Profil Muhammad Badi’ Sucipto Ketua Umum IQMA Periode 2016
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Karena dakwah bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan, maka penulis keislaman, penceramah islam, mubaligh, guru mengaji, pengelola panti
asuhan Islam dan sejenisnya termasuk pendakwah. Karena sifat dari pendakwah bisa individu dan bisa secara kelompok atau kelembagaan.
Secara umum adalah setiap muslim yang mukallaf sudah dewasa mempunyai kewajiban dakwah yang telah melekat. Kewajiban dakwah
tersebut disesuaikan dengan kemampuan masing-masing sebagai realisasi perintah Rasulullah SAW untuk menyampaikan Islam kepada semua orang
walaupun hanya satu ayat. Berdasar penjelasan tersebut, Muhammad Badi’ Sucipto sebagai
ketua umum IQMA masuk sebagai kualifikasi pendakwah. Sebagai seorang pendakwah yang menimba ilmu di cabang keilmuan Konseling,
dakwah yang dilakukan oleh Sucipto hampir menyerupai tahap-tahap konseling. Menurut Sucipto, dakwah itu ialah memberikan suatu wejangan
untuk mengajak, meneyerukan kepada hal-hal kebaikan yang berpedoman dengan Al-
Qur’an dan Hadits.
3
“dakwah itu banyak ya, ada yang melalui konseling, ada yang melalui seni-seni budaya, menurut saya intinya dakwah itu
kita memberikan suatu wejangan untuk mengajak menyerukan kepada hal hal k
ebaikan seperti itu” Oleh karena itu, menebar dan menyeru kepada kebaikan di dalam
suatu organisasi termasuk dakwah, Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Badi’ Sucipto sebagai ketua umum IQMA pada periode 2016.
3
Hasil wawancara dengan Muhammad Badi’ Sucipto di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Kamis 2 Maret 2017
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sebagai Ketua Umum sudah merupakan tanggung jawabnya untuk menggerakkan roda organisasi, selain menggerakkan roda organisasi
tersebut Sucipto juga berupaya untuk menjaga dan menjalankan amanah yang sudah diberikan kepada Sucipto ini dengan sebaik-baiknya. Jabatan
yang diemban Sucipto merupakan salah satu motivasinya berdakwah di IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya.
Selain itu, faktor keilmuan juga merupakan salah satu kelebihan yang di
miliki oleh Sucipto. Muhammad Badi’Sucipto merupakan salah satu santri dari salah satu Mubaligh terkenal yakni pelantun dan pembuat
Syi’ir Tanpo Wathon yakni Muhammad Nizam Ash-Shofa yang biasa disapa dengan nama Gus Nizam. Sucipto menuntut ilmu di Pondok
Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa sejak semeseter empat yang lalu. Sebelumnya, Sucipto juga pernah menuntut ilmu di Pesantren Darul Falah
cabang nomor 20 di Sidoarjo sejak kelas 5 SD hingga menjelang kuliah. “Pendidikan saya TK Dharmawanita 2000-20001, SDN
Sidodadi 1, Mts Darussalam Sidodadi, dan Madrasah Aliyah Hasyim Asyari 2010-2013. Saya mulai kelas 5 SD sampai semester
1 kuliah, saya setiap hari mengaji kecuali hari kamis mengaji di Pondok Darul Falah cabang nomor 20 di Sidoarjo. Itu diantara
bekal saya untuk mengamalkan ilmu saya ke teman-
teman saya” a.
