PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

KURIKULUM 2013 SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 METRO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

FENI SETIANINGSIH

Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis cerita pendek

berdasarkan Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran, (2)

pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran menulis cerita pendek

berdasarkan Kurikulum 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber

data dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan

Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro yang difokuskan pada

perencanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran (aktivitas guru dan

aktivitas siswa), dan penilaian pembelajaran. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, rekaman, dan wawancara. Teknik

analisis data pada penelitain ini adalah (1) mengamati dan menganalisis rencana

pelaksanaan pembelajaran, (2) mendokumentasikan dan mengamati pelaksanaan

dan penilaian pembelajaran, dan (3) menyimpulkan perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melakukan tiga tahapan dalam

pembelajaran

yang

meliputi

perencanaan

pembelajaran,

pelaksanaan

pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Pada perencanaan pembelajaran, guru

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan komponen-komponen

RPP pada Kurikulum 2013. Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat dua

aktivitas, yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas yang dilakukan guru

meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup. Pada kegiatan inti terjadi aktivitas siswa yang meliputi (1)

aktivitas mengamati, (2) aktivitas menanya, (3) aktivitas mencoba, (4) aktivitas

menalar, dan (5) aktivitas mengomunikasikan. Penilaian yang dilakukan oleh guru

mencakup penilaian kompetensi sikap dengan teknik observasi langsung,

penilaian kompetensi pengetahuan dengan teknik tes tulis dan tes lisan, dan

penilaian kompetensi keterampilan dengan teknik tes praktik.


(2)

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

FENI SETIANINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2015


(3)

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

FENI SETIANINGSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

Bagan

Halaman

Struktur Teks Cerita Pendek ... 49


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

4.1

Siswa Memberi Salam dan Guru Memulai Kegiatan Apersepsi dan

Motivasi... 87

4.2

Guru Mengaitkan Materi Pelajaran dengan

Pembelajaran Sebelumnya ... 89

4.3

Guru Menyampaikan Manfaat dari Materi Pembelajaran ... 90

4.4

Guru Mendemonstrasikan Penggunaan Teks Cerpen ... 92

4.5

Guru Menyampaikan Kemampuan yang Ingin Dicapai Siswa ... 93

4.6

Guru Menyampaikan Rencana Kegiatan... 95

4.7

Siswa Aktif dalam Pembelajaran ... 105

4.8

Siswa Maju dan Membacakan Hasil Karyanya di Depan Kelas ... 112

4.9

Guru Membantu Kelompok dalam Menganalisis Struktur

Cerita Pendek ... 114

4.10

Guru Menghampiri Setiap Kelompok ... 116

4.11

Aktivitas Guru dalam Penguasaan Kelas ... 116

4.12

Guru Menanamkan Kebiasaan Positif Siswa ... 119

4.13

Aktivitas Tanya Jawab di dalam Kelas ... 121

4.14

Siswa Mencoba Membacakan Hasil Karyanya di Depan Kelas ... 123

4.15

Siswa Mengamati Teks Cerpen... 124

4.16

Siswa Menganalisis Teks Cerpen... 125

4.17

Siswa Bertanya pada Guru Mengenai Materi yang

Kurang Dipahami ... 127

4.18

Siswa Bertanya pada Guru Mengenai Materi yang

Kurang Dipahami ... 127

4.19

Guru Menyajikan Pembelajaran Sesuai Tema ... 128

4.20

Guru Mengaitkan Pembelajaran dengan Pembelajaran Lain ... 129

4.21

Guru Menumbuhkan Karakter Bekerja Sama pada Siswa ... 131

4.22

Guru Menyajikan Pembelajaran yang Menyenangkan ... 133

4.23

Guru Menyajikan Pembelajaran yang Aktif... 133

4.24

Guru Terampil Menggunakan Sumber Belajar ... 135

4.25

Guru Terampil Menggunakan Media Belajar ... 137

4.26

Menghasilkan Pesan yang Menarik... 138

4.27

Siswa Terlibat Aktif dalam Pembelajaran... 142

4.28

Guru Bersikap Terbuka pada Siswa ... 144

4.29

Guru Menunjukkan Hubungan yang Kondusif kepada Siswa ... 145


(6)

4.31

Guru Menciptakan Antusias Siswa dalam Pembelajaran... 146

4.32

Guru Berbahasa Lisan dengan Jelas dan Lancar ... 148

4.33

Guru Melakukan Aktivitas Refleksi... 150

4.34

Siswa Melakukan Tes Menulis Cerita Pendek ... 151

4.35

Guru Mengumpulkan Tugas Siswa ... 152

4.36

Aktivitas Mengamati Siswa dalam Pembelajaran ... 155

4.37

Aktivitas Menanya Siswa dalam Pembelajaran ... 156

4.38

Aktivitas Mencoba Siswa (Menulis Cerita Pendek)

dalam Pembelajaran ... 157

4.39

Aktivitas Mencoba Siswa (Menulis Cerita Pendek)

dalam Pembelajaran ... 157

4.40

Aktivitas Menalar Siswa dalam Pembelajaran ... 158

4.41

Aktivitas Mengomunikasikan Siswa dalam Pembelajaran ... 158


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran ... 10

2.1.1 Kurikulum 2013 ... 11

2.1.1.1 Pendekatan Ilmiah (

Scientific Approach

) ... 12

2.1.1.2 Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 13

2.1.2 Komponen Pembelajaran... 15

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran... 15

2.1.2.2 Strategi Pembelajaran ... 19

2.1.2.3 Teknik Pembelajaran... 20

2.1.2.4 Metode Pembelajaran... 21

2.1.2.5 Media Pembelajaran... 21

2.2 Tahapan Pembelajaran ... 24

2.2.1 Perencanaan Pembelajaran ... 24

2.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran... 27

2.2.2.1 Aktivitas Peserta Didik ... 28

2.2.2.2 Peranan Guru dalam Pembelajaran ... 30


(8)

2.3 Pembelajaran Menulis... 38

2.3.1 Pengertian Menulis ... 39

2.3.2 Keterpaduan Pembelajaran Menulis

dengan Pendidikan Karakter ... 40

2.4 Cerita Pendek ... 41

2.4.1 Ciri-Ciri Cerita Pendek... 41

2.4.2 Struktur Cerita Pendek ... 42

2.4.3 Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 51

3.2 Sumber Data... 51

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4 Teknik Analisis Data... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Perencanaan Pembelajaran... 59

4.2 Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaran ... 80

4.2.1 Hasil dan Pembahasan Aktivitas Siswa... 154

4.2.2 Hasil dan Pembahasan Indikator Menulis Cerita Pendek... 159

4.3 Hasil dan Pembahasan Penilaian Pembelajaran ... 164

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 169

5.2 Saran... 171

DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Pengamatan Perencanaan Pembelajaran ... 53

Tabel 3.2 Instrumen Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru ... 54

Tabel 3.3 Instrumen Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 56


(10)

(11)

(12)

(13)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Q.S. Al Insyirah: 5)

“Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar.”

