Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga kebanggaan bangsa Indonesia, karena cabang olahraga inilah yang mampu meraih medali emas Olimpiade, sehingga prestasi ini harus dipertahankan dan ditingkatkan dimasa mendatang. Perlu adanya peran serta masyarakat, lembaga pendidikan dan perkumpulan-perkumpulan bulutangkis ke arah pengembangan dan peningkatan mutu dari cabang olahraga ini, sehingga olahraga bulutangkis dapat membudaya dan menjadi milik bangsa serta menjadi contoh teladan cabang olahraga lainnya di Indonesia. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan permainan bulutangkis, karena permainan bulutangkis lebih banyak menuntut kemampuan individu perorangan dalam setiap pertandingan yang dilakukan, secara otomatis menuntut ketenangan, penguasaan emosi dan kecepatan berpikir yang erat kaitannnya dengan pembinaan kepribadian. Permainan bulutangkis, terdapat teknik dasar pukulan atas overhead stroke maupun pukulan bawah underhand stroke . Menurut Syahri Alhusin 2007: 35, seorang atlet bulutangkis harus mampu menguasai teknik pukulan atas overhead stroke maupun pukulan bawah underhand stroke . Banyak lagi jenis pukulan yang harus dikuasai pemain antara lain servis, lob , dropshot , smash, netting, underhand, dan drive . Dalam permainan bulutangkis terdapat beberapa teknik dasar pukulan yang melipuli, forehand, backhand, underhand, 2 overhead clearlob, round the heat clear, smash, dropshot, netting, return smash, backhand overhead, forehend, drive . Salah satu teknik dalam permainan bulutangkis adalah pukulan lob . Agar bisa melakukan lob dengan akurasi yang baik tentu saja tidak lepas dari pembinaan dan latihan yang kontinyu dan terorganisir dengan baik. Pukulan lob atau pukulan panjang merupakan satu keterampilan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis setelah servis. Kemampuan ini diperuntukkan menyerang ke belakang lapangan lawan. Kelemahan dalam latihan bulutangkis adalah atlet biasanya mengalami kesulitan melakukan pukulan lob sampai jauh ke belakang dan pukulan masih terlalu lemah atau tanggung sehingga memudahkan lawan untuk mengembalikan serta menyerang. Sebaliknya pemain yang terlatih atau atlet akan memiliki kekuatan dan timing yang stabil dalam melakukan pukulan lob . Pukulan lob biasanya dilakukan dengan cara shutllecock dipukul di depan atas kepala dengan mengayunkan raket ke depan atas dan meluruskan seluruh lengan kemudian lecutkan pergelangan tangan ke depan. Pukulan lob dapat dilakukan dari bawah under head lob maupun dari atas kepala over head lob . Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi pola pertahanan defensive maupun pola penyerangan offensive . Oleh karena itu pembinaan perlu diberikan sejak awal. Contoh model pembinaan untuk atlet usia dini adalah mengikuti latihan di klub atau Perkumpulan Bulutangkis PB. Persatuan bulutangkis PB merupakan suatu tempat atau sarana untuk mengembangkan kemampuan seorang atlet khususnya atlet bulutangkis. 3 Banyaknya klub bulutangkis di wilayah Yogyakarta menunjukkan perkembangan yang cukup pesat adanya, dan salah satunya PB. Natura yang terletak di Prambanan Yogyakarta. Sukoto merupakan pendiri dari PB. Natura yang berdiri sejak tahun 1980 di wilayah Prambanan Yogyakarta. Sukoto saat ini berumur 73 tahun yang merupakan mantan atlet bulutangkis pada eranya tersebut. PB. Natura sendiri saat ini sudah berumur 35 tahun dengan diteruskan oleh beberapa generasi. Saat ini PB. Natura memiliki 3 orang pelatih bulutangkis yang notabenenya merupakan mantan atlet bututangkis pada eranya masing masing. Pada tahun 2015 kepala pelatih PB. Natura saat ini di pegang oleh Bapak Jaswadi 53 tahun dengan membawahi 2 orang pelatih bulutangkis yakni Suharjo dan Febri. Meskipun menjadi kepala pelatih bulutangkis di PB. Natura, Jaswadi sampai saat ini masih memberikan ilmunya dalam upaya meningkatkan kemampuan atlet di PB. Natura tersebut. Sampai saat ini jumlah atlet bulutangkis di PB. Natura sendiri berjumlah 28 atlet dengan kriteria kelompok taruna satu atlet, remaja dua atlet, pemula delapan atlet, anak-anak tujuh dan kelompok usia dini sepuluh atlet. Latihan di PB. Natura Prambanan Yogyakarta dilaksanakan tiga kali dalam seminggu, yakni setiap hari Kamis mulai pukul 16.00-20.00 WIB, hari Sabtu mulai pukul 16.00-20.00 WIB, dan hari Minggu mulai pukul 09.00- 15.00. Latihan dipimpin oleh bapak Jaswadi sebagai pelatih utama dan bapak Harjo sebagai pelatih pembimbing. Sarana dan prasarana yang digunakan juga cukup memadai, misalnya lapangan yang digunakan masih cukup bagus dan 4 merupakan lapangan indoor . Namun pada saat latihan kadang terkendala dengan shuttlecock, karena biasanya yang dipakai sudah tidak bagus dan tidak layak untuk digunakan. Proses latihan di PB. Natura terlihat cukup bagus. Banyaknya atlet bulutangkis di PB. Natura Prambanan tidak terlepas prestasi yang dalam berbagai ajang kejuaraan. Prestasi yang diperoleh dari tahun 2000 sampai 2015 merupakan prestasi yang dicapai selama 5 tahun terakhir pada PB. Natura Prambanan Yogyakarta. Adapun pretasi yang didapat di PB. Natura yakni kejuaraan multi cabang 2014, juara kelompok anak mendapatkan juara pertama. Selanjutnya kejuaraan multi cabang usia remaja tahun 2014 mendapat juara 1 ganda putra. Dengan banyaknya menjuarai dan menyumbangkan atlet bulutangkis masuk dalam Pelatnas menjadi kebanggaan tersendiri bagi klub ataupun pelatih di PB. Natura Prambanan tersebut. Pada saat observasi awal, dan kebetulan peneliti mengikuti kuliah mikro di PB. Natura Prambanan Yogyakarta ditemukan beberapa permasalahan, salah satunya jenis latihan yang masih kurang variatif, sehingga menimbulkan kebosanan bagi atlet, khususnya atlet putri. Atlet putri khususnya dalam melakukan teknik lob masih salah, sehingga perkenaan pada shuttlecock kurang tepat, misalnya tangan kurang diluruskan pada saat memukul, bahkan masih ada pemain pada saat melakukan lob, shuttlecock menyangkut di net dan bahkan keluar lapangan. Seharusnya pukulan lob dapat menjadi senjata bagi setiap pemain untuk mendapatkan poin atau mematikan lawan. Pola latihan lob juga kurang begitu diperhatikan, latihan lebih diperbanyak pada latihan fisik dan game . Pada saat bermain, sebagian besar hasil lob yang dilakukan oleh 5 pemain terlalu melebar ke kanan dan ke kiri, sehingga pukulan yang seharusnya menghasilkan poin untuk diri sendiri, justru malah lebih banyak menghasilkan poin untuk lawan. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa ketika melakukan latihan lob , terutama ketika menggunakan metode drill membuat raut muka atlet terlihat sedih dan kecewa sehingga ketika mendapat giliran melakukan pukulan, hasil pukulannya cenderung tidak maksimal. Proses latihan seringkali membuat para atlet mudah jenuh. Kategori atlet putri memiliki mental yang labil, maka kejenuhan tersebut dapat mengikis dan membuyarkan motivasinya untuk menjadi seorang pemain bulutangkis yang baik. Untuk itu dalam menentukan bentuk-bentuk latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pukulan lob sangat dibutuhkan kreativitas dari pelatih, yang tentunya untuk mencapai tujuan latihan sekaligus menghindarkan anak latih dari kejenuhan selama proses latihan. Peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan mencoba memodifikasi latihan dengan permainan melempar shuttlecock . Latihan ini menggunakan shuttlecock yang dilempar melewati net sejauh target yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya nanti, jarak lempar dan target meningkat setiap minggunya. Atas dasar uraian dari latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mendalami dan meneliti secara ilmiah peningkatan kemampuan lob dalam bermain bulutangkis. Sehingga dalam penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Latihan Lempar Shuttlecock terhadap Peningkatan Kemampuan 6 Pukulan Lob pada Atlet Bulutangkis Putri di PB. Natura Prambanan Yogyakarta ”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa persoalan sebagai berikut: 1. Belum diketahuinya tingkat kemampuan pukulan lob pada atlet bulutangkis putri di PB. Natura Prambanan Yogyakarta. 2. Belum tepatnya pemilihan model dan bentuk-bentuk latihan yang tepat dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang diinginkan khususnya peningkatan kemampuan pukulan lob . 3. Belum diketahuinya pengaruh latihan lempar shuttlecock terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob pada atlet bulutangkis di PB. Natura Prambanan Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

