Strategi dakwah persuasif Muhammad Badi' Sucipto (Ketua Umum IQMA Periode 2016).
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh :
Fajar Pradana Mukti NIM. B91213072
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah : (1) Bagaimana strategi dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) ? (2) apa faktor pendukung dan penghambat dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) ?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulss atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data menggunakan teknik analisis domain.
Adapun hasil dari penelitian, peneliti menemukan bahwa strategi dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) adalah : 1). Strategi Sentimentil. 2). Strategi konseling alih tangan.
Dalam menjawab rumusan masalah yang kedua, peneliti menemukan faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor pendukung strategi dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) adalah : 1). Memiliki olah vocal yang baik. 2). Danya dukungan dari keluarga dekat. 3). Adanya dukungan dan motivas dari anggota-anggota IQMA dan jajaran pengurus IQMA. Sedangkan faktor penghambat strategi dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) adalah faktor lingkungan sosial.
Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti Strategi dakwah pada Ketua umum IQMA periode yang lain atau strategi dakwah terhadap bidang-bidang yang ada di IQMA.
(7)
i
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..………... iv
ABSTRAK………..………..……… v
KATA PENGANTAR………..………..………. vi
DAFTAR ISI………..………..……… viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah……….. 7
C. Tujuan Penelitian………... 8
D. Manfaat Penelitian………... 8
E. Definisi Konsep………. 9
F. Sistematika Pembahasan……… 14
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik ………. 16
1. Strategi Dakwah Persuasif………... 16
2. Dakwah Persuasif……… 24
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……….. 42
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……….. 46
B. Kehadiran Peneliti………..………. 48
C. Setting Penelitian………..……….. 49
D. Jenis dan Sumber Data……… 49
E. Teknik Pengumpulan Data………. 53
F. Teknik Analisis Data……….. 56
G. Teknik Keabsahan Data………. 57
H. Tahapan Penelitian………. 58
BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. PROFIL INFORMAN 65 1. Profil Muhammad Badi’ Sucipto (Ketua Umum IQMA Periode 2016)……… 65
B. PENYAJIAN DATA 68
1. Strategi Dakwah Persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (Ketua Umum IQMA Periode 2016)……… 68
a. Pendekatan Emosional……… 71
b. Pendekatan Kebiasaan Mad’u………. 73
c. Konseling Alih Tangan……… 75 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Persuasif Muhammad
(8)
ii
C. ANALISIS DATA 81
1. Strategi Dakwah Persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (Ketua Umum
IQMA Periode 2016)………. 82
a. Strategi Sentimentil……….……… 82
b. Strategi Konseling Alih Tangan ………. 86
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (Ketua Umum IQMA periode 2016 )………….. 87
a. Faktor Pendukung ……….. 88
b. Faktor Penghambat………. 91
BAB V : PENUTUP………... 93
A. Kesimpulan……… 93
B. Saran………... 94 DAFTAR PUSTAKA
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Agama islam merupakan agama yang Rahmatan Li Al „Alamin, yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW melalui wahyu yang diterimanya dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril. Sebagai proses penyampaian ajaran Islam, orang-orang mengenal dengan sebutan dakwah.
Islam dan dakwah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Islam tidak
akan maju dan berkembang bersyi’ar dan bersinar tanpa adanya upaya dakwah. Semakin gencar upaya dakwah dilaksanakan semakin
bersyi’arlah ajaran Islam, semakin kendor upaya dakwah semakin redup
pulalah cahaya islam dalam masyrakat. Laisa al-islam illa bi al-da‟wah, demikianlah sebuah kata bijak mengungkapkan.1
Ditinjau dari segi bahasa “Da‟wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar.
Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti memanggil, menyeru
atau mengajak (Da’a, Yad’u,Da’watan). Sedangkan menurut istilah, Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya
1
Sunarto, Kiai Prostitusi, Pendekatan Dakwah K.H. Khoiron di Lokalisasi Surabaya. (Surabaya: Jaudar Press), 2012. H. 15
(10)
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.2
Di dalam berdakwah, setiap muslim mempunyai berbagai macam cara, bahkan di dalam Al-Qur’an telah disebutkan sebagian cara dalam berdakwah seperti yang tertuang dalam Qur’an Surat An-Nahl : 125.
ة كحلاب كبر ليبس ىلا دا
يه يتَلاب م لداج ةنسحلا ة ع لا
يدت لاب ملعا ه هليبس ع َلض ب ملعا ه كَبر َ ا سحا
Artinya : Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlahmereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( QS. An-Nahl : 125 ).
Dari ayat diatas dapat kita ketahui, Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia bahwa cara atau metode berdakwah itu ada tiga, bil hikmah, mauidhoh hasanah dan mujadalah.
Dalam kehidupan di tengah masyarakat, sering kali dakwah
diartikan hanya sebatas ulama’ yang menyampaikan pesannya di hadapan
khalayak.. Akhirnya dakwah dipahami sebagai tugas ulama semata, bentuk dakwah hanya ceramah agama, dan mitra dakwah selalu terdiri banyak orang. 3 Persepsi seperti ini merupakan persepsi umum yang ada di masyarakat kita bahwa tugas berdakwah hanyalah tugas dari seorang
2
Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawwir. (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), H. 406-407.
3
(11)
ulama’ atau tokoh agama islam semata. Dakwah bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh agama. Setiap muslim bisa melakukan dakwah, karena dakwah bukan hanya ceramah agama.4
Pengertian dakwah dari segi bahasa dan definisi para ahli sebagaimana disebutkan di atas memiliki padanan dengan istilah-istilah yang lain, antara lain: tabligh, khotbah ,nashihah, tabsyah wa tandzir
,washiyyah, amar ma‟ruf nahi munkar, tarbiyah wa ta‟lim, dan sebagainya. Makna “dakwah” juga berdekatan dengan konsep ta‟lim, tadzkir dan tashwir. Walaupun setiap konsep tersebut mempunyai makna, tujuan, sifat dan objek yang berbeda, namun substansinya sama yaitu menyampaikan ajaran islam kepada manusia, baik yang berkaitan dengan ajaran islam ataupun sejarahnya5.
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma’ruf, nahi anil munkar, berjihad, memberi nasehat dan sebagainya.6 Hal tersebut menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan umatnya untuk mendapatkan hal semaksimal mungkin akan tetapi usahanyalah yang wajib dilakukan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Di dalam berdakwah terhadap macam-macam manusia yang memiliki berbagai karakter yang berbeda-beda pastinya diperlukan sebuah
4
Ali Azis, Ilmu Dakwah Edisi Revisi.
5
Wahidin saputra,. Pengantar ilmu dakwah, (Rajawali Press),2011. hlm.04
6
(12)
metode atau cara yang berbeda-beda pula. Dalam penggunaan metode perlu sekali di perhatikan bagaimana hakekat metode itu, karena hakekat metode merupakan pedoman pokok yang mula-mula harus dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaannya.7
Setiap muslim pasti memiliki berbagai caranya masing-masing di dalam berdakwah. Namun, sebuah pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented ( Berorientasi / Berarah pada manusia ) menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
Dakwah yang menempatkan penghargaan yang muliat atas diri manusia merupakan salah satu contoh nyata tentang dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Selama berdakwah di Makah dan Madinah, Beliau Rasulullah SAW selalu berorientasi dengan memberikan penghargaan tertinggi pada manusia atau bisa disederhanakan dengan memanusiakan manusia.
Hal ini perlu diterapkan oleh setiap muslim dalam berdakwah dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai seorang da’I haruslah berorientasi dengan human oriented baik ketika seorang da’i tersebut berdakwah di suatu lembaga, masyarakat, organisasi, maupun secara pribadi terhadap mad’unya.
Di zaman sekarang ini, dakwah tidak melulu dilakukan di atas mimbar dan dilakukan perseorangan. Banyak kumpulan dari para ulama’,
7
(13)
kyai, dan para pendakwah yang membentuk sebuah organisasi dakwah. Tidak hanya organisasi dakwah di masyarakat, namun di dalam perguruan tinggi di Indonesia juga ada berbagai lembaga dakwah kampus baik yang sifatnya internal maupun eksternal kampus.
