Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insurance Tbk Periode 2011-2013

(1)

ABSTRAK

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT

Panin Insurance Tbk Periode 2011-2013 Oleh

Ali Hapidin

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insurance Tbk yang

dilatarbelakangi oleh permasalahan bahwa Media Asuransi memberikan

penghargaan Insurance Award 2014 kepada 25 perusahaan Asuransi terbaik (Best Insurance 2014) berdasarkan kinerja keuangan tahun 2013. Penghargaan untuk kategori Asuransi umum terbaik dengan Ekuitas Rp750 Miliar ke Atas adalah PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dan disusul PT Panin Insurance Tbk, tetapi dalam kenyataanya pada data jumlah aset, laba perusahaan dan jumlah premi pada tahun 2011-2013 menunjukan bahwa PT Panin Insurance Tbk terlihat lebih baik. Untuk membandingkan kinerja keuangan kedua perusahaan asuransi tersebut peneliti menggunakan rasio keuangan Early Warning System (EWS).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dan PT Panin Insurance Tbk periode 2011-2013 yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis data menggunakan rasio keuangan early warning system yang terdiri dari rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan rasio stabilitas premi.

Hasil analisis menunjukan bahwa PT Panin Insurance Tbk lebih baik dalam rasio solvabilitas, sedangkan pada rasio profitabilitas yang lebih baik adalah PT

Asuransi Bina Dana Arta Tbk. Pada rasio likuiditas dan stabilitas premi, PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. Kesimpulan ahir peneliti menunjukkan bahwa PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk berdasarkan rasio keuangan EWS pada periode 2011-2013. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Asuransi, Early Warning System.


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN

BERDASARKAN RASIO KEUANGAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI BINA DANA ARTA TBK

DENGAN PT PANIN INSURANCE TBK PERIODE 2011-2013

Oleh Ali Hapidin 1011011044

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sidokayo, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara pada 22 Juni 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putera pasangan Bapak Sukadar dan Ibu Risah.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1997 di SD Negeri 1 Sidokayo yang diselesaikan pada tahun 2003. Setelah lulus kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Bukit Kemuning dan selesai pada tahun 2006. Kemudian setelah itu melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning dan pada tahun 2008 dilanjutkan di SMA Negeri 1 Liwa diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahirabbilalamin, segenap jiwa dan raga serta dengan penuh rasa kasih sayang atas nikmat pendidikan yang telah ALLAH berikan, kupersembahkan karya ini kepada :

1. sepasang cinta, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, terimakasih atas doa dan pengorbanannya demi keberhasilanku, 2. kakak dan adikku tersayang, Siti Maryunah, Susati, Zaini Subhan, yang selalu

memberikan motivasi, bantuan, dukungan, dan doa, 3. keluarga besarku,

4. sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan pelajaran berharga, dukungan dan doa.


(8)

MOTO

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar”

(Quran Surat Al Baqarah: 153)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Quran Surat Asy-Syarh: 6-8)


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt. karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System Pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insurance Tbk Periode 2011-2013”. Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada kekasih sejati yaitu Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan,dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan , S.E., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung sekaligus orang tua seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan sekaligus Orang tua seluruh mahasiswa Manajemen FEB Unila.


(10)

3. Ibu Yuningsih, S.E., M.M., selaku sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Alm. Zulkarnain, S.E., M.B.A. selaku Pembimbing Akademik.

5. Prof. Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., M.B.A. selaku Pembimbing I yang selama ini telah banyak membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Prakarsa Panjinegara, S.E., M.E. selaku Pembimbing II yang telah

banyak membantu, membimbing dengan cermat, penuh kesabaran, mengarahkan, dan memberi nasihat kepada penulis.

7. Hidayat Wiweko, S.E., M.Si. selaku Penguji Utama yang telah memberikan nasihat, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi.

9. Seluruh staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

10. Orang tuaku tercinta, Ibu Risah dan Bapak Sukadar yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi dalam bentuk moral maupun material dan untaian doa yang tiada terputus untuk keberhasilan penulis.

11. Kakak dan Adikku yang aku sayangi (Siti Maryunah, Susati, Zaini Subhan) yang selalu memberikan keceriaan, semangat, dan motivasi.

12. Keluarga besarku yang senantiasa menantikan kelulusanku dengan memberikan dorongan, semangat, dan doa.

13. Sahabat-sahabatku Jannatun Naim, Ahmad Khumaidi, Dedi Hemansyah, Terimakasih untuk do’anya selama ini.


(11)

14. Sahabat-sahabat seperjuanganku Scorpy Handriksa, Wellyana Putra,

Yohannes Danovan, Yudi Giantoro, Muhammad Rifa’i, Wira Zaza

Qumulah, Johannes Robert, Yulian Ilhami, Tejo Purnomo Putro, Eko Kurniawan, Febri Ricandra, Julian, Ilyasa Umam, Marlis Dui Andi, Affadil Ubaedillah, Willy Pratama, Wanda Apriansyah, Fedrik Anderson, dan teman-teman lain yang tak dapat disebutkan satu persatu di Manajemen 2010 yang selama ini terus memberi motivasi, dukungan, mengingatkan ketika salah, saling mendoakan, saling menghibur di setiap kesedihan, dan saling melengkapi, semoga persahabatan dan kasih sayang kita akan kekal selamanya.

15. Teman-teman KKN di desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Lampung Timur (Alda, Aji, Andika, Tomi, Wanda, Agustin, Hengki).

16. Keluarga baru yang ada di Toto Mulyo, Bapak Ibu Kholik beserta keluarganya dan keluarga besar Mak Mun yang telah menjadikan penulis sebagai bagian dari keluarganya. Terimakasih atas bantuan, pelajaran dan pengalaman yang sangat luar biasa.

