk menjaga atau merawat kesehatannya secara modern
dibanding pria (Nanda,1999:415-428).
Hasil penelitian dan beberapa studi di atas menunjukkan bahwa
program JPKM yang merupakan model asuransi dalam pembiayaan
kesehatan pada ibu hamil memberikan manfaat dalam membantu
meringankan beban ekonomi keluarga khususnya di pedesaan yang
mayoritas berpenghasilan rendah. Program JPKM diharapkan akses
masyarakat ke pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya selama
hamil dapat dijangkau oleh ibu hamil di wilayah pedesaan.
b. Tingkat Pendidikan Ibu
Hasil analisis regresi ganda logistik (Tabel 8) menunjukkan bahwa
wanita hamil yang memiliki tingkat pendidikan SMP ke atas mempunyai
pengaruh yang bermakna dengan kelengkapan pelayanan antenatal.
Responden dengan tingkat pendidikan SMP ke atas kemungkinan rata-rata
2,4 kali lebih banyak (OR=2,48) kelengkapan pelayanan antenatal
dibanding responden yang pendidikan SD/Tidak sekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin
(62)
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Djaswadi D, M.Hakimi;
Siswanto A.W., Lina K., (2001) tentang evaluasi efektifitas kehamilan di
Kabupaten Purworejo menunjukkan bahwa pendidikan ibu hamil
berhubungan secara bermakna dengan perawatan kehamilan dengan
Chi-square Test=169,7 (p=0,000).
Hasil penelitian Muh.Arif dan Chusnul (1997) pada tahun 118
orang ibu hamil di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang menunjukkan
hal yang sama yaitu makin tinggi tingkat pendidikan responden, makin
baik kualitas ANC dan pertolongan persalinannya dimana pada responden
yang tidak sekolah 50% memilih dukun sebagai tempat ANC dan
pertolongan persalinan. Keadaan ini senada dengan analisis hasil SDKI
1994 (Sarimawan Djaya, 2001) bahwa 77% persalinan di pedesaan yang
ditolong dukun, mayoritas dialami oleh ibu-ibu yang berpendidikan
rendah. Sedangkan hasil penelitian Syamsulhuda, Tinuk Istiarti, Emmy
Riyanti, Rony Aruben (2003) pada 60 ibu hamil di wilayah Puskesmas
Tegalrejo, Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa pada ibu-ibu yang
berpendidikan SD mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap manfaat
ANC.
Survei yang dilakukan Soemanto R.B., Prasojo J.B., Argyo
Demartoto (19943) di Boyolali dan Purwodadi menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan ibu hamil mempunyai hubungan yang positif terhadap
pelayanan kelahiran oleh bidan, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
(63)
Hal tersebut senada dengan survei Nepal Demographic and Health
Survey (NDHS) pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa di India ANC
berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan ibu hamil, di mana pada
perempuan yang berpendidikan tinggi 95% melakukan kunjungan ANC,
sedangkan pada perempuan yang tidak sekolah hanya 39% yang
melakukan ANC dan yang menggunakan dokter sebagai tenaga ANC naik
sampai 10% pada wanita tidak berpendidikan, sedang pada wanita
berpendidikan tinggi naik 66% (Vaessen, 2002: 139-168). Penelitian
tentang pengaruh penggunaan pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)
di Cebu, Philiphina juga menunjukkan bahwa pendidikan ibu sangat
berpengaruh terhadap ANC, khususnya pada masyarakat pedesaan, dimana
terjadi kenaikan ANC secara umum sebesar 11% dan pada ANC yang
standar sebesar 19% pada ibu-ibu yang mengalami kenaikan pendidikan
tiap tahunnya (Becker, et al, 1993: 77-89).
Penelitian tentang kegunaan pelayanan kesehatan pada 625
keluarga dan 719 perempuan usia 15-54 tahun di Nepal Tengah juga
menunjukkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih banyak
menggunakan fasilitas kesehatan modern dibandingkan dengan wanita
yang buta huruf (Niraula, 1994:151-166).
Hasil penelitian dan beberapa studi di atas menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kualitas
kelengkapan pelayanan antenatal nya. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan ibu hamil yang memadai akan mampu menumbuhkan
(64)
kehamilannya (Sapta A., Agustono, dan Minar F., 2001:57-71) Menurut
Sudarto (2000) rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan wanita kurang
lengkap terhadap pembaharuan dan pengetahuan reproduksi yang sehat,
sehingga dapat mempengaruhi terhadap kelengkapan pelayanan antenatal
nya.