(Q.S. Al Baqarah: 153)


(14)

Alhamdulillahirabbilalamin, dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang

kupersembahkan karyaku ini untuk Ibu dan Ayah yang senantiasa memberiku

kasih sayang yang tulus, nasihat, dukungan, doa yang tiada henti, dan

pengorbanan demi keberhasilanku.

Untuk pendamping hidupku, Hendri Patmono,

dan buah hatiku, Evandri Rizky Gumilang,

yang selalu menjadi penyemangatku, selalu mendukungku dalam suka dan duka,

dan selalu menjadi motivasiku dalam meraih cita-citaku. Terima kasih sayang

Untuk sahabat dan teman yang telah memberikan beraneka warna dan pelajaran

dalam kehidupanku, yang selalu berbagi dalam setiap kebahagiaan dan canda

tawa, dan selalu memberi saat aku membutuhkan. Terima kasih atas kebersamaan

yang kalian berikan selama ini


(15)

Penulis dilahirkan di Sukaraja Nuban, Lampung Timur pada 26

Februari 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara, puteri pasangan (alm) Suharto dan Bibit Atin.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1997 di SD Negeri 3 Negara Ratu

Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian, melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 1 Batanghari Nuban Lampung Timur pada tahun 2003

dan selesai pada tahun 2006. Dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis memulai pendidikan di Universitas Lampung. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2013 penulis mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang

diadakan oleh Universitas Lampung. Pengalaman mengajar didapatkan penulis

ketika melaksanakan PPL di SMA Negeri 2 Way Tenong, Lampung Barat pada

Tahun Pelajaran 2013/2014.


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan

terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1.

Dr. Mulyanto Widodo, M. Pd., selaku pembimbing I dan Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung yang telah begitu sabar membimbing dan mengarahkan

penulis selama proses penyusunan skripsi ini;

2.

Eka Sofia Agustina, S. Pd., M. Pd., selaku pembimbing II atas kesediaannya

memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, dan memberikan

motivasi-motivasi yang sangat membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3.

Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., penguji yang telah memberikan nasihat, arahan, dan

saran kepada penulis;

4.

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku pembimbing akademik yang

senantiasa memberikan pengarahan dan nasihat bagi penulis;


(17)

5.

Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung;

6.

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat;

7.

Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

beserta stafnya;

8.

Drs. Pairin, selaku guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Metro yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi;

9.

Suamiku tercinta, Hendri Patmono yang selalu sabar dan memberi penulis

motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini;

10. Buah hatiku tersayang, Evandri Rizky Gumilang yang selalu menjadi

penyemangat dan kekuatan dalam hidup penulis;

11. Orang tuaku tercinta, Ibu Bibit Atin dan (Alm) Bapak Suharto yang selalu

memberi kasih sayang dan memberi ketenangan saat kesulitan, serta untaian

doa yang diberikan untuk keberhasilan penulis;

12. Adik dan sepupuku tersayang, Deni Saputra, Indra Kurniawan, dan Nanda

Kurniawan yang selalu bisa menghibur penulis selama ini;

13. Keluarga besarku yang senantiasa menantikan kelulusanku dengan

memberikan dorongan, semangat, dan doa;

14. Sahabat-sahabatku Nani, Nindi, Emi, Ayu, dan Ika yang selama ini selalu

memberi motivasi, dukungan, saling mendoakan, saling menghibur ketika

sedih, selalu memberi solusi saat sedang sulit, dan saling melengkapi.

Semoga persahabatan kita terus terjalin selamanya;


(18)

15. Teman-teman Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

angkatan 2009, terima kasih untuk kebersamaan, persahabatan, dan doa yang

teman-teman berikan;

16. Teman-teman sepejuangan KKN/PPL di Padang Tambak dan SMA Negeri 2

Way Tenong (Pak kordes (Airlangga), Lilis, Kiki, Eko, Sulis, Sisca, Agita,

Wayan, Diah, dan Feri.

17. Adik tingkat angkatan 2010, Eka, Devita, Dona, Ria, Lusy, Juwiza, dan

Novala terima kasih atas masukan-masukan yang telah diberikan dalam

penyelesaian skripsi ini;

Semoga Allah Swt. selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu

dan rekan-rekan semua. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan

pendidikan, khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah,

amin.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis,


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan salah satu upaya membentuk kehidupan bangsa yang

lebih baik. Pembelajaran terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 2006, pemerintah Indonesia

mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai

kurikulum yang digunakan dalam pendidikan Indonesia. Namun, seiring tuntutan

zaman, pada tahun 2013 pemerintah Indonesia mengubah KTSP menjadi

Kurikulum 2013. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat

menghasilkan generasi bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif,

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Pengembangan kurikulum ini difokuskan pada pembentukan kompetensi dan

karakter peserta didik berupa panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep

yang dipelajarinya secara kontekstual (Mulyasa, 2013: 65).

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah (

scientific approach

) pada

proses pembelajaran di kelas. Pendekatan ilmiah memfokuskan pembelajaran

pada ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal tersebut telah disesuaikan

dengan tujuan Kurikulum 2013 yaitu menghasilkan peserta didik yang beriman


(20)

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, inovatif, mandiri, dan

bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan tersebut, maka peserta didik dituntut

untuk melakukan aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan

membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (Kemendikbud, 2013).

Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk

menyebarkan pengetahuan dari seseorang ke orang lain. Seperti yang disampaikan

Sunaryo (dalam Suyanto, 2011: 19), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa

Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, bahasa Indonesia

di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,

yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana

berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan

teknologi tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam daya nalar, menjadikan

bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Olah karena itu, jika cermat dalam

menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa

merupakan cerminan dari daya nalar (pikiran).

Pada Kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia ditempatkan sebagai mata

pelajaran pusat dari semua pelajaran lain. Hal ini tertera dalam buku siswa yang

merupakan buku pedoman wajib pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum

2013. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, Bahasa Indonesia diajarkan

bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang

mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi dari penggunanya pada


(21)

konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang

mengungkapkan makna secara kontekstual (Kemendikbud, 2013).

Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki dua materi untuk dipelajari, yaitu

kebahasaan dan kesastraan. Dengan mempelajari Bahasa Indonesia maka siswa

diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan juga memiliki

kemampuan memaknai kehidupan yang diajarkan melalui sebuah karya sastra.

Namun, pembelajaran sastra di sekolah-sekolah belum sampai pada tahap

apresiatif karena hanya diajarkan sebatas materi dan definisi tentang sastra dan

macam-macam sastra, sehingga belum banyak siswa yang mencintai sastra dan

memiliki keinginan untuk menciptakan sebuah karya sastra.

