ANALISIS RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA METRO PERIODE JANUARI 2012 HINGGA APRIL 2015

ABSTRACT

ANALYSIS PARKING RETRIBUTION ON LOCAL REVENUE
METRO CITY JANUARY 2012 UP TO APRIL 2015

By
KARTIKA WULANDARI

This research aims to understand the influence charges for parking on local revenue metro
city. The research is quantitative research on two variabels, namely the independent variabel
is parking retribution and dependent variabels is genuine revenue metro city. In this research,
sample taken is data about parking retribution and local revenue metro city in the last two
years of four months that is started from fiscal year january 2012 up to april 2015 which
consisted of 40 data. Collecting secondary data obtained by means documentation is in the
office income and transportation department, communication and information of metro city.
Model the analysis is uses the statistic in the form of a simple regression used to know
influence in partial between variabels free and variabel free and variabel bound by using the
hypothesis namely the significant or test t and cofficient determination.
The result of test statistic with simple regression analysis shows that charges for parking
insignificant impact on the table revenue metro city. Testing charges for parking produce
value t hitung (0,524) < t tabel (2,024), then with the result above H0accepted. In addition the

coefficients determined (R2) on charges for parking only capable of effecting PAD as much
as the Metro City of 0,7% and the rest as much as 99,3%, it is indicated that charges for
parking only provide such a small in the increase in income native area in metro city. Is
because many of variable outside research are not pursuing.

Keywords : parking retribution and local revenue

ANALISIS RETRIBUSI PARKIR TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA METRO
PERIODE JANUARI 2012-APRIL 2015

Oleh

KARTIKA WULANDARI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ANALISIS RETRIBUSI PARKIR TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA METRO
PERIODE JANUARI 2012-APRIL 2015

(Skripsi)

Oleh

KARTIKA WULANDARI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Kerangka Pikir ........................................................................................... 32
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan ..................................................... 68
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan .................................................... 72
Gambar 4.4 Bagan Alur Pelayanan, Penerimaan dan Penyetoran Parkir ...................... 73
Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas (P-P Plots) ................................................................ 75
Gambar 5.2 Hasil Uji Normalitas (Histogram) ............................................................ 76
Gambar 5.3 Hasil Uji Linier....................................................................................... ... 77
Gambar 5.4 Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 80

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Retribusi Daerah di Kota Metro Tahun 2013..................................... 5
Tabel 1.2 Target dan realisasi Retribusi Tempat Khusus Parkir................................. 6
Tabel 1.3. Target dan realisasi Retribusi di Tepi Jalan Umum .................................... 7
Tabel 2.1 Tarif retribusi parkir di Tepi Jalan Umum Harian atau Sementara........... 28
Tabel 2.2 Tarif retribusi parkir di Tepi Jalan Umum Bulanan atau Tetap ................ 28
Tabel 2.3 Tarif retribusi parkir di Tempat Khusus Parkir Harian atau Sementara ... 29

Tabel 2.4 Tarif retribusi parkir di Tempat Khusus Parkir Bulanan atau Tetap......... 29
Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional.................................................................... 39
Tabel 4.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Metro.................................................. 47
Tabel 4.2 Nama, Luas wilayah Per Kecamatan dan Kelurahan Kota Metro ............ 48
Tabel 4.3 Peta Perekonomian Kota Metro ................................................................. 49
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 75
Tabel 5.2 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 78
Tabel 5.3 Hasil Uji t ...................................................................................................81
Tabel 5.4 Hasil Uji Regresi Sederhana ......................................................................82
Tabel 5.5 Hasil Koefisien Determinasi ......................................................................83

ABSTRAK

ANALISIS RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH KOTA METRO PERIODE JANUARI 2012 HINGGA APRIL 2015

Oleh
KARTIKA WULANDARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh retribusi parkir terhadap pendapatan asli

daerah Kota Metro. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif terhadap dua variabel,
yaitu variabel independen (bebas) adalah retribusi parkir dan variabel dependen (terikat)
adalah pendapatan asli daerah Kota Metro. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah
data tentang retribusi parkir dan pendapatan asli daerah Kota Metro dalam kurun waktu dua
tahun empat bulan yaitu dimulai dari tahun anggaran januari 2012 hingga april 2015 yang
berjumlah 40 data. Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi yang ada
pada kantor Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota
Metro. Model analisis statistik yang digunakan adalah menggunakan bentuk model regresi
sederhana yang digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan menggunakan uji hipotesis yakni uji signifikansi atau uji t dan
koefisien determinasi.
Berdasarkan dari hasil dari pengujian statistik dengan analisis regresi sederhana menunjukkan
bahwa retribusi parkir tidak signifikan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota
Metro. Pengujian retribusi parkir menghasilkan nilai t hitung (0,524) < t tabel (2,024), maka
dengan hasil diatas H0 diterima. Selain itu koefisien determinasi (R2) pada retribusi parkir
hanya mampu mempengaruhi PAD Kota Metro sebesar 0,7% dan sisanya sebesar 99,3%, hal
tersebut menunjukkan bahwa retribusi parkir hanya memberikan sumbangan yang kecil
dalam peningkatan pendapatan asli daerah di Kota Metro. Ini disebabkan banyaknya variabel
diluar penelitian yang tidak diteliti.


