MITOSIS UJUNG AKAR KECAMBAH DAN ANATOMI BATANG SERTA DAUN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BAWAH PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mT

(1)

INDEKS MITOSIS UJUNG AKAR KECAMBAH DAN ANATOMI BATANG SERTA DAUN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum)

DI BAWAH PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mT

Oleh

DINASTUTI ANGGRAENI KUSUMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

Oleh

Dinastuti Anggraeni Kusuma ABSTRAK

Proses pertumbuhan tanaman dimulai dari perkecambahan yaitu keluarnya radikula atau akar embrionik ke arah luar menembus kulit biji. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah gen dan hormon. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, oksigen, medium, air, dan cahaya. Namun, saat ini diketahui bahwa medan magnet juga dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman yang sudah banyak dikaji dalam banyak penelitian ilmiah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap proses mitosis ujung akar kecambah dan anatomi batang dan daun tanaman tomat. Tanaman tomat dipilih karena tanaman tomat cepat tumbuh. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Januari hingga April 2013 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung. Penelitian disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan pada setiap perlakuan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah perlakuan perendaman benih yang direndam selama 15 menit dan tidak direndam sebelum diberi perlakuan medan magnet. Faktor kedua adalah lama pemaparan medan magnet yaitu lama waktu 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 42 detik, 15 menit 36 detik, dan 31 menit 12 detik dengan kuat medan magnet 0,2 mT. Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu indeks mitosis ujung akar kecambah, diameter parenkim, lebar xylem, lebar stomata, panjang stomata, dan indeks stomata. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan bila terjadi perbedaan yang nyata diuji BNT pada taraf 5 %.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan lama pemaparan medan magnet serta interaksi antara perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter yang diamati. Perlakuan perendaman hanya memberikan pengaruh yang nyata pada nilai indeks mitosis kecambah dan diameter parenkim tanaman tomat.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 4

C.Manfaat Penelitian ... 5

D.Kerangka Pikir ... 5

E. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tomat ... 8

1. Klasifikasi Tomat ... 8

2. Ciri-Ciri Morfologi Tomat ... 8

B. Anatomi Tanaman Secara Umum ... 9

1. Parenkim ... 9

2. Stomata ... 10

3. Jaringan Pengangkut ... 11

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman ... 12

1. Perkecambahan ... 12

2. Pertumbuhan ... 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman ... 14

D. Medan Magnet ... 19

E. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Perkecambahan ... 22

F. Mitosis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28


(6)

1. Alat ... 28

2. Bahan ... 28

C. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 29

D. Prosedur Kerja ... 31

1. Pengecambahan ... 31

2. Penanaman ... 31

3. Pembuatan Larutan Pewarna ... 32

4. Prosedur Pengambilan Data ... 32

a. Pengamatan Mitosis Sel Ujung Akar ... 32

b. Pengamatan Panjang dan Lebar Stomata ... 33

c. Pengamatan Lebar Berkas Pengangkut (Xylem) ... 34

d. Diameter Sel Parenkim ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Anatomi Tanaman Tomat ... 38

a. Parenkim dan Xylem... 38

b. Stomata ... 45

c. Indeks Stomata ... 47

2. Indeks Mitosis ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting seperti protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), kholoin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, dan sulfur), histamin, dan vitamin seperti : B1, B2, B6, C, dan E (Rugayah, 2004). Oleh karena itu, saat ini tomat menjadi tanaman komoditas yang sangat penting karena memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi tinggi . Namun, hasil produksi tomat di Indonesia tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dari Data Statistik Departement Pertanian tahun 2011, yang menyatakan bahwa produksi tomat hanya mencapai 642.020 ton per tahun. Sedangkan permintaan pasar terhadap tomat mencapai

1.230.000 ton per tahun (Sutini, 2011). Salah satu pemecahan dari masalah di atas adalah dengan perbaikan kualitas biji sebagai benih.

Tumbuhan individu baru mulai tumbuh saat biji berkecambah. Perkecambahan adalah awal proses pertumbuhan suatu tanaman yang ditandai dengan

pemanjangan radikula (akar embrionik) ke arah luar menembus kulit biji (Salisbury dan Ross, 1995). Proses perkecambahan membutuhkan air sebagai pelarut zat makanan dalam biji (Campbell dkk

.,

2003). Pada saat


(8)

berkecambah, sel-sel pada tumbuhan akan aktif melakukan pembelahan

mitosis. Bagian tubuh tumbuhan yang paling aktif membelah adalah meristem apikal yaitu ujung akar dan ujung batang. Setelah itu, pertumbuhan akan berlangsung terus hingga menjadi tumbuhan dengan struktur yang lengkap.

Proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar). Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah genetik dan hormon (Pratiwi, 2006). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi air, cahaya, temperatur, oksigen, medium, dan unsur hara (Campbell dkk

.,

2003). Namun, saat ini telah banyak diteliti pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan tanaman.

Medan magnet ditemukan pertama kali oleh bangsa Yunani pada lebih dari 2000 tahun yang lalu. Kemudian, banyak percobaan terus dilakukan untuk menyelidiki fenomena yang terjadi di sekitar magnet. Hingga pada tahun 1600, William Gilbert menemukan bahwa bumi merupakan magnet alami dengan kutub magnet berada dekat kutub utara dan selatan (Tipler, 2001).

Semua unsur di bumi digolongkan ke dalam unsur kemagnetan yang bersifat feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Unsur yang bersifat

diamagnetik mengalami magnetisasi ke arah berlawanan dengan medan magnet. Sedangkan unsur feromagnetik dan paramagnetik akan mengalami magnetisasi searah dengan medan magnet. Unsur hara penyusun jaringan


(9)

tumbuhan dan berbagai senyawa organik dalam sitoplasma tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat kemagnetan feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Sifat polarisasi magnetisasi dari unsur-unsur tersebut dapat dipengaruhi dengan keberadaan medan magnet di sekitar unsur-unsur tersebut (Reitz dkk.,1994).

Hasil berbagai penelitian menyebutkan bahwa pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan tergantung pada intensitas dan frekuensi medan magnet yang diberikan, jenis tanaman yang dimagnetisasi, dan lama waktu magnetisasi (Saragih dan Silaban, 2010). Benih jagung yang diberi medan magnet

mengalami pertumbuhan semakin cepat (Wulandari, 2011). Sedangkan Saragih dan Silaban, (2010), menguji pengaruh medan magnet terhadap laju perkecambahan dan laju pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max). Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah dapat meningkatkan laju

perkecambahan dan laju pertumbuhan kacang kedelai. Dengan menggunakan kuat medan magnet 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit. Penelitian yang lain pada kacang kedelai dilakukan oleh Fahmi (2006), bahwa medan magnet memberikan pengaruh yang nyata terhadap indeks perkecambahan, lebar berkas pengangkut,dan berat kering tanaman kedelai.

Penelitian lain oleh Agustrina dan Roniyus (2009), membuktikan bahwa interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dan lama pemaparannya selama 2-5 minggu mempengaruhi luas stomata dan diameter sel parenkim serta lebar berkas pengangkut tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata Pers.).


(10)

Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Winandari (2011), membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mTselama 7 menit 48 detik pada benih tomat berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.), luas daun dan kandungan klorofil b pada daun menjadi lebih baik. Sedangkan Pertiwi (2011), membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan produktivitas tanaman tomat.

Berdasarkan uji-uji pendahuluan di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Mitosis Ujung Akar Kecambah dan Anatomi Daun dan Batang Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) di Bawah Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT ”. Penelitian ini menggunakan lama pemaparan medan magnet selama 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 42 detik, 15 menit 36 detik, dan 31 menit 12 detik.

B.Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh dari perendaman dan lama pemaparan kuat medan magnet 0,2 mT terhadap mitosis pada ujung akar kecambah dan anatomi daun dan batang tanaman tomat.

2. Kombinasi perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang memberikan pengaruh terhadap indeks mitosis, lebar stomata, panjang stomata, indeks stomata, lebar xylem, dan diameter parenkim.


(11)

C.Manfaat Penelitan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan tentang manfaat pemberian lama pemaparan kuat medan magnet 0,2 mT terhadap biji tomat untuk perbaikan kualitas tanaman tomat.

D.Kerangka Pikir

Tomat ( Lycopersicum esculentum) berasal dari Amerika Tengah. Tomat memiliki manfaat penting bagi tubuh karena mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin C, karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, dan besi. Di Indonesia, tomat dibudidayakan sebagai sayuran, produksi tomat pada tahun 2011 di Indonesia mencapai 642.020 ton/tahun. Sementara kebutuhan nasional terhadap tomat cukup tinggi yaitu 1.230.000 ton/tahun. Sehingga perbaikan mutu tanaman tomat perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional terhadap tomat.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dimulai dari perkecambahan. Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Pemanjangan radikula (akar embrionik ) diikuti dengan proses pembelahan sel mitosis. Pembelahan mitosis terjadi pada bagian tumbuhan yang aktif tumbuh seperti ujung akar dan batang tanaman. Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor internal dan


(12)

eksternal/ lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan adalah medan magnet.

Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh magnet. Keberadaan medan magnet di sekitar tumbuhan membawa dampak positif bagi metabolisme sel. Hal ini dikarenakan gaya dari medan magnet dapat mengendalikan dan mengubah laju pergerakan elektron-elektron dalam sel sehingga dapat mempengaruhi berbagai jenis proses metabolisme sel menjadi lebih baik. Sedangkan medan magnet di sekitar benih yang direndam air menyebabkan pecahnya ikatan hidrogen molekul air dalam benih sehingga banyak molekul air dalam benih yang bebas. Peristiwa itu akan meningkatkan berbagai reaksi dalam benih dan metabolisme dalam benih berjalan lebih cepat.

Pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan tanaman sudah banyak dibuktikan melalui banyak penelitian dengan menggunakan tanaman berbeda. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L. ) yang diberi medan magnet

memiliki laju perkecambahan lebih cepat dibandingkan tanpa medan magnet. Kacang kedelai yang diberi perlakuan lama pemaparan medan magnet 20 mT selama 30 menit juga mengalami peningkatan laju perkecambahan dan pertumbuhan. Pada tanaman cocor bebek, interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dengan lama pemaparan 2-5 minggu dapat mempengaruhi luas stomata dan diameter sel parenkim serta lebar berkas pengangkut


(13)

mT selama 7 menit 48 detik, mengalami peningkatan perkecambahan dan pertumbuhan lebih baik. Umumnya medan magnet memberi hasil positif untuk pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Mitosis Ujung Akar Kecambah dan Anatomi Daun dan Batang Tanaman Tomat

(Lycopersicum esculentum) di Bawah Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT ”

dengan lama pemaparan berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama pemaparan medan magnet 0,2 mT yang diberikan terhadap benih tomat. Sedangkan parameter dalam penelitian ini adalah indeks mitosis pada ujung akar kecambah tomat dan anatomi daun serta batang tanaman tomat. Adapun anatomi batang tanaman tomat yang akan diamati meliputi lebar xylem dan diameter parenkim. Sedangkan anatomi daun tanaman tomat meliputi lebar dan panjang stomata serta indeks stomata.

E. Hipotesis

1. Perendaman dan lama pemaparan medan magnet 0,2 mT mempengaruhi proses mitosis pada ujung akar kecambah dan anatomi tanaman tomat. 2. Ada kombinasi antara perlakuan perendaman dan lama pemaparan yang

memberikan pengaruh terhadap indeks mitosis dan anatomi tanaman tomat.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tomat

1. Klasifikasi Tomat

Tomat merupakan tanaman yang berasal dari Amerika dan kemudian menyebar ke banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Tomat memiliki nama ilmah Lycopersicum esculentum Mill. dengan klasifikasi menurut Steenis (1997) sebagai berikut :

Dunia : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Solanales

Suku : Solanaceae Marga : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

2. Ciri-Ciri Morfologi Tomat

Tomat memiliki sistem perakaran tunggang yang tumbuh memenjang menembus tanah. Tomat memiliki batang berwarna hijau dan berbentuk persegi empat yang lunak tetapi cukup kuat. Batang tomat berambut halus. Di antara rambut-rambut halus ini terdapat rambut kelenjar. Ruas


(15)

batang mengalami penebalan. Batang tanaman tomat bercabang dan memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan batang tanaman sayur lainnya (Cahyono, 2008).

Daun tanaman tomat berwarna hijau, berbentuk oval dengan tepi bergerigi, dan membentuk celah menyirip yang melengkung ke dalam. Daun tomat merupakan daun majemuk ganjil berjumlah 3-6 daun. Duduk daun majemuk ini berselang-seling membentuk spiral mengelilingi batang tanaman (Cahyono, 2008).

Bunga tanaman tomat berukuran kecil dengan diameter 2 cm, berwarna putih. Bunga tomat memiliki 5 buah kelopak yang berwarna hijau. Bunga tomat merupakan bunga sempurna karena bunga memiliki benang sari dan putik sebagai alat perkembangbiakannya. Bentuk buah tomat beragam seperti bulat, agak bulat, oval dengan ukuran buah yang beragam pula tergantung varietasnya. Buah tomat berwarna hijau saat masih muda dan menjadi merah saat sudah matang atau tua (Cahyono, 2008).

B. Anatomi tanaman secara umum 1. Parenkim

Parenkim adalah sel-sel khas pada tumbuhan yang kurang terspesialisasi. Setiap jenis tumbuhan yang sedang berkembang memiliki struktur sel parenkim yang sama sebelum mengalami


(16)

lentur. Sebagian sel parenkim tidak punya dinding sekunder. Protoplas sel parenkim umumnya mempunyai vakuola tengah yang besar. Struktur sel parenkim dapat dilihat pada Gambar 1. Parenkim berfungsi dalam metabolisme tumbuhan seperti mensintesis dan menyimpan bahan organik. Contohnya, fotosintesis terjadi di kloropas sel-sel parenkim daun. Beberapa sel parenkim pada batang dan akar memiliki plastida tidak berwarna dan dapat berfungsi untuk

menyimpan pati (Campbell dkk

.

, 2003).

Gambar 1. Parenkim pada batang tanaman tomat (Sari, 2011)

2. Stomata

Stomata adalah lubang-lubang kecil pada daun dan dikelilingi oleh sel epidermis yaitu sel penutup atau Guard cell. Guard cell adalah sel-sel epidermis yang mengalami perubahan bentuk dan fungsi untuk

mengatur besarnya lubang stomata. Struktur stomata dapat dilihat pada Gambar 2. (Kertasaputra, 1988).

Stomata berperan sangat penting dalam proses fotosintesis dan transpirasi pada tumbuhan (Kertasaputra, 1988). Selain itu stomata juga berperan untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan


(17)

(Pugnaire dan Pardos, 1999). Faktor penting yang mempengaruhi aktivitas membuka dan menutupnya stomata adalah air. Hal ini terjadi karena perubahan turgiditas dari sel-sel penutup contohnya, saat sel-sel penutup turgid, lubang stomata akan membuka (Lakitan, 1995).

Gambar 2. Stomata pada daun tomat (tanda panah) (Sari, 2011)

3. Jaringan Pengangkut

Jaringan pengangkut adalah jaringan yang berfungsi untuk transportasi air dan garam-garam mineral dari dalam tanah dan hasil asimilasi dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Jaringan pengangkut dibedakan menjadi dua yaitu xylem dan floem. Xylem tersusun dari sel-sel yang hidup dan mati. Sedangkan floem merupakan jaringan kompleks yang tersusun dari pembuluh tapis, parenkim dan kloroid. Xylem memiliki dinding sel yang tebal (Gambar 3) dan berfungsi untuk mengangkut garam-garam mineral dari tanah ke daun. Sedangkan floem berfungsi sebagai transportasi hasil asimilasi dari daum menuju bagian tumbuhan yang lain (Kimball, 1991).


(18)

Gambar 3. Xylem pada batang tomat (tanda panah) (Sari, 2011)

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

1. Perkecambahan

Perkecambahan adalah awal proses pertumbuhan suatu tanaman yang ditandai dengan pemanjangan radikula (akar embrionik) ke arah luar menembus kulit biji (Salisbury, 1995). Proses tersebutmembutuhkan air yang akan memicu terjadinya proses imbibisi yaitu penyerapan air oleh sel biji (Taiz dan Zeiger, 2002).

Sutopo (1988), menyatakan bahwa proses perkecambahan terdiri dari 5 tahap yaitu :

1. penyerapan air oleh biji yang mengakibatkan kulit biji melunak dan terjadinya proses hidrasi protoplasma.

2. terjadinya berbagai kegiatan sel dan enzim karena peningkatan respirasi biji.

3. bahan-bahan cadangan makanan ( karbohidrat, lemak, protein) diurai menjadi bentuk terlarut dan ditranslokasikan menuju titik-titik pertumbuhan.


(19)

4. terjadi proses asimilasi bahan-bahan hasil penguraian cadangan makanan dalam jaringan meristematik untuk mendapatkan energi 5. pertumbuhan kecambah melalui perkecambahan, pembesaran, dan

diferensiasi sel-sel pada titik tumbuh.

Berdasarkan letak kotiledon pada kecambah, maka proses perkecambahan dibedakan menjadi :

1. Perkecambahan hipogeal yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah . Tetapi kotiledon tetap berada di bawah tanah (Gambar 4A). Contohnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Pratiwi, 2006).