Pendekatan Emosional Dalam memulai dakwahnya kepada para anggota dan pengurus
IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya, langkah awal yang dlakukan oleh Sucipto ialah dengan menggunakan strategi sentimental dengan
pendekatan emosional kepada pengurus dan anggota. Pendekatan emosional ini dilakukan agar terjadi suatu kedekatan dari segi emosional.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hal ini perlu dilakukan karena sasaran dakwah dari Sucipto adalah para anggota dan pengurus IQMA yang mana dari segi usia dan daya pikir rata-
rata hampir sama dengan Sucipto. Namun, hal itu bukanlah menjadi suatu penghalang bagi Sucipto untuk menggiatkan dakwahnya kepada para
pengurus dan anggota. Sisi pendekatan emosional yang dimaksud Sucipto adalah
mengambil hatinya para mad’u terlebih dahulu. Sebagai seorang pemimpin dari organisasi yang berlandaskan Al-
Qur’an dan Hadits sebagai acuannya, Sucipto beranggapan bahwa berdakwah di dalam organisasi seperti ini
haruslah menjadi seorang yang mampu mengambil hatinya terlebih dahulu. Hal itu perlu dilakukan agar para mad’u merasa dekat dengan
pendakwah dalam hal ini Sucipto sendiri. Dalam hal ini, Sucipto berpendapat bahwa seorang pendakwah itu
tidak boleh terlalu idealis, artinya tidak boleh terlalu kaku dan tidakboleh terlalu arogan, jangan sampai seorang pendakwah disini merasa
disungkani oleh mad’u sehingga mengakibatkan mad’u tidak berani atau sungkan kepada pendakwah tersebut dan tidak merasa terbuka.
Lalu, sucipto menambahkan sebagai seorang pendakwah di organisasi seperti ini juga harus memiliki sifat grapyak, yakni suka bergaul
dan menyenangkan. Atau bisa disebut juga dengan supel. Hal ini bertujuan agar para mad’u yang berada di sekitar pendakwah merasa nyaman dan
terbuka terhadap pendakwah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Namun, antara grapyak dan idealis haruslah seimbang. Jangan sampai seorang pendakwah terlalu grapyak atau terlalu arogan. Jikalau
pendakwah terlalu grapyak ditakutkan pendakwah akan kehilangan kredibilitasnya dan kewibawaannya. Jika pendakwah terlalu arogan
ditakutkan pendakwah akan merasa disungkani sehingga bagi para mad’u yang baru kenal dengan pendakwah tersebut akan merasa sungkan.
“kalau saya sebagai ketua umum, metode saya untuk agar anggota anggota saya itu selain bisa bertanggung jawab dengan
apa yang mereka urusi tapi saya juga harus, apa bahasa jawanya itu, ngepek atine disek. Mengambil hatinya dulu. Contohnya gini,
ketua umum itu tidak boleh idealis. Maksudnya idealis itu tidak boleh terlalu kaku dan tidak boleh terlalu arogan, jadi seperti itu.
Artinya, jangan sampai ketua umum itu sampai-sampai anggota itu merasa, ketua umum itu nyungkani. Sehingga anggota tidak berani
mendekat kepada kita. jadi, kita harus seimbng, antara idealis dengan grapyak itu tadi. Karena kalau terlalu grapyak maka ketua
umum akan tidak disegani, kalau terlalu kaku maka ketua umum
akan tidak dihampiri. Kalau saya ngepek atine disek ”
4
Dengan melakukan pendekatan secara emosional ini, akan terjadi sebuah ikatan yang lebih kuat antara pendakwah dengan mad’u. Artinya,
Mad’u akan merasa nyaman dan terbuka ketika sedang berhadapan dengan pendakwah dan tidak akan merasa sungkan saat akan meminta bantuan
untuk membantu mad’u dalam mengatasi kendalanya di dalam organisasi tersebut.
Dalam melakukan pendekatan secara emosional tersebut Sucipto juga memberi sebuah aspek keteladanan kepada anggota dan pengurus
IQMA. Aspek keteladanan tersebut dapat menunjang keberhasilan pendekatan emosional yang dilakukan, karena dengan memberikan sebuah
4
Hasil wawancara dengan Muhammad Badi’ Sucipto di Fakultas Dakwah, Kamis 2 Maret 2017