Kata Kunci : retribusi parkir dan pendapatan asli daerah

MOTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai
dari (suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap.
(QS.Al-Insyirah,6-8)

Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan saat ini daripada rasa pahitnya
kebodohan kelak
(Anonim)

Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kau akan menjadi orang
yang terbaik
(Kartika Wulandari)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran-Nya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Saya persembahkan dan dedikasikan karya tulis

ini kepada :

Kedua orang tuaku tersayang.
Kedua Kakak dan adikku tersayang.
Para bapak dan ibu dosen serta guru yang selama ini berjasa mengajariku.

RIWAYAT HIDUP

Kartika Wulandari, dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 24
April 1993, merupakan putri kedua dari Bapak Bambang Suhada
dan Ibu Dwi Untari. Jenjang akademis penulis dimulai dari
pendidikan formal pada Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Kota
Metro tahun 1998 dan lulus pada tahun 1999, kemudian pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SD
Pertiwi Teladan Kota Metro dan diselesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3
Kota Metro dan diselesaikan pada tahun 2008, selanjutnya penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Metro dan diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun
2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


Sanwacana

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Periode Januari
2012- April 2015”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada jurusan Admninstrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak,
baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara.
3. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
waktu, ilmu, tenaga, nasehat sehingga menjadi sumber motivasi penulis selama proses


Penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
4. Ibu Novita Tresiana, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembahas dan penguji yang telah
membantu perbaikan skripsi ini melalui kritik, saran serta masukan yang diberikan
demi kesempurnaan skripsi ini hingga akhir.
5. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu dan nasehatnya selama penulis menempuh
studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
7. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Bambang Suhada dan Ibu Dwi Untari, Terima
kasih atas segala dukungan, doa, nasehat dan arahan dalam proses penyusunan skripsi
ini hingga akhir. Terima kasih juga sudah merawat dan mendidikku dari kecil hingga
dewasa saat ini dengan penuh kesabaran.Maaf kalau selama ini aku belum bisa
membuat kalian bangga. Semoga kalian berdua selalu sehat, panjang umur, bahagia
didunia maupun diakhirat, diberikan rezeki yang berlimpah dan selalu dilindungi oleh
Allah SWT dimanapun kalian berada. Amin ya rabbal’alamiin.
8. Kakakku, Hadri Febrianto serta Adikku Marlinda Dini Hapsari terima kasih karena
selama ini telah menyayangiku, mendukung dan memotivasiku untuk dapat segera
menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Astri, Seza, Vike, Iid, Hesti, Tiwi, Cindy, Farrah, Novilia, Raras,
Okta, Kristy, Lily, Winie, Leni, Merry dan Leony terima kasih atas semua tawa, sedih,

dukungan dan bantuannya selama ini. Sukses untuk kita semua, amin.

10. Kepada teman-teman Angkatan 2011 (Anti Mapia) : Alisa, Fatma, Lisa, Eka, Riza,
Mut, Octa, Andi, Novi, Panggo, Faiz, Ahmed, Ikhsan, Widi, Devin, Rano,Dayat,
Danisa, Renita, Sigit, Rinanda, Deo, Ciko, Kristy, Tiwi, Novil, Toto, Deny, Wahyu,
Cindy, Bulan, Iis, Suci, Juzna, Ayu, Kiyo, Lely, Farah M, Ratu, Feby, Tami,. Amel,
Esa, Jenny, Intan, Sylvia, Watik, Ririn, Iid, Seza, Astri, Farah A, Vike, Ninda, Octa C,
Raraz, Lily, Hesti, Ria, Wulan, Nisa, Tria, Laras, Pebie, Novia, Silvia, Ludfiana,
Akbar, Fredy, Rizky, Rio, David, Coco, Yori, dan Rosyid.
11. Kepada Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila; Mba dan Abang Angkatan
08, 09, dan 10. Teman-teman Seangkatan 2011, dan adik-adik tingkat Angkatan 12, 13
dan 14. Terimakasih atas segala dukungannya.
12. Teman-teman KKN 2014 Desa Kedaton, Kalianda, Lampung Selatan : Eko, Hendra,
Dewi, Kak Desi, Pawe, Dita, Esa, Eva, dan Putri. Terimakasih karena kalian 40 hari
disana jadi tidak terasa bosan. Semoga tahun ini kita bisa diwisuda semua dan sukses
untuk kita kedepannya.
13. Kepada Pemerintah Kota Metro: Dinas Pendapatan dan Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Kota Metro beserta pihak-pihak yang terkait lainnya,
terimakasih karena Bapak dan Ibu telah bersedia memberikan data dan informasinya
kepada penulis selama melakukan pra-riset dan riset untuk menyelesaikan skripsi ini.


Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2015
Penulis

Kartika Wulandari

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB 1

PENDAHULUAN .................................................................
1.1
1.2
1.3
1.4

BAB II

Latar Belakang Masalah ....................................................
Perumusan Masalah ...........................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................
Manfaat Penelitian .............................................................

1
1
8
9
9

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................

10

2.1 Keuangan Daerah ................................................................
2.1.1 Pengertian Keuangan Daerah ......................................
2.1.2 Ruang Lingkup Keuangan Daerah ..............................
2.1.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah ...........
2.1.4 Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah ...............
2.2 Pendapatan Asli Daerah ......................................................
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ............................
2.2.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah .................................
2.3 Retribusi Daerah .................................................................
2.3.1 Pengertian Retribusi Daerah........................................
2.3.2 Subjek Retribusi dan Wajib Pajak Daerah ..................
2.3.3 Objek Retribusi Daerah ...............................................
2.4 Retribusi Parkir ...................................................................
2.4.1 Pengertian Retribusi Parkir .........................................
2.4.2 Dasar Hukum Retribusi Parkir ....................................
2.4.3 Nama, Objek, Subjek dan Golongan Retribusi Parkir
2.4.4 Prinsip dan Tarif Retribusi Parkir ...............................
2.5 Kerangka Pikir ....................................................................
2.6 Hipotesis .............................................................................

10
10
15
16
17
18
18
19
21
21
22
22
25
25
25
26
27
30
32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................

33

3.1 Tipe Penelitian ....................................................................
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ...............................................
3.3 Jenis Data ............................................................................
3.4 Sumber Data........................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................
3.6 Populasi dan Sampel ...........................................................
3.7 Skala Pengukuran Data .......................................................
3.8 Definisi Konseptual Variabel ..............................................
3.9 Definisi Operasional Variabel.............................................
4.0 Teknik Analisis Data...........................................................
4.1 Uji Kualitas Data.................................................................
4.2 Uji Hipotesis ......................................................................

33
33
34
35
35
36
37
38
38
40
41
43

GAMBARAN UMUM........................................................

45

4.1 Profil Kota Metro ................................................................
4.2 Gambaran umum Dinas Pendapatan Kota Metro ...............
4.3 Gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Metro .............

45
50
69

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................

74

5.1 Hasil Penelitian ...................................................................
5.2 Pengujian Hipotesis ............................................................
5.3 Pembahasan.........................................................................

74
80
83

PENUTUP ...........................................................................

87

6.1 Kesimpulan .........................................................................

87

6.2 Saran ...................................................................................

87

BAB IV

BAB V

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk
terbesar keempat di dunia, Indonesia tentu membutuhkan sistem pemerintahan
yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat
dijadikan alat untuk melaksanakan berbagai pelayanan publik dan mampu
mendorong masyarakat berperan aktif dalam menentukan arah dan cara
pembangunan serta pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah
dengan menjalankan desentralisasi.
Desentralisasi merupakan pelimpahan tanggung jawab, politik, fiskal dan
administrasi kebijakan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Rahardjo
Adisasmita, 2011:139). Di Indonesia sendiri terdapat beberapa regulasi yang
mengatur sistem desentralisasi ini yakni mencakup 3 (tiga) Undang- Undang
yaitu: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentanng pajak daerah dan retribusi daerah,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah direvisi juga menjadi Undang-

2

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah.
Berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut membuat Indonesia menganut
sistem desentralisasi yang dalam pelaksanaannya melahirkan adanya Otonomi
Daerah. Otonomi Daerah sendiri merupakan pemberian kewenangan kepada
daerah otonom, untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerahnya sesuai
dengan aspirasi daerah setempat dan tidak menyalahi peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, Pemerintah
Daerah memilliki hak-hak untuk mengatur sendiri urusan rumah tangganya,
seperti mengelola kekayaan daerah, mengembangkan kapasitas aparatur daerah,
memperoleh bagi hasil maupun dari sumber-sumber pendapatan lain yang sah dan
juga melakukan pemungutan pajak dan retribusi.
Melalui otonomi daerah, Pemerintah Daerah memiliki keleluasaan dalam
kewenangannya untuk dapat lebih mandiri dan tidak bergantung terus-menerus
kepada Pemerintah Pusat dalam membiayai jalannya roda pemerintahan. Peluang
yang diberikan melalui kebijakan otonomi daerah tersebut, harus dimanfaatkan
secara jeli untuk mengali segenap sumber-sumber potensi pajak maupun retribusi
daerah yang dapat memberikan sumbangan besar terhadap pemasukan terhadap
penerimaan daerah.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah terdiri dari : (1) Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