2. Perkecambahan Epigeal yaitu pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang mengakibatkan kotiledon dan daun lembaga terdorong bergerak ke permukaan tanah (Gambar 4B). Contohnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus) (Pratiwi, 2006).

Gambar 4. Tipe perkecambahan hipogeal (A) dan epigeal (B) (Pratiwi, 2002)

Pada tanaman tomat, proses perkecambahan yang terjadi adalah perkecambahan epigeal.


(20)

2. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan aktivitas pada makhluk hidup yang mengakibatkan adanya peningkatan ukuran dalam bentuk volume, tinggi dan berat (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut Salisburry dan Ross (1995), pertumbuhan suatu tanaman dapat diukur melalui pertambahan tinggi dan diameter batang, panjang akar, atau dengan mengukur luas permukaan daun. Selain itu, pertumbuhan tanaman juga dapat diamati dengan menghitung pertambahan jumlah sel dan

protoplasma.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan tanaman

Perkecambahan pada tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor internal (faktor dalam)

Beberapa faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor genetik dan hormon. Menurut

Pratiwi (2006), gen berfungsi mengontrol reaksi kimia di dalam sel, contohnya sintesis protein yang merupakan bagian dasar penyusun tubuh tumbuhan. Tanaman yang memiliki gen dengan sifat-sifat baik diharapkan dapat terekspresikan pada pertumbuhan

selanjutnya sehingga menghasilkan tanaman dengan sifat yang baik pula.


(21)

Selain genetik, hormon juga merupakan faktor penting yang dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan. Hormon

merupakan substansi penting yang dihasilkan oleh tumbuhan dalam jumlah sedikit dan berfungsi secara fisiologis mengatur arah dan kecepatan pertumbuhan tanaman (Campbell dkk., 2003).

2) Faktor eksternal (faktor luar)

Selain hormon dan genetik, pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Campbell dkk., 2003). Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan yaitu :

a. Air

Air merupakan unsur atau bahan yang paling banyak ditemukan dalam tubuh tumbuhan. Kemampuan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuan tumbuhan

menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air (Campbell dkk., 2003). Sebanyak 85-90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Orcott, 1987).

Menurut Noggle dan Frizt (1983), air memiliki fungsi umum bagi tumbuhan seperti : membentuk protoplasma, pelarut bagi masuknya mineral dan hasil sintesis, media terjadinya


(22)

reaksi-reaksi metabolik. Selain itu, air juga berfungsi sebagai reaktan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam

trikarboksilat, penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, dan menjaga turgiditas sel.

Dalam proses metabolisme, air berfungsi sebagai pelarut cadangan makanan yang tersimpan dalam endosperma yang telah dihidrolisis oleh enzim. Contohnya adalah enzim α-amilase menghidolisis gula dan zat makanan lain yang larut dalam air untuk diserap oleh kotiledon selama masa

perkecambahan (Campbell dkk., 2003).

Sebagai pelarut, air berfungsi penting dalam pertumbuhan tanaman. Air akan melarutkan unsur hara dari dalam tanah untuk diserap oleh akar dan dibawa ke daun untuk proses fotosintesis. Proses fotosintesis menyebabkan pemanjangan sel tumbuhan sehingga terjadi pertumbuhan tanaman. Air juga berfungsi menjaga sel-sel tetap dalam keadaan turgid untuk mempertahankan bentuk jaringan. Turgid adalah kondisi di mana dinding sel menjadi kaku karena masuknya air dari lingkungan hipotonik (Campbell dkk., 2003).


(23)

b. Temperatur

Temperatur berpengaruh terhadap kerja enzim. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan enzim terdenaturasi dan proses metabolisme terganggu. Temperatur yang tinggi juga dapat menyebabkan tumbuhan kekurangan air dan

pertumbuhan tanaman terhambat. Sedangkan temperatur yang rendah dapat menyebabkan ketidakstabilan sifat dinding sel. Selain itu suhu yang rendah juga dapat mengubah transpor zat terlarut yang melewati dinding sel. Kondisi temperatur yang ekstrim juga bisa menyebabkan protoplas mengkristal sehingga merobek dinding sel dan organel yang mengakibatkan

kematian sel (Campbell dkk., 2003). Menurut Sutopo (2002), temperatur yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah 80oF sampai 95oF (20,5o C sampai 35o C) .

c. Oksigen

Oksigen dibutuhkan tumbuhan dalam respirasi aerob yaitu proses respirasi pada tumbuhan untuk menghasilkan ATP, dimana oksigen dibutuhkan sebagai pereaksi bersama-sama dengan glukosa (Campbell dkk., 2003). Kurangnya jumlah oksigen di lingkungan dapat menyebabkan proses

perkecambahan terhambat (Sutopo, 2002). Proses yang terjadi jika oksigen kurang dalam jaringan tumbuhan adalah

tumbuhan akan memproduksi hormon etilen yang


(24)

penuaan dan mati. Dinding sel akan rusak dan secara enzimatik akan membentuk saluran udara “snorkel” untuk penyediaan oksigen pada akar. Proses ini terjadi pada tumbuhan yang terendam air (Campbell dkk., 2003). d. Cahaya

Cahaya adalah faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Keberadaan cahaya dari lingkungan yang ditangkap oleh tanaman dipengaruhi oleh intensitas, panjang gelombang (warna), dan arah (Campbelldkk., 2003). Pengaruh cahaya berbeda pada setiap jenis tanaman. Contohnya, tanaman C4, C3, dan CAM memiliki yang reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Faktor cahaya yang ditemukan dalam tumbuhan disebut fitokrom. Contoh fitokrom yaitu cahaya merah dan cahaya merah jauh (Campbell dkk., 2003).

e. Medium

Medium untuk tanaman umumnya berupa tanah. Tanah sebagai media tanam harus memiliki tekstur dan komposisi kimia tanah yang baik (Campbell dkk., 2003). Komposisi kimia tanah yang baik harus mengandung unsur hara makro dan mikro, gembur, mampu menyimpan air, dan bebas dari parasit contohnya jamur (Sutopo, 2002).


(25)

Selain faktor lingkungan di atas, diketahui bahwa medan magnet juga dapat mempengaruhi proses perkecambahan. Berbagai

penelitian yang menggunakan medan magnet telah dilakukan untuk melihat pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaruh medan magnet terhadap perkecambahan dan

pertumbuhan akan dibahas pada sub bab berikutnya.

D. Medan magnet

Lebih dari 2000 tahun yang lalu bangsa Yunani menemukan bahwa sejenis batuan tertentu (sekarang disebut magnetit) dapat menarik potongan besi. Pada tahun 1269, Pierre de Maricourt menemukan bahwa jarum yang diletakkan di berbagai posisi pada magnet alami berbentuk bola akan mengarahkan dirinya sendiri menurut garis-garis yang melewati tepi yang bersebrangan pada bola tersebut. Ia menyebut titik-titik ini sebagai kutub magnet. Setelah itu banyak percobaan dilakukan untuk membuktikan bahwa setiap magnet bagaimanapun bentuknya selalu memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan selatan, di mana pada kutub-kutub ini gaya yang dikerahkan oleh magnet adalah yang paling besar. Kutub-kutub magnet tersebut jika sejenis akan saling tolak-menolak dan jika tidak sejenis akan saling tarik-menarik (Tipler, 2001).

Pada tahun 1600, William Gilbert menemukan bahwa bumi merupakan magnet alami dengan kutub magnet yang berada di dekat kutub utara dan


(26)

selatan (Tipler, 2001). Medan magnetik bumi memiliki orde sebesar 10-4 T atau 1 G. T atau Tesla. Tesla adalah satuan SI yang digunakan dalam medan magnet. Tesla diambil dari Nikola Tesla (1857-1943), seorang ilmuwan keturunan Amerika-Serbia dan seorang penemu (Young dan Freedman, 2003).

Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh magnet (Giancoli, 1998). Bila sebuah benda didekatkan pada sebuah magnet, maka akan timbul medan magnet di sekitar benda tersebut. Medan magnet terjadi karena adanya kutub-kutub magnet yang memiliki gaya tarik-menarik dan tolak-menolak yang besar (Soedojo, 2000). Medan magnet juga dapat dihasilkan dari muatan yang bergerak atau sebuah arus. Sebuah muatan titik yang bergerak akan menghasilkan medan listrik dengan garis-garis medan yang memancar keluar dari sebuah muatan positif (Young dan Freedman, 2003).