Salah satu organisasi atau unit kegiatan mahasiswa yang bergerak dalam bidang dakwah di perguruan tinggi negeri islam ialah Ikatan Qori’ Qori’ah Mahasiswa (IQMA) yang berada di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. IQMA merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak dalam dakwah melalui pembinaan skill seni islami mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
IQMA pada periode tahun 2016 dipimpin oleh Ketua Umum yang bernama Muhammad Badi’ Sucipto. Beliau merupakan salah satu murid dari Ulama’ terkenal di Jawa Timur yakni Kyai Muhammad Nizam Ash Shofa. Untuk menjadi ketua umum IQMA pastinya seseorang tersebut haruslah memiliki kriteria. Salah satu kriterianya yaitu menguasai salah satu skill seni yang ada di IQMA.
Merujuk pada kutipan buku dari Prof. Ali Azis “Setiap muslim
bisa melakukan dakwah, karena dakwah bukan hanya ceramah agama”.8 Maka, seorang Muhammad Badi’ Sucipto tersebut merupakan seorang pendakwah yang melaksanakan dakwahnya tidak hanya di atas mimbar.
8
(14)
Sebagai seorang da’i, yang tidak mesthi tampil di atas mimbar, Muhammad Badi’ Sucipto dituntut untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Lalu, dengan bekal skill yang telah ia miliki, serta kelebihan akal yang telah diberikan Allah SWT kepadanya, seorang Muhammad Badi’ Sucipto selaku Ketua Umum IQMA tersebut memiliki sebuah strategi dakwah sendiri terhadap mad’unya.
Mad’u dari Muhammad Badi’ Sucipto sendiri pada penelitian kali ini adalah para jajaran pengurus dan anggota IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya yang telah dibai’at secara langsung pada saat pembai’atan sebagai anggota dan pengurus. Pesan dakwah yang disampaikan oleh Muhammad Badi’ Sucipto kepada para anggota dan pengurus berisikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan memegang dan melaksanakan amanah yang telah diberikan, tanggung jawab sebagai anggota dan pengurus dan hal-hal semacamnya.
Hal yang menarik dari penelitian ini adalah kita mengeksplorasi sebuah dakwah yang dilakukan secara persuasif oleh Muhammad Badi’ Sucipto yang notabene memiliki jabatan sebagai ketua umum IQMA. Sebagai seorang ketua umum pastinya memiliki tanggung jawab untuk menggerakkan roda organisasi dan juga memotivasi, menasihati dan mengontrol para anggota dan pengurus IQMA agar senantiasa selalu menjalankan amanah yang telah diberikan kepada mereka. Setiap anggota dan pengurus pasti memiliki berbagai karakter dan sifatnya yang berbeda,
(15)
lalu bagaimanakah strategi Sucipto membujuk, mengajak, dan mengingatkan anggota dan pengurusnya tersebut.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti ingin menggali bagaimana seorang Muhammad Badi’ Sucipto selaku Ketua Umum IQMA periode 2016 saat ini berdakwah terhadap mad’unya yakni segenap jajaran pengurus dan anggota IQMA di dalam organisasi IQMA sendiri. Karena tugas berdakwah adalah tugas setiap muslim. Bagaimanakah strategi dakwah persuasif yang dilakukan oleh seorang Muhammad Badi’ Sucipto selaku Ketua Umum IQMA periode 2016 di IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya ?
B.
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas, maka perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana strategi dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) ?
b. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016) ?
(16)
Pada penelitian ini penulis mempunyai tujuan tujuan penelitian ingin dicapai. Tujuan tersebut antara lain :
a. Untuk memahami dan mendeskripsikan strategi dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016). b. Untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor pendukung
dan penghambat dakwah persuasif Muhammad Badi’ Sucipto (ketua umum IQMA periode 2016).
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan rujukan baru dalam pengembangan keilmuan Ilmu Dakwah tentang strategi dakwah persuasif bagi para akademisi dan praktisi khususnya di program studi Komuniikasi dan Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis.
a. Untuk menambah pengetahuan tentang strategi dakwah persuasif bagi para akademisi dan praktisi khususnya di program studi Komuniikasi dan Penyiaran Islam..
b. Untuk menambah pengetahuan tentang beberapa faktor yang mendukung dan menghambat perjalanan dakwah persuasif bagi para akademisi dan praktisi khususnya di program studi Komuniikasi dan Penyiaran Islam..
E.
Definisi Konsep
(17)
a. Strategi
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos, yang berarti jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara hafiah berarti “seni para jenderal”.9
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Strategi merupakan taktik, rencana langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dalam perang.10 Atau dapat diartikan bahwa strategi merupakan rencana-rencana yang terdiri berbagai tahapan yang akan dilakukan dalam berperang.
Menurut Ali Murtopo deginisi strategi secara etimologi, strategi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu stratos dan agein. Stratos memiliki arti pasukan perang dan agein berarti memimpin.11 Dapat diartikan pula, stgrategi merupakan memimpin pasukan perang.
Sedangkan, secara khusus, Steiner dan Miner menyebutkan bahwa strategi adalah penempaan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.12
9
George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997), h 18
10
Tanti Yuniar Sip, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, 2004) h 560
11
Ali Mutropo, Strategis Kebudayaan, (Jakarta: Center For Strategic And International Studies CSIS 1978) cet ke-1 h. 40
12
(18)
Griffin (2000) mendefinisikan strategi sebagai rencana yang menyeluruh dalam rangka untu mencapai tujuan organisasi.13 Namun, tidak hanya sekedar untuk mencapai tujuan, akan tetapi strategi juga bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga keberlangsungan suatu organisasi di lingkungan organisasi tersebut berada dalam menjalankan aktifitasnya. Sehingga, tujuan organisasi secara umum dan khusus akan tercapai.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis memahami bahwa strategi adalah suatu rencana yang dilakukan baik seorang individu maupun organisasi dalam mencapai berbagai tujuan dan demi menjaga eksistensi keberadaan individu ataupun organisasi tersebut. Yang mana strategi tersebut direncanakan secara sistematis dan setelah itu dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Da‟wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u,Da’watan). Orang yang berdakwah biasa
13
Ernie Tisnawati. Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Pernada Media Group), 2005, h. 132
(19)
disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad‟u.14
Secara terminologis dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil Allah SWT bukan untuk mengikuti dai atau sekelompok orang.15
Sedangkan dakwah adalah kegiatan peningkatan iman dalam diri manusia menurut syari’at Islam.16
Muhammad Sulthon , dakwah adalah “panggilan dari Tuhan dan Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan ewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupan.17
Ketika strategi dan dakwah digabungkan maka akan menghasilkan sebuah pengertian baru. Strategi dakwah dapat diartikan sebagai metode, siasat, taktik, atau manuvers yang dipergunakan dalam kegiatan dakwah.18 Sedangkan menurut Ali Azis, strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.19
14
Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawwir. (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), h. 406-407.
15
Wahyu Illaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010 Cet pertama, h 14
16
Ali Azis, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, h 19
17
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2003, h 13
18
Rubiyanah dan Ade Mashuri, Pengantar Ilmu Dakwah, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 60
19
(20)
Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan manajemen, karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi.20
Strategi dakwah merupakan perpaduan antara ilmu strategi yang berorientasi pada sebuah keberhasilan perencanaan yang lalu dikombinasikan dan dipadukan terhadap tujuan dakwah sehingga dapat melahirkan sebuah pemikiran bagaimana tujuan dakwah tersebut dapat berhasil.
Strategi dakwah adalah kolaborasi yang tepat antara semua unsur dakwah mulai dari da‟i serta organisasi atau lembaganya, pesan, metode, dan media yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Strategi dakwah dimaksudkan untuk meminimalkan hambatan, baik yang bersifat teknis, psikologis, sosial, dan kultural, serta melakukan konfrontsi dengan pesan-pesan lain. Strategi dakwah harus dipandang sebagai kita yang melibatkan penalaran dengan menggunakan semua sumber daya dan mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif.21
c. Persuasif
Persuasif berasal dari istilah bahasa inggris persuation. Sedang istilah persuation itu sendiri diturunkan dari bahasa Latin Persuasio,
20
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strtategi Dakwah Islam, 1983, h, 32
21
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2011, Cet ke-1, h. 232-233
(21)
sedang verb (kata kerja)nya dalam bahasa inggris to persuade yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan dan sebagainya.22
Persuasif merupakan cara memengaruhi pendapat, pandangan, sikap ataupun mengubah tingkah laku seseorang dengan memengaruhi jiwa seseorang, sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan melakukan suatu tindakan.23
Sesuai dengan pendapat para ahli di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa strategi dakwah persuasif merupakan suatu perencanaan rangkaian kegiatan dakwah yang berisikan metode-metode, teknik dan taktik tertentu, yang disusun untuk mencapai tujuan dakwah dengan cara mempengaruhi pendapat, pandangan, sikap seseorang secara halus dengan memengaruhi jiwa seorang tersebut.
