mereka. Selain itu, manusia juga mendominasi dunia dengan cara memperluas cara berkomunikasi mereka, yang didukung oleh
perkembangan teknologi alat-alat berkomunikasi yang terus berkembang sampai sekarang. Namun sampai akhirnya saat ini, mesin itu sendiri lah
yang memiliki kontrol terhadap manusia. Sampai akhirnya seperti sekarang dapat seseorang rasakan bahwa sistem sosial di masyarakat
memiliki basis yang sangat erat dengan penggunaan teknologi. Hampir semua kegiatan dipengaruhi dan membutuhkan teknologi untuk
mempermudahnya, dari kegiatan yang ringan sampai kegiatan yang sulit hampir tidak pernah lepas dari teknologi yang mendukungnya. Inilah
yang mendukung pernyataan McLuhan bahwa teknologi adalah perpanjangan manusia, namun pada akhirnya kemudahan yang diberikan
oleh teknologi itu sendiri memudahkan manusia dan memberikan rasa ketergantungan teknologi.
2. Teori Interaksi Simbolik
Selain penggunaan teori Determinisme teknologi sebagai pijakan dalam menganalisa penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori
interaksi sosial dimana teori ini menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. Teori Interaksi Simbolik merupakan sebuah
kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan manusia lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana
dunia ini, dan bagaimana nantinya simbol tersebut membentuk perilaku manusia.
Interaksi simbolik juga didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu
aktivitas yang merupakan ciri manusia yaitu komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Prespektif ini menyarankan bahwa perilaku
manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan
ekpektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi objek, bahkan diri mereka
sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna dikontruksikan dalam proses interaksi tersebut bukanlah suatu medium
netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan subtansi sebenarnya dari
organisasi sosial dan kekuatan sosial.
56
Menurut teori interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol
– simbol, mereka tertarik pada cara
– cara manusia menggunakan simbol – simbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi
dengan sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol
– simbol tersebut terhadap perilaku pihak – pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.
Secara ringkas teori Interaksi Simbolis didasarkan pada premis –
premis berikut :
56
Dedy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif, Bandung, Rosdakarya : 2002 hlm. 68-70.
1. Individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon
lingkungan termasuk obyek fisik benda dan obyek sosial perilaku manusia berdasarkan media yang dikandung komponen-
komponen lingkungan tersebut bagi mereka. 2.
Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat
pada obyek,
melainkan dinegosiasikan
melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia
mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa bahwan tanpa kehadiran obyek fisik,
tindakan, tau peristiwa itu namun juga gagasan yang abstrak. 3.
Makna diintepretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam
interaksi sosial, perubahan intepretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi
dengan dirinya sendiri.