17. Sahabat kos yang luar biasa Debi Oktarian, Dendi Satria Febrialdi, Iswahyudi, Barek Anwar, Ahmadi Putra, Rifki Bangsawan, Ari Merdiansyah. Terimakasih atas pelajaran dan kebersamaanya.

18. Seseoang yang brinisial DR yang selalu memberi semangat, motivasi dan do,a.


(12)

Semoga Allah swt. selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan rekan-rekan semua. Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... i

DAFTAR TABEL………..………. iii

DAFTAR GAMBAR……….. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Kerangka Pikir ... 11

1.5 Hipotesis ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asuransi ... 14

2.2 Laporan Keuangan ... 14

2.3 Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi ... 15

2.4 Analisis Rasio Keuangan ... 23

2.5 Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) ... 25

2.5.1 Kegunaan Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) ... 27

2.5.2 Rasio-rasio Keuangan Early Warning System (EWS) ... 29

2.6 Analisis Perbandingan ... 35

2.7 Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Populasi dan Sampel ... 39

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.3.1 Jenis Data ... 40

3.3.2 Sumber Data ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5 Metode Analisis Data ... 41

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PT Panin Isurance Tbk ... 44

4.2 PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ……….... ... 51

4.3 Perbandingan Kinerja Keuangan PT Panin Isurance Tbk dengan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk Bedasarkan Perhitungan Rasio EWS (Early Warning System) ... 59

4.3.1 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Solvabilitas ... 60


(14)

ii

4.3.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan likuiditas ... 64 4.3.4. Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Stabilitas Premi ... 65 4.4 Penentuan Kinerja Keuangan Perusahaan Terbaik Periode 2011-2013 .. 67 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 68 5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Perbandingan Data Keuangan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk

dengan PT Panin Insuranse Tbk Periode 2011-2013 ... 7

4.1.1 Kondisi keuagan PT Panin Isurance Tbk tahun 2011-2013 ... 45

4.1.2 Rasio Solvabilitas dan Umum PT Panin Isurance Tbk ... 48

4.1.3 Rasio Profiabilitas (pendapatan) PT Panin Isurance Tbk ... 49

4.1.4 Rasio Profiabilitas (Biaya) PT Panin Isurance Tbk ... 50

4.1.5 Rasio Likuiditas PT Panin Isurance Tbk ... 50

4.1.6 Rasio Stabilitas Premi PT Panin Isurance Tbk ... 51

4.2.1 Kondisi keuagan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk tahun 2011-2013 53 4.2.2 Rasio Solvabilitas dan Umum PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 56

4.2.3 Rasio profitabilitas (pendapatan) PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 56

4.2.4 Rasio profitabilitas (biaya) PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 57

4.2.5 Rasio Likuiditas PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 58

4.2.6 Rasio Stabilitas Premi PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 58

4.3.1 Hasil perhitungan rasio Early Warning System PT Panin Isurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 59


(16)

iv

4.3.2 Rata-rata rasio EWS PT Panin Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina

Dana Arta Tbk ... 60

4.3.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Solvabilitas ... 61

4.3.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Profitabilitas ... 62

4.3.5 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan likuiditas ... 64

4.3.6 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Stabilitas Premi ... 66

4.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System PT Panin Isurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ... 67


(17)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 kerangka fikir ... 13


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dengan bank yaitu perusahaan investasi yang bergerak dalam bidang layanan jasa dimana perusahaan Asuransi membantu masyarakat yang merupakan konsumen dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan Asuransi juga dapat dijadikan sebagai salah satu pilar perekonomian di Indonesia karena perkembangan

perusahaan asuransi dapat memberikan pengaruh pada kondisi dan pertumbuhan ekonomi baik di bidang perdagangan maupun bidang jasa.

Perusahaan Asuransi yang berkembang saat ini mulai banyak yang melakukan inovasi yaitu dengan menciptakan beragam jenis produk hibrida atau produk campuran untuk menarik minat masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Misalnya, produk perbankan (deposito) digabung dengan asuransi jiwa. Produk hibrida ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat ganda bagi nasabah yaitu mendapatkan bunga deposito sekaligus proteksi asuransi jiwa

Selama tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut Asian Development Bank (ADB) mencapai 5,7 %. Dalam pertumbuhan ekonomi setinggi itu, industri


(19)

2

asuransi jiwa di Indonesia mengalami pertumbuhan 5,8 % atau membukukan premi sebesar Rp 113,93 triliun selama 2013 sebagaimana dilaporkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Disisi lain industri Asuransi umum mengalami pertumbuhan 20,1 % atau membukukan premi sebesar Rp 46,8 triliun selama 2013 sebagaimana dilaporkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Sementara itu, pertumbuhan industri reasuransi umum sebesar 41,5 % atau membukukan Rp 3,25 triliun selama 2013 sebagaimana dilaporkan oleh AAUI (http://www.mediaasuransinews.com/)

Bagian keuangan merupakan salah satu bagian yang mendasar dalam sebuah perusahaan hal ini bagian keuangan menjadi bagian yang mencari sumber pendanaan seluruh kegiatan operasional perusahaan, seperti gaji pegawai, peralatan kantor, biaya penjualan dan kegiatan lainya. Selain pendanaan, bagian keuangan juga merupakan salah satu faktor utama dalam penilaian peforma perusahaan, baik atau tidaknya keuangan perusahaan menjadi indikasi penilaian terhadap perusahaan tersebut. Melihat hal di atas maka dirasakan sangat perlu untuk memperhatikan kinerja keuangan sebuah perusahaan.