3

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
(2) Dana Perimbangan; (3) Pinjaman Daerah dan lain-lain Penerimaan Daerah
yang sah.
Salah satu sumber penerimaan terbesar yang berasal dari dalam wilayah sendiri
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga
merupakan faktor terpenting dalam kegiatan pelaksanaan otonomi daerah. Terkait
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bank Dunia berpendapat bahwa batas
20% perolehan PAD merupakan batas minimum untuk menjalankan otonomi
daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20%, maka daerah tersebut akan
kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang mandiri (Riduansyah, 2003).
Karena PAD menjadi indikator utama kemandirian dalam pelaksanaan otonomi
daerah, maka Pemerintah Daerah perlu serius untuk selalu meningkatkan PADnya minimal 20% seperti hasil kajian Bank Dunia.
Diperlukan upaya sungguh-sungguh bagi Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
PAD-nya. Tentunya, dalam menetapkan target penerimaan dari Pendapatan Asli
Daerah ini sebaiknya perlu terlebih dahulu untuk menganalisis potensi daerah
yang ada. Dengan menganalisis potensi daerah secara periodik, diharapkan dapat
digali sumber-sumber PAD baru maupun mengoptimalkan yang ada. Dengan
demikian, potensi yang ada didaerahnya dapat dioptimalkan untuk kepentingan
pembiayaan pembangunan didaerahnya.
Semakin besar kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), maka daerah akan secara otomatis mampu melaksanakan tugastugas pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Sumber Pendapatan

4

Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan,
pinjaman daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Selain pajak daerah,
retribusi derah yang juga memiliki potensi besar untuk digali sehingga dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Daerah. Sebagaimana
yang dimaksudkan pasal 1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001,
“Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

Retribusi daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah
daerah juga merupakan faktor yang dominan peranan dan kontribusinya untuk
menunjang pemerintah daerah. Adapun jenis retribusi daerah menurut (Ahmad
Yani :64) meliputi :
1.

Retribusi Jasa Umum merupakan retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan atau kemanfaatan
umum dan dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan

2.

Retribusi Jasa Usaha merupakan retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial

3.

Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya, barang, prasarana
atau Fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.

5

Adapun kontribusi retribusi daerah dalam PAD Kota Metro adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.1. Jenis Retribusi Daerah di Kota Metro tahun 2013
No
Jenis Retribusi
1 Retribusi Pelayanan
Kesehatan
2 Retribusi Persampahan dan
Kebersihan
3 Retribusi Biaya KTP dan
Akta Catatan Sipil
4 Retribusi Pelayanan Parkir di
Tepi Jalan Umum
5 Retribusi Pelayanan Pasar

Target
Rp 939.823.000

Realisasi
Rp 796.054.750

Rp 245.400.000

Rp 252.194.000

Rp 265.000.000

Rp 207.585.000

Rp 85.000.000

Rp 63.851.000

Rp 400.000.000

Rp 415.183.750

6

Rp 75.000.000

Rp 77.877.500

Rp 9000.000

Rp 9.030.000

8

Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor
Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
Retribusi Penyedotan Kakus

Rp 10.000.000

Rp 10.000.000

9

Retribusi Jasa Usaha

Rp 1.956.445.875

Rp1.739.248.615

10

Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah
Retribusi Pasar Grosir/
Pertokoan
Retribusi Terminal

Rp 132.567.625

Rp 75.526.615

Rp 600.000.000

Rp 712.157.000

Rp 91.200.000

Rp 78.706.000

Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga
Retribusi Perizinan Tertentu

Rp 34.042.000

Rp 37.722.000

7

11
12
13
14

Rp 810.000.000

Rp
1.410.092.439
Sumber : Laporan Realiasi Penerimaan APBD Kota Metro Tahun 2013

Kota Metro adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Lampung yang juga
merupakan kota terbesar kedua yang sedang giat melakukan pembangunan.
Dalam melakukan pembangunan tentu memerlukan sumber pembiayaan yang
tidak hanya bersumber dari pemerintah pusat, akan tetapi pemerintah daerah Kota
Metro juga harus mencari sumber pendapatan daerahnya dari sektor lain. Salah

6

satu sumber PAD Kota Metro adalah berasal dari sektor parkir. Selama ini sektor
parkir telah cukup memberikan sumbangan yang besar terhadap PAD Kota Metro.
Hal tersebut dapat terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.
Target dan realisasi Retribusi tempat khusus parkir
Tahun Anggaran 2008-2013
Tahun

