BAB II KONSEP BUDAYA ORGANISASI
Menurut Robbin 1991:572, budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu;
suatu sistem dari makna bersama. Budaya organisasi memiliki kepribadian yang menunjukkan ciri suasana psikologis organisasi,
yang memiliki arti penting bagi kehidupan organisasi, kenyamanan, kelancaran, dan keefektifan organisasi. Suasana psikologis terbangun
pola-pola kepercayaan, ritual, mitos, serta praktek-praktek yang telah berkembang sejak lama, yang pada gilirannya menciptakan
pemahaman yang sama diantara para anggota organisasi mengenai bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana para anggota
harus berperilaku. Dalam hal ini sebagaimana yang dinyatakan Peterson 1994, bahwa budaya organisasi itu mencakup keyakinan,
ideologi, bahasa, ritual, dan mitos dan pada akhirnya Creemers dan Reynold 1993 menyimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
keseluruhan norma, nilai, keyakinan, dan asumsi yang dimiliki oleh anggota di dalam organisasi.
Oleh karena itu, budaya organisasi itu berwujud dalam filosofi, ideologi, nilai-nilai, asumsi-asumsi, keyakinan, serta sikap dan norma
bersama anggota organisasi tersebut dalam memandang berbagai realitas, terutama berkaitan dengan permasalahan internal maupun
eksternal organisasi. Senada dengan itu, Owens 1995 mendefinisikan budaya
organisasi sebagai “… the body of solution to external and internal problems that
has worked consistenly for a group and that is therefore
5
taught to new members as the correct way to perceive, think about and feel in relation to those problem …”.
Budaya organisasi didefinisikan sebagai pola pemecahan masalah eksternal dan internal yang diterapkan secara konsisten bagi
suatu kelompok, dan oleh karenanya diajarkan kepada anggota- anggota baru sebagai cara yang benar dalam memandang,
memikirkan, dan memecahkan masalah yang dihadapi tersebut. Dengan demikian budaya atau kultur organisasi dapat
didefinisikan sebagai kualitas kehidupan the quality of life dalam sebuah organisasi, termanifestasikan dalam aturan-aturan atau
norma, tatakerja, kebiasaan kerja work habits, gaya kepemimpinan operating styles of principals seorang atasan maupun bawahan
Hodge Anthony, 1988. Kualitas kehidupan organisasi, baik yang terwujud dalam kebiasaan kerja maupun kepemimpinan dan
hubungan tersebut tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan keyakinan tertentu yang dianut organisasi. Karena itu, budaya
organisasi banyak didefinisikan juga sebagai spirit dan keyakinan sebuah organisasi yang mendasari lahirnya aturan-aturan, norma-
narma dan nilai-nilai yang mengatur bagaimana seseorang harus bekerja, struktur yang mengatur bagaimana seorang anggota
organisasi berhubungan secara formal maupun informal dengan orang lain, sistem dan prosedur kerja yang mengatur bagaimana
kebiasaan kerja seharusnya dimiliki seorang pemimpin maupun anggota organisasi Torrington Weightman, dalam Preedy, 1993.
Berdasarkan pengertian budaya atau kultur organisasi di atas, sebenarnya konsep budaya atau kultur dapat dipahami dari dua sisi,
yaitu 1 memahami ditinjau dari sudut sumbernya, 2 dan memahami dari sisi manifestasi atau tampilannya. Budaya atau kultur
6
bersumber dari spirit dan nilai-nilai kualitas kehidupan. Beberapa spirit dan nilai-nilai yang patut dianut sebuah organisasi, sebagaimana
disarankan oleh Torrington Weightman, dalam Preedy 1993 diantaranya adalah spirit dan nilai-nilai disiplin, spirit dan nilai-nilai
tanggung jawab, spirit dan nilai-nilai kebersamaan, spirit dan nilai-nilai keterbukaan, spirit dan nilai-nilai kejujuran, spirit dan nilai-nilai
semangat hidup, spirit dan nilai-nilai sosial dan menghargai orang lain, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan budaya atau kultur
dipahami dari sisi manifestasi atau tampilannya yaitu dengan cara merasakan atau mengamati manifestasi atau tampilan yang tercermin
dalam aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang mengatur bagaimana pemimpin dan anggota organisasi seharusnya bekerja,
struktur organisasi yang mengatur bagaimana seorang anggota organisasi seharusnya berhubungan secara formal maupun informal
dengan orang lain, sistem dan prosedur kerja seharusnya diikuti, dan kebiasaan kerja dimiliki seorang pemimpin maupun anggota
organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, budaya atau kultur
organisasi mengikat anggota menjadi suatu kesatuan yang utuh dan senantiasa diajarkandisampaikan kepada setiap anggota baru
organisasi atau dengan kata lain bahwa budaya organisasi merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman,
dan harapan-harapan yang diyakini oleh anggota organisasi atau kelompok serta dijadikan sebagai pedoman bagi perilaku dan
pemecahan masalah yang dihadapi Hodge Anthony, 1988 dan merupakan proses sosialisasi anggota organisasi untuk
mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi
7
Sonhadji, 1991 berdasarkan spirit dan keyakinan tertentu yang dianut organisasi.