Pembelajaran sastra yang apresiatif akan membina siswa dalam berbagai sisi, baik

sisi intelektual, emosional, maupun spritualnya. Mengingat pengertian sastra yang

merupakan karangan faktual imajinatif yang bersifat menyenangkan dan

bermanfaat dengan menggunakan bahasa sebagai media utamanya (Abidin, 2012:

208). Sastra merupakan karya yang berasal dari hidup dan kehidupan manusia

sehingga sastra tetap merupakan sesuatu yang bermanfaat karena memberikan

sejumlah pengalaman bagi pembaca dalam memaknai hidup dan kehidupannya.

Dengan bersastra, seseorang dapat memberikan sesuatu yang berguna untuk orang

lain melalui karya sastra yang diciptakannya.

Keinginan siswa untuk belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari

dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar berupa dukungan dan bantuan

orang lain yang dalam hal ini adalah guru di sekolah. Guru memiliki peran yang

sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.


(22)

Karena guru memiliki peran penting dalam pembelajaran yaitu sebagai fasilitator

dan juga motivator yang membantu siswa menguasai materi yang diajarkan.

Mengingat pentingnya peran seorang guru dalam keberhasilan proses

pembelajaran di sekolah maka guru sebagai

tenaga pendidik

bertugas

merencanakan

dan

melaksanakan

proses

pembelajaran,

menilai

hasil

pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Hal ini sejalan

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Kemendikbud, 2013).

Dengan adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa, maka tujuan itu akan

terlaksana dengan baik pula.

Keberhasilan interaksi yang dilakukan antara guru dan siswa dipengaruhi oleh

kemampuan berbahasa yang dimiliki satu sama lain. Terdapat empat keterampilan

berbahasa, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan mendengarkan. Salah satu

keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa adalah keterampilan menulis.

Mengingat Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah yang memfokuskan

pembelajaran pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, dan pembelajaran

Bahasa Indonesia yang berbasis teks maka keterampilan menulis perlu

ditingkatkan untuk mencapai ranah pengetahuan dan keterampilan.

Tujuan pembelajaran menulis adalah menumbuhkan kecintaan menulis pada diri

siswa. Tujuan ini menjadi sangat penting sebab mencintai menulis adalah modal

awal bagi siswa agar mau menulis sehingga ia akan menjadi seorang yang terbiasa


(23)

menulis (Abidin, 2012: 187). Kegiatan menulis dilakukan untuk menyalurkan ide,

informasi, dan komunikasi secara tidak langsung melalui tulisan. Kegiatan

menulis juga dapat membentuk karakter siswa yang produktif, kreatif, dan

ekspresif. Oleh karena itu, guru harus dapat menjadikan siswa gemar menulis agar

kemampuan berkomunikasi siswa semakin baik.

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa yang sangat

populer di kalangan masyarakat. Suyanto (2012: 46) mengartikan cerita pendek

adalah cerita berbentuk prosa yang pendek. Pendek memiliki arti yang sangat

relatif, dalam hal ini bisa diartikan habis dibaca sekali duduk. Menulis cerita

pendek memiliki tujuan untuk mengekspresikan perasaan penulis dan juga

menyalurkan pikiran penulis mengenai berbagai peristiwa dalam hidupnya. Cerita

pendek merupakan salah satu materi ajar yang dapat meningkatkan keterampilan

menulis pada siswa. dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran menulis

cerita pendek menjadi sangat penting karena dapat merangsang siswa gemar

menulis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Selain itu juga, siswa dapat mengekspresikan

hidupnya dalam berbagai peristiwa dalam bentuk tulisan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang SMP kelas VII terdapat materi

menulis cerita pendek. Kurikulum 2013 memuatnya dalam materi cerita pendek

Indonesia, subtema cerita pendek, yang tertuang pada empat kompetensi dasar

(KD), yaitu 1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai

anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan

tulis, 2.2 Memiliki perilaku percaya diri dan tanggung jawab dalam membuat


(24)

tanggaan pribadi atas karya budaya masyarakat Indonesia yang penuh makna, 3.1

Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan

cerita pendek baik lisan maupun tulisan, dan 4.2 Menyusun teks hasil observasi,

tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek.

Penelitian tentang pembelajaran menulis cerita pendek pernah dilakukan

sebelumnya

oleh Yanti Jelita dengan judul penelitian

pembelajaran menulis

cerita pendek pada siswa kelas X di Madrasah Al-Fatah Natar Lampung Selatan

2012/2013”. Namun

, terdapat perbedaan antara penelitian yang pernah dilakukan

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pertama, perbedaan kurikulum

yang digunakan, penelitian yang sebelumnya menggunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) sedangkan penelitian yang dilakukan penulis

menggunakan Kurikulum 2013. Kedua, jenjang pendidikan yang akan diteliti,

penelitian sebelumnya dilakukan pada jenjang kelas X SMA/sederajat sedangkan

penelitian yang dilakukan penulis pada jenjang kelas VII SMP/sederajat.

Peneliti memilih SMP Negeri 4 Metro sebagai lokasi penelitian karena sekolah

tersebut merupakan sekolah favorit di Kota Metro. Pada tahun 2013, SMP Negeri

4 Metro mendapat juara 1 cipta cerpen tingkat provinsi dan berkesempatan untuk

mengikuti Festival Lomba Seni Siswa Nasional di Medan, Sumatera Utara. Hal

itu menjadi pertimbangan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, maka merasa penting melalukan

penelitian dengan judul pembelajaran menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.


(25)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut

“Bagaimanakah Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Siswa

Berdasarkan

Kurikulum 2013

Kelas VII SMP Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014?”

yang mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan

Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran

2013/2014?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan

Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran

2013/2014?

3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan

Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran

2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran menulis

cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro

Tahun Pelajaran 2013/2014 yang mencakup hal-hal- sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013

siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014.

2. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013

siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014.

3. Penilaian pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013

siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2013/2014.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik penulis,

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan pembaca lainnya. Adapun manfaat

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan penulis sebagai calon guru

Bahasa Indonesia dalam membelajarkan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya

pembelajaran menulis cerita pendek.

2. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu informasi bagi guru Bahasa Indonesia ketika

membelajarkan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas, terutama pada

pembelajaran menulis cerita pendek sehingga guru dapat menyiapkan

perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.

3. Peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan pembaca tentang pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis

cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013.

1.5 Ruang Lingkup dan Objek Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah semua pihak yang ada di dalam pembelajaran

menulis teks cerpen, yaitu guru Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII

SMP Negeri 4 Metro dan peserta didik kelas VII SMP Negeri 4 Metro yang

mengikuti pembelajaran tersebut.