Target

Realisasi

Realisasi

Anggaran

(Rupiah)

(Rupiah)

%

2008

484.565.000

485.146.700

100,12%

2009

484.565.000

487.969.000

100,70%

2010

703.393.250

702.965.850

99,94%

2011

803.393.250

703.393.250

96,70%

2012

1.074.393.250

819.118.000

76,24%

2013

1.074.393.250

806.216.000

75,04%

Sumber : Laporan Realiasi Penerimaan APBD Kota Metro Tahun 2013

Dari tabel 1.2 diatas terlihat bahwa target retribusi selama setahun dari tahun
2008 hingga tahun 2009 selalu teraliasasi diatas 100%, dengan adanya
peningkatan tersebut secara otomatis dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Metro. Akantetapi, walaupun pada tahun 2008 hingga 2009 realisasi
selalu meningkat dan diatas 100%, pada tahun 2010 hingga 2013 persentase
realisasi mengalami penurunan, dimana persentasi realisasi yang paling menurun
ada pada tahun 2013, dari target Rp 1.074.393.250 hanya terealisasi Rp
806.216.000.

7

Tabel 1.3.
Target dan realisasi Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
Tahun Anggaran 2008-2013
Tahun

Target

Realisasi

Realiasi

Anggaran

(Rupiah)

(Rupiah)

(%)

2008

32.000.000

36.475.000

189,32

2009

32.000.000

32.832.500

327,65

2010

46.000.000

46.269.500

135,12

2011

46.000.000

47.751.000

162,01

2012

75.000.000

74.796.000

99,73

2013

85.000.000

63.251.000

74,41

Sumber : Laporan Realiasi Penerimaan APBD Kota Metro Tahun 2013

Dari Tabel 1.3 diatas terlihat pada tahun 2008 hingga tahun 2011 antara target dan
realisasi selalu tercapai , namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan.
Kemudian pada 2 (dua) tahun terakhir yakni pada tahun 2012 hingga 2013 antara
target yang telah ditetapkan dengan realisasinya menurun, pada tahun 2012
penurunan realisasi retribusi parkir tepi jalan umum tidak terlalu jauh angka
penurunannya yakni sebesar Rp 204.000,00. Pada tahun 2013 terjadi penurunan
yang besar antara target yang sebesar Rp 85.000.000 , namun hanya terealisasi Rp
63.251.000. Dari data diatas yang berasal dari Laporan realisasi APBD Kota
Metro tahun 2008 hingga 2013 baik retribusi tempat khusus parkir dan retribusi
parkir di tepi jalan umum keduanya sama-sama mengalami penurunan.
Walaupun retribusi parkir selama ini telah memberikan sumbangan yang cukup
besar terhadap PAD Kota Metro, namun beberapa tahun terakhir kontribusinya
terhadap PAD mengalami penurunan. Pada retribusi tempat khusus parkir

8

penurunan terjadi pada tahun 2010 hingga 2013, penurunan yang signifikan
terjadi pada tahun 2012 dan 2013 dimana tahun 2012 target yang telah ditetapkan
sebesar Rp 1.074.393.250 namun hanya teralisasi sebesar Rp 819.118.000 dan
pada tahun 2013 target yang ditetapkan sama seperti tahun sebelumnya yakni
sebesar Rp 1.074.393.250 terjadi penurunan juga sebesar Rp 806.216.000 atau
75,04%. Namun pada retribusi parkir di tepi jalan umum hanya mengalami
penurunan dijangka 2 (dua) tahun terakhir saja yakni pada periode tahun 20122013, hanya saja penurunan yang paling terlihat adalah pada tahun 2013, dimana
dari target yang telah ditetapakan sebesar Rp 85.000.000 hanya terealisasi sebesar
Rp 63.251.000.
Kecenderungan menurunnya kontribusi retribusi parkir juga disebabkan
banyaknya kantong parkir yang hilang, dikarenakan adanya pembangunan
sehingga hal tersebut juga menjadi kendala dalam mendorong pemasukan
retribusi parkir di Kota Metro (Lampung.tribunews.com). Oleh sebab itu,
berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Analisis Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kota Metro Periode Januari 2012- April 2015.”
1.2. Rumusan Masalah :
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang
akan dilakukan dalam skripsi ini adalah :
Bagaimanakah pengaruh penerimaan retribusi parkir terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Metro?