F.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain :
Bab I adalah pendahuluan, bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang ditelitii, untuk apa dan mengaoa penelitian itu dilakukan.
Bab II adalah kajian kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian
22
Jamaludin Kaffie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah). 23
(22)
kepustakaan diarahkan pada penyajian infomasi terkait yang mendukung gambaran umum tentang fokus penelitian.
Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, tekhnik pengumpulan, tekhnik analisis.
Bab IV adalah penyajian data dan analisis data penelitian, pada bab ini memaparkan tentang hasil yang didapat selama penelitian dan menganalisi data yang didapat dengan metode dakwah yang telah ada. Pemaparan berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subyek yang terkait dengan rumusan masalah. Hal ini akan dijelaskan dengan secukupnya agar pembaca mengetahui hal-ikhwal sasaran penelitian. Bab V adalah penutup, pad bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan ataupun jumlahnya.
(23)
A. KERANGKA TEORITIK 1. Strategi Dakwah Persuasif
Salah seorang tokoh besar Islam yakni Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karomallahu Wajhah menjelaskan bahwa Kebaikan yang tidak diorganisir dengan baik akan dikalahkan oleh kejahatan yang diorganisir dengan baik.
Kalimat tersebut memiliki arti yang sangat besar nilainya. Ketika suatu hal kebaikan itu tidak terkonsep dengan baik, maka kebaikan tersebut akan tetap berjalan sesuai dengan kebaikannya hanya saja tidak akan berjalan dengan baik. Hal tersebut pasti akan memiliki suatu kelemahan.
Berbeda dengan kebathilan yang dikonsep dengan baik dan rapi. Kebathilan tersebut akan dapat mengalahkan suatu kebaikan yang dilaksanakan tanpa sebuah konsep dan kerjasama
Maqolah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib tersebut di zaman sekarang ini disebut dengan Ilmu Manajemen. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, management, yang berarti
(24)
ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan, pengolahan. Artinya, manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan1.
Dalam bahasa Arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.2
Dalam buku lain disebutkan Terry menjelaskan arti manajemen yaitu mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dhaulu dengan mempergunakan kegiatan-kegiatan orang-orang lain.3 jadi, bisa disimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu untuk mengatur suatu hal untuk mencapai suatu tujuan.
Lalu, apa saja fungsi dari Manajemen ? Menurut Terry, fungsi itu ada empat, yaitu : Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.4 Sehingga, untukk menggapai suatu hal yang diinginkan perlu adanya perencanaan, pengorganisasian,penggerakan kerja, dan pengawasan. Ketika hal tersebut dilakukan maka tujuan yang ingin kita raih akan lebih besar kemungkinannya bisa tercapai.
Planning atau perencanaan adalah menentukan garis-garis besar untuk dapat memulai usaha. Lalu setelah ditetapkan rencana, maka
1
M. Munir, Wahyu Illaihi, Manajemen DakwaH, (Jakarta: Prenada Media), 2006. H. 9
2
Al-Mujam al-Waijiz, Majma‟ul Lughoh al-„Arabiyah, huruf Nuun.
3
Hazil Panglaykim, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia), Cetakan ke 15, 1991, H. 38
4
(25)
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dibagi-bagi antara anggota manajemen dan bawahannya yang disebut dengan Organizing. Lalu, untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dan aktivitas tersebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya ke arah itu.lalu controlling atau pengawasan, manajer-manajer pada umumnya menganggap perlu untuk mengecek apa yang telah dilakukan, guna memastikan apakah pekerjaan orang-orangnya berjalan dengan memuaskan dan menuju ke arah tujuan yang ditetapkan itu.5
Langkah awal untuk menggapai suatu tujuan adalah melakukan perencanaan. Perencanaan adalah proses mendefinisi tujuan organisasi dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.6 Perencanaan merupakan suatu proses untuk merumuskan tujuan-tujuan dari organisasi ataupun individu. Lalu kemudian menyajikan dengan jelas berbagai strategi-strategi, taktik-taktik, dan operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
a. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang berarti kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia bersumber dari kata strategos yang berkembang dari kata stratos (tentara) dan kata agein (memimpin).7 Istilah strategi ini dipakai dalam konteks militer sejak zaman Yunani dan Romawi hingga pada masa Industrialisasi.
5
Hazil Panglaykim, Manajemen Suatu Pengantar, H. 39
6
Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta), 1993. H. 141
7
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2011, cet. Pertama, H.. 227
(26)
Lalu, istilah strategi tersebut mulai berkembang ke berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam bidang komunikasi, ekonomi, dakwah dan lain sebagainya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Strategi merupakan taktik, rencana langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dalam perang.8 Atau dapat diartikan bahwa strategi merupakan rencana-rencana yang terdiri berbagai tahapan yang akan dilakukan dalam berperang.
Sedangkan, secara khusus, Steiner dan Miner menyebutkan bahwa strategi adalah penempaan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.9
Griffin mendefinisikan strategi sebagai rencana yang menyeluruh dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.10 Namun, tidak hanya sekedar untuk mencapai tujuan, akan tetapi strategi juga bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga keberlangsungan suatu organisasi di lingkungan organisasi tersebut berada dalam menjalankan aktifitasnya. Sehingga, tujuan organisasi secara umum dan khusus akan tercapai.
8
Tanti Yuniar Sip, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, 2004) H. 560
9
George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga), 1997, H. 18
10
Ernie Tisnawati. Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Pernada Media Group), 2005, H. 132
(27)
A Halim menjelaskan bahwa strategi ialah sebuah seni dalam menentukan rancangan untuk membangun sebuah perjuangan ( Pergerakan ) yang dapat dijadikan siasat yang biasanya lahir dari pemikiran, penelitian, dan pengalaman seseorang untuk mencapai tujuan.11
Sedangkan Asmuni Syukir menjelaskan pula bahwa Strategi ialah metode, cara, siasat, taktik, atau langkah-langkah yang digunakan dalam hal aktivitas (kegiatan).12
Menurut Husein Umar “Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti Seni Berperang. Menurutnya, strategi merupakan dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dlakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapakan oleh orang lain di masa depan. Dan bisa dikatakan lagi bahwa strategi itu merupakan rancangan atau rencana yang cukup matang dan benar-benar rinci untuk mencapai tujuan.13
Dari beberapa pendapat di atas, penulis memahami bahwa strategi adalah suatu rancangan yang berisi langkah-langkah yang akan digunakan seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan.
11
A. Halim, Strategi Dakwah Yang Terabaikan dalam Jurnal ilmu Dakwah (Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel), 2002, h 43
12
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas), 1983, H. 132
13
(28)
b. Tahapan-tahapan Strategi
Dalam aspek perencanaan, kita menentukan strategi, tekhnik, ataupun metode yang akan kita gunakan untuk mencapai tujuan kita. Sebuah perencanaan strategi tersebut, tidak hanya sebatas merumuskan konsep serta aplikasinya melainkan juga perlu adanya sebuah evaluasi terhadap perencanaan tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengukur sejauh mana rencana tersebut telah dilaksanakan. Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tiga tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu perumusan strategi, penerapan strategi dan penilaian (evaluasi) strategi.14
1. Perumusan Strategi
Menurut Fred R. David, perumusan atau perencanaan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran antara kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternative dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.15
2. Penerapan Strategi
Menurut Fred R. David, penerapan strategi sering kali disebut Tahap Aksi dari manajemen strategis. Menerapkan strategi berarti monilitasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi yang telah
14
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat), 2012, Cet. Ke-12, h. 6
15
(29)
dirumuskan. Penerapan strategi yang berhasil bergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang merupakan seni daripada pengetahuan, strtaegi tersebut dirumuskan, namun bila tidak diterapkan tidak ada gunanya.16
3. Penilaian Strategi
Di dalam bukunya, Fred R. david menjelaskan bahwa penilaian strategi atau evaluasi merupakan tahap terakhir dalam manajemen strategi. Manajer mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik. Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperolej informasi semacam ini. Semua strategi terbukan untuk di modifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus menerus berubah.17
c. Hubungan antara Strategi, Metode dan Taktik
Dalam literature dan praktek manajemen, kedua istilah di atas sering digunakan. Dan karena belum terdapat konsesus, maka sering salah terjadi kekacauan semantuk (semantic confusion). Sebab itu, kita perlu harus hati-hati untuk memahami apa yang dimaksud penulis dan praktisi apabila menggunakan kedua kata tersebut.18
16
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat), h. 7
17
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat), h. 7
18
(30)
Ketika berbicara tentang strategi tidak dapat dilepaskan dengan istilah metode dan taktik. Masyarakat umum sering mengalami kerancuan penggunaan istilah tersebut. Antara strategi, metode dan taktik sebenarnya merupakan istilah berbeda yang hampir sama.