Medan magnet dapat diperoleh secara alami dan buatan. Medan magnet alami berasal dari batu magnet alam. Sedangkan, medan magnet buatan diperoleh dari arus listrik yang dihasilkan dari suatu kumparan bernama solenoida (Giancoli, 1998). Solenoida adalah lilitan kawat tembaga yang membentuk kumparan (Soedojo, 2000). Solenoida akan menghasilkan medan magnet jika dialiri arus listrik (Giancoli, 2001). Aliran arus listrik pada solenoida menghasilkan medan magnet di sekitar solenoida dengan pola garis medan magnet seperti garis medan magnet yanng ditimbulkan


(27)

magnet batang (Soedojo, 2000). Garis-garis medan magnet (Gambar 5.) adalah lingkaran-lingkaran yang sesumbu dengan kawat pada solenoida. Garis-garis ini sesuai dengan kaidah tangan kanan (Gambar 6.). Medan paling kuat ada pada pusat solenoidana. Namun, besarnya dapat menurun di dekat ujung-ujung solenoida dimana medan magnetnya hanya setengah dari kuat medan magnet yang ada di pusat (Young dan Freedman, 2003). Oleh karena itu, solenoida dapat digunakan sebagai medan magnet dengan salah satu ujungnya sebagai kutub selatan dan ujung lainnya sebagai kutub utara (Supiyanto, 2002).

Gambar 5. Arah garis medan magnet (Supiyanto, 2002)

Gambar 6. Kaidah tangan kanan (Supiyanto, 2002)

Besar medan magnet pada suatu titik pada suatu solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Biot-Savart dalam rumus berikut.


(28)

B =

0

[

] [

]

Keterangan :

B = kuat medan magnet di titik P (Tesla) µ0 = Permeabilitas ruang hampa

I = kuat arus (A)

n = Jumlah lilitan tembaga per satuan panjang (m-1)

a = jarak dari ujung solenoida atas ke jari-jari solenoida bagian atas (m) b = jarak dari ujung solenoida bawah ke jari-jari solenoida bagian

bawah (m)

R = jari-jari solenoida (m)

E. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Semua unsur di bumi digolongkan ke dalam unsur kemagnetan yang bersifat feromagnetik, paramegnetik, dan diamagnetik. Unsur yang bersifat diamagnetik mengalami magnetisasi ke arah berlawanan dengan medan magnet. Sedangkan unsur feromagnetik dan paramagnetik akan mengalami magnetisasi searah dengan medan magnet. Unsur hara penyusun jaringan tumbuhan dan berbagai senyawa organik dalam sitoplasma tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat kemagnetan feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Sifat polarisasi magnetisasi dari unsur-unsur tersebut dapat dipengaruhi dengan

keberadaan medan magnet di sekitarnya (Reitz dkk.,1994). Unsur yang bersifat feromagnetik adalah Fe. Pt dan Al merupakan unsur yang bersifat paramagnetik. Sedangkan unsur yang bersifat diamagnetik adalah Au dan Cu (Soedojo, 1998).


(29)

Banyak penelitian telah dilakukan dengan melihat respon tanaman yang diberikan medan magnet. Pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan tergantung pada intensitas dan frekuensi medan magnet yang diberikan, jenis tanaman yang dimagnetisasi, dan lama waktu magnetisasi (Saragih dan Silaban, 2010).

Saragih dan Silaban (2010), dalam jurnalnya menyatakan bahwa medan magnet statik mempengaruhi aktivasi ion-ion dan polarisasi dipol-dipol dalam sel. Medan magnet juga mempercepat proses pembelahan sel. Gaya yang diinduksi medan magnet mengendalikan dan mengubah laju pergerakan elektron dalam sel secara signifikan sehingga berbagai proses metabolisme dalam sel dapat dipengaruhi. Medan magnet juga

meningkatkan cadangan nutrisi dalam sel karena dapat meningkatkan proses absorpsi dan asimilasi. Dengan menggunakan kacang kedelai, Saragih dan Silaban (2010) membuktikan bahwa kuat medan magnet sebesar 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit meningkatkan laju perkecambahan dan laju pertumbuhan kecambah kedelai (Glycine max).

Penelitian Wulandari (2011), mengenai pengaruh medan magnet terhadap tanaman jagung (Zea mays) menemukan bahwa semakin besar kuat medan magnet yang diberikan terhadap benih jagung akan semakin besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan jagung. Bagian benih jagung yang memberikan pengaruh medan magnet paling tinggi yaitu daerah titik tumbuh di mana akan terbentuk cikal bakal tumbuhan individu baru.


(30)

Agustrina (2008), membuktikan bahwa perlakuan kuat medan magnet sebesar 165 A/m dapat meningkatkan laju perkecambahan Leguminocea tetapi tidak diikuti dengan peningkatan laju perkecambahan yang

signifikan. Sementara itu, Agustrina dan Roniyus (2009), menyatakan bahwa interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dan lama

pemaparannya selama 2-5 minggu mempengaruhi luas stomata dan sel parenkim serta lebar berkas pengangkut tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata Pers.).

Winandari (2011), dalam penelitiannya membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik pada tanaman tomat berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.), luas daun dan kandungan klorofil b pada daun menjadi lebih baik. Sedangkan Pertiwi (2011), membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan produktivitas tanaman tomat.

Namun, keberadaan medan magnet dalam lingkungan tidak selalu memberikan dampak positif bagi tanaman yang berada di sekitar medan magnet. Peristiwa ini dibuktikan oleh Budarsa dkk. (2010), yang

mengkaji tentang pengaruh medan magnet SUTET terhadap pertumbuhan tanaman Caisim. Berdasarkan pengamatan, dibuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,033 mT sampai 0,1 mT selama empat jam dapat


(31)

adanya penurunan atau penyusutan luas daun, penurunan kandungan klorofil, laju asimilasi bersih, dan berat kering pada daun caisim.

F. Mitosis

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman diawali dengan

perkecambahan. Dalam proses perkecambahan, terjadi proses pembelahan pada jaringan yang bersifat meristematis (aktif membelah) yaitu ujung akar dan pucuk tanaman. Mitosis adalah pembelahan sel dimana berlangsung pembelahan dan pembagian nukleus beserta

kromosom-kromosom yang terdapat di dalamnya (Suryo, 2008). Menurut Suryo (2008), mitosis terdiri dari lima fase yaitu : - Profase

Profase diawali dengan terjadinya pemadatan dan penebalan

kromosom, sehingga menjadi pendek dan tebal. Kemudian kromosom bergerak menuju bagian tengah sel, yang terlihat menjadi dua untai kromatid yang berdekatan dan dihubungkan oleh sentromer. Akhir dari profase yaitu menghilangnya nukleolus dan membran nukleus serta terbentuknya benang-benang spindel (Gambar. 7A).

- Metafase

Kromosom yang telah menjadi dua kromatid bergerak menuju bidang equator. Benang-benang spindel melekat pada sentromer setiap

kromosom. Kemudian kromosom menjadi lebih pendek dan tebal pada fase ini. Akhir dari metafase adalah terbentuknya keping metafase


(32)

(metaphasic plate) karena kromosom yang bergerak ke tengah bidang equator (Gambar. 7B) (Campbell dkk., 1999).

- Anafase

Tiap pasang kromatid dari setiap pasangan kromosom berpisah dan bergerak menuju kutub berlawanan. Pemisahan kromatid ini diawali dari membelahnya sentromer yang kemudian ditarik oleh benang spindel ke kutub yang berlawanan dan diikuti oleh bergeraknya organel-organel serta bahan sel lainnya. Pada metafase jumlah kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak (Gambar. 7C). - Telofase

Telofase ditandai dengan terbentuknya kembali membran nukleus dan nukleolus. Sel membelah menjadi dua, sehingga terbentuk dua sel anakan yang identik dan memiliki kromosom yang sama dengan induknya (Gambar. 7D).

- Interfase

Pada interfase berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan serta sintesis DNA. Interfase terbagi menjadi tiga fase yaitu

• Fase gap satu (G1)

Fase G1 ditandai dengan adanya aktivitas sel seperti : transkripsi RNA, sintesis protein yang berfungsi saat pembelahan nukleus, terbentuknya enzim yang diperlukan untuk replikasi DNA, dan terbentuknya tubulin dan protein yang akan membentuk benang spindel.


(33)

• Fase sintesis (S)

Fase sintesis (S) ditandai dengan proses replikasi dari DNA dan kromosom yang menghasilkan sister chromatids yang memiliki sentromer bersama.

• Fase gap dua (G2)

Pada fase G2 sintesis protein yang dibutuhkan pada fase mitosis terjadi. Protein-protein yang dihasilkan pada fase G2 diperlukan dalam pembentukan benang gelendong, pertumbuhan organel-organel dan makromolekul lainnya seperti: mitokondria, plastid, ribosom.

Gambar 7. Fase-fase pembelahan mitosis : profase (A), metafase (B), anafase (C) (Ernawiati, 2009), dan telofase (D) (Ernawiati, 2007)

A

D C


(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA.