9

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah :
Untuk mengetahui pengaruh penerimaan retribusi parkir terhadap PAD Kota
Metro pada periode Januari 2012 hingga April 2015.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan bagi
pengembangan ilmu Administrasi Negara

mengenai pajak dan retribusi

daerah khususnya retribusi parkir .
2. Manfaat Praktis
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi lebih
lanjut bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema
atau masalah yang sama.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dijadikan bahan referensi bagi Pemerintah Daerah
Kota Metro dalam membuat peraturan-peraturan daerah yang berkaitan
dengan perparkiran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keuangan Daerah
2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah
Keuangan Daerah atau anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah
daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu. Selanjutnya
Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah instrumen
kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah (Mardiasmo, 2002:9). Sedangkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005,

Keuangan Daerah

merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah merupakan semua hak dan
kewajiban pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) yang dimanfaatkan
untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Keuangan Daerah haruslah diolah oleh Pemerintah Daerah dalam rangka otonomi
daerah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
keuangan daerah serta untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi

perencanaan,

pelaksanaan,

penatausahaan,

pelaporan,

11

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 secara khusus menetapkan landasan yang jelas dalam penataan
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, antara lain memberikan
keleluasaan dalam menetapkan produk pengaturan yaitu sebagai berikut :
1. Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan
peraturan daerah.
2. Sistem

dan prosedur pengelolaan keuangan daerah diatur dengan Surat

Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut.
3. Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada DPRD
mengenai pengelolaan keuangan daerah dan kinerja keuangan daerah dari segi
efisiensi dan efektifitas keuangan.
4. Laporan pertanggungjawaban keuangan daerah tersebut merupakan dokumen
daerah sehingga dapat diketahui oleh masyarakat.
Pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah yang diatur didalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menggantikan Peraturan Pemerintah
Nomor 105 Tahun 2000 merupakan aturan yang bersifat umum dan lebih
menekankan kepada hal yang bersifat prinsip, norma, asas dan landasan umum
dalam pengelolaan keuangan daerah. Sementara itu, sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan daerah secara rinci ditetapkan oleh masih-masing daerah.
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa pokok muatan peraturan pemerintah
ini mencakup sebagai berikut :
1. Perencanaan dan Penganggaran

12

Pengaturan aspek perencanaan lebih diarahkan agar seluruh proses penyusunan
APBD dapat maksimal sehingga dapat menunjukkan latar belakang pengambilan
keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan
alokasi,serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Oleh karena itu, dalam proses dan mekanisme penyusunan APBD yang diatur
dalam peraturan pemerintah ini akan memperjelas siapa bertanggung jawab
kepada siapa.
APBD sendiri merupakan instrumen yang akan menjamin terciptanya disiplin
dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan
maupun belanja daerah (Ahmad Yani, 2002:350).

Untuk menjamin APBD

disusun secara baik dan benar, maka perlu diatur landasan administratif dalam
mengelola anggaran

daerah

yang mengatur antara lain prosedur dan teknis

pengganggaran yang harus diikuti secara tertib dan taat asas. Beberapa prinsip
dalam disiplin anggaran yang harus diperhatikan dalam rangka penyusunan
anggaran daerah antara lain sebagai berikut:
a.

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.

b.

Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit
anggarannya dalam APBD atau Perubahan APBD.

13

c.

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dilakukan melalui
rekening Kas Umum Daerah.

Proses penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan
kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan
sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan
kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Oleh karena itu,
pengaturan penyusunan anggaran merupakan hal penting agar dapat berfungsi
sebagaimana yang diharapkan, sebagai berikut :
a.

Dalam

konteks

kebijakan,

anggaran

memberikan

arah

kebijakan

perekonomian dan menggambarkan secara tegas penggunaan sumber daya
yang dimiliki masyarakat.
b.

Fungsi utama anggaran adalah untuk mencapai keseimbangan ekonomi
makro dalam perekonomian.

c.

Anggaran

menjadi

sarana

sekaligus

pengendali

untuk

mengurangi

ketimpangan dan kesenjangan dalam berbagai hal disuatu negara.
2. Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah
Pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintah daerah serta pemegang
kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah Kepala Daerah, yang
kemudian kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan oleh
satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran atau barang
daerah dibawah koordinasi sekretaris daerah. Adanya pemisahan ini bertujuan