Menurut Helfert, (1997:67) kinerja keuangan perusahaan sangat diperlukan guna mengetahui bagaimana pertumbuhan perusahaan tersebut baik atau tidak. Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Penilaian kerja perusahaan dapat diketahui melalui perhitungan rasio finansial atas semua laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Penilaian kerja memiliki arti penting bagi pihak-pihak yang


(20)

3

berkepentingan dengan perusahaan yaitu investor, kreditur, manajemen perusahaan, pemerintah dan pihak lainnya.

Menurut Van Horne dan Wachowich, (1997:133) kinerja perusahaan harus diukur untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan mengalami pertumbuhan atau tidak. Ukuran ini diperlukan juga untuk informasi mengenai kinerja perusahaan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen di masa yang akan datang. Ukuran yang paling sering digunakan adalah rasio keuangan yang

menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Sebagai lembaga keuangan, perusahaan asuransi dituntut mempunyai kemampuan mengelola kinerja keuangan perusahaan dengan baik sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, sehingga masyarakat pengguna jasa asuransi yakin terhadap keamanan dana yang di belanjakan pada produk-produk asuransi, serta mampu memberikan manfaat sesuai produk yang di belinya. Kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan asuransi dapat di lihat dalam bentuk rasio-rasio. Dalam penelitian ini rasio yang di gunakan adalah rasio keuangan Early warning System.

Menurut Salustra Satria (1994:5), Early Warning System adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna untuk dijadikan suatu sistem pengawasan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan asuransi yang bersangkutan. Early Warning System (EWS) yaitu modifikasi dari EWS yang dibuat oleh NAIC


(21)

4

(Nasional Association of Insurance Commissioners) dan IRIS (Insurance Regulator Informasi Sistem) yaitu lembaga yang membantu pemerintah Amerika Serikat dalam mengevaluasi lembaga perasuransian. Dalam penghitungan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan yang dilihat dari aspek-aspek rasio keuangan.

Sistem ini memberikan rasio-rasio dari perusahaan asuransi kerugian yang dibuat berdasarkan analisis rasio keuangan perusahaan yang dikirimkan oleh dewan pengawas asuransi. Tujuan dari pembuatan rasio ini adalah untuk memudahkan lembaga perusahaan asuransi untuk identifikasi terhadap pembinaan dan pengawasan perusahaan asuransi. Rasio-rasio tersebut dijadikan suatu sistem pengawasan yang dinamakan Early Warning Sistem (EWS)

Munawir (2002:89) menambahkan EWS merupakan suatu sistem yang

menghasilkan rasio keuangan dari perusahaan asuransi yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk memudahkan melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting berkaitan dengan kinerja

keuangan perusahaan. Rasio yang digunakan EWS adalah sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas (Liabilities Of Liquid Assets Ratio) terdiri atas Rasio Likuiditas dan Agent Balance To Surplus Ratio.

b. Rasio Solvabilitas (Solvency Margin) terdiri atas Rasio Batas Solvabilitas dan Rasio Tingkat Kecukupan Dana.

c. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) terdiri atas Rasio Perubahan Surplus, Underwriting Ratio, Rasio Beban Klaim, Rasio Biaya Manajemen dan Rasio Pengembalian Investasi


(22)

5

d. Rasio Stabilitasi Premi (Stability Premi) terdiri atas Rasio Pertumbuhan Premi dan Rasio Retesi Sendiri.

Menurut Prasetyo (2005:30) terdapat perbedaan antara rasio-rasio keuangan Early Warning System dan PSAK no 28 tahun 1995 adalah :

1. Rasio analisis laporan keuangan pada PSAK terdiri dari 11 rasio. Lima rasio solvabilitas dan profitabilitas, tiga rasio likuiditas, dua rasio stabilitas premi dan satu rasio cadang teknis.

2. Rasio-rasio Early Warning System yang tidak terdapat pada PSAK adalah: rasio tingkat kecukupan dana, rasio perubahan surplus, rasio biaya

manajemen, rasio piutang premi terhadap surplus.

3. Rasio tambahan pada PSAK yang tidak terdapat pada rasio Early Warning System yaitu rasio investasi pada cadangan teknis (investment to technical reserve ratio).

Untuk mengetahui baik atau tidaknya kinerja perusahaan khususnya yang dibahas dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi dapat dilihat dari laporan

keuangan yang di buat secara berkala atau periodik. Misalnya triwulan, kuartalan, semesteran, atau tahunan. Laporan keuangan yang dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan terdiri atas Neraca (Balance Sheet), dan Laporan Rugi-Laba (Income Statement). Selain itu juga laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dari suatu perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan suatu perusahaan, karena di dalam laporan keuangan ini terdapat perkiraan-perkiraan seperti aktiva,


(23)

6

kewajiban, modal dan profit, dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan dengan membandingkan nilai rasio perusahaan. Media asuransi memberikan penghargaan Insurance Award 2014 kepada 25 perusahaan asuransi terbaik (Best Insurance 2014) berdasarkan kinerja keuangan tahun 2013. Penghargaan untuk kategori asuransi umum terbaik dengan ekuitas Rp750 Miliar ke atas adalah PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin Insurance Tbk., dan PT Tugu Pratama Indonesia.

Ukuran kesehatan perusahaan asuransi yang digunakan di Indonesia berdasar Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yakni perusahaan Asuransi harus memiliki rasio solvabilitas (RBC) minimal 120 persen. RBC minimal 120 persen tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi best insurance versi media asuransi. Selain itu, ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi, yakni telah mempublikasikan neraca keuangannya di media massa paling lambat pada tanggal 30 April 2014, neraca keuangan telah

diaudit akuntan publik dengan opini „Wajar Tanpa Pengecualian‟, dan harus

membukukan laba selama dua tahun terakhir. (http://www.mediaasuransinews.com/).