B. Alat dan bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : solenoida, medan magnet, cawan petri, beaker glass, tisu, tabung reaksi, pipet tetes, mistar, timbangan digital, kotak germinasi, pot plastik, ember, spatula, cover glass, objek glass, mikrometer objektif, mikrometer okuler, silet, kertas label, mikroskop, oven, dan kamera.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : benih tomat, aquadest, kertas roti, tanah, kompos, pewarna safranin, pewarna aceto orcein, larutan glyserin, kutek, alkohol 70 %, amoxilin, dan


(35)

C. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial. Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali sebagai kelompok. Faktor pertama adalah perlakuan perendaman yang terdiri dari tanpa perendaman (TP) dan perendaman (P) selama 15 menit sebelum diberi perlakuan medan magnet. Faktor kedua adalah lama pemaparan medan magnet yang terdiri dari kontrol (0 menit) atau M0, 7 menit 48 detik (M7), 11 menit 42 detik (M11), 15 menit 36 detik (M15), dan 31 menit 12 detik (M31).

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi nilai indeks mitosis ujung akar kecambah, nilai indeks stomata daun, dan anatomi tanaman tomat yang terdiri dari stomata (panjang, lebar, dan luas) dari organ daun, lebar xylem, dan diameter parenkim dari organ batang tanaman tomat.

Data yang diperoleh diuji homogenitas dan dilanjutkan dengan Analisis Ragam. Untuk melihat perbedaan antar perlakuan, dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada taraf α=5%.


(36)

Tabel 1. Tata Letak Percobaan Kelompok 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perlakuan PM7 PM15 TPM7 TPM11 TPM31 PM31 PM11 TPM15 PM0 TPM0

Kelompok 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perlakuan TPM15 TPM7 PM0 PM15 PM31 PM11 TPM11 TPM0 TPM31 PM7

Kelompok 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perlakuan TPM17 TPM11 PM0 PM11 PM15 PM31 TPM15 PM7 TPM31 TPM0

Keterangan :

TP adalah perlakuan tanpa perendaman

P adalah perlakuan dengan perendaman selama 15 menit M0 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 0 menit

M7 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 7 menit 48 detik M11 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 11 menit 42 detik M15 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 15 menit 36 detik M31 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 31 menit 12 detik


(37)

D. Prosedur kerja 1. Pengecambahan

Menyiapkan 10 cawan petri yang sudah dialasi kertas roti. Untuk perlakuan setiap kelompok, pada kertas roti diteteskan air secukupnya, setelah itu ditetesi chlorampenicol dan amoxilin sebanyak masing-masing tiga tetes. Amoxilin dan chlorampenicol digunakan untuk mencegah serangan cendawan dan bakteri. Ke dalam 5 cawan petri yang sudah disiapkan diisi masing-masing 10 benih tomat yang sebelumnya telah direndam aquades selama 15 menit. Sedangkan pada 5 cawan petri lainnya masing-masing diisi dengan 10 benih tomat yang tidak direndam. Cawan petri yang telah berisi benih kemudian diberi perlakuan

pemaparan medan magnet 0,2mT dengan lama pemaparan 0 menit (M0) sebagai kontrol, 7 menit 48 detik (M7), 11 menit 42 detik (M11), 15 menit 36 detik (M15), dan 31 menit 12 detik (M31). Selesai diberi perlakuan pemaparan medan magnet, cawan petri yang berisi benih yang sudah diberi perlakuan diletakkan dalam kotak germinasi dan disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar selama 4 hari.

2. Penanaman

Setelah kecambah berumur ± 1 minggu (daun pertama keluar), lalu kecambah dipindahkan ke dalam pot yang sudah diisi kompos dan tanah dengan perbandingan 1 : 1. Masing-masing pot sebagai satu satuan percobaan ditanam 4 kecambah dan diberi label atau tanda sesuai


(38)

perlakuan. Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama 4 minggu dengan cara menyirami dengan air keran.

3. Pembuatan Larutan Pewarna a. Pewarna Aceto-orcein

Sebanyak 1 gram bubuk Orcein dilarutkan ke dalam 45 ml asam asetat glasial dalam beaker glass 250 ml. Kemudian dipanaskan hingga mendidih. Setelah mendidih, beaker glass yang berisi larutan asam asetat glasial dan orcein diangkat lalu didiamkan hingga dingin. Setelah dingin ditambahkan aquades sebanyak 55 ml. Setelah itu, disaring menggunakan kertas saring. Hasil saringan tadi kemudian dicampur dengan larutan HCl 1% sebanyak 10 ml. Setelah itu larutan pewarna Aceto-orcein yang sudah jadi dihomogenkan.

b. Pewarna Safranin

Larutan pewarna Safranin dibuat dengan cara melarutkan 0,1 gram bubuk Safranin ke dalam 100 ml alkohol 70 %.

4. Prosedur Pengambilan Data

a. Pengamatan Mitosis Ujung Akar Kecambah

Pengamatan mitosis pada sel ujung akar kecambah tomat dilakukan pada kecambah berumur 4 hari menggunakan metode Squash yang telah dimodifikasi. Ujung akar kecambah dipotong sepanjang 3mm dari ujung. Potongan ujung akar dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml, kemudian ditetesi air dingin yang telah disimpan dalam

refrigator pada suhu 4-5 ºC selama 15 menit dan didiamkan selama 10 menit. Kemudian tabung reaksi berisi potongan akar kecambah tomat


(39)

dimasukkan ke dalam freezer selama 10 menit. Setelah itu difiksasi dengan asam asetat 45%. Kemudian tabung dimasukkan lagi ke dalam freezer selama 15 menit sebelum potongan akar dicuci dengan aquadest sebanyak 3 kali. Potongan akar yang telah dicuci kemudian ditetesi pewarna kromosom aceto orcein dan dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit. Potongan akar diusahakan harus terendam agar tidak kering. Potongan akar yang berwarna lebih gelap dipotong dan ditaruh di atas gelas objek. Gelas objek ditutup dengan cover glass dengan ditekan perlahan sambil digeser agar potongan akar menyebar. Setelah itu, bagian tepi cover glass diberi kutek. Preparat mitosis yang sudah jadi diamati di mikroskop dengan perbesaran 100 x 10. Pengamatan dilakukan pada 10 bidang pandang pengamatan (Sari, 2010) dan jumlah sel yang bermitosis dihitung.

Indeks mitosis pada sel ujung kecambah tomat dihitung menggunakan rumus dari Pandey dkk. (1994) yaitu:

IM =

X 100

Keterangan :

IM = Indeks mitosis

b. Pengamatan Panjang dan Lebar Stomata

Pengamatan stomata dilakukan pada tanaman tomat yang berumur 3 minggu. Preparat pengamatan diambil dari permukaan bawah daun tomat. Preparat lapisan epidermis daun diambil dengan cara


(40)

menempelkan kertas label pada bagian permukaan bawah daun tomat, kemudian ditarik perlahan sampai epidermis lapisan epidermis daun terlepas dari daun. Lapisan epidermis daun ditaruh di atas gelas objek dan ditetesi safranin, didiamkan selama beberapa menit. Preparat kemudian ditetesi glyserin, lalu ditutup cover glass untuk diamati. Di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 panjang dan lebar stomata diukur menggunakan mikrometer okuler yang dikalibrasi dengan mikrometer objektif. Pengukuran lebar dan panjang stomata dilakukan pada 15 stomata untuk setiap perlakuan. Sedangkan, penentuan nilai indeks stomata dilakukan dengan menghitung jumlah sel stomata yang ditemukan dan jumlah sel selain stomata yang ditemukan pada setiap preparat.

Indeks stomata dihitung menggunakan rumus dari Palit (2008) yaitu:

IS =

X 100

Keterangan :

IS = Indeks stomata

c. Pengamatan Lebar Berkas Pengangkut (Xylem)

Sayatan membujur batang tanaman diambil dari tanaman tomat berumur 3 minggu. Sayatan yang telah diperoleh ditaruh di atas gelas objek kemudian ditetesi safranin dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah itu, preparat ditetesi glyserin dan ditutup dengan cover glass. Preparat yang telah siap diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 10. Pengukuran lebar berkas pengangkut xylem,


(41)

menggunakan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan mikrometer objektif. Pengukuran lebar berkas pengangkut xylem dilakukan pada 15 sel xylem pada masing-masing perlakuan.

d. Diameter Sel Parenkim

Sayatan melintang batang tanaman diambil dari tanaman tomat berumur 4 minggu. Sayatan yang telah diperoleh ditaruh di atas gelas objek kemudian ditetesi safranin dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah itu, preparat ditetesi glyserin dan ditutup dengan cover glass. Preparat yang telah siap diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 10. Sel parenkim yang diukur pada masing-masing perlakuan sebanyak 15 sel. Pengukuran diameter sel parenkim menggunakan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan mikrometer objektif.