14

agar

dapat

memberikan

kejelasan

dalam

pembagian

wewenang

dan

tanggungjawab serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam
penyelenggaran tugas pemerintahan.
Beberapa aspek pelaksanaan yang diatur oleh peraturan pemerintah ini adalah
memberikan peran dan tanggung jawab yang lebih besar kepada para pejabat
pelaksana anggaran, sistem pengawasan pengeluaran dan sistem pembayaran,
manajemen kas dan perencanaan keuangan, pengelolaan piutang dan utang,
pengelolaan investasi, pengelolaan piutang dan utang, penatausahaan dan
pertanggungjawaban APBD, serta akuntansi dan pelaporan. Dalam hal ini instansi
yang mengatur pengelolaan keuangan daerah adalah bendahara umum daerah.
Bendahara umum daerah memiliki tugas untuk menyelesaikan segala proses
pembayaran yang bernilai kecil dengan cepat, dan pemegang kas kecil tersebut
harus bertanggung jawab dalam mengelola dana yang jumlahnya dibatasi (Ahmad
Yani, 2002:355).
3. Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan,
pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa: (1) laporan
realisasi; (2) neraca; (3) laporan arus kas; (4)catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan terlebih
dahulu harus diperiksa oleh BPK (Ahmad Yani, 2002: 356).
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat
dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Pemeriksaan atas pengelolaan

15

keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan amandemen IV UUD 1945.
Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan dilaksanakan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan
ini, BPK sebagai auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan
standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan.
2.1.2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah
A. Ruang Lingkup keuangan daerah meliputi :
1.

Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman.

2.

Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah dan
membayar tagihan pihak ketiga.

3.

Penerimaan daerah

4.

Pengeluaran daerah

5.

Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.

6.

Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan atau kepentingan umum.

B. Ruang Lingkup pengelolaan keuangan daerah meliputi :
1.

Asas umum pengelolan keuangan daerah

2.

Pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah

3.

Struktur APBD

16

4.

Penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD

5.

Penyusunan dan penetapan APBD

6.

Pelaksanaan dan perubahan APBD

7.

Penatausahaan keuangan daerah

8.

Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

9.

Pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD

10. Pengendalian kas umum daerah
11. Pengelolaan piutang daerah
12. Pengelolaan investasi daerah
13. Pengelolaan barang milik daerah
14. Pengelolaan utang daerah
15. Penyelesaian kerugian daerah

2.1.3. Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah mengandung arti bahwa setiap daerah otonom
dapat mengurus dan mengatur keuangannya sendiri dengan menggunakan prinsiprinsip pengelolaan keuangan daerah menurut Mardiasmo (2002:105) antara lain.
a) Transparansi
Masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk menegtahui

proses

anggaran, karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama
dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
b) Akuntabilitas

17

Prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti proses pengganggaran mulai dari
perencanaan,

penyusunan,

dan

pelaksanaan

harus

dilaporkan

dan

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
C). Value of Money
Prinsip ini sesungguhnya merupakan penerapan tiga aspek yaitu ekonomi,
efisiensi, dan efektifitas. Ekonomi, berkaitan dengan pemilikan dan penggunaan
sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu ada harga yang lebih murah.
Efisiensi, penggunaan dana masyarakat harus dapat menghasilkan outpu
maksimal atau berdataguna. Sedangkan efektif merupakan penggunaan anggaran
harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik.
2.1.4. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah, terdapat beberapa asas umum
yang menjadi norma dan prinsip dasar yang harus menjadi pedoman agar
pengelolaan keuangan daerah dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut
Ahmad Yani (2002:359) asas-asas pengelolaan keuangan daerah meliputi
keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis,

efektif, transparan, dan

bertanggung jawab

dengan

memerhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
Ekonomis merupakan pemerolehan pemasukan dengan kualitas dan kuantitas
tertentu pada tingkat harga yang terendah. Efektif merupakan pencapaian hasil
program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan
keluaran dengan hasil. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang

18

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi
seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Bertanggung jawab merupakan
perwujudan

kewajiban

seseorang

atau

satuan

kerja

untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Keadilan adalah keseimbangan distribusi
kewenangan dan pendanaannya. Serta kepatuhan merupakan tindakan atau suatu
sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

2.2. Pendapatan Asli Daerah
2.2.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan usaha daerah guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah dan sebagai salah satu
modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan untuk
memenuhi belanja daerah (Widjaja, 2002:42). Sedangkan menurut, Ahmad Yani
(2002:51), pendapatan asli daerah yakni pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Selanjutnya
definisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 yakni sebagai sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

19

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD
yang sah.
Dari beberapa definisi diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah seluruh penerimaan keuangan daerah, dimana penerimaan
keuangan tersebut berasal dari potensi-potensi yang ada didaerah tersebut,
misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain.

2.2.2. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Agar Pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan daerahnya secara
optimal, hal yang perlu dilakukan adalah mengenali sumber-sumber pendapatan
daerah. Sumber pendapatan daerah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua:
pertama, sumber pendapatan yang ada pada saat ini ada dan sudah ditetapkan
dengan peraturan perundangan, kedua, sumber pendapatan di masa datang yang
masih potensial atau tersembunyi dan baru akan diperoleh apabila sudah
dilakukan upaya-upaya tertentu (Mahmudi, 2002:16). Selain mengenali sumbersumber pendapatan, hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah
dengan menciptakan sumber-sumber pendapatan baru yang dapat diperoleh
melalui inovasi program ekonomi daerah, program kemitraan pemerintah daerah
dengan pihak swasta dan sebagainya.
Dalam hal sumber penerimaan yang menjadi hak pemerintah daerah, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah telah menetapkan sumber-sumber penerimaan daerah, sebagai berikut:

20

I.