George A Steiner membedakan strategi dan taktik sebagai berikut :
a. Tingkat perilaku (level of conduct). Strategi dikembangkan pada tingkat manajemen puncak. Sedangkan taktik digunakan pada tingkat manajemen yang lebih rendah.
b. Sudut pandang (point of view). Stratgi diformulasikan dari sudut pandang perusahaan, sedangkan taktik dibentuk dari sudut pandang fungsional.
c. Pentingnya (importance). Strategi lebih berarti bagi organisasi dibanding taktik.
d. Referensi (reference). Strategi adalah sumber pengembangan taktik. Taktik dirumuskan untuk mengejar tujuan strategi.19
Dari pendapat Steiner tersebut dapat disimpulkan bahwa Strategi memiliki jangkauan yang lebih luas daripada taktik. Sedangkan taktik memiliki jangakaun yang lebih sempit daripada strategi.
Dalam bukunya Prof. Ali Azis dijelaskan, bahwa strategi yaitu semua cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Setiap strategi menggunakan beberapa metode dan setiap metode membutuhkan teknik,
19
(31)
yaitu cara yang lebih spesifik dan lebih operasional. Selanjutnya setiap teknik membutuhkan taktik, yaitu cara yang lebih spesifik lagi dari teknik.20
Strategi merupakan rumusan untuk menggapai misi dan tujuan, yang merupakan sumber utama segala kegiatan organisasi atau individu untuk mencapai tujuannya. Secara sederhana adalah strategi merupakan apa yang kita ingin lakukan, sedangkan taktik adalah bagaimana kita melakukannya.
2. Dakwah Persuasif
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim baik secara individu maupun secara jamaah. Dakwah adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun masyarakat.21 Disadari atau tidak, dakwah merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak lahir telah menerima dakwah dari orang lain, apabila kalau “proses pendidikan” dikatakan dakwah juga, bayi dalam kandungan pun telah mendapat dakwah – lihat pendidikan prenatal.22
Kehidupan manusia saat ini menjadi lebih kompleks. Dakwah dalam menghadapi situasi dan kondisi masyarakat yang seperti ini perlu menetapkan sebuah strategi baru yang multikomples pula yakni dengan pendekatan persuasif.
20
Ali Azis, Ilmu Dakwah Edisi Revisi,(Kencana: Jakarta), 2012, h. 347
21
Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan Yang Qurani, Amzah, 2001,h 148
22
(32)
a. Pengertian Dakwah
Munawwir menjelaskan dalam karya Ali Azis, ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab da‟wah ( عدلا). Da‟wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh, datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi.23
ع لا ة كحلاب كبر ليبس ىلا دا
يه يتَلاب م لداج ةنسحلا ة
يدت لاب ملعا ه هليبس ع َلض ب ملعا ه كَبر َ ا سحا
Secara terminologis dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil Allah SWT bukan untuk mengikuti dai atau sekelompok orang.24
Asep Muhiddin menjelaskan bahwa dakwah adalah upaya memperkenalkan Islam yang merupakan satu-satunya jalan hidup yang benar dengan cara yang menarik, bebas, demokratis dan realistis menyentuh kebutuhan primer manusia.25
23
Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan Yang Qurani h. 6
24
Wahyu Illaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2010 Cet pertama, h. 14
25
(33)
Sedangkan Muhammad Sulthon menjelaskan bahwa dakwah adalah panggilan dari Tuhan dan Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupan.26
Jamaludin Kafie menjelaskan dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, kelompok, atau segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa yang disampaikan dengan ikhlas dengan menggunakan metode, sistem, dan bentuk tertentu, agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah seseorang, sekeluarga, sekelompok, massa dan masyarakat manusia, supaya dapat memengaruhi tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan tertentu.27
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu jalan atau upaya untuk memperkenalkan Islam sebagai jalan hidup yang benar, yang diserukan kepada semua orang untuk kembali ke Jalan Allah SWT, dengan menggunakan berbagai metode, sistem dan cara tertentu, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim baik secara individu maupun jamaah lalu mewujudkannya dalam segala segi kehidupan.
Dakwah yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya adalah dakwah yang dilakukan oleh para mubaligh atau penceramah yang mana
26
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2003, h 13
27
(34)
dalam menyampaikan pesan dakwahnya dengan berbicara di depan khalayak ramai (umum) atau yang dilakukan di atas mimbar-mimbar khutbah dan mimbar pengajian. Pemahaman ini tidaklah salah, namun juga bukan pemahaman yang paling benar. Karena dakwah bukan hanya sekedar ceramah yang dilakukan di atas panggung, namun ada berbagai cara dan metode lain yang bisa dilakukan yang mana hal-hal tersebut juga bisa disebut dengan dakwah.
b. Dakwah Persuasif
Persuasif berasal dari istilah bahasa inggris persuation. Sedang istilah persuation itu sendiri diturunkan dari bahasa Latin Persuasio, sedang verb (kata kerja)nya dalam bahasa inggris to persuade yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan dan sebagainya.28
Persuasif merupakan cara memengaruhi pendapat, pandangan, sikap ataupun mengubah tingkah laku seseorang dengan memengaruhi jiwa seseorang, sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan melakukan suatu tindakan.29 Dalam hal ini, dakwah termasuk jenis cara yang menganut persuasif. Dakwah persuasif memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, sebab persuasif mendasarkan usahanya pada segi-segi psikologis dan yang ingin diraih adalah kesadaran seseorang untuk melaksanakan sesuatu.
28
Jamaludin Kaffie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah).
29
(35)
Dalam buku komunikasi dijelaskan menurut Applbaum, persuasi adalah proses komunikasi yang dilakukan orang untuk menyampaikan pesan menggunakan cara verbal atau non verbal dengan tujuan untuk memperoleh tanggapan tertentu dari orang lain.30 Yosep Ilardo mengartikan komunikasi persuasif hakikatnya adalah penyampaian pesan dengan tujuan untuk mengubah kepercayaan, sikap, dan perilaku melalui aspek-aspek psikologis.31
Para ahli komunikasi sering menekankan bahwa persuasif adalah kegiatan psikologis. Dalam pengertian yang lebih luas, persuasif dapat diartikan sebagai suatu proses mempengaruhi pendapat, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis, sehingga orang tersebut bertindak atas kehendaknya sendiri.32
Akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan persuasif adalah sebuah nilai kesadaran, kerelaan disertai suatu perasaan menyenangkan tanpa adanya paksaan dan ancaman rasa takut. Hal ini sangat berbeda dengan kegiatan coersif, yaitu mengubah sikap, pendapat atau perilaku yang banyak mengandung sanksi dan ancaman, perintah, instruksi, bahkan suap, pemerasan dan boikot.
Dakwah dan komunikasi merupakan dua hal yang memiliki kemiripan dan hampir sama. Akan tetapi yang membedakan antara
30
Applbaum L. Ronald dan Anatal W.E Karl, Strategy for Persuasive Communication, (Ohio: Bell & Howel), 1974. H. 12
31
Yosep Ilardo, Speaking Persuasively, Mc. Millan, 1981. H. 4
32
(36)
keduanya hanya pada cara dan tujuan yang akan dicapai. Komunikasi memiliki tujuan umum untuk mengharapkan partisipasi dari komunikan atas pesan-pesan yang disampaikan sehingga terjadi perubahan pada diri komunikan. Sedangkan tujuan dari komunikasi dakwah yaitu mengharapkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku dari komunikan yang mana perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran Al-Quran dan hadits sebagai sumber hukum Islam.
Komunikasi merupakan bagian dari salah satu tindakan mempengaruhi yang dapat menggunakan cara persuasif. Maksud komunikasi persuasif dalam kerangka dakwah adalah komunikasi yang senantiasa berorientasi pada segi-segi psikologis mad’u dalam rangka membangkitkan kesadaran mereka untuk menerima dan melaksanakan ajaran islam.33
Agar dalam proses komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka seorang dai perlu melakukan perencanaan secara matang. Sedangkan, perencanaan dlakukan didasarkan komponen-komponen proses komunikasi. Bagi seorang dai atau komunikator, suatu pesan dakwah yang akan dikomunikasikan sudah jelas isinya, tetapi yang perlu dijadikan pemikirannya ialah pengelolaan pesan (message management). Pesan harus ditata sesuai dengan diri komunikan atau mad’u sesuai yang akan dijadikan sasaran. Komunikator harus terlebih dahulu melakukan komunikasi interpersonal yakni komunikasi dengan diri
33
(37)
sendiri, berdialog dengan diri sendiri, bertanya untuk diri sendiri untuk dijawab oleh diri sendiri.