Ada seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi. Riset yang paling baru mengemukakan tujuh karakteristik
primer berikut yang menangkap hakikat dari budaya suatu organisasi. Tujuh karakteristik budaya organisasi tersebut, yaitu: 1 inovasi dan
pengambilan risiko, sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil risiko, 2 perhatian ke rincian, sejauh mana
para karyawan diharapkan mem-perlihatkan presisi kecermatan, analisis, dan perhatian kepada rincian, 3 orientasi hasil, sejauh
mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu, 4
orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam
organisasi itu, 5 orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu-individu, 6
keagresifan, sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai, dan 7 kemantapan, sejauh mana kegiatan
organisasi menekankan dipertahankannya status quo daripada pertumbuhan Robbin, 2003.
Sehubungan dengan itu, Harris 1998 mengemukakan ciri-ciri budaya dalam organisasi yang disebut sebagai dimensi dari
organisasi. Ciri-ciri tersebut, yaitu: “…..1 tujuan dan misi, 2 sikap, keyakinan, prinsip-prinsip, dan
philosophi, 3 perioritas, nilai, etika, status, dan system hadiah, 4 norma dan peraturan, 5 desain struktur organisasi, dan
teknologi, 6 kebijakan, prosedur, dan proses-proses, 7 system komunikasi, bahasa, dan terminologi, 8 pengawasan, pelaporan,
dan praktik personal, 9 membuat keputusan, memecahkan masalah, dan resolusi konflik, 10 kompensasi, pengakuan, dan
8
promosi, 11 ruang dan lingkungan kerja, dan 12 kepemimpinan”.
DeRoche 1987 mengemukakan empat ciri budaya organisasi yang efektif sebagai berikut: 1 struktur dan perintah, 2 dukungan
bagi interaksi social, 3 dukungan bagi kegiatan-kegiatan intelektual atau belajar, dan 4 komitmen yang kuat terhadap visi dan misi
organisasi. Sedangkan hasil penelitian Soetopo 2001 ada dua belas karakteristik budaya organisasi, yaitu: nilai-nilai keteladanan,
tanggung jawab, kebersamaan, otonomi individu, tata aturannorma, dukungan, identitas, hadiah, performansi, toleransi konflik, toleransi
resiko, dan upacara simbolik. Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu dimensi yang
tidak tampak intangiable dan dimensi yang tampak tangiable. Dimensi yang tidak tampak yaitu meliputi: spiritnilai-nilai, keyakinan,
dan idiologi yang dimanifestasikan dalam dimensi yang tampak, meliputi: kalimat, baik tertulis maupun lisan yang digunakan, perilaku
yang ditampilkan, bangunan, fasilitas, serta benda yang digunakan di sekolah Calldwell dan Spinks, 1993.
Sedangkan Sergiovanni 1987:128 mengutip pendapat Lundberg menyebutkan bahwa budaya organisasi muncul dalam empat
tingkatan, yaitu 1 artifacts, 2 perspectives, 3 values, dan 4
assumption. Pada tingkatan artifacts, budaya organisasi terwujud
dalam ceritakisah, mitos, ritual, seremoni, serta produk-produk yang merupakan yang merupakan simbolisasi nilai-nilai. Wujud budaya
organisasi pada tingkatan perspectives adalah peraturan-peraturan
dan norma yang dijadikan acuan dalam menyelesaikan problema yang dihadapi oleh organisasi dan menjadi pedoman bersikap dan
berperilaku anggota. 9
Wujud budaya organisasi pada tingkatan values adalah nilai yang
dijadikan acuan dalam segala keputusan dan tindakan anggota organisasi serta yang mencerminkan tujuan, identitas, dan standar
penilaian terhadap segala sesuatu. Sedang wujud budaya organisasi
pada tingkatan assumption merupakan pandangan anggota
organisasi mengenai dirinya dan orang lain yang mengarahkan pada hubungan antara dirinya dengan orang lain tempat ia berada.
Budaya organisasi menjalankan sejumlah fungsi di dalam sebuah organisasi. Fungsi-fungsi budaya organisasi, yaitu: 1 berperan
menetapkan tapal batas; artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain, 2 membawa suatu
rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi, 3 mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri pribadi seseorang, dan 4 meningkatkan kemantapan sistem sosial organisasi Robbin, 2003. Senada
pendapat tersebut di atas, Greemers Reynold 1993 mengemukakan bahwa fungsi budaya organisasi adalah 1
memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi, 2 memunculkan komitmen terhadap visi dan misi organisasi, 3
membimbing dan membentuk standart perilaku anggota organisasi, dan 4 meningkatkan stabilitas sistem sosial.
Khususnya fungsi keempat, baik yang dikemukakan oleh Robbin maupun Greemers Reynold tersebut di atas, budaya organisasi
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk
apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh anggota-anggota organisasi. Budaya organisasi berfungsi sebagai mekanisme pembuat
10
makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku anggota-anggota organisasi.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap anggota organisasi merupakan bagian dari organisasi, yang
secara psikologis dan emosional terhadap organisasinya akan menyatu dan melebur dengan komponen lainnya. Semakin kuat
ikatan psikologis dan emosional antara anggota organisasi, maka semakin kuat komitmen, rasa identitas, memegang standar perilaku
dan mantapnya stabilitas sistem sosial organisasi.
11
BAB III PENGEMBANGAN BUDAYA MUTU SEKOLAH