II.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a.

Pajak Daerah

b.

Retribusi Daerah

c.

Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang dipisahkan

d.

Lain-lain PAD yang sah

Tranfer Pemerintah Pusat
a. Bagi Hasil Pajak
b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam
c. Dana Alokasi Umum
d. Dana Alokasi Khusus
e. Dana Otonomi Khusus
f. Dana Penyesuaian

III Transfer Pemerintah Provinsi
a. Bagi Hasil Pajak
b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam
c. Bagi Hasil lainnya
IV.

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
Dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004, salah satu pendapatan terbesar berasal dari sektor retibusi
daerah

yakni retribusi parkir. Selain merupakan salah satu pendapatan

daerah yang besar, dari retribusi parkir memberikan pengaruh dalam
meningkatkannya PAD dan pembangunan daerah.

21

2.3. Retribusi Daerah
2.3.1. Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Ahmad Yani,
2002:63). Menurut Mahmudi (2010:25) ”Retribusi Daerah pada umumnya
merupakan sumber pendapatan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD)
kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk dibeberapa daerah penerimaan retribusi
daerah diyakini lebih tinggi daripada pajak daerah”. Dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Retribusi Daerah yang selanjutnya
disebut dengan retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Dari beberapa pengertian diatas peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa
retribusi daerah dipungut karena adanya suatu balas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah, artinya masyarakat yang menggunakan fasilitas atau jasa yang
sengaja disediakan oleh pemerintah daerah, maka masyarakat harus membayar
retribusi sebagai akibat telah menggunakan fasilitas atau jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
2.3.2. Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi Daerah
Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi Daerah menurut Ahmad Yani (2002:63)
yaitu :

22

a. Subjek retribusi umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek retribusi jasa
umum ini dapat merupakan wajib retribusi jasa umum.
b. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini dapat
merupakan wajib retribusi jasa usaha.
c. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa perizinan tertentu.

2.3.3. Objek Retribusi Daerah
Objek Retribusi daerah merupakan berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan
oleh pemerintah daerah (Ahmad Yani, 2002:64). Namun, tidak semua yang
diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenisjenis jasa tertentu saja yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan
sebagai objek retribusi. Jasa tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu
jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu.
I.

Retribusi Jasa Umum merupakan retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan atau
kemanfaatan umum dan dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum.

23

Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah sebagai berikut :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan atau Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum
e. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
f. Retribusi Pelayanan Pasar
II. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha merupakan retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial (Ahmad Yani, 2002:66).
Objek retribusi jasa usaha ini adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial. Pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah yang menganut prinsip komersial meliputi :
a. Pelayanan dengan menggunakan atatu memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal
b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum memadai disediakan
oleh pihak swasta.
Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah sebagai berikut :
a.

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

b.

Retribusi Tempat Pelelangan

c.

Retribusi Terminal

d.

Retribusi Tempat Khusus Parkir

24

e.

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

f.

Retribusi Pengelolaan Limbah Cair

III. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan (Ahmad Yani, 2002:70). Objek dari retribusi perizinan
tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan
,pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah sebagai berikut :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b. Retribusi izin tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek

25

2.4. Retribusi Parkir
2.4.1 Pengertian Retribusi Parkir
Retribusi parkir merupakan retribusi yang dikenakan atas jasa penggunaan tepi
jalan yang merupakan fasilitas milik pemerintah sebagai tempat parkir (Mahmudi,
2010:74). Setiap kendaraan sudah pasti dikenakan retribusi parkir dalam hal ini
adalah kendaraan yang bermotor atau yang tergolong dalam angkutan umum.
Retribusi parkir sendiri terdiri dari retribusi di daerah Kota Metro sendiri terdiri
dari retribusi Parkir di Tepi jalan umum dan retribusi Tempat khusus parkir yang
mana pengelolaanya diatur oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
(Dishubkominfo) dan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).
2.4.2. Dasar Hukum Retribusi Parkir
Ada dua jenis retribusi parkir yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Kota Metro
antara lain :
a. Retribusi Parkir di Tepi jalan umum dengan dasar hukum pemungutan
Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi
pelayanan parkir di Tepi jalan umum. Adalah retribusi yang dipungut
berdasarkan atas pelayanan parkir ditepi jalan umum.
b. Retribusi Tempat Khusus Parkir dengan da