Dalam melakukan dakwah persuasif memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, sebab persuasif mendasarkan usahanya pada segi-segi psikologis dan yang ingin diraih adalah kesadaran seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Oleh karena itu, dakwah persuasif harus dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki pengetahuan dan keahlian.34
c. Karakteristik Dakwah Persuasif
1. Dakwah Persuasif versus Argumentatif
Dalam beberapa hal persuasif sejenis dengan argumentative. Perbedaan utamanya ialah bahwa kita mengharap pendebat menekankan bukti, logika, dan fakta dalam argumentasinya. Sedangkan dalam persuasif, kita tidak hanya mengharapkan agar pembicara membuat argumentasi yang baik, tetapi juga dapat dipercaya, mengandung emosi dan motivasi. 2. Dakwah Persuasif Versus Motivasi
Setiap orang memiliki yang namanya motivasi dasar. Motivasi dasar tersebut berkembang dengan cara yang kompleks dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, pendidikan dan tokoh yang diidolakan, Oleh karena itu, kita tidak bisa menanamkan motivasi secara singkat kepada manusia.
34
(38)
Kita harus menyadari bahwa apapun motivasi dasar yang dimiliki pendengar, sebagai pendakwah yang persuasif kita harus dapat mengadaptasikan diri dengan motivasi yang ditampilkan oleh hadirin.35
Jikalau kita mampu menanamkan motivasi kepada hadirin, ini sebagian besar karena kita mampu menyesuaikan usulan kita dengan motivasi hadirin. Hanya dengan memancing motivasi yang sebelumnya telah ada itu, kita baru dapat membuat hadirin mau melakukan atau mempercayai hal yang kita bicarakan.36
3. Dakwah Persuasif dan Perubahan Sosial
Dakwah persuasif erat hubungannya dengan suatu perubahan sosial. Di dalam kehidupan sehari-hari kita memiliki banyak kebiasaan. Dari kebiasaan ini kita bisa mempelajari suatu hal yang tidak kita sadari sering kita rasakan dan lakukan. Ketika kita memasuki suatu pola kehidupan baru maka kita pun akan mengembangkan pola kehidupan dan kebiasaan baru yang akan mengoyak-ngoyak pola kebiasaan lama. Pada periode inilah kita sering merasa rindu dengan masa-masa indah pola kehidupan kebiasaan kita yang lama.
Begitu pula pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain untuk merubah kebiasaan buruk nya menjadi suatu kebiasaan yang
35
Syahroni, AJ, Teknik Pidato dalam Pendekatan Dakwah, (Surabaya: Dakwah Digital Press) H 83
36
(39)
baik. Hal itu bukanlah perkara mudah karena berhubungan dengan kebiasaan. Ketika kita menganalisis hadirin, kita harus ingat bahwa jika kita mampu menunjukkan kebenaran nasihat kita, maka hadirin pasti akan memilih usul kita. 37Kita harus ingat bahwa pesan bujukan kita mungkin akan menghasilkan yang menyenangkan bagi pendengarnya kita harus siap menghadapi tantangan yang berbentuk penolakan perubahan.
4. Dakwah dan Konseling
Dalam melaksanakan tugas dakwah, seorang Da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa individu-individu yang akan didakwahi memiliki keragaman dalam berbagai hal. Keragaman tersebut akan memberikan corak yang berbeda pula dalam menerima dakwah (materi dakwah) yang menyikapinya, karena itulah untuk mengefektifkan usaha dakwah seorang Da’i dituntut untuk memahami Mad’u yang akan dihadapi. Dengan kata lain seorang Da’i dituntut menguasai tentang kejiwaan manusia sebagai individu maupun anggota kelompok.38
Esensi dakwah sesungguhnya ialah terletak pada usaha pencegahan munculnya penyakit-penyakit masyarakat yang sifatnya
37
Syahroni, AJ, Teknik Pidato dalam Pendekatan Dakwah, H 83
38
http://immdakwahpwt.blogspot.co.id/2011/09/hubungan-dakwah-dan-konseling.html. Di akses 7
(40)
psikis. Cara menanggulanginya ialah dengan cara mengajak, memotivasi, merangsang, serta membimbing individu agar sehat dalam berfikir, sejahtera jiwa dan raganya sehingga dapat menerima ajaran agama dengan kesadaran dan dapat menjalankan tunntunan agama sesuai dengan syariat.
Konseling adalah suatu proses menolong tetapi bukan merupakan memberi nasihat saja. Dalam proses menolong, konselor perlu membina, membimbing klien supaya lebih memahami mengenai dirinya, kebolehannya, kemampuannya, dan keupayaannya.
Dengan ini ia akan dibimbing supaya dapat membuat rancangan untuk masa depan. Segala keputusan dan pilihan klien itu bukanlah datang dari konselor tetapi dari klien itu sendiri. Peran konselor hanya untuk membimbing klien dalam proses membuat keputusan dan pilihan.
d. Strategi Dakwah
Dalam membahas strategi dakwah, perlu dibahas pula istilah-istilah yang terkait, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik. Jika istilah-istilah tersebut dikaitkan secara keseluruhan maka pendekatan adalah langkah yang paling awal dalam menentukan pilihan strategi yang akan dipakai.
(41)
Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses dakwah. Umumnya, penentuan pendekatan didasarkan pada mitra dakwah dan suasana yang melingkupinya.39 Pendekatan-pendekatan ini melihat lebih banyak pada kondisi dari mitra dakwah dan segala lingkungannya. Oleh karenanya pendakwah, metode dakwah, pesan dakwah, dan media dakwah harus disesuaikan dengan kondisi dari mitra dakwah.
Sebagaimana definisi dari pendekatan dakwah di atas yaitu titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses dakwah, maka, terdapat dua pendekatan dakwah, yaitu pendekatan dakwah yang terpusat pada pendakwah dan pendekatan dakwah yang terpusat pada mitra dakwah.40
Pendekatan dakwah yang terpusat pada pendakwah hanya bertujuan pada pelaksanaan kewajiban dakwah. Berdasar pendekatan ini, maka hukum berdakwah adalah fardlu ain artinya setiap muslim wajib berdakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka unsur-unsur dakwah yang lain diharuskan untuk mengikuti dari kemampuan sang pendakwah. Pesan dakwah yang dikuasai oleh pendakwah sajalah yang akan disampaikan kepada mitra dakwah. Media dakwah yang mampu dimanfaatkan
39
Ali Azis, Ilmu Dakwah, h 347
40
(42)
pendakwah sajalah yang dipakai berdakwah. Metode yang paling dikuasai pendakwah lah yang akan dipakai.
Pendekatan dakwah yang terpusat pada mitra dakwah berupaya mengubah keagamaan mitra dakwah. tidak hanya pada tingkatan pemahaman, tetapi lebih dari itu, yaitu mengubah sikap dan perilaku mitra dakwah. Dalam hal ini, semua unsur dakwah harus menyesuaikan kondisi mitra dakwah. tidak semua orang bisa melakukan pendekatan ini. Melalui pendekatan ini pendakwah harus menyesuaikan diri dengan kondisi mitra dakwah. Pendakwah seperti apakah yang cocok dengan mitra dakwah, pesan dakwah manakah yang dibutuhkan oleh mitra dakwah, media dakwah manakah yang dapat menggugah hati dari mitra dakwah, metode dakwah manakah yang dapat diterima dengan senang hati oleh mitra dakwah. Dengan persiapan seperti itu maka diharapkan sekali berdakwah tetapi menghasilkan perubahan keagamaan orang lebih baik dan lebih signifikan daripada beberapa kali dakwah tetapi tidak menghasilkan apapun.
2. Strategi Dakwah
Strategi dakwah dapat diartikan sebagai metode, siasat, taktik, atau manuvers yang dipergunakan dalam kegiatan dakwah.41 Sedangkan menurut Ali Azis, strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi
41
Rubiyanah dan Ade Mashuri, Pengantar Ilmu Dakwah, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, h 60
(43)
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.42
Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan manajemen, karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi.43
Sedangkan menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.44
Strategi dakwah merupakan perpaduan antara ilmu strategi yang berorientasi pada sebuah keberhasilan perencanaan yang dikombinasikan dan dipadukan terhadap tujuan dakwah sehingga dapat melahirkan sebuah pemikiran bagaimana tujuan dakwah tersebut dapat berhasil.