2. Variabel yang Tidak Berpengaruh terhadap Kelengkapan Pelayanan Antenatal
Hasil analisis regresi ganda logistik (Tabel 8) menunjukkan bahwa
variabel : umur ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak/paritas, biaya
pelayanan antenatal dan tenaga pemberi pelayanan antenatal tidak mempunyai
pengaruh yang bermakna dengan kelengkapan pelayanan antenatal.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak nampak perbedaan pengaruh
antara variabel : umur ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak/paritas, biaya
pelayanan antenatal dan tenaga pemberi pelayanan antenatal tidak mempunyai
pengaruh yang bermakna dengan kelengkapan pelayanan antenatal. Ada
beberapa hal yang menyebabkan variabel tersebut tidak berpengaruh secara
signifikan oleh beberapa hal. Berikut penjelasan lebih rinci per variabel di
bawah ini:
a. Umur Ibu Hamil
Hasil analisis regresi ganda logistik (Tabel 8) menunjukkan bahwa
umur ibu hamil tidak mempunyai pengaruh yang bermakna dengan
kelengkapan pelayanan antenatal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu
hamil peserta JPKM yang berusia lebih dari 25 tahun persentase
kelengkapan pelayanan antenatalnya cenderung sama jika dibandingkan
(65)
menunjukkan faktor umur memiliki kurang berperan dalam pemeriksaan
dan perawatan kehamilan, sebab ibu hamil dengan usia muda keadaannya
belum siap menghadapi kehamilan dan merupakan faktor penyulit.
Menurut Jaswadi dkk (2000) usia ibu hamil terlalu muda (kurang
dari 20 tahun) dan diatas 35 tahun merupakan faktor penyulit dalam
kehamilan, sebab ibu hamil terlalu muda keadaan tubuhnya belum siap
menghadapi kehamilan, sedangkan usia di atas 35 tahun apabila
mengalami komplikasi maka resiko kesulitas lebih besar.
Pernikahan pada usia remaja serta kehamilan pada usia muda
sangat merugikan wanita secara fisik dan mental, sehingga kunjungan
antenatalnya juga harus lebih sering. Untuk perlakukan dan perawatan
kehamilan yang dibutuhkannya.
b. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga tidak mempunyai pengaruh yang bermakna
dengan kelengkapan pelayanan antenatal. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ibu hamil yang pendapatan keluarganya tinggi persentase
kelengkapan pelayanan antenatalnya hampir sama dibanding yang
berpenghasilan rendah.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil studi Peacock, Band,
Anderson (1995) pada 1513 ibu hamil menunjukkan bahwa rendanya
pendapatan keluarga, minimnya pendidikan, depresi, hubungan sosial yang
rendah berpengaruh signifikan terhadap kelahiran belum genap bulan
(preterm delivey). Hal ini menunjukkan bahwa pada ibu-ibu yang
(66)
tidak bisa menjaga dan merawat kehamilannya sesuai standar yang
ditentukan (minimal K4).d
Menurut Azrul Azwar sejak krisis ekonomi kondisi kesehatan
khususnya perawatan maternal yang standar semakin mengkhawatirkan.
Penyebabnya adalah beban hidup yang ditanggung penduduk makin tinggi
sementara penghasilan keluarga tidak mencukupi untuk mengakses ke
pelatayanan kesehatan karena rata-rata tiap hari hanya berpenghasilan
Rp.5000,00 (Dursin, 2000).
Keterbatasan penghasilan keluarga juga menyebabkan terbatasanya
akses ke pelayanan kesehatan. Beberapa survei menunjukkan rendahnya
pendapatan keluarga khususnya di pedesaan, menyebabkan tidak
terjangkaunya akses ke pelayanan kesehatan dasar, misalnya ke dokter. Di
Indonesia pada tahun 1991 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan
pendapatan keluarga tinggi hampir 3 kali menggunakan tenaga kesehatan
untuk perawatan kesehatannya dibanding masyarakat yang berpenghasilan
rendah (World Bank, 1994; Kristanti, Tin Afifah, Yuana Wiryawan, 2002;
WHO, 2003).
Penelitian Muh Arif dan Chusnul (1997) menunjukkan dari 5% ibu
hamil yang tidak melakukan ANC semuanya dan keluarga berpendapatan
rendah (kurang dari Rp.200.000,00). Menurut Hani K. Atrash (1996)
berdasarkan survei Pertumbuhan Keluarga Nasional Washington
menunjukkan bahwa 61% ibu yang berpendapatan rendah kualitas
kehamilan dan persalinannya kurang baik dibandingkan dengan 29% ibu
(67)
Hasil penelitian dan beberapa studi di atas menunjukkan bahwa
pendapatan keluarga berpengaruh terhadap akses perawatan ibu hamil.