(27)

2. Objek penelitian ini adalah semua aktivitas dan kegiatan dalam pembelajaran

menulis teks cerita pendek yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik

SMP Negeri 4 Metro, serta komponen-komponen pendukung lainnya, seperti

media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.

3. Lokasi penelitian di SMP Negeri 4 Metro, Kecamatan Metro Timur, Kota

Madya Metro.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan antara pendidik

(guru) dengan peserta didik. Proses tersebut bertujuan untuk melatih peserta didik

agar memiliki pengetahuan sesuai perkembangan zaman, memiliki sikap yang

positif, keterampilan, dan pandangan yang mantap akan masa depan, agar peserta

didik dapat berinteraksi dengan baik di kehidupan nyata.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, meterial,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2007: 57). Manusia

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri atas siswa, guru, dan tenaga lainnya,

misalnya tenaga laboratorium.

Material

, meliputi buku-buku, papan tulis, kapur,

fotografi, slide dan film, audio dan video tape.

Fasilitas

dan

perlengkapan

terdiri

atas ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer.

Prosedur

, meliputi

jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan

sebagainya.

Menurut Suparman (dalam Wardoyo, 2013: 5), menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif

melalui pengidentifikasian masalah pengembangan strategi, dan bahan


(29)

instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional

tersebut untuk menentukan

apa yang harus direvisi. Menyusun desain

pembelajaran perlu memperhatikan tujuan dari pembuatan desain pembelajaran

tersebut adalah untuk membuat langkah kerja seorang guru lebih sistematis agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2.1.1 Kurikulum 2013

Kurikulum dalam dunia pendidikan selalu berkembang sesuai tuntutan zaman. Hal

ini dikarenakan tujuan dari pendidikan itu sendiri selalu ingin mengahasilkan

insan manusia yang lebih baik, yang mampu bersaing dikancah pendidikan dunia,

baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Hal tersebut selaras dengan

tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Kemendikbud, 2013).

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut pengembangan dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) pada tahun 2006. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan

dapat menghasilkan generasi bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif,

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.


(30)

Pengembangan kurikulum ini difokuskan pada pembentukan kompetensi dan

karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep

yang dipelajarainya secara kontekstual.

2.1.1.1 Pendekatan Ilmiah Kurikulum 2013

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah

(

scientific

). Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran

bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah yang seharusnya

terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri

adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan) (Kemendikbud, 2013).

Melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif

dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong

siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu

fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan

dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan hanya untuk beropini

dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berpikir logis, runtut

dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berpikir tingkat tinggi. Pada suatu

pendekatan ilmiah, lebih mementingkan penggunaan penalaran induktif daripada

penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah bentuk pengunaan penalaran yang

mencoba melihat fenomena-fenomena umum

untuk kemudian

membuat

kesimpulan yang khusus, sedangkan penalaran induktif, memandang

fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu membuat kesimpulan secara


(31)

keseluruhan (umum). Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena dengan

kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh

tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada proses pembelajaran

berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau

materi ajar agar peserta didik tahu tentang

‘mengapa’.

Ranah keterampilan

menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi

ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (

soft skills

)

dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak

(

hard skills

) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(

saintifik approach

) dalam pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan membentuk jejaring pada semua pelajaran.

2.1.1.2 Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu konsep yang membantu

menjelaskan proses pembelajaran, baik menjelaskan pola pikir maupun pola

tindakan pembelajaran tersebut (Abidin, 2012:30).


(32)

Pada Kurikulum 2013, dikembangkan tiga model pembelajaran, yaitu model

penemuan, model berbasis masalah, dan model proyek. Berikut adalah penjelasan

model-model pembelajaran tersebut.

1.

Model penemuan adalah salah satu model pembelajaran yang dikembangkan

dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013. Model

penemuan menggapit beberapa langkah pembelajaran yaitu, persiapan,

pelaksanaan, dan

penilaian. Model pembelajaran ini, kegiatan inti

menekankan pada pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah,

pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.

2.

Model berbasis masalah adalah model mengajar menggunakan masalah yang

nyata, agar peserta didik dapat belajar mengingat maupun berpikir kritis,

kerja kelompok, umpan balik, diskusi, laporan akhir. Langkah pembelajaran

model berbasis masalah menggapit konsep dasar, pendefinisian masalah,

pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan, dan penilaian.

3.

Model proyek merupakan model pembelajaran yang

menggunakan

proyek/kegiatan sebagai media. Model pembelajaran ini menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara

nyata. Kegiatan pembelajaran ini dirancang untuk digunakan pada

permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan

investigasi dan memahaminya. Langkah-langkah dalam pembelajaran ini

menggapit enam kegiatan pembelajaran yaitu penentuan pertanyaan,

menyusun rencana proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan

evaluasi pengalaman.


(33)

2.1.2 Komponen Pembelajaran

Proses pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya komponen-komponen

yang mendukung pembelajaran itu sendiri. Komponen-komponen tersebut sangat

mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran.

Komponen-komponen itu meliputi, strategi, media, metode, teknik, dan sebagainya.

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang

diinginkan, didalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan

menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar. Mager

dalam (Hamalik, 2007:77), merumuskan konsep tujuan pembelajaran yang

menitikberatkan pada

tingkah laku

siswa atau

perbuatan

(performance) sebagai

output (keluaran) pada diri siswa, yang dapat diamati. Output tersebut menjadi

petunjuk, bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar. Pada mulanya siswa

tidak dapat menunjukkan tingkah laku tertentu, setelah belajar dia dapat

melakukan tingkah laku tersebut. Ini berarti, siswa telah belajar. Dengan kata lain,

proses pembelajaran memberikan dampak tertentu pada tingkah laku siswa.

Tujuan pembelajaran biasanya ditulis dengan menggunakan kata kerja yang bisa

diukur (operasional) dan objek (materi) yang menjadi pokok bahasan dari proses

pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran harus mengandung (memiliki)

unsur-unsur yang memberikan gambaran atau petunjuk kepada guru untuk

melakukan proses penilaian secara tepat. Unsur-unsur dalam penyusunan tujuan

pembelajaran meliputi

audience

(pembelajar),

behavior

(perilaku khuusus yang


(34)

akan dimunculkan),

condition

(kondisi batasan yang ditentukan), dan

degree

(tingkat keberhasilan) (Wardoyo, 2013:7).

Audience

(pembelajar) menunjukkan bahwa tujuan dari pembelajaran akan

ditujukan kepada siapa, peserta didik, siswa, mahasiswa dan lainnya. Artinya

tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas siapa yang akan menjadi

sasaran dari proses pembelajaran.