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan pemaparan medan magnet 0,2 mT tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati, perlakuan

perendaman memberikan pengaruh yang nyata pada nilai indeks mitosis dan diameter parenkim. Perlakuan tanpa perendaman memberikan hasil yang lebih baik daripada perlakuan perendaman.

2. Interaksi antara perendaman dan lama pemaparan medan magnet memberikan pengaruh yang nyata pada diameter parenkim dan indeks mitosis. Interaksi yang paling baik pada diameter parenkim adalah perlakuan TPM 7. Sedangkan indeks mitosis pada perlakuan PM7.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan usia benih dengan perlakuan perendaman dan pemaparan medan magnet.


(43)

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh medan magnet terhadap tanaman dengan tanaman dan kuat medan magnet berbeda. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh medan magnet


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, S. 1990. Pengaruh Kondisi Kulit Benih Terhadap Viabilitas Benih Pada Berbagai Varietas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr. ). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae Dibawah Pengaruh Medan Magnet. Prosiding Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Lampung

Agustrina, R dan Roniyus. 2009. Pengaruh Arah Medan Magnet Terhadap Anatomi Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.). Hasil Penelitian. Jurusan Biologi Fisika FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

Andini, A.N. 2011. Anatomi Jaringan Daun dan Pertumbuhan Tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, Dan Gomphrena globosa Pada Lingkungan Udara Tercemar. Skripsi. Institut Pertanan Bogor. Bogor.

Atmaja, R.P. 2010. Pengaruh Naungan terhadap Indeks Stomata EmpatVarietas dan Satu Genotipe Kedelai [ Glycine max (L.) Merill] . Universitas Negeri Malang. Malang.

Budarsa I.G.K.S., I.W.S. Adnyana, dan I.G. Mahardika. 2010. Studi Paparan Medan Magnet Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Terhadap Pertumbuhan Sayuran Caisim (Brassica juncea L.). Ecotrophic. Udayana dan Politeknik Negeri Bali. Bali.

Cahyono, B.1998. Tomat. Penerbit Kanisus. Yokyakarta.134 Hlm.

Campbell, N.A., Reece,J.B., dan Mitchell, L.G.. 1999. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Campbell, N.A., Reece,J.B., dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Copeland , L. dan M.B. McDonald. 1997. Seed Production Principles and Practices. Chapman and Hall. New York. pp 749

Copeland , L. dan M.B. McDonald.. 2001. Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. London. pp 465.


(45)

Ernawiati, E. 2007. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pembelahan Sel Akar Umbi Bawang Bombay (Allium Cepa L.). Jurnal Ilmiah MIPA, Vol X, No.2. Bandar Lampung.

Ernawiati, E., Wahyuningsih, S., dan Nofera, E. 2009. Kelainan Mitosis Sel Ujung Akar Umbi Bawang Bombay Akibat Perendaman dalam Ekstrak Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa superba L.). Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fahmi, M. 2006. Laju Pertumbuhan dan Penyerapan Unsur Fe dan N Pada Kecambah Kedelai (Glycine max (L) Merr) yang Dipengaruhi Oleh Perlakuan Kuat Medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Giancoli, D.C. 2001. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hidayat,E. 1995. Morfologi tumbuhan. Jakarta: Depdek gub winatasumita. Herawati, V. 2008. Fisiologi dan Anatomi Daun Cocor Bebek (Kalanchoe

pinnata pers.) di sekitar medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. pp 466

Kartasaputra, A.G.. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan jaringan. Bina Aksara. Jakarta.

Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga . Jakarta.

Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lestari, E.G. 2006, Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.

Biodiversitas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (Balitbiogen). Bogor. Vol. 7: 44-48. Maynard, G.H. and D.M. Orcott. 1987. The Physiology of Plants Under Stress.

John Willey and Sons, Inc, New York.

Morejon, LP., Palacio, JC Castro., Abad, Velazquez., dan Govea, AP. 2007. Stimulation of Pinus tropicalis M. Seeds by magnetically treated water. International Journal Agrophysics. 21: 173-177.


(46)

Noggle, G.R. dan G.J. Fritz.1983. Introductory Plant Physiology. Prentice Hall, Inc, New Jersey.

Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika, Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan Tanah, Air, dan Iklim. Tidak Diterbitkan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Palit, J. J. 2008. Teknik Penghitungan Jumlah Stomata Beberapa Kultiver

Kelapa. Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Menado.

Pandey, R., R.Shukla, dan S. Datta. 1994. Chromosome effects of one fungicide (dithane M-45) and two insecticides (aldrex-30 and metacid-50). Cytologia. 59:419-422.

Pertiwi, A. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap

Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Powell, A.A. dan S. Matthews. 1973. The damaging effect of water on dry pea embryos during imbibition . J . Exp. Bot. 29:1215-1219.

Powell, A.A. dan S. Matthews 1980. The significant of damage during imbibition to the f ield emergence of pea (Pisum sativum L.) seed. J . Agric. S c i . Camb. 95:35-38.

Pratiwi. 2006. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Pugnaire, F.I., dan J. Pardos. 1999. Constrains by water stress on plant growth. In Passarakli, M. (ed.) Hand Book of Plant and Crop Stress. New York: John Wiley & Sons.

Reitz, J.R., Mildford, F.J. dan Cristy, R.W. 1994. Dasar-dasar Teori Listrik Magnit. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Rugayah, E.A. Widjaja, dan Praptiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Bogor.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Saragih, H., Tobing, J. , dan Silaban, O. 2010. Meningkatkan Laju Pertumbuhan

Kecambah Kedelai Dengan Berbantuan Medan Magnetik Statik. Prosiding

Seminar Nasional Fisika. Universitas Advent Indonesia. Bandung. Saenong, S. 1986. Kontribusi Vigor Awal terhadap Daya Simpan Benih Jagung

(Zea mays L.) dan Kedelai (Glicine max L.Merr.). Disertasi. IPB. Bogor. pp 166.


(47)

Sari, E. N. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda Terhadap Indeks Mitosis dan Anatomi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Setyasih, N. 2013. Mitosis Akar Kecambah dan Anatomi Tanaman Tomat

(Lycopersicum esculentum) di Bawah Pemaparan Medan Magnet 0,3 mT .

Skripsi. Universitas Lampung. Lampung

Sitompul, S. M. dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Soedojo, P. 2000. Azas-Azas Ilmu Fisika. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Steenis, V. 1997. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Penerbit Pradnya

Paramitha. Jakarta.

Supiyanto, 2002. Sains Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Suryani, D., S. Al, dan Ratnawati. 2003. Tanggapan Stomata dan Laju

Transpirasi Daun Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan Daun dan Jarak Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng. Seminar Hasil Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Suryo, H. 2008. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. hal 446. Sutini. 2011. Analisis Stabilitas Tomat. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penerbit PT. Grasindo Persada. Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Taiz, L. dan E. Zeiger, 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associates, Inc., Publishers. Sunderland, Massachusetts. p:25

Tatipata, A., P. Yudono, A. Purwantoro, dan W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia deteriorasi Benih Kedelai dalam Penyimpanan. Ilmu Pertanian. 11(2):76—87

Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Penerbit Erlangga. Jakarta. Winandari, O. P. 2011. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tomat (Lycopersicum

esculentum Mill.) di Bawah Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda. Skipsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(48)

Wulandari. 2011. Pengaruh Medan Magnet pada Biji Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Jember. Jember.

Young, D. H. dan Freedman, R. A., 2003. Fisika Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.


(49)

Lampiran 1. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap lebar stomata

Tabel 4. Lebar stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Lebar Stomata K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

20,600 20,333 19,333 60,266 20,089

20,249 2 PM7

21,000 21,400 19,467 61,867 20,622

3 PM11

21,267 20,600 19,800 61,667 20,556

4 PM15

19,800 19,933 20,000 59,733 19,911

5 PM31

19,933 19,467 20,800 60,200 20,067

6 TPM0

20,133 20,333 20,733 61,199 20,400

20,347 7 TPM7

21,600 20,400 20,733 62,733 20,911

8 TPM11

21,267 19,400 19,200 59,867 19,956

9 TPM15

21,733 19,600 19,600 60,933 20,311

10 TPM31

20,133 19,800 20,533 60,466 20,155

TOTAL 207,466

201,266 200,199 608,931 202,977

RERATA 20,747

20,127 20,020 60,893 20,298

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(50)

Tabel 5. Uji homogenitas lebar stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2 PM0

2

0,500 1191,467 595,734 2,775 5,550 PM7

2

0,500 1257,302 628,651 2,798 5,597 PM11

2

0,500 1248,130 624,065 2,795 5,590 PM15

2

0,500 1169,453 584,727 2,767 5,534 PM31

2

0,500 1188,862 594,431 2,774 5,548 TPM0

2

0,500 1228,226 614,113 2,788 5,576 TPM7

2

0,500 1286,249 643,125 2,808 5,617 TPM11

2

0,500 1177,330 588,665 2,770 5,540 TPM15

2

0,500 1220,332 610,166 2,785 5,571 TPM31

2

0,500 1225,462 612,731 2,787 5,575

Total

20

5,000 12192,813 55,698

Keterangan Nilai

S2

609,641

Log S2

2,785

X2

0,009

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,002

F TAB 5%

16,9


(51)

Tabel 6. Analisis ragam lebar stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%.