Pada ibu hamil yang pendapatan keluarganya tinggi cenderung dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan modern dengan baik, sedangkan pada
keluarga berpenghasilan rendah akan mengalami kesulitan dalam
mengakses pelayanan kesehatan selam kehamilannya.
Sebagai bentuk perhatian pemerintah Indonesia untuk rakyat
miskin maka diperkenalkan program kartu sehat pada tahun 1994 sebagai
bagian dari strategi mengurangi beban bagi rakyat miskin. Rakyat yang
tidak mampu bila membawa kartu sehat, maka mendapat bebas biaya
berobat di Puskesmas atau di rumah sakit (Marzolf, 2002:25). Masalahnya
kenyataan di lapangan masih banyak kepemilikan Kartu Sehat, sedangkan
keluarga yang kurang mampu justru tidak memiliki Kartu Sehat (Kristanti,
Tin Arifah, Yuana Wiryawan, 2002).
c. Jumlah Anak
Jumlah anak tidak mempunyai pengaruh yang bermakna dengan
kelengkapan pelayanan antenatal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah anak yang dimiliki ibu hamil, maka ada
kecenderungan semakin tidak lengkap pelayanan antenatalnya. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh adanya sikap pada ibu hamil yang telah
mempunyai anak bahwa mereka sudah berpengalaman, sehingga tidak
intensif merawat kehamilan dibandingkan mereka yang belum mempunyai
atau kurang dari 1 anak. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
(1)
Crosstabs
Case Processing Summary
120 100.0% 0 .0% 120 100.0%
Pendapatan ibu_kat * Kepersertaan JPKM
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Pendapatan ibu_kat * Kepersertaan JPKM Crosstabulation
55 50 105
52.5 52.5 105.0
91.7% 83.3% 87.5%
5 10 15
7.5 7.5 15.0
8.3% 16.7% 12.5%
60 60 120
60.0 60.0 120.0
100.0% 100.0% 100.0% Count
Expected Count % within
Kepersertaan JPKM Count
Expected Count % within
Kepersertaan JPKM Count
Expected Count % within
Kepersertaan JPKM <=
Rp.20000
> Rp.20000 Pendapatan
ibu_kat
Total
Tidak anggota JPKM
Anggota JPKM Kepersertaan JPKM
(2)
Lanjutan Lampiran 6.
___ ____ ____ ____ ____ tm /__ / ____/ / ____/
___/ / /___/ / /___/ 7.0 Copyright 1984-2002 Statistics/Data Analysis Stata Corporation 4905 Lakeway Drive
College Station, Texas 77845 USA
800-STATA-PC http://www.stata.com 979-696-4600 stata@stata.com 979-696-4601 (fax)
Single-user Stata for Windows perpetual license: Serial number: 1970524539
Licensed to: Bhisma Murti IKM FK-UNS
Notes:
1. (/m# option or -set memory-) 0.98 MB allocated to data
. use "F:\S2 MKK\Sutanto\sutanto_data.dta"
. svytab jpkm anc, count row
pweight: <none> Number of obs = 120 Strata: <one> Number of strata = 1 PSU: <observations> Number of PSUs = 120 Population size = 120
| Kelengkapan kepersert |pemeriksan antenatal aan jpkm | <4x >=4x Total tidak an | 39 21 60 | .65 .35 1 |
anggota | 28 32 60 | .4667 .5333 1 |
Total | 67 53 120 | .5583 .4417 1 Key: counts
row proportions
Pearson:
Uncorrected chi2(1) = 4.0890
Design-based F(1, 119) = 4.0549 P = 0.0463
. sum dap_kel usia ank_ke uang transpot
Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max dap_kel | 120 813333.3 354175.8 400000 3000000 usia | 120 26.275 4.757943 17 39 ank_ke | 120 1.791667 1.044359 1 5 uang | 120 547500 730541.7 0 7500000 transpot | 120 3570.833 4005.404 0 40000
(3)
Two-sample t test with equal variances
Group | Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval] ---+---tidak an | 60 880000 56363.43 436589.2 767217 992783 anggota | 60 746666.7 29820.95 230992.1 686995.1 806338.2 ---+---combined | 120 813333.3 32331.68 354175.8 749313.4 877353.3 diff | 133333.3 63766.18 7058.946 259607.7 ---Degrees of freedom: 118
Ho: mean(tidak an) - mean(anggota ) = diff = 0
Ha: diff < 0 Ha: diff ~= 0 Ha: diff > 0 t = 2.0910 t = 2.0910 t = 2.0910 P < t = 0.9807 P > |t| = 0.0387 P > t = 0.0193