Perumusan tujuan pembelajaran

behavior

(perilaku khusus yang akan

dimunculkan) ini terkait dengan kompetensi dan materi yang akan diberikan. Pada

unsur ini menggunakan kata kerja dan objek. Kata kerja digunakan untuk

menunjukkan bagaimana pembelajar dalam melakukan sesuatu seperti

menjelaskan, menganalisis, mangkaji, dan mengidentifikasi. Objek menunjukkan

materi apa yang akan didemonsstrasikan atau dipresentasikan.

Condition

(kondisi batasan yang ditentukan) merupakan batasan yang diberikan

kepada pembelajar pada saat mereka akan dites terkait komponen (tujuan

pembelajaran) yang diharapkan. Unsur

condition

ini sangat penting bagi

pengembangan desain pembelajaran dalam penyusunan evaluasi. Hal ini erat

kaitannya dengan penyusunan butir tes yang harus relevan dengan tujuan

pembelajaran.

Degree

(tingkat keberhasilan) merupakan tingkat keberhasilan (indikator

ketercapaian) dalam mencapai perilaku tersebut. Artinya, tingkat keberhasilan

pembelajar ditujukan dengan batas minimal dari penampilan kompetensi yang

dapat diterima.


(35)

Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu ketegori tujuan pendidikan, yang

umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan

tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri atas domain-domain kognitif,

afektif, dan psikomotorik (Hamalik, 2007:79).

1. Domain Kognitif

Domain kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom dalam (Hamalik,

2007:80) mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif, sebagai berikut.

1)

Pengetahuan. Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah

dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang

bermanfaat, seperti: istilah umum, fakta-fakta khusus, metode dan prosedur,

konsep dan prinsip.

2)

Pemahaman. Pamahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian.

Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya,

penafsiran, dan memperkirakan. Contoh memahami fakta dan prinsip,

menafsirkan bahan lisan, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke

rumus matematika.

3)

Penerapan (aplikasi). Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan

yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi aturan,

metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori.

4)

Analisis (pengkajian). Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi

bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami.

5)

Sintesis. Sintesis adalah mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu

keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara

memformulasikan pola dan struktur baru.


(36)

6)

Evaluasi. Evaluasi adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk

maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan eksternal.

2. Domain Afektif

Domain afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang

merupakan aspek-aspek penting perkembangan siswa (Hamalik, 2007:81).

Krathwohl, Bloom, dan Masia dalam (Hamalik, 2007:81) mengembangkan

hierarki matra ini terdiri atas

1)

penerimaan (

receiving

), yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima,

perhatian terpilih;

2)

sambutan (

responding

), yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan

untuk merespons, kepuasan yang timbul karena sambutan;

3)

menilai (

valuing

), yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai,

membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai;

4)

organisasi (

organization

), yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai,

suatu organisasi dari suatu sistem nilai; dan

5)

karakteristik dengan suatu kompleks nilai, suatu formasi mengenai perangkat

umum, suatu menifestasi daripada kompleks nilai.

Tingkat-tingkat pada hierarki ini tampak kurang jelas perbedaannya antara yang

satu dengan yang lainnya dan kurang tampak pada siswa.

3. Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan yang menunjuk

pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecakapan


(37)

fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik yang khusus atau

urutan keterampilan.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

scientific

yang memfokuskan

pembelajaran pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kurikulum 2013

disusun dengan tujuan menghasilkan peserta didik yang beriman, kreatif, inovatif

produktif, mandiri, dan afektif selain mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, bebangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013).

2.1.2.2 Strategi Pembelajaran

Kozna (dalam Uno, 2010: 1), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan

fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya

tujuan

pembelajaran. Menurut Dick dan Carey (dalam Uno, 2010: 1), menjelaskan

bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran

dan prosedur atau tahapan kegiatan yang digunakan oleh guru dalam rangka

membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis merujuk pada pendapat Dick dan Carey

bahwa strategi pembelajaran merupakan pola rencana interaksi antara pendidik

dan peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran

seperti metode dan pemanfaatan media guna membantu peserta didik mencapai

tujuan pembelajaran.

Secara umum strategi pembelajaran terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling

berinteraksi dengan karakter fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu


(38)

1.

kegiatan pembelajaran pendahuluan,

2.

penyampaian informasi,

3.

partisipasi peserta didik,

4.

tes, dan

5.

kegiatan lanjutan.

Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria

berikut:

1.

orientasi strategi pada tugas pembelajaran,

2.

relevan dengan isi/materi pembelajaran,

3.

metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin

dicapai, dan

4.

media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik

secara simultan.

2.1.2.3 Teknik Pembelajaran

Teknik pembelajaran seringkali disamaartikan dengan metode pembelajaran.

Menurut Gerlach dan Ely (dalam Uno, 2010: 2), teknik adalah jalan, alat, atau

media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke

arah tujuan yang ingin dicapai. Teknik adalah berbagai cara yang secara langsung

diterapkan guru dalam pembelajaran di dalam kelas. Cara ini mencakup aktivitas

kelas, tugas, dan pengujian dalam kelas yang dilakukan guru ketika

melangsungkan proses pembelajaran (Abidin, 2012:28).

Beberapa teknik pembelajaran yang biasanya digunakan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, curah pendapat,


(39)

penugasan, latihan, kerja mandiri, demonstrasi, simulasi, dan sebagainya.

Penggunaan teknik tersebut sangat bergantung pada kebutuhan guru sesuai

dengan tujuan pembelajaran khusus yang hendak dicapai. Tidak ada satu pun

teknik yang paling baik, oleh karenanya guru harus cermat memilih dan

menggunakan teknik pembelajaran tersebut.

2.1.2.4 Metode Pembelajaran

Menurut Pringgawidagda (dalam Abidin, 2012: 26), mengemukakan bahwa

metode (

method

) adalah tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat

pendekatan. Dalam tingkat ini dilakukan keterampilan-keterampilan khusus yang

akan dibelajarkan, materi yang harus disajikan dan sistematika urutannya. Metode

mengacu pada pengertian langkah-langkah secara prosedural dalam mengolah

kegiatan belajar

mengajar bahasa yang dimulai dari merencanakan,

melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.

Berdasarkan pengertian tersebut, metode adalah rencana keseluruhan proses

pembelajaran dari tahap penentuan tujuan pembelajaran, peran guru, peran siswa,

materi, sampai tahap evaluasi pembelajaran.

2.1.2.5 Media Pembelajaran

Menurut Anitah (dalam Wardoyo, 2013: 53) menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat

menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan,

keterampilan, dan sikap. Menurut Sanaky (dalam Wardoyo, 2013: 54),

menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat

digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi


(40)

efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dan menurut Asyhar

(dalam Wardoyo, 2013: 53), media merupakan sarana atau perangkat yang

berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara

komunikator dan komunikan. Adanya media komunikator kaan lebih mudah

menyampaikan pesan kepada komunikan meskipun informasi yang disampaikan

adalah sesuatu yang abstrak sekalipun.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis merujuk pada pendapat Asyhar bahwa

media pembelajaran adalah seperangkat alat yang digunakan pendidik untuk

menyampaikan pesan/materi kepada peserta didik. Hal tersebut bertujuan

mempermudah pendidik menyampaikan bahan ajar ketika pembelajaran

berlangsung.

1. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Dilihat dari alat indera penerima, media pembelajaran dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu media pembelajaran visual, media pembelajaran audio, dan

pembelajaran audiovisual.

1. Media Visual

Menurut Sanjaya (dalam Wardoyo, 2013: 54), media visual adalah media yang

hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media visual dapat

berupa

film slide

, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan sebagainya.

2. Media Audio

Menurut Sanjaya (dalam Wardoyo, 2013: 61) media audio adalah media yang

hanya dapat didengar saja, atau dengan kata lain media yang hanya memiliki


(41)

unsur suara. Media ini seperti radio,

tape

(audio kaset), telepon, dan

recorder

(rekaman suara).

3. Media Audiovisual

Menurut Sanaky (dalam Wardoyo, 2013: 64) media audiovisual adalah

seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara.

Alat-alat tersebut berupa televisi, PC-

speaker active

, video-VCD, dan media

sound slide

.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (dalam Wardoyo, 2013: 66), penggunaan media pembelajaran

tidak sekadar menggunakan media dalam proses pembelajaran tanpa adanya

pertimbangan maupun perencanaan yang matang. Pertimbangan yang mendasar

dalam penggunaan media adalah peran media sebagai sarana untuk mempermudah

dalam upaya penguasaan materi pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembuatan

maupun penggunaan media pembelajaran memiliki prinsip-prinsip dasar yang

tidak dapat diabaikan. Prinsip dasar tersebut meliputi prinsip kesederhanaan,

tekanan penjelasan, dan keterbacaan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan

Sharon e. Samaldino et al (dalam Wardoyo, 2010: 67), bahwa teknologi dan

media memiliki peranan yang banyak dalam pembelajaran bergantung pada

kebutuhannya. Pada satu saat media dapat membantu pendidik dalam mentransfer

konsep pembelajaran, namun pada saat yang lain media dapat digunakan sebagai

pengganti pendidik/guru.


(42)

Kriteria media pembelajaran yang baik menurut Asyhar (dalam Wardoyo, 2013:

71-73) adalah sebagai berikut.

1.

Jelas dan rapi.

2.

Bersih dan menarik.

3.

Cocok dengan sasaran.

4.

Relevan dengan topik yang diajarkan, sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5.

Praktis, luwes, dan tahan.

6.

Berkualitas baik.

7.

Ukuran yang sesuai dengan lingkungan belajar.

8.

Kesesuaian.

9.

Kejelasan sajian.

10. Kemudahan akses.

11. Keterjangkauan.

12. Ketersediaan.

2.2 Tahapan Pembelajaran

Proses Pembelajaran memiliki tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian pembelajaran. Tahap perencanaan berupa penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan berupa realisasi RPP, dan penilaian

pembelajaran merupakan tahap penilaian dari proses pembelajaran yang

dilakukan.

2.2.1 Perencanaan Pembelajaran

Persiapan dalam pembelajaran merupakan faktor terpenting bagi pendidik.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, pendidik harus menyiapkan hal-hal terkait


(43)

dengan proses pembelajaran. Persiapan ini akan menunjang terstruktur atau

tidaknya pembelajaran yang akan dilaksanankan. Persiapan tersebut meliputi

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan pengembangan RPP.

Menurut Munandar (dalam Uno, 2010: 81), bagi pendidik (guru), proses

pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya

sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Sebagai suatu sistem, proses belajar

saling berkaitan dan bekerja sama untuk tujuan yang ingin dicapainya.

1. Silabus

Silabus disusun dengan mempertimbangkan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan melalui penerapan pembelajaran. Artinya, bahwa semua indikator

pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran (Wardoyo,

2013: 77).

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan runtutan kegiatan

pembelajaran yang dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegaiatan inti, dan

kegiatan penutup (Wardoyo, 2013: 77).

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar,

2006: 262).


(44)

Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 dinyatakan bahwa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran,

(ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v)

penilaian. Adapun komponen-komponen RPP adalah sebagai berikut:

1.

Identitas

2.

Komponen inti.

3.

Komponen dasar.

4.

Indikator pencapaian kompetensi.

5.

Tujuan pembelajaran.

6.

Meteri pembelajaran.

7.

Alokasi waktu.

8.

Metode pembelajaran.

9.

Media.

10. Sumber belajar.

11. Kegiatan pembelajaran.

12. Penilaian hasil belajar.


(45)

Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk

format berikut ini.

Identitas meliputi: Nama Sekolah, Mata Pelajaran (Tema), Kelas/Semester, Materi Pokok,

Alokasi Waktu

A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. ………..(KD pada KI-1) 2. ………..(KD pada KI-2) 3. ………..(KD pada KI-3)

Indikator: ……….. 4. ………..(KD pada KI-4)

Indikator:………

Catatan:

KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator

dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung.

C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (Jika dalam 1 RPP terdiri dari beberapa pertemuan)

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

Sesuaikan sintaks dengan model / pendekatan/metode yang dipilih 1). Mengamati

2). Menanya

3). Mengumpulkan dan Mengasosiasikan 4). Mengkomunikasikan hasil

c. Penutup (…menit) H. Penilaian

1. Jenis/teknik penilaian

2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran

2.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal/pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup, yang didalamnya terdapat aktivitas dan

kegiatan-kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan antara pendidik dan peserta


(46)

didik. Sardiman (2008: 95) menyatakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah

berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas sangat penting dalam

interaksi belajar

mengajar.

2.2.2.1 Aktivitas Peserta Didik

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan

scientific

approach,

yang didalamnya mengandung lima pilar aktivitas yang harus

dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kelima aktivitas tersebut

adalah

aktivitas

mengamati,

menanya,

mencoba,

menalar,

dan

mengomunikasikan. Berikut penjelasan kelima aktivitas tersebut.

1.

Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan

peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,

mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,

mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2.

Menanya

Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan,

pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang

abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih

abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat

hipotetik.


(47)

Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,

masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat

di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui

kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih

dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

3.

Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa

merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu banyak hal dan situasi siswa harus

lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud penalaran ilmiah, meski

panalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

4.

Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, siswa harus mencoba

atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan

berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Seperti

melakukan dan mengamati percobaan, menganalisis, membuat kesimpulan hasil

percobaan, membuat laporan, dan mengkomunikasikan hasil karya.

5.