Dari data informasi yang diperoleh, tabel di bawah ini adalah perbandingan data keuangan perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dan PT Panin Insuranse Tbk Data keuanganya terdiri atas Aset Perusahaan, laba Perusahaan dan Premi Bruto.


(24)

7

Tabel 1.1. Perbandingan Data Keuangan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insuranse Tbk Periode 2011-2013

Tahun

Aset Perusahaan Laba Perusahaan Premi Bruto PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk PT Panin Insurance Tbk PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk PT Panin Insurance Tbk PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk PT Panin Insurance Tbk 2011 1,37 T 11,64 T 106,9 M 1,04 T 847 M 2,63 T

2012 1,73 T 13,06 T 99,4 M 1,26 T 973 M 2,47 T

2013 2,15 T 17,74 T 151,5 M 1,33 T 1,12 T 3,53 T Sumber : IDX (data di olah)

M : Miliar Rupiah T : Triliun Rupiah

Dari data keuangan pada Tabel 1.1. dapat dilihat perbedaan kinerja keuangan pada kedua perusahaan tersebut. Aset perusahaan PT Panin Insurance Tbk Jumlah aset konsolidasi per 31 Desember 2013 meningkat sebesar 35,8% yaitu dari Rp 13,06 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 17,74 triliun pada tahun 2013 sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan jumlah aset hanya 12,2% dari Rp11,64 triliun menjadi Rp 13,06, sedangkan pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk pada tahun 2011 memiliki asset Rp 1,37 triliun dan pada tahun 2012 meningkat 24,3% menjadi Rp 1,73 triliun, pada tahun 2013 pun mengalami kenaikan sebesar 26,8% menjadi Rp 2,15 triliun.

Pada laba perusahaan, Perusahaan PT Panin Insurance Tbk membukukan laba bersih tahun 2011 dengan jumlah Rp. 1,04 triliun dan pada tahun 2012 menjadi Rp. 1,26 triliun atau tumbuh 21% dan pada 2013 perusahaan dapat memperoleh laba sebesar Rp. 1,33 triliun, tumbuh sebesar 5,2% dari tahun sebelumnya. Pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk laba perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp


(25)

8

106,9 miliar dan pada tahun 2012 justru turun menjadi Rp 99,4 miliar atau turun sebesar minus 7,1%, tetapi pada tahun 2013 perusahaan mampu meningkatkan labanya menjadi Rp 151,5 miliar.

Pendapatan premi bruto perusahaan PT Panin Insurance Tbk pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 2,63 triliun dan pada tahun 2012 pendapatan premi menjadi Rp 2,46 triliun mengalami penurunan sebesar 6,3%, tetapi pada tahun 2013 perusahaan mampu meningkatkan preminya menjadi Rp 3,53 triliun atau meningkat sebesar 43,1%. Pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk premi pada tahun 2011 sebesar Rp 847 miliar dan pada 2012 meningkat menjadi Rp 847 miliar atau tumbuh sebesar 14,9%, dan pada tahun 2013 perusahaan mampu mendapatkan premi sebesar Rp 1,121 triliun tumbuh 15,2% dari tahun lalu.

Perusahaan asuransi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang meraih penghargaan perusahaan Asuransi terbaik 2014 dengan melihat kinerja tahun 2013 adalah PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk meraih penghargaan sebagai Asuransi umum terbaik untuk aset di atas Rp. 750 miliar, dan disusul oleh PT Panin Insurance Tbk. Namun setelah melihat tabel 1.1 PT Panin Insurance Tbk mempunyai jumlah aset, laba perusahaan lebih tinggi dan perolehan premi perusahaan pun relatif lebih tinggi dibandingkan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

Untuk mengetahui secara pasti tentang perbandingan kinerja atau tingkat kesehatan dari kedua perusahaan tersebut, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hal tersebut. Banyak ketentuan dan metode ataupun alat analisis


(26)

9

dalam penilaian terhadap kenerja keuangan asuransi yang baik dan sehat. Dalam hal ini peneliti akan menganaliasis dan membandingkan kinerja keuangan dengan mempergunakan rasio keuangan Early Warning System (EWS) pada PT

Asuransi Bina Dana Arta Tbk, dengan PT Panin Insurance Tbk.

Berdasarkan uraian di atas maka judul penelitian ini adalah : “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System Pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insurance Tbk Periode 2011-2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Media asuransi memberikan penghargaan kepada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk sebagai perusahaan asuransi terbaik dengan aset di atas Rp 750 milyar, tetapi dalam kenyataanya pada data yang telah disajikan dalam Tabel 1.1 berupa data jumlah asset, laba perusahaan dan jumlah premi pada tahun 2011-2013

menunjukan bahwa, PT Panin Insurance Tbk terlihat lebih baik. Oleh karena itu, perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah benar kinerja perusahaan PT Panin Insurance Tbk lebih baik di bandingkan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. Dalam hal ini untuk mengukur kinerja kedua perusahaan tersebut menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan Early Warning System. Dari uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Apakah kinerja keuangan PT Panin Insurance Tbk lebih baik di bandingkan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk periode 2011-2013 ?


(27)

10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis apakah kinerja keuangan PT Panin Insurance Tbk lebih baik di bandingkan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk periode 2011-2013.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah : 1) Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang manajemen, khususnya manajemen keuangan tentang analisis perbandingan kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan early warning system pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insurance Tbk Periode 2011-2013.

2) Praktis

a. Bagi Pihak Perusahaan.

Penelitian ini berguna untuk bahan masukan terhadap karakteristik

perkembangan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Rasio Keuangan Early Warning System.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pembanding dengan penelitian-penelitian lain yang sejenis, agar dapat berfungsi sebagai bahan

pembelajaran dikarenakan setiap penelitian akan menggunakan variabel, sampel, metode, dan waktu yang berbeda-beda.