Strategi dakwah adalah kolaborasi yang tepat antara semua unsur dakwah mulai dari da‟i serta organisasi atau lembaganya, pesan, metode, dan media yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Strategi dakwah harus dipandang sebagai kita yang melibatkan penalaran dengan
42
Ali Azis, Ilmu Dakwah, h 349
43
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas), 1983, h 32
44
Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya,
(44)
menggunakan semua sumber daya dan mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif.45
Sebuah strategi merupakan suatu rencana tindakan yang berisi tentang pemilihan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan yang bisa digunakan untuk menggapai suatu tujuan. Sehingga, dengan demikian, strategi merupakan suatu proses penyusunan rencana kerja dan belum sampai pada tindakan.
Arah dari suatu keputusan penyusunan strategi ialah untuk menggapai suatu tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu adanya perumusan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.
Dalam penyusunan strategi dakwah harus mengetahui tujuan dakwah. Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tujuan utama (umum) dan tujuan khusus (perantara). Tujuan utama merupakan garis pokok yang menjadi arah semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah sesuai dengan ajaran Islam.46 Tujuan utama ini tidak bisa dicapai secara sekaligus, sehingga perlu tahapan-tahapan pencapaian untuk menggapai tujuan utama tersebut. Tujuan pada setiap tahapan inilah yang dinamakan tujuan perantara. Tujuan khusus harus realistis, konkret, jelas, dan bisa diukur.
45
Anwar Ariin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2011, Cet ke-1, h 232-233
46
(45)
3. Macam-macam Strategi Dakwah
Al Bayanuni dalam bukunya menjelaskan bahwa strategi dakwah adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.47
Selain membuat definisi, Al Bayanuni juga membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Strategi sentimentil (al-manhaj al-athif). 2. Strategi rasional (al-manhaj al-aqli). 3. Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi).
Strategi sentimentil (al-manhaj al-athif) adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan strategi ini. Metode-metode ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf (imannya lemah), orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan sebagainya. Strategi ini diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW saat menghadapi kaum musyrik Mekkah.
47
(46)
Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi, atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.
Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Beberapa metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.
Hubungan antara dakwah dan konseling pun dapat memberikan suatu metodologi baru yang dibutuhkan oleh para dai dalam berdakwah sesuai dengan kebutuhan asas manusia. Metodologi yang diambil dari ilmu konseling itu bernama Konseling alih tangan (referal).
Alih tangan kasus (referal) yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien mengalihtangankan permasalahannya itu kepada yang lebih ahli.48 Dalam keilmuan dakwah,alih tangan atau referal juga dapat diartikan apabila seorang pendakwah telah mengerahkan segenap tenaga
48
(47)
dan kemampuannya dalam berdakwah, tetapi mengalami suatu kendala dan belum berhasil, maka pendakwah tersebut membutuhkan bantuan atau bimbingan kepada orang lain yang lebih mengetahui.
4. Metode dan Teknik
Setelah menentukan pendekatan yang akan digunakan berdasarkan kondisi mitra dakwah dan sekitarnya serta menentukan strategi yang akan dipakai, maka untuk merealisasikan strategi tersebut perlu adanya metode. Strategi merupakan sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan, sedangkan metode adalah cara yang dapat dipakai untuk melaksanakan strategi. Dalam setiap penerapan metode, membutuhkan beberapa teknik.
Al-Bayanuni dalam Ali Azis menjelaskan bahwa metode dakwah yaitu cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara-cara menerapkan strategi dakwah.49 Dalam Kamus Ilmiah Populer, metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja.
Metode merupakan bagian dari strategi dakwah yang masih bersifat konseptual sehingga metode harus bersifat lebih praktis dan konkret agar mudah untuk dilaksanakan. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Metode dakwah berupaya untuk
49
(48)
menggerakkan keunggulan dari suatu strategi dan memperkecil kekurangan dari strategi.
Sedangkan teknik merupakan bagian-bagian yang berada di dalam metode itu sendiri. Teknik merupakan suatu pendukung dari tiap-tiap metode dakwah yang ada yang bisa dipelajari oleh tiap-tiap pendakwah. Teknik dapat membantu pendakwah untuk mengembangkan kemampuan individunya sesuai dengan metode yang dipilih.
Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga, yaitu : Dakwah Lisan, Dakwah tulis dan Dakwah Perbuatan. Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut ada beberapa metode yang bisa dikembangakan, di antaranya metode ceramah, metode diskusi, metode konseling, metode karya tulis, dan metode kelembagaan. Dan di dalam metode tersebut terdapat teknik-teknik yang bisa digunakan para pendakwah untuk meningkatkan kemampuan dakwahnya sesuai dengan metode tersebut. B. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN
Dalam subbab ini akan dijelaskan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian atau skripsi ini. Dalam subbab ini akan dijelaskan isi, perbedaan dan persamaan antara hasil penelitian terdahulu dengan penelitian atau skripsi ini.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Ainun Masruroh jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2006. Penelitian ini berjudul :
(49)
“STRATEGI RETORIKA NYAI HJ. TUTI AFIFAH DALAM TABLIGH
PADA JAM‟IYAH YASIN TAHLIL KELURAHAN PUNCANGANOM KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO”
Penelitian ini menjelaskan bahwa Nyai Hj. Tuti Afifah dalam menyampaikan tablighnya hampir sesuai dengan lima unsur strategi retorika yaitu, Analisis Calon Pendengar, Penetapan Tujuan, Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Fokus penelitian ini terletak pada Strategi tabligh yang Beliau lakukan dan faktor apa saja yang menjadi dasar Beliau dalam membuat strategi tabligh.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini ialah sama-sama meneliti strategi dalam sebuah dakwah Islam untuk kemajuan dan penyebaran agama Islam. Perbedaannya terletak pada tokoh yang diteliti, obyek, dan metode dakwah yang dilakukan Subyek penelitian berbeda. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mariatul Qibtiyah jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2016. Penelitian ini berjudul
STRATEGI DAKWAH UKM IQMA (UNIT KEGIATAN MAHASISWA IKATAN QARI QARIAH MAHASISWA) DALAM MEMPERSIAPKAN MAHASISWA SEBAGAI KADER DAI
Penelitian ini menjelaskan bahwa UKM IQMA dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai kade dai adalah menggunakan strategi Sentimentil, Strategi Rasional, dan strategi indriawi.
(50)
Dan faktor pendukung strategi tersebut adalah adanya motivasi dari berbagai piha, mengayomi para anggota secara menyeluruh, adanya alokasi bimbingan dai diluar jam kuliah (hari libur) dan adanya komunikasi yang baik. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor kinerja dari pengurus yang kurang baik karena adanya faktor perekonomian, faktor idealis yang berbeda, faktor kesibukan, lokasi kegiatan yang kurang kondusif dan kurangnya praktek di lapangan.
Persamaan skripsi ini dengan penelitian penulis ialah keduanya sama-sama membahas tentang Strategi dakwah islam, hanya saja perbedaannya terdapat pada obyek dan fokus dari strategi tersebut diterapkan. Dalam skripsi ini, strategi diterapkan kepada anggota IQMA khususnya bidang Dakwah. Sedangkan untuk skripsi dari peneliti, strategi yang dilakukan oleh ketua umum IQMA ini diterapkan kepada para pengurus IQMA maupun para anggota IQMA.
3. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Yusra Nuryazmi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015. Penelitian ini berjudul
STRATEGI DAKWAH USTADZ MUHAMMAD ARIFIN ILHAM DI KALANGAN MASYARAKAT PERKOTAAN
Penelitian ini fokus terhadap seorang tokoh besar yakni Ustadz Arifin Ilham yang melakukan dakwahnya di daerah masyarakat perkotaan. Penelitian ini menghasilkan bahwa meskipun Beliau merupakan tokoh
(51)
besar disaat sekarang ini, beliau juga menggunakan sebuah strategi dalam dakwahnya.
Kesamaan penelitian diatas dengan skripsi penulis ialah sama-sama membahas seuah strategi dakwah yang menggunakan dalill yang sama. Letak perbedaannya berada fokus dakwah yang digeluti oleh kedua tokoh. Untuk ustadz Arifin Ilham merupakan tokoh besar yang sering berdakwah di depan umum. Sedangkan tokoh yang menjadi subyek penelitian penulis adalah seorang yang sedang belajar berdakwah dan berdakwah dalam kehidupan sehari-hari, bukan dakwah yang berada di atas panggung.