Mengomunikasikan

Siswa yang telah melakukan sebuah percobaan atau membuat sebuah karya

diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil percobaan dan hasil karyanya di


(48)

depan kelas. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh nilai atau hasil belajar

siswa. Pada kegiatan mengkomunikasikan, siswa diberi nilai, penguatan dan

penghargaan, serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

2.2.2.2 Peranan Guru dalam Pembelajaran

Sardiman (2003: 144-146) menyebutkan peranan guru dalam kegiatan belajar

mengajar, yaitu:

1.

Informator.

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan

sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam pada itu berlaku

teori komunikasi berikut.

a. Teori stimulus-respons.

b. Teori

dissoance-reduction.

c. Teori pendekatan fungsional.

2.

Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,

workshop

,

jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan

kegiatan belajar

mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3.

Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru

harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta

reinforcement

untuk

mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan


(49)

daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses

belajar

mengajar.

4.

Pengarah/direktor

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam

hal ini dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai

dengan tujuan yang dicita-citakan.

5.

Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah

barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh

abak didiknya.

6.

Transmitter

Di dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar

kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

7.

Fasilitator

Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses

belajar

mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan

belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga

interaksi belajar

mengajar akan berlangsung secara efektif.

8.

Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegitan

belajar siswa. Misalnya, menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan


(50)

diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara

memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

9.

Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru memiliki otoritas

untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah

laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil

atau tidak.

2.2.3 Penilaian Pembelajaran

Penilaian merupakan aspek yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari

proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat diukur dengan

penilaian begitu juga ketercapaian target yang telah dicanangkan dalam tujuan

pembelajaran.

Menurut Tuckman (dalam Wardoyo, 2013: 79) menyatakan bahwa penilaian

merupakan suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan,

proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria

yang ditentukan. Sedangkan menurut Groulund (dalam Wardoyo, 2013: 79),

penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan

penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seseorang peserta didik

dapat mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum 2013 mengembangkan modus penilaian autentik. Penilaian autentik

(

authentic assessment

) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas

hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


(51)

Secara konseptual, penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan

dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika

menerapankan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar

siswa, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan,

aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah (Kemendikbud,

2013).

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatam ilmiah dalam

pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu

menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka

mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian

autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam

pengaturan yang lebih autenyik (Kemendikbud, 2013).

Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.

Pertama,

pengukuran

langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan denagn hasil jangka

panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.

Kedua,

penilaian atas

tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks.

Ketiga,

analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik

atas problem sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada (Kemendikbud,

2013).

Jenis-jenis penilaian autentik pada ranah sikap terbagi menjadi dua yaitu sikap

spiritual dan sikap sosial. Teknik dan bentuk penilaian sikap dalam Kurikulum

2013 dapat dilakukan dengan cara berikut ini.


(52)

1.

Teknik Observasi

Observasi

merupakan

teknik

penilaian

yang

dilakukan

secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi

sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan

oleh guru atau pendidik secara langsung tanpa perantara orang lain. Observasi

tidak langsung, yaitu observasi yang dilakukan dengan bantuan orang lain,

seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah.

Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran.

Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek,

sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah

skor menjadi nilai akhir.

2.

Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya, penguasaan kompetensi

yang ditargetkan, dan menghargai, menghayati serta pengalaman perilaku

berkepribadian jujur. Teknik penilaian diri terbagi menjadi tiga, yaitu:

1)

Teknik Penilaian Diri Terbuka

Peserta didik mampu untuk menentukan sikap terhadap suatu situasi atau

pernyataan yang membutuhkan tanggapan, lengkap dengan alasan

terhadap pilihannya tersebut. Teknik ini menuntut peserta didik berani

untuk mengungkapkan pendapat pribadi dari masing-masing peserta


(53)

didik. Guru bisa memilih jawaban-jawaban peserta didik yntuk

menentukan pilihan yang positif dalam hidup mereka.

2)

Skala Semantik Differensial

Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya

bukan pilihan ganda maupun

checklist

, tetapi tersusun dalam satu garis

kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak di bagian kiri

garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan

skala semantik differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya

digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki

seseorang.

3)

Penilaian Antarteman

Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

kompetensi. Aspek kompetensi yang dinilai adalah kompetensi inti

spiritual yaitu menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya,

dan kompetensi inti sosial yaitu perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, dan percaya diri.

Selanjutnya,

jenis-jenis

penilaian autentik

pada ranah

pengetahuan dan

keterampilan peserta didik adalah sebagai berikut.

1.

Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.

Pertama,

langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan

kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.


(54)

Kedua,

ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai.

Ketiga,

kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk

menyelaesaikan tugas-tugas pembelajaran.

Keempat,

fokus utama dari kinerja

yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati.

Kelima,

urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.

Penilaian diri termasuk dalam penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan

suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya

sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi

yang dipelajarinya dalam mata pelajaran. Teknik penilaian diri dapat

digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.

Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan menilai terhadap tugas yang harus

diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian

tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai

dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,

dan penyajian data. Berdasarkan pada hal itu, penilaian proyek bersentuhan

dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.

3.

Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang

menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara

perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta

didik, dan dinilai berdasarkan beberapa dimensi.


(55)

4.

Penilaian Tertulis

Tes tertulis terdiri atas memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih

jawaban terdiri atas pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,

menjodohkan, dan sebab-akibat. Menyuplai jawaban terdiri atas isian attau

melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu

mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis, menilai, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes

tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga

mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan pesera

didik. Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban,

yaitu jawaban terbuka dan jawaban terbatas. Hal ini bergantung pada bobot

soal yang diberikan oleh guru.

Data penilaian autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif,

maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari penilaian otentif berupa narasi atau

deskripsi atas pencapaian hasil belajar peserta didik. Misalnya, mengenai

keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian, berpendapat, dan sebagainya.

Analisis kuanitatif dari data penilaian autentik menerapkan rubrik skor atau daftar

cek (

cecklist

) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria

dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya, sangat

mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa

analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja

peserta didik.


(56)

2.3 Pembelajaran Menulis

Salah satu pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran menulis.

Pembelajaran menulis dikembangkan dari empat aspek keterampilan bahasa yaitu

mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Berdasarkan keempat

keterampilan tersebut, menulis termasuk keterampilan yang sangat penting dan

harus dikuasai oleh peserta didik. Karena dengan menulis, peserta didik dapat

menuangkan gagasan dan buah pikirannya dalam bentuk tulisan.

Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan utama pembelajaran menulis yang

dilaksanakan para guru di sekolah. Ketiga tujuan tersebut adalah (1)

menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa, (2) mengembangkan

kemampuan menulis siswa, (3) membina jiwa kreativitas para siswa untuk

menulis. Ketiga tujuan ini merupakan tujuan minimal yang harus dicapai para

siswa melalui proses pembelajaran menulis yang dialaminya.