Kesimpulan: tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1%

Kelompok 2 2,938 1,469 2,996tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 2,619 0,291 0,594tn 2,456 3,597

Medan Magnet

(M) 4 1,459 0,365 0,744tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 0,133 0,133 0,272tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 1,027 0,257 0,523tn 2,928

4,579

Galat 18 8,825 0,490


(52)

Lampiran 2. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap panjang stomata

Tabel 7. Panjang stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Panjang Stomata K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

31,667 28,333 29,667 89,667 29,889

30,249 2 PM7

32,133 30,667 29,800 92,600 30,867

3 PM11

32,800 30,667 30,533 94,000 31,333

4 PM15

29,333 30,600 28,333 88,266 29,422

5 PM31

30,000 29,133 30,067 89,200 29,733

6 TPM0

32,333 29,400 30,667 92,400 30,800

30,373 7 TPM7

30,533 30,867 31,467 92,867 30,956

8 TPM11

32,933 29,000 30,067 92,000 30,667

9 TPM15

31,600 28,267 29,867 89,734 29,911

10 TPM31

29,133 28,667 30,800 88,600 29,533

TOTAL 312,465

295,601 301,268 909,334 303,111

RERATA 31,247

29,560 30,127 90,933 30,311

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(53)

Tabel 8. Uji homogenitas panjang stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2

PM0 2 0,500 2665,600 1332,800 3,125 6,250

PM7 2 0,500 2840,412 1420,206 3,152 6,305

PM11 2 0,500 2928,013 1464,007 3,166 6,331

PM15 2 0,500 2579,633 1289,816 3,111 6,221

PM31 2 0,500 2632,690 1316,345 3,119 6,239

TPM0 2 0,500 2829,848 1414,924 3,151 6,301

TPM7 2 0,500 2854,341 1427,171 3,154 6,309

TPM11 2 0,500 2809,651 1404,826 3,148 6,295

TPM15 2 0,500 2669,310 1334,655 3,125 6,251

TPM31 2 0,500 2598,791 1299,395 3,114 6,227

Total 20 5,000 27408,289 62,729

Keterangan Nilai

S2

1370,414

Log S2

3,137

X2

0,019

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,004

F TAB 5%

16,9


(54)

Tabel 9. Analisis ragam panjang stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1% Kelompok 2 14,729 7,365 6,263tn 3,555 6,013 Perlakuan 9 12,605 1,401 1,191tn 2,456 3,597 Medan Magnet (M) 4 10,263 2,566 2,182tn 2,928 4,579 Perendaman (P) 1 0,116 0,116 0,099tn 4,414 8,285

MxP (Interaksi) 4 2,226 0,557 0,473tn 2,928 4,579

Galat 18 21,166 1,176

Total 29 48,500

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%.


(55)

Lampiran 3.Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap lebar xylem

Tabel 10. Lebar xylem batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Lebar Xylem K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

25,600 28,267 27,933 81,800 27,267 28,009

2 PM7

27,133 25,600 27,867 80,600 26,867

3 PM11

27,667 30,533 29,067 87,267 29,089

4 PM15

31,600 24,133 26,733 82,466 27,489

5 PM31

31,200 29,667 27,133 88,000 29,333

6 TPM0

29,133 29,667 28,267 87,067 29,022 28,560

7 TPM7

30,733 27,000 27,533 85,266 28,422

8 TPM11

31,867 28,200 27,533 87,600 29,200

9 TPM15

29,467 30,933 27,267 87,667 29,222

10 TPM31

28,000 27,400 25,400 80,800 26,933

TOTAL 312,465 291,134

292,400 281,400 274,733

RERATA 31,247 29,113

29,240 28,140 27,473

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(56)

Tabel 11. Uji homogenitas lebar xylem batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2

PM0 2 0,500 2214,547 1107,274 3,044 6,089

PM7 2 0,500 2147,507 1073,754 3,031 6,062

PM11 2 0,500 2522,062 1261,031 3,101 6,201 PM15 2 0,500 2275,704 1137,852 3,056 6,112 PM31 2 0,500 2569,704 1284,852 3,109 6,218 TPM0 2 0,500 2507,486 1253,743 3,098 6,196 TPM7 2 0,500 2410,717 1205,358 3,081 6,162 TPM11 2 0,500 2548,856 1274,428 3,105 6,211 TPM15 2 0,500 2548,333 1274,166 3,105 6,210 TPM31 2 0,500 2159,542 1079,771 3,033 6,067

Total 20 5,000 23904,458 61,528

Keterangan Nilai

S2

1195,223

Log S2

3,077

X2

0,048

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,009

F TAB 5%

16,9


(57)

Tabel 12. Analisis ragam lebar xylem batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1% Kelompok 2 15,919 7,960 2,281tn 3,555 6,013 Perlakuan 9 28,600 3,178 0,911tn 2,456 3,597 Medan

Magnet (M) 4 7,181 1,795 0,514tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 2,278 2,278 0,653tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 19,141 4,785 1,371tn 2,928

4,579

Galat 18 62,818 3,490

Total 29 107,338

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%


(58)

Lampiran 4. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap diameter parenkim

Tabel 13. Diameter parenkim batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Diameter Parenkim K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

88,067 89,733 94,800 272,600 90,867

91,524 2 PM7

93,933 87,467 92,267 273,667 91,222

3 PM11

94,333 94,400 93,733 282,466 94,155

4 PM15

91,533 81,400 93,067 266,000 88,667

5 PM31

92,400 91,867 93,867 278,134 92,711

6 TPM0

93,133 95,133 94,133 282,399 94,133

94,342 7 TPM7

93,667 95,333 95,067 284,067 94,689

8 TPM11

93,600 95,800 93,467 282,867 94,289

9 TPM15

93,267 95,800 94,267 283,334 94,445

10 TPM31

92,867 92,667 96,933 282,467 94,156

TOTAL

926,800 919,600 941,601 2788,001 929,334

RERATA

92,680 91,960 94,160 278,800 92,933

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(59)

Tabel 14. Uji homogenitas diameter parenkim batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2

PM0 2 0,500 24774,759 12387,380 4,093 8,186

PM7 2 0,500 24966,462 12483,231 4,096 8,193

PM11 2 0,500 26575,395 13287,697 4,123 8,247

PM15 2 0,500 23645,806 11822,903 4,073 8,145

PM31 2 0,500 25768,253 12884,126 4,110 8,220

TPM0 2 0,500 26564,665 13282,333 4,123 8,247

TPM7 2 0,500 26878,756 13439,378 4,128 8,257

TPM11 2 0,500 26654,724 13327,362 4,125 8,249

TPM15 2 0,500 26742,330 13371,165 4,126 8,252

TPM31 2 0,500 26587,081 13293,541 4,124 8,247

Total 20 5,000 259158,230 82,243

Keterangan Nilai

S2

12957,911

Log S2

4,113

X2

0,017

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,003

F TAB 5%

16,9


(60)

Tabel 15. Analisis ragam diameter parenkim batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1%

Kelompok 2 25,165 12,583 1,788tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 111,250 12,361 1,757tn 2,456 3,597 Medan

Magnet (M) 4 23,986 5,996 0,852tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 59,550 59,550 8,463** 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 27,714 6,928 0,985tn 2,928

4,579

Galat 18 126,651 7,036

Total 29 263,066

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%


(61)

- Uji BNT 5 % = 4,557 Perlakuan medan

magnet (menit)

Rata-rata diameter parenkim (µm)

TPM7 94,689a

TPM15 94,445a

TPM11 94,289a

TPM31 94,156a

PM11 94,155a

TPM0 94,133a

PM31 92,711ab

PM7 91,222ab

PM0 90,867ab


(62)

Lampiran 5. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap indeks stomata

Tabel 16. Indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Indeks Stomata K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

29,517 31,754 24,361 85,632 28,544

28,107 2 PM7

27,000 34,061 24,384 85,445 28,482

3 PM11

24,314 31,575 26,718 82,607 27,536

4 PM15

25,525 34,763 24,453 84,741 28,247

5 PM31

26,315 24,570 32,288 83,173 27,724

6 TPM0

25,736 23,782 27,284 76,802 25,601

28,097 7 TPM7

31,607 30,664 24,179 86,450 28,817

8 TPM11

28,736 28,420 21,447 78,603 26,201

9 TPM15

25,159 33,402 25,278 83,839 27,946

10 TPM31

34,214 30,340 31,204 95,758 31,919

TOTAL

278,123 303,331 261,596 843,050 281,017

RERATA

27,812 30,333 26,160 84,305 28,102

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(63)