(28)

11

c. Bagi Pembaca dan Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Dengan adanya perbedaan variabel, metode dan waktu yang digunakan semoga dapat membantu penelitian selanjutnya yang sejenis dalam pengembangan penelitiannya.

d. Bagi Penulis

Penelitian ini berguna untuk menuangkan dan meluapkan semua pembelajaran yang telah dilakukan di perkuliahan. Dan menambah

wawasan dan pengetahuan tentang analisis perbandingan kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan early warning system pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan PT Panin Insurance Tbk Periode 2011-2013.

1.4 Kerangka Pikir

Menurut Sugiyono, (2006 : 49) kerangka pikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Early warning Sytem (EWS) adalah tolok ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja

keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang.

Manfaat dari Early Warning System (EWS) adalah membantu mengidentifikasi masalah dalam perusahaan asuransi kerugian secara dini sehingga tindakan dan perbaikan dapat segera dilakukan. Perhitungan sistem Early Warning System


(29)

12

(EWS) digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan. Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat diketahui mengalami peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil analisis rasio keuangan. Alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat melihat antara rasio keuangan (likuiditas, solvabilitas, profitabiltas, dan rasio teknis). Rasio-rasio tersebut mempunyai kemampuan pembeda yang paling tinggi dalam mengelompokkan perusahaan, apakah

perusahaan masuk kedalam kelompok sehat atau kelompok kurang sehat. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.1

.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Perusahaan Asuransi

Laporan Keuangan

Early Warning System (EWS)


(30)

13

1.5. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009: 96), merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk, Periode 2011-2013.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asuransi

Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian padanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu (Pasal 246 KUHD).

Purwosujipto (2004:2) mengatakan bahwa asuransi adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi.

2.2 Laporan Keuangan

Nainggolan (2004: 41), mengatakan alat yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan terdiriatas neraca, laporan rugi laba dan laporan perusahaan modal. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses


(32)

15

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Brigham dan Houston (2006 : 60), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik perusahaan, manager

perusahaan, para kreditur, bankers, para investor, dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya lagi.

2.3 Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi

Laporan keuangan pada perusahaan asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan mempunyai perbedaan dengan laporan keuangan pada perusahaan industri ataupun perusahaan jasa lainnya seperti bank. Laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian yang menjadi sumber data guna penghitungan rasio keuangan Early Warning System (EWS) yang dilakukan tulisan ini. Laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian yang dimaksud adalah laporan keuanganyang disampaikan setiap tahun kepada Departemen Keuangan selaku Lembaga Pembina dan pegawai asuransi.


(33)

16

Laporan keuangan tahunan perusahaan asuransi kerugian di Indonesia mencakup beberapa laporan keuangan, antara lain neraca, ikhtisar penghitungan rugi laba, perincian cash flow, laporan perubahan laba ditahan, serta lampiran-lampiran yang merupakan pendukung laporan keuangan utama di atas. Diantara laporan-laporan keuangan tersebut, laporan yang paling banyak digunakan dalam proses analisis rasio keuangan adalah neraca, ikhtisar penghitungan rugi laba dan lampiran yang memuat rincian surplus underwriting.

Terdapat perbedaan antara laporan keuangan perusahaan asuransi dengan laporan keuangan perusahaan pada umumnya lainnya, diantaranya sebagai berikut 1. Bentuk, Isi, dan Susunan Laporan Keuangan Asuransi

Bentuk, isi dan susunan laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian disesuaikan dengan sifat dan karakteristik usaha asuransi, sehingga laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi mempunyai perbedaan dengan perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Berikut ini adalah isi dari laporan keuangan asuransi, yaitu :

a. Neraca

Penyajian perkiraan neraca dipergunakan unclassified balance sheet (tidak dirinci atas kelompok lancar dan tidak lancar). Cara penyajian ini merupakan kelaziman dalam bidang usaha asuransi kerugian.

Komponen-komponen atau perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam neraca dikelompokkan menjadi dua bagian yakni : kelompok aktiva serta kelompok kewajiban dan ekuitas.


(34)

17

Berikut adalah rincian kelompok aktiva terdiri dari:

1) Investasi

Salah satu kegiatan pengelolaan keuangan yang utama di luar usaha, terdiri atas : a) Deposito berjangka

b) Saham untuk diperdagangkan c) Obligasi dimiliki hingga jatuh tempo

d) Investasi saham yang berasal dari Perusahaan asosiasi dan Perusahaan lain. 2) Kas dan Bank

Kas disajikan dalam neraca sebesar saldo fisik yang ada pada tanggal laporan kas bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan karena

merupakan alat pembayaran yang siap pakai. Bank disajikan sebesar saldo rekening giro tanggal laporan setelah dilakukan rekonsiliasi bank. Bank dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan perusahaan.

3) Piutang Premi

Piutang premi kepada tertanggung atau perusahaan pialang atau agen asuransi. 4) Piutang Reasuransi

Piutang reasuransi timbul dari kompensasi hutang piutang kepada perusahaan reasuransi sehubungan dengan kewajiban membayar premi asuransi setelah dikurangi komisi dan klaim reasuransi.

5) Piutang lain-lain

Piutang yang timbul di luar transaksi operasi asuransi seperti piutang pegawai, piutang bunga dan lainnya.


(35)

18

6) Aktiva Pajak Tangguhan

Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aktiva dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aktiva dan kewajiban. 7) Aktiva tetap

Aktiva tetap, kecuali hak atas tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Bangunan, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dan peralatan disusutkan dengan metode saldo menurun ganda berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari aktiva tetap yang bersangkutan. 8) Aktiva lain-lain

Aktiva yang tidak termasuk dalam aktiva lancar ataupun aktiva tetap, misalnya uang keanggotaan klub dan lainnya.