Di dalam praktiknya di sekolah, beberapa ragam tulisan yang harus dikuasai siswa

meliputi tulisan umum mencakup karangan narasi, deskripsi, eksposisi,

argumentasi, dan persuasi. Selain harus mampu menulis dalam genre umum,

siswa juga harus mampu menulis dengan genre sastra yang antara lain harus

mampu menulis puisi, drama, dan prosa fiksi seperti cerita pendek. Jenis tulisan

lain yang harus dikuasai siswa dalam kemampuan menulis karya ilmiah meliputi

kemampuan menulis proposal, laporan pengamatan/penelitian, artikel dan tulisan

lain sejenis.

Selain beberapa ragam tulisan di atas, siswa juga diharapkan mampu menulis

untuk berbagai tujuan yang lebih luas misalnya menulis beragam surat, menulis


(57)

beragam petunjuk dan pengumuman, menulis beragam naskah untuk berbicara

seperti pidato, khotbah, dan berbagai jenis tulisan lain yang dipersyaratkan

kurikulum (Abidin, 2012: 188). Sejalan dengan beragam tulisan yang harus

dikuasai peserta didik, pembelajaran menulis harus mampu membina siswa agar

benar-benar mampu menulis beragam tulisan di atas dengan benar dan dapat

mengembangkan kreativitas siswa dalam menulis. Oleh karena itu, bimbingan,

motivasi, dan arahan pendidik sangat dibutuhkan dalam pembelajaran menulis ini.

2.3.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang

melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan.

Tulisan itu dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis

dapat diterima oleh pembaca. Dengan kata lain, penulis menuangkan gagasannya

lewat kegiatan menulis dan pembaca menampung gagasan tersebut dengan cara

membaca (Wiyanto, 2006: 2).

Akhadiah (dalam Abidin: 2012: 181) memandang menulis adalah sebuah proses,

yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis yang dalam

praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan

satu sistem yang utuh. Lebih lanjut, Gie (dalam Abidin, 2012: 181) menyatakan

bahwa menulis memiliki kesamaan makna dengan mengarang yaitu segenap

kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014 terdiri atas tiga tahapan pembelajaran, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Selain itu, terdapat pula observasi mengenai kegiatan siswa berupa observasi aktivitas siswa dan observasi indikator menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Pada tahap perencanaan, guru telah melaksanakan perencanaan pembelajaran sesuai dengan komponen RPP yang terdapat dalam instrumen pengamatan perencanaan pembelajaran. Meskipun tidak semua komponen terdapat dalam perencanaan pembelajaran, namun sebagian besar komponen RPP sudah terdapat dalam perencanaan yang dibuat oleh guru. Komponen yang terdapat dalam RPP yang disusun oleh guru adalah identitas mata pelajaran, perumusan indikator, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan materi ajar, pemilihan sumber ajar, model pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian. Kekurangan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru


(2)

170

adalah guru tidak mencantumkan pemilihan media pembelajaran, perumusan kompetensi dasar yang kurang sistematis, masih terdapat istilah-istilah KTSP pada skenario pembelajaran, seperti istilah eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan masih terdapat kesalahan EYD.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran terjadi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kemudian, aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran meliputi, aktivitas mengamati, aktivitas menanya, aktivitas mencoba, aktivitas menalar, dan aktivitas mengomunikasikan. Aktivitas guru pada kegiatan pendahuluan yaitu melakukan apersepsi dan penyampaian rencana kegiatan. Pada kegiatan inti, aktivitas yang dilakukan guru pada pelaksanaan pembelajaran yaitu penguasaan materi pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, penerapan pendekatan scientific, penerapan pembelajaran tematik terpadu, pemanfaatan sumber/media dalam pembelajaran, pelibatan siswa dalam pembelajaran, dan penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran. Selanjutnya, pada kegiatan penutup yaitu melakukan refleksi dan rencana pembelajaran selanjutnya. Namun, terdapat kekurangan yang dilakukan guru pada pelaksanaan pembelajaran seperti guru tidak mengajukan pertanyaan menantang pada kegiatan pendahuluan, guru juga tidak mengajukan pertanyaan mengapa dan bagaimana kepada siswa saat kegiatan inti, dan selanjutnya guru juga tidak melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan refleksi pada kegiatan penutup pembelajaran. Kemudian, diperoleh hasil


(3)

analisis terhadap hasil belajar siswa menulis cerita pendek pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan indikator menulis cerita pendek.

3. Pada penilaian pembelajaran, guru telah melaksanakan penilaian yang mencakup tiga ranah, yaitu penilaian kompetensi sikap yang dilakukan dengan teknik observasi yaitu mengamati secara langsung kegiatan siswa di dalam kelas oleh guru, sedangkan penilaian kompetensi pengetahuan diperoleh melalui tes tulis dan tes lisan, dan penilaian kompetensi keterampilan yang dilakukan dengan teknik tes praktik menulis cerita pendek. Namun, terdapat ketidaksesuaian antara pedoman penskoran yang tertera dalam RPP guru dengan skor hasil belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013 siswa kelas VII SMP Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014, saran yang disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia, khususnya dalam mengajarkan pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013, dalam perencanaan suatu pembelajaran hendaknya memperhatikan kelengkapan komponen dalam penyusunan RPP dan memperhatikan cara penyusunan yang baik. Pada pelaksanaan pembelajaran sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun agar pembelajaran dapat dilaksanakan lebih terstruktur. Selanjutnya, pada penilaian pembelajaran, sebaiknya melakukan penilaian sesuai pedoman penskoran yang tertera pada RPP.


(4)

172

2. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian yang sama, yaitu pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan Kurikulum 2013, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk penelitian berikutnya. Namun, akan lebih baik lagi jika dapat memilih materi-materi lain agar dapat dijadikan referensi yang lebih variatif dan tentunya harus disesuaikan dengan perkembangan kurikulum yang berlaku di sekolah.


(5)

Abidin, Yunus. 2012.Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2007.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Jelita, Yanti. 2013.Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas X Di

Ma Al-Fatah Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Kunandar. 2009.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: Rajawali Pers.

Mendikbud. 2013.Modul Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia.Jakarta: Depdikbud.

Mulyasa. 2013.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2008.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2013.Mamahami Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta. Suroto. 1989.Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia.Bandarlampung: Universitas Lampung.

. 2011.Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Suyanto, Edi. 2011.Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Yogyakarta: Ardana Media.


(6)

Suyanto, Edi. 2012.Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Tarigan, Henry G. 1984.Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Uno, Hamzah B. 2010.Model Pembelajarn Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wardoyo, Sigit Mangun. 2013.Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta: Akademia Permata.