Perbedaan Latihan Pukulan Lob Berpola dan Latihan Pukulan Lob Bebas Tidak Berpola terhadap Hasil Pukulan Lob dalam Permainan Bulutangkis pada Atlet PB. Pendowo Semarang Tahun 2008

0 4 83

Pengaruh Latihan Pukulan Overhead Lob dengan Pola Mengumpan dan Pola Bergantian Terhadap Hasil Pukulan Overhead Lob Pada Pemain Bulutangkis Putra Usia 11 13 Tahun PB. Pendowo Semarang Tahun 2011

0 70 97

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PUKULAN LOB (CLEAR) DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS.

1 6 14

Perbedaan Metode Latihan Drill antara Drill Bebas dan Drill Terfokus Terhadap Ketepatan Pukulan Lob dalam Permainan Bulutangkis Pada Atlet Pemula PB Pendowo Semarang Tahun 2008.

0 0 1

PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN VO₂MAKS PADA ATLET BULUTANGKIS PUTRA USIA 14-15 TAHUN DI PB NATURA SLEMAN TAHUN 2016.

0 11 101

PENGARUH PERMAINAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PUKULAN LOB SISWA USIA 10-12 TAHUN DI SEKOLAH BULUTANGKIS JAYA RAYA SATRIA YOGYAKARTA TAHUN 2016.

14 244 106

PENGARUH LATIHAN DRILLING DROPSHOT DAN STROKES DROPSHOT TERHADAP PENINGKATAN DROPSHOT PADA ATLET BULUTANGKIS PUTRA USIA 10-11 TAHUN PB. NATURA PRAMBANAN YOGYAKARTA.

0 1 132

PENGARUH PERMAINAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 2 PLAYEN.

0 6 101

PENGARUH LATIHAN PUKULAN LOB METODE DRILL 30 PUKULAN LANGSUNG DAN 2 KALI 15 PUKULAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 2 NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN.

0 0 92

this PDF file PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SHADOW DAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP KEMAMPUAN GERAK DASAR OVERHEAD LOB BULUTANGKIS | Yanuarita | SpoRTIVE 1 SM

0 1 10