Berikut Rincian Kelompok Kewajiban dan Ekuitas

a. Kelompok Kewajiban 1) Hutang Klaim

Hutang yang timbul sehubungan dengan adanya persetujuan atas klaim yang diajukan oleh tertanggung atau perusahaan asuransi yang belum dibayar oleh perusahaan.

2) Estimasi klaim retensi sendiri

Diakui dan dicatat pada tanggal neraca yang besarnya berdasarkaan estimasi jumlah kerugian yang menjadi kewajiban perusahaan.


(36)

19

3) Premi belum merupakan pendapatan

Premi belum merupakan pendapatan dihitung secara agregratif dengan menggunakan persentase sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 481/KMK.017/1999 yaitu 40% dari premi retensi sendiri. 4) Hutang Koasuransi

Hutang kepada pihak tertanggung dan perusahaan reasuransi yang timbul sehubungan dengan kegiatan asuransi.

5) Hutang reasuransi

Hutang kepada perusahaan reasuransi yang timbul sehubungan dengan kewajiban membayar premi asuransi setelah dikurangi dengan komisi reasuransi dan klaim reasuransi.

6) Hutang komisi

Hutang yang timbul sehubungan dengan terjadinya penutupan asuransi. 7) Hutang Pajak

Hutang pajak timbul karena adanya beban pajak. Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

8) Hutang lain-lain

Hutang yang berasal dari luar kegiatan perusahaan asuransi seperti dana sosial, jasa produksi dan lainnya.


(37)

20

9) Kewajiban manfaat pekerja

Perusahaan mengakui kewajiban manfaat pekerja berdasarkan peraturan Perusahaan. Manfaat pasti karyawan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan. Manfaat pekerja ini merupakan manfaat pasti tanpa pendanaan, sehingga perusahaan mengakui kewajiban manfaat pekerja tersebut dalam laporan keuangan.

10)Kewajiban pajak tangguhan

Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aktiva dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aktiva dan kewajiban. b. Kelompok Ekuitas :

1) Modal saham

Modal dinyatakan dengan nilai nominal per lembar saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Modal ini biasanya dimiliki oleh parapemegang saham perusahaan yang menempatkan modalnya pada perusahaan.

2) Agio saham

Akun ini merupakan kelebihan harga pasar saham dengan nilai nominal saham sehubungan dengan pembagian diveden saham.

3) Saldo laba

Saldo laba yang didapat biasanya diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berapa besar yang ditentukan penggunaanya ataupun tidak ditentukan penggunaanya.


(38)

21

c. Laporan Laba Rugi

Komponen penerimaan di dalam penghitungan laporan laba rugi perusahaan asuransi kerugian menjadi dua. Pertama, penerimaan laporan laba rugi perusahaan yaitu surplus underwriting. Kedua, penerimaan yang berasal dari hasil investasi neto, dan hasil lainnya. Komponen pengeluaran digolongkan menjadi dua yaitu biaya underwriting yang berkaitan langsung dengan bisnis asuransi dan biaya atau beban umum dan administrasi yang tidak berkaitan langsung dengan bisnis

asuransi. Adapun perkiraan-perkiraan yang terdapat di dalam laporan laba rugi antara lain sebagai berikut :

1) Premi bruto

Premi yang diterima perusahaan dari pos langsung ditambah dengan premi yang diterima dari reasuransi.

2) Premi reasuransi

Premi reasuransi adalah bagian dari premi bruto yang menjadi hak persahaan reasuransi berdasarkan perjanjian (kontrak) reasuransi. Premi reasuransi diakui selama periode kontrak reasuransi secara proporsional dengan proteksi diperoleh. 3) Kenaikan premi belum merupakan pendapatan

Kenaikan (penurunan) premi belum merupakan pendapatan adalah selisih antara premi belum merupakan pendapatan periode berjalan dan periode lalu.

4) Klaim bruto

Beban Klaim tersebut diakui sebagai beban pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim.


(39)

22

5) Klaim reasuransi

Bagian klaim yang diperoleh dari perusahaan reasuransi diakui dan dicatat sebagai pengurang beban klaim pada periode yang sama dengan periode pengakuan beban klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. 6) Kenaikan (penurunan) estimasi klaim retensi sendiri

Perubahan dalam estimasi klaim retensi sendiri diakui dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya perubahan. Kenaikan (penurunan) estimasi klaim retensi sendiri adalah selisih antara klaim retensi sendiri periode berjalan dan periode lalu.

7) Komisi Neto

Komisi diberikan kepada pialang asuransi, agen dan perusahaan reasuransi lain sehubungan dengan penutupan pertanggungan dicatat sebagai bebankomisi. Pendapatan komisi dari transaksi reasuransi dicatat sebagai pengurang beban komisi, dan diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Dalam hal pendapatan komisi lebih kecil dari beban komisi, maka selisih tersebut disajikan sebagai beban dalam laporan laba rugi.

8) Hasil Investasi

Hasil investasi dari bunga deposito berjangka dan oblligasi diakui atas dasar proporsi waktu dan tingkat bunga yang berlaku. Penghasilan dividen diakui pada saat surat pemberitahuan pembagian dividen diterima. Pengahasilan bunga dan dividen tersebut dicatat sebagai penghasilan investasi. Keuntungan atau kerugian kurs mata uang asing dari deposito berjangka dicatat sebagai hasil investasi.


(40)

23

9) Beban usaha

Beban usaha dan beban lain-lain diakui sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis), yang terdiri antara lain beban untuk pemasaran dan beban umum dan adminstrasi.

10)Pendapatan lain-lain

Pendapatan bersih yang diperoleh di luar pendapatan usaha yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.