. ttest usia, by (jpkm)
Two-sample t test with equal variances
Group | Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval] ---+---tidak an | 60 26.21667 .599478 4.643536 25.01711 27.41622 anggota | 60 26.33333 .6336455 4.908197 25.06541 27.60125 ---+---combined | 120 26.275 .4343388 4.757943 25.41497 27.13503 diff | -.1166667 .8722846 -1.844028 1.610694 ---Degrees of freedom: 118
Ho: mean(tidak an) - mean(anggota ) = diff = 0
Ha: diff < 0 Ha: diff ~= 0 Ha: diff > 0 t = -0.1337 t = -0.1337 t = -0.1337 P < t = 0.4469 P > |t| = 0.8938 P > t = 0.5531
. ttest ank_ke, by (jpkm)
Two-sample t test with equal variances
Group | Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval] ---+---tidak an | 60 1.85 .1481048 1.147215 1.553643 2.146357 anggota | 60 1.733333 .1208881 .9363953 1.491437 1.97523 ---+---combined | 120 1.791667 .0953365 1.044359 1.602891 1.980442 diff | .1166667 .1911778 -.2619175 .4952508 ---Degrees of freedom: 118
Ho: mean(tidak an) - mean(anggota ) = diff = 0
Ha: diff < 0 Ha: diff ~= 0 Ha: diff > 0 t = 0.6103 t = 0.6103 t = 0.6103 P < t = 0.7286 P > |t| = 0.5429 P > t = 0.2714
(4)
. ttest uang, by (jpkm)
Two-sample t test with equal variances
Group | Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval] ---+---tidak an | 60 488333.3 39476.92 305786.9 409340.2 567326.5 anggota | 60 606666.7 127527.9 987827 351483.9 861849.4 ---+---combined | 120 547500 66689.03 730541.7 415449.1 679550.9 diff | -118333.3 133498.3 -382696.3 146029.7 ---Degrees of freedom: 118
Ho: mean(tidak an) - mean(anggota ) = diff = 0
Ha: diff < 0 Ha: diff ~= 0 Ha: diff > 0 t = -0.8864 t = -0.8864 t = -0.8864 P < t = 0.1886 P > |t| = 0.3772 P > t = 0.8114
. ttest transport, by (jpkm) variable transport not found r(111);
. ttest transpot, by (jpkm)
Two-sample t test with equal variances
Group | Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval] ---+---tidak an | 60 4008.333 681.3176 5277.464 2645.02 5371.647 anggota | 60 3133.333 261.9642 2029.166 2609.144 3657.522 ---+---combined | 120 3570.833 365.6417 4005.404 2846.826 4294.84 diff | 875 729.9445 -570.4888 2320.489 ---Degrees of freedom: 118
Ho: mean(tidak an) - mean(anggota ) = diff = 0
Ha: diff < 0 Ha: diff ~= 0 Ha: diff > 0 t = 1.1987 t = 1.1987 t = 1.1987 P < t = 0.8835 P > |t| = 0.2330 P > t = 0.1165
. svytab anc edudic, count row
pweight: <none> Number of obs = 120 Strata: <one> Number of strata = 1 PSU: <observations> Number of PSUs = 120 Population size = 120
---Kelengkap |
an | pemeriksa |
n | Pendidikan ibu antenatal | SD SMP Total
(5)
<4x | 25 42 67 | .3731 .6269 1 |
>=4x | 10 43 53 | .1887 .8113 1 |
Total | 35 85 120 | .2917 .7083 1 Key: counts
row proportions
Pearson:
Uncorrected chi2(1) = 4.8733
Design-based F(1, 119) = 4.8327 P = 0.0299
. svytab jpkm edudic, count row
pweight: <none> Number of obs = 120 Strata: <one> Number of strata = 1 PSU: <observations> Number of PSUs = 120 Population size = 120
---kepersert | Pendidikan ibu aan jpkm | SD SMP Total tidak an | 19 41 60 | .3167 .6833 1 |
anggota | 16 44 60 | .2667 .7333 1 |
Total | 35 85 120 | .2917 .7083 1 Key: counts
row proportions
Pearson:
Uncorrected chi2(1) = 0.3630
Design-based F(1, 119) = 0.3600 P = 0.5496
. svytab edudic jpkm, count row
pweight: <none> Number of obs = 120 Strata: <one> Number of strata = 1 PSU: <observations> Number of PSUs = 120 Population size = 120
---Pendidika | kepersertaan jpkm n ibu | tidak an anggota Total SD | 19 16 35 | .5429 .4571 1 |
SMP | 41 44 85 | .4824 .5176 1 |
Total | 60 60 120 | .5 .5 1
(6)
Key: counts
row proportions
Pearson:
Uncorrected chi2(1) = 0.3630
Design-based F(1, 119) = 0.3600 P = 0.5496