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis PenelitianSesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yang megambil judul Strategi Dakwah Persuasif Ketua Umum IQMA di IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Maksudnya adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi1.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya tingkah laku, cara pandang, motivasi, tindakan dan sebagainya secara menyeluruh dan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu kejadian-kejadian khusus yang alamiah. Artinya pendekatan dalam penelitian ini tidak menggunakan angka-angka.2
1
Sugiono. MetodePenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R Dan D, (Bandung : Alfabeta), 2009. H. 9
2
(53)
Creswell dalam bukunya Ismail Nawawi menjelaskan bahwa Penelitian kualitatif adalah untuk menjelajahi dan memahami makna individu atau kelompok untuk menganggap masalah sosial atau manusia.3 Proses penelitian melibatkan pertanyaan yang muncul dan prosedur, mengumpulkan data dalam pengaturan peserta, menganalisis secara induktif data, membangun dari hal khusus dengan tema umum, dan membuat interpretasi dari makna data. Laporan tertulis terakhir memiliki struktur tulisan yang fleksibel.
Sesuai dengan penjelasan dari para ahli tersebut, peneliti memilih jenis pelitian kualitatif ini karena dalam melakukan penelitian terhadap fenomena dakwah yang dilakukan oleh seseorang diperlukan adanya kevalidan data berdasarkan tingkah laku yang dilakukannnya setiap hari kepada manusia sekitarnya dan hal tersebut lebih bermakna dari sekedar angka-angka saja.
Jenis penelitian ini bertugas untuk menjelaskan secara menyeluruh pada subjek penelitian dengan menggambarkan secara rinci mengenai fenomena sosial yang sedang diteliti yakni aktifitas dakwah ketua umum IQMA dalam membimbing para anggota IQMA dan pengurus IQMA di dalam internal IQMA sendiri sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian tanpa dikurangi dan ditambahi. Sehingga dengan hal tersebut diharapkan akan menghasilkan penelitian yang obyektif.
B.
Kehadiran Peneliti
3
(54)
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat diperlukan dan sangat penting dilakukan untuk menghasilkan sebuah penelitian yang obyektif. Penelitian kualitatif memiliki latar alamiah yakni peneliti kualitatif pergi ke lapangan dan mengamati dan terlibat secara intensif sampai ia menemukan apa yang dimaksudnya. Peneliti ingin tahu inputnya, proses dan outputnya dengan mengumpulkan data, mencatat, mengolh dan menganalisisnya sehingga menjadi bermakna. Setiap peneliti datang dan memotret keadaan yang terjadi, peneliti langsung mencatat dan menginterpretasikannya dengan menggunakan teknik-teknik yang dapat memudahkan memahami secara keseluruhan dari bagian-bagian penelitiannya.4
Kehadiran peneliti memiliki pengaruh yang penting dalam proses penelitian berlangsung karena peneliti harus berperan aktif dalam penelitian, mulai dari mencari subyek penelitian yaitu orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara / peneliti. Subyek penelitian ialah orang yang diperkirakana menguasai dan memahami data, informasi, maupun fakta dari suatu objek dari penelitian. Subjek penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive yaitu dengan menyesuaikan gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, manfaat yang hendak dicapai oleh peneliti dimana dalam metode ini dipilih berdasarkan perimbangan-pertimbangan tertentu.5
C.
Setting Penelitian4
Ismail Nawawi, Metode Penelitian Kualitatif, h. 72
5
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta:Pustaka Widyatama), 2006, h. 115
(55)
Tempat penelitian penulis adalah di kantor kesekretariatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya. Alasan penulis meneliti di tempat ini adalah karena tempat ini merupakan pusat dari kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dan pengurus IQMA. Tempat ini merupakan pusat dari komunikasi yang dilakukan oleh Ketua Umum IQMA terhadap para anggota dan pengurusnya.
D.
Jenis dan Sumber DataJenis data dalam penelitian ini ada 2 yaitu jenis data primer dan jenis data sekunder.
a.Jenis data primer.
Jenis data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kali. Dalam pengumpulan data primer ini dapat dlakukan dengan beberapa cara yakni dengan observasi (pengamatan) dan wawancara.
Sumber data yang dapat menghasilkan jawaban lisan dapat diperoleh melalui wawancara terhadap Muhammad Badi’ Sucipto selaku ketua umum IQMA periode 2016 dan juga terhadap pengurus IQMA 2016 serta para anggota IQMA UIN Sunan Ampel Surabaya.
1. Informan 1
Ketua umum IQMA periode 2016 bernama Muhammad Badi’ Sucipto. Ia akrab disapa dengan nama Cipto. Sucipto lahir di Sukodono, Sidoarjo pada tanggal 10 November 1994. Iamengenyam pendidikan Sekolah Dasar selama 6 tahun di SDN Sukodono 2. Setelah lulus dari
(56)
pendidikan Sekolah Dasar, kemudian Beliau melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darussalam Sidodadi. Selama 3 tahun pula Sucipto menimba ilmu di MTs Darussalam. Setelah 3 tahun menimba ilmu di jenjang MTs, Sucipto melanjutkan pendidikannya ke Yayasan Hasyim Asy’ari tepatnya di Madrasah Aliyah (MA) Hasyim Asy’ari Sidoarjo selama 3 tahun. Dan sekarang sedang menempuh pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya, jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) Semester 8.
Pendidikan Non Formalnya, Ia saat ini rutin mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa semenjak semester 4 hingga sekarang. Pernah belajar di Pondok Pesantren Darul Falah cabang nomor 20 di Sidoarjo sejak kelas 5 SD hingga masuk ke jenjang kuliah.
Pernah menjabat sebagai Ketua OSIS MA Hasyim Asy’ari 2012-2013, Sekretaris OSIS MA Hasyim Asy’ari 2011-2012. Selain itu juga pernah menjabat sebagai Ketua IPNU Komisariat MA Hasyim Asy’ari 2012.
2. Informan 2
Informan yang kedua ini merupakan informan tambahan. Namanya adalah Ajeng Hidayatul Maghdalena. Ia merupakan pengurus dari Departemen Pembinaan dan Pemberdayaan Kader IQMA periode 2016. Ajeng merupakan mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
(57)
3. Informan 3
Informan yang ketiga bernama Imroatul Azizah. Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Ia merupakan Sekretaris 2 IQMA pada periode 2016. Tepat di bawah kepemimpinan Sucipto.
4. Informan 4
Informan yang keempat bernama Muhammad Rofiqul Umam, pria kelahiran Gresik ini merupakan mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Ampel Surabaya. Umam merupakan partner Sucipto dalam menjalankan dakwahnya selama ini.
5. Informan 5
Informan yang kelima bernama Dimas Syafa Syahrul Faizin. Pria kelahiran Bojonegoro ini adalah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, semester 8. Dimas merupakan salah satu pengurus dan anggota IQMA. Pada kepengurusan periode 2016 lalu, Dimas memangku jabatan sebagai Sekretaris 1 IQMA.
6. Informan 6
Informan selanjutnya bernama Muhammad Setyo Budi Utomo, S.I.Kom. Panggilan akrabnya adalah Kak Tyo. Menjabat sebaggai Koordinator Dewan Pertimbangan IQMA (DPI) periode 2015-2016. Kak
(58)
Tyo merupakan alumni IQMA tahun 2015. Dan juga mantan dari Sekretaris 1 IQMA periode 2014, serta mantan Pengurus Bidang MC periode 2013.
b. Jenis data sekunder
Jenis data sekunder adalah jenis data tambahan, artinya data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, akan tetapi data itu sudah dipersiapkan sebelumnya yang berupa dokumen.
Dalam hal ini data yang akan dihimpun penulis antara lain adalah gambaran umum struktur kepengurusan organisasi Ikatan Qari’ Qari’ah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, Surat keputusan, hasil Musyawarah Kerja Program Kerja IQMA.
c.Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat dimintai keterangan dalam hal pengumpulan data tentang seputar kegiatan organisasi Ikatan Qari’ Qari’ah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dan dakwah yang dlakukan oleh Ketua Umum IQMA tersebut.
E.
Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
(59)
ditetapkan.6 Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang dijelaskan dalam bukunya Sugiono. Terdapat tiga tahap pengumpulan data :
1.Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dkerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang Nampak.7
Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Observasi partisipatif ini diapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi aktif, partisipasi moderat, patisipasi pasif, dan partisipasi lengkap. Dan di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi aktif yang artinya peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.8
Dan dalam melakukan observasi partisipasi aktif tersebut, peneliti mengikuti secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh Narasumber yang kegiatannya berada di Unit Kegiatan Mahasiswa IQMA. Hal ini dilakukan
6
Sugiono, MetodePenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R Dan D, h. 224
7
Sugiono, MetodePenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R Dan D, h. 227
8
(60)
guna mengetahui secara langsung sumber-sumber data yang sedang diamati. Peneliti mengikuti hampir segala kegiatan dan berinteraksi dengan berbagai informan di dalam IQMA, baik informan primer maupun informan sekunder.
2. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dlaam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.9
Esterberg dalam Sugiono menjelaskan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Sedangan semistruktur termasuk dalam wawancara kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
9
(61)
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Wawancara tidak terstruktur, karena dalam hal strategi dakwah persuasif tersebut peneliti belum memiliki kesimpulan atau jawaban apa yang akan didapatkan dari narasumber secara pasti. Dalam melakukan penelitian, peneliti membuat pedoman wawancara secara garis besarnya saja dan menggunakan pertanyaan bebas yang bisa berkembang pada saat pelaksanaan penelitian.
3. Teknik pengumpulan data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya—karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.10
F.
Teknik Analisis DataAnalisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data oleh penulis ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan suatu tema.11
Dalam penelitian kali ini, penulis akan menggunakan Teknik Analisis Domain. Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian.12
10
Sugiono. MetodePenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R Dan D, h. 240
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 161
12
(62)
Teknik analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran obyek penelitian di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian. Teknik ini sangat sesuai dengan penelitian yang tujuannya eksploratif. Artinya, analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh deskripsi objek penelitian secara general, tanpa harus merinci ke dalam detailnya (unsur-unsur).13
Teknik analisis ini dilakukan baik pada saat sedang berlangsungnya penggalian data di lapangan maupun ketika peneliti sedang menganalisis temuan data dari lapangan dan mengklasifikasikannya sesuai domain-domain yang bersangkutan dengan data yang didapat.
G.
Teknik Keabsahan DataPenelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, (1) subyektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dlakukan secara terbuka dan apalagi tanpa control (dalam observasi partisipasi), (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian.
13
(63)
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teknik pengujian keabsahan yang dipelopori tokoh Moleong.14
1. Perpanjang Keikutsertaan
Dalam setiap penelitian kualitatif, kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Karena itu hampir dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Dalam perpanjang keikutsertaan ini, peneliti melakukannya dengan cara penambahan pencarian informasi dengan tekhnik pengumpulan data observasi partisipatif tambahan dan juga dengan wawancara tambahan. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengukur keabsahan data yang telah peneliti dapat dari satu informan. Lalu peneliti mencari data yang bersumber dari informan lain untuk mencari kesamaan dan perbedaan dari data yang digali oleh peneliti.
H.
Tahapan PenelitianTahap ini terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data15.
1. Tahap pra - lapangan
14
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Kencana), 2011, h. 261
(64)
Tahap pra-lapangan adalah langkah-langkah yang dirancang dan dilaksanakan penulis dalam melaksanakan pengamatan sekilas sebelum penelitian mendapat surat izin dari pejabat yang berwenang. Tahapan atau langkah-langkah yang ditempuh sebelum terjun langsung ke lapangan sebagai berikut16 :
a. Menyusun rancangan penelitian.
Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti meyiapkan sebuah kerangka outline penelitian. Di tahap ini, sebelum peneliti menulis subjek penelitian, penulis melaksanakan prosedur awal penelitian sesuai dengan prosedur yang telah dibuat oleh instansi peneliti yaitu Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi, program srudi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Prosedur penelitian tersebut adalah : 1). Membuat Matriks Penelitian yang berisi tentang usulan judul skripsi yang di dalamnya juga menjelaskan tentang latar belakang pemilihan judul tersebut. Di dalamnya juga menjelaskan fenomena sosial yang dijadikan peneliti sebagai subyek penelitian. Terdapat pula rumusan masalah dan metode penelitian apa yang akan dipakai. Matriks tersebut diajukan kepada penguji Matriks yang mana diampu oleh Sekretaris Program Studi saat itu yakni Bapak Fahrur Razi. Sedangkan usul judul skripsi penulis yang diterima adalah Strategi Dakwah Persuasif Ketua Umum IQMA 2016 di Ikatan Qari Qariah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. 2) Setelah usul judul skripsi
16
(1)
94
- Adanya dukungan dan motivasi dari anggota-anggota IQMA dan jajaran pengurus IQMA.
b. Faktor Penghambat
Faktor Lingkungan Sosial. B. Saran
1. Mengingat pentingnya sebuah dakwah yang bersifat persuasif
seperti ini maka perlu adanya peningkatan mutu da’i agar lebih meningkatkan kemampuan komunikasinya untuk melakukan dakwah persuasif.
2. Dalam jalan dakwah pastinya ada pandangan-pandangan yang berbeda dari semua kalangan. Ada yang mendukung dan ada
yang menghambat. Sehingga, sebagai seorang da’i haruslah
siap menghadapi segala macam faktor penghambat dan jangan terlena dengan faktor pendukung.
3. Kajian keilmuan seperti ini masih layak untuk dipelajari sehingga dengan adanya penelitian ini semoga semakin banyak penelitian tentang dakwah persuasif seperti ini.
4. Hasil dari penyajian data dan penelitian ini semoga bisa menginspirasi untuk memajukan pengembangan keilmuan dakwah, dan menjadi ilmu yang bisa diterapkan sebagai kajian keilmuan dakwah.
5. Peneliti menyadari bahwa hasil dari penyajian data dan penelitian ini masih kurang sempurna karena peneliti belum
(2)
95
bisa menyajikan dara secara lebih mendalam. Akan tetapi secara garis besar penelitian tersebut telah mampu untuk menjawab rumusan masalah.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
AJ, Syahroni. 2012. Teknik Pidato dalam Pendekatan Dakwah. Surabaya: Dakwah Digital Press.
Arifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Aripudin, Acep & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Aripudin, Acep & Syukriadi Sambas.2007.Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Aziz, Moh Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2011. David, Fred R. 2011. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat
Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006.
Halim, A. 2002. Strategi Dakwah Yang Terabaikan dalam Jurnal ilmu Dakwah. Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel
Hazil, Panglaykim. 1991. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.Ilardo, Yosep. 1981. Speaking Persuasively. Mc. Millan.
(4)
Illaihi, Wahyu.2010.Komunikasi Dakwah.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Jumantoro, Totok. 2001. Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan Yang Qurani. Amzah
Kaffie, Jamaludin . 1993. Psikologi Dakwah. Surabaya: Indah
Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhiddin, Asep. 2002. Dakwah dalam Perspektif Al Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Munawir, Ahmad Warson.1997. Kamus al-Munawwir.Surabaya:Pustaka Progresif.
Munir, M. Wahyu Illaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media. Mutropo, Ali.1978.Strategis Kebudayaan.Jakarta:Center For Strategic And
International Studies CSIS.
Nashor. 2011. Komunikasi Persuasif Nabi dalam Pembangunan Masyarakat Madani. Pustaka Mas.
Nawawi, Ismail. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya.
Prodi KPI, Panduan Penulisan Skripsi, 2016, H. 33
Ronald , Applbaum L. dan Anatal W.E Karl. 1974. Strategy for Persuasive Communication. Ohio: Bell & Howel.
(5)
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saputra, Wahidin 2011. Pengantar ilmu dakwah, Rajawali Press.
Steiner, George A dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:Erlangga.
Sugiono. 2009. MetodePenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R Dan D. Bandung : Alfabeta.
Sulthon, Muhammad. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunarto. 2012. Kiai Prostitusi, Pendekatan Dakwah K.H. Khoiron di Lokalisasi
Surabaya. Surabaya: Jaudar Press.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strtategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ikhlas.
Tisnawati, Ernie dan Kurniawan Saefullah.2005.Pengantar Manajemen. Jakarta: Pernada Media Group.
Tisnawati, Ernie. Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Pernada Media Group
Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Yuniar, Tanti Sip. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:Agung Media Mulia.
(6)
Internet
https://tepern06.wordpress.com/2011/11/8/analisis-domain-dan-taksonomi-analisis-spradley/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C759949083. Di akses 7 April 2017, pukul
21.17 WIB
http://immdakwahpwt.blogspot.co.id/2011/09/hubungan-dakwah-dan-konseling.html.