11)Beban Pajak

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

12)Hak minoritas

Hak yang disebabkan karena adanya anak perusahaan yang terdapat di luar perusahaan yang merupakan cabang dari perusahaan pusat, yang mempunyaihak berkaitan dengan kepemilikan perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. 13)Laba per saham dasar

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah rata-rata tertimbang saham beredar pada tahun yang bersangkutan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan menyediakan suatu cara yang tepat dan berguna untuk

mengekspresikan suatu hubungan diantara angka-angka. Manajer, kreditur, dan analisis keuangan menggunakan rasio yang relevan untuk Pengembalian

keputusan tertentu. Walaupun analisis rasio keuangan didasarkan pada data-data keuangan historis, tujuan utama analisis rasio keuangan adalah untuk memberi


(41)

24

indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Analisis rasio juga diakui secara umum sebagai alat analisis keuangan dan sering digunakan investor. Menurut Munawir (2002: 80), model analisis apapun pada umumnya difokuskan pada beberapa kemampuan sebagai berikut.

1) Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (short term liquidity).

2) Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (solvency).

3) Kemampuan dan kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu (Profitability).

4) Tingkat kembalian yang dicapai dari total aktiva yang digunakan (return on Investment), Efisiensi penggunaan aktiva yang digunakan (turn over activa). 5) Aliran kas dan perkiraannya dimasa yang akan datang (cash flow and

forecasting).

Rasio keuangan merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa depan, dengan kata lain rincian tersebut merupakan informasi akuntansi. Dalam penggunaannya terdapat keunggulan dan keterbatasan dari analisa keuangan untuk digunakan dalam memahami kondisi perusahaan. Menurut Harahap (2002: 49) ada beberapa keunggulan dari analisa rasio, yaitu:

1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.


(42)

25

2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model Pengembalian keputusan dan model prediksi.

5) Menstandarisir size perusahaan.

6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series“.

7) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.5 Rasio Keuangan Early Warning System (EWS)

Salusra Satria (1994 : 5) mendefinisikan“Early Warning System (EWS) adalah tolak ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Karena hasil

dari EWS dapat memberikan “peringatan” dini (early warning), maka sistem

tersebut dapat juga dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi untuk

menganalisis kinerja perusahaannya.”

EWS ini muncul pada awal dekade 1970 dan mulai digunakan untuk menganalisis keuangan untuk periode yang berakhiran pada bulan desember tahun 1977 dan berdasarkan analisis yang dihasilkan dan disempurnakan terus menerus setiap


(43)

26

tahunnya. Bedasarkan NAIC yang melaporkan EWS telah merasakan manfaat Penggunaan sistem ini. Penggunaan EWS terasa lebih efektif dalam mengidentifikasi kesehatan asuransi sehat dan tidak sehat.

Sistem ini memberikan rasio-rasio dari perusahaan asuransi kerugian yang dibuat berdasarkan analisis rasio keuangan perusahaan yang dikirimkan oleh dewan pengawas asuransi, tujuan dari pembuatan rasio ini adalah untuk memudahkan lembaga perusahaan asuransi untuk mengasakan identifikasi terhadap pembinaan dan pengawasan perusahaan asuransi. Rasio-rasio tersebut dijadikan suatu sistem pengawasan yang dinamakan Early Warning Sistem (EWS).

Lusiana Prasetyo (2005:30) mengatakan terdapat perbedaan antara rasio-rasio keuangan Early Warning System dan PSAK no 28 tahun 1995. Perbedaannya sebagai berikut.

1. Rasio analisis laporan keuangan pada PSAK terdiri dari 11 rasio. Lima rasio solvabilitas dan profitabilitas, tiga rasio likuiditas, dua rasio stabilitas premi dan satu rasio cadangan teknis.

2. Rasio-rasio early warning system yang tidak terdapat pada PSAK adalah: rasio tingkat kecukupan dana, raso perubahan surplus, rasio biaya manajemen, rasio piutang premi terhadap surplus.

3. Rasio tambahan pada PSAK yang tidak terdapat pada rasio early warning system yaitu rasio investasi pada cadangan teknis (investment to technical reserve ratio)

Pemerintah Indonesia menetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan


(44)

27

Perusahaan reasuransi tentang ketentuan perhitungan tingkat solvabilitas dengan metode risk based capital (RBC). Dalam ketentuan tersebut, penyesuaian

pemenuhan kebutuhan RBC dilakukan dengan target angka dan toleransi waktu yang sangat longgar dan protektif. Ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120% artinya apabila seluruh nasabah mengajukan klaim maka perusahaan asuransi dapat memenuhi seluruh kewajibannya dan masih mempunyai cadangan sebesar 20 %.

Perbedaan antara risk based capital dan early warning system menurut Cardo (2005:35) yaitu dalam hal menilai kinerja perusahaan asuransi risk based capital memperhitungkan resiko kegagalan pengelolaan kekayaan, ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang, perbedaan antara beban klaim yang diperkirakan dan ketidakmampuan perusahaan reasuransi untuk memenuhi kewajiban membayar klaim yang tidak ada dalam early warning system. Sedangkan early warning system memasukan unsur-unsur rasio keuangan, produktifitas, profitabilitas serta pertumbuhan dalam perhitungannya, sementara risk based capital hanya memasukan unsur rasio solvabilitas yang belum dapat menjelaskan secara jelas tentang kinerja keuangan perusahaan asuransi.

2.5.1 Kegunaan Rasio Keuangan Early Warning System (EWS)

Sesuai dengan tujuannya, pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan asuransi kerugian diarahkan terutama pada aspek keuangan dan penyelenggaraan usaha. Untuk dapat memantau kedua aspek tersebut, perusahaan-perusahaan asuransi kerugian diwajibkan untuk menyerahkan laporan keuangan kepada Direktorat Asuransi.