Tabel 17. Uji homogenitas indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2

PM0 2 0,500 2452,939 1226,470 3,089 6,177

PM7 2 0,500 2463,109 1231,554 3,090 6,181

PM11 2 0,500 2281,447 1140,724 3,057 6,114

PM15 2 0,500 2438,030 1219,015 3,086 6,172

PM31 2 0,500 2318,612 1159,306 3,064 6,128

TPM0 2 0,500 1951,942 975,971 2,989 5,979

TPM7 2 0,500 2503,041 1251,520 3,097 6,195

TPM11 2 0,500 2073,472 1036,736 3,016 6,031

TPM15 2 0,500 2367,335 1183,668 3,073 6,146

TPM31 2 0,500 3044,425 1522,213 3,182 6,365

Total 20 5,000 23894,353 61,489

Keterangan Nilai

S2

1194,718

Log S2

3,077

X2

0,129

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,025

F TAB 5%

16,9


(64)

Tabel 18. Analisis ragam indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1% Kelompok 2 88,347 44,173 3,304tn 3,555 6,013 Perlakuan 9 77,404 8,600 0,643tn 2,456 3,597 Medan

Magnet (M) 4 35,036 8,759 0,655tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 0,001 0,001 0,000tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 42,367 10,592 0,792tn 2,928

4,579

Galat 18 240,648 13,369

Total 29 406,398

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%


(65)

Lampiran 6. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap indeks mitosis

Tabel 19. Indeks mitosis akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Indeks Stomata K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

60,898 53,17 57,291 171,359 57,120

64,278 2 PM7

69,903 68,088 75,375 213,366 71,122

3 PM11

63,456 74,387 67,135 204,978 68,326

4 PM15

63,22 60,328 68,785 192,333 64,111

5 PM31

60,901 62,713 58,517 182,131 60,710

6 TPM0

72,832 63,877 69,045 205,754 68,585

68,269 7 TPM7

70,043 75,257 64,815 210,115 70,038

8 TPM11

70,055 64,38 64,748 199,183 66,394

9 TPM15

71,705 72,042 57,269 201,016 67,005

10 TPM31

69,31 68,7 69,952 207,962 69,321

TOTAL

672,323 662,942 652,932 1988,197 662,732

RERATA

67,232 66,294 65,293 198,820 66,273

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(66)

Tabel 20. Uji homogenitas indeks mitosis ujung akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2

PM0 2 0,500 9797,785 4898,893 3,690 7,380

PM7 2 0,500 15183,173 7591,587 3,880 7,761

PM11 2 0,500 14046,642 7023,321 3,847 7,693

PM15 2 0,500 12347,701 6173,851 3,791 7,581

PM31 2 0,500 11046,025 5523,012 3,742 7,484

TPM0 2 0,500 14131,584 7065,792 3,849 7,698

TPM7 2 0,500 14749,755 7374,878 3,868 7,736

TPM11 2 0,500 13224,835 6612,418 3,820 7,641

TPM15 2 0,500 13591,084 6795,542 3,832 7,664

TPM31 2 0,500 14396,471 7198,235 3,857 7,714

Total 20 5,000 132515,056 76,353

Keterangan Nilai

S2

6625,753

Log S2

3,821

X2

0,165

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,032

F TAB 5%

16,9


(67)

Tabel 21. Analisis ragam indeks mitosis ujung akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1%

Kelompok 2 18,807 9,404 0,417tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 529,468 58,830 2,610* 2,456 3,597 Medan

Magnet (M) 4 201,168 50,292 2,231tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 119,453 119,453 5,300* 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 208,848 52,212 2,317tn 2,928

4,579

Galat 18 405,692 22,538

Total 29 953,968

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%


(68)

Uji BNT taraf α= 5 % BNT= 8,144

Perlakuan Rata-rata

PM7 71,122a

TPM7 70,038a

TPM31 69,321a

TPM0 68,585a

PM11 68,326a

TPM15 67,005a TPM11 66,394a PM15 64,111ab

PM31 60,710b


(1)

Tabel 17. Uji homogenitas indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2 PM0 2 0,500 2452,939 1226,470 3,089 6,177 PM7 2 0,500 2463,109 1231,554 3,090 6,181

PM11 2 0,500 2281,447 1140,724 3,057 6,114

PM15 2 0,500 2438,030 1219,015 3,086 6,172

PM31 2 0,500 2318,612 1159,306 3,064 6,128

TPM0 2 0,500 1951,942 975,971 2,989 5,979

TPM7 2 0,500 2503,041 1251,520 3,097 6,195

TPM11 2 0,500 2073,472 1036,736 3,016 6,031

TPM15 2 0,500 2367,335 1183,668 3,073 6,146

TPM31 2 0,500 3044,425 1522,213 3,182 6,365

Total 20 5,000 23894,353 61,489

Keterangan Nilai

S2

1194,718

Log S2

3,077

X2

0,129

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,025

F TAB 5%

16,9


(2)

Tabel 18. Analisis ragam indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1% Kelompok 2 88,347 44,173 3,304tn 3,555 6,013 Perlakuan 9 77,404 8,600 0,643tn 2,456 3,597 Medan

Magnet (M) 4 35,036 8,759 0,655tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 0,001 0,001 0,000tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 42,367 10,592 0,792tn 2,928

4,579

Galat 18 240,648 13,369

Total 29 406,398

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau

=1%


(3)

Lampiran 6. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap indeks mitosis

Tabel 19. Indeks mitosis akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

Kelompok

Total

Rerata Indeks Stomata K. 1 K. 2 K. 3

1 PM0

60,898 53,17 57,291 171,359 57,120

64,278 2 PM7

69,903 68,088 75,375 213,366 71,122 3 PM11

63,456 74,387 67,135 204,978 68,326 4 PM15

63,22 60,328 68,785 192,333 64,111 5 PM31

60,901 62,713 58,517 182,131 60,710

6 TPM0

72,832 63,877 69,045 205,754 68,585

68,269 7 TPM7

70,043 75,257 64,815 210,115 70,038

8 TPM11

70,055 64,38 64,748 199,183 66,394

9 TPM15

71,705 72,042 57,269 201,016 67,005

10 TPM31

69,31 68,7 69,952 207,962 69,321

TOTAL

672,323 662,942 652,932 1988,197 662,732 RERATA

67,232 66,294 65,293 198,820 66,273

Keterangan : M0 = pemberian pemaparan medan magnet selama 0 menit M7 = pemberian pemaparan medan magnet selama 7’48’’ M11 = pemberian pemaparan medan magnet selama 11’42’’ M15 = pemberian pemaparan medan magnet selama 15’36’’

M31 = pemberian pemaparan medan magnet selama 31’12’’ P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

TP = perlakuan tanpa perendaman sebelum pemaparan medan magnet.


(4)

Tabel 20. Uji homogenitas indeks mitosis ujung akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Perlakuan Db 1/(ri-1) JK Si2 Log Si2 (r-1) Log Si2 PM0 2 0,500 9797,785 4898,893 3,690 7,380 PM7 2 0,500 15183,173 7591,587 3,880 7,761

PM11 2 0,500 14046,642 7023,321 3,847 7,693

PM15 2 0,500 12347,701 6173,851 3,791 7,581

PM31 2 0,500 11046,025 5523,012 3,742 7,484

TPM0 2 0,500 14131,584 7065,792 3,849 7,698

TPM7 2 0,500 14749,755 7374,878 3,868 7,736

TPM11 2 0,500 13224,835 6612,418 3,820 7,641

TPM15 2 0,500 13591,084 6795,542 3,832 7,664

TPM31 2 0,500 14396,471 7198,235 3,857 7,714

Total 20 5,000 132515,056 76,353

Keterangan Nilai

S2

6625,753

Log S2

3,821

X2

0,165

Faktor Koreksi C

5,133

FHIT (X2 Terkoreksi)

0,032

F TAB 5%

16,9


(5)

Tabel 21. Analisis ragam indeks mitosis ujung akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel a= 5% a= 1%

Kelompok 2 18,807 9,404 0,417tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 529,468 58,830 2,610* 2,456 3,597

Medan

Magnet (M) 4 201,168 50,292 2,231tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 119,453 119,453 5,300* 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 208,848 52,212 2,317tn 2,928

4,579

Galat 18 405,692 22,538

Total 29 953,968

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau


(6)

Uji BNT taraf α= 5 % BNT= 8,144

Perlakuan Rata-rata

PM7 71,122a

TPM7 70,038a

TPM31 69,321a

TPM0 68,585a

PM11 68,326a

TPM15 67,005a TPM11 66,394a

PM15 64,111ab

PM31 60,710b