(45)

28

Laporan keuangan akan memberikan masukan yang sangat berguna bagi lembaga Pembina dan pengawas untuk memantau kondisi keuangan dan penyelenggaraan usaha suatu perusahaan dan menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan kelayakan perusahaan tersebut untuk melanjutkan kegiatan usahanya. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan Early Warning System (EWS).

Secara singkat, kegunaan rasio keuangan Early Warning System (EWS) adalah sebagai berikut.

a. Sebagai alat analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan asuransi.

b. Membantu mengidentifikasi masalah dalam perusahaan asuransi kerugian secara dini sehingga tindakan perbaikan dapat segera dilakukan.

c. Membantu mengidentifikasi perusahaan yang memerlukan pemantauan lebih jauh untuk menghindari kemungkinan terjadinya insolvencies di masa yang akan datang.

d. Sebagai alat penentu prioritas dalam pemilihan perusahaan asuransi kerugian yang akan diperiksa secara langsung.

e. Sebagai dasar untuk memberikan tingkatan (grading) pada perusahaan asuransi kerugian.


(46)

29

2.5.2 Rasio-rasio Keuangan Early Warning System (EWS)

Menurut Satria (1994:67), rasio-rasio keuangan early warning system dijelaskan sebagai berikut.

1. Rasio Solvabilitas dan Umum (Solvency and overall ratios) a. Rasio batas solvabilitas (solvency margin)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko yang telah dilakukan. Rasio Batas Solvabilitas dapat

dihitung sebagai berikut:

Solvency Margin = modal disetor +cadangan khusus + laba Premi netto

Modal disetor, cadangan khusus serta laba (dan laba ditahan) disebut juga Dana Pemegang Saham atau Modal Sendiri. Premi neto adalah hasil bersih premi bruto dikurangi dengan premi reasuransi.

Interpretasi :

Rendahnya solvency margin mencerminkan adanya risiko yang tinggi sebagai akibat tingginya penerimaan premi (penerimaan risiko). Rasio ini lebih baik dihubungkan dengan rasio retensi diri.

b. Rasio tingkat kecukupan dana

Rasio ini mengukur tingkat kecukupan sumber dana (adequancy of capital fund) perusahaan dalam kaitanya dengan total operasi yang dimiliki.


(47)

30

Tingkat kecukupan dana = Modal Sendiri Total aktiva Interprestasi :

Nilai yang rendah dari rasio ini mencerminkan keadaan perusahaan yang miskin komitmen dari pemiliknya dalam melaksanakan usahanya.

2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) a. Perubahan surplus

Rasio ini memberikan indikasi atas perkembangan dan penurunan kondisi keuangan perusahaan dalam tahun berjalan.

Perubahan surplus = kenaikan/penurunan modal sendiri Modal sendiri tahun lalu Interprestasi :

Bila terjadi penurunan yang tajam dalam surplus (modal sendiri), maka diperlukan analisis yang lebih jauh terhadap komponen surplus, yaitu modal disetor,

cadangan khusus, dan laba ditahan. Hasil dari analisis tersebur diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan langkah-langkah perubahan kebijakan untuk

memperbaiki keadaan agar tujuan perusahaan, yaitu memperoleh keuntungan dan berkembang dapat tercapai.

b. Underwriting ratio

Rasio ini menunjukan tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh perusahaan serta mengukur tingkat keuntungan dari usaha murni asuransi.

Rasio underwriting = hasil underwriting Pendapatan premi


(48)

31

Interprestasi :

Hasil dari underwritting adalah selisih antara pendapatan premi dengan beban klaim, biaya komisi, dan biaya adjuster. Rasio underwriting yang negatif memberikan indikasi adanya kemungkinan penetapan tarif premi yang lebih rendah dari yang semestinya.

c. Rasio beban klaim (incurred loss ratio)

Rasio mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi serta kualitas usaha penutupanya.

Rasio beban klaim = beban klaim

Pendapatan premi

Interprestasi :

Tingginya rasio ini memberikan informasi terhadap buruknya proses underwriting dan penerimaan penutupan resiko. Namun sebelum pada kesimpulan itu, perlu diperiksa mengenai penyebab tingginya resiko yang berakibat adanya klaim tertentu yang relatif besar.

d. Rasio biaya manajemen

Rasio mengukur biaya administrasi, umum, manajemen yang terjadi dalam kegiatan usaha serta memberikan indikasi tentang tingkat efesiensi operasi perusahaan.

Rasio biaya manajemen = biaya manajemen Pendapatan premi


(49)

32

Interprestasi :

Biaya manajemen yang dimaksud yaitu biaya gaji, penunjang operasi, iklan dan sebagainya. Analisis terhadap rasio ini memerlukan analisis yang mendalam terhadap setiap unsur biaya manajemen, terutama yang memberikan kontribusi terbesar.

e. Pengembalian Investasi

Rasio ini memberikan indikasi secara umum mengenai kualitas setiap jenis investasi serta mengukur hasil dari investasi.

Pengembalian investasi = Pendapatan bersih investasi Rata-rata investasi 2 tahun Interprestasi :

Rata-rata investasi yang dimaksud adalah jumlah dari investasi tahun berjalan dan investasi tahun lalu dibagi dua. Rendahnya rasio ini dapat menunjukan bahwa investasi yang dilakukan kurang tepat, yang dapat disebabkan oleh penempatan investasi yang salah dalam harta tetap, investasi spekulatif atau alasan lain seperti penilaian aktiva, stabilitas, dan likuiditas investasi.

3. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) a. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas atau liquidity ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan memberikan gambaran kondisi keuangan


(50)

33

Akutansi Keuangan (PSAK) No. 28 tahun 1994, rumus rasio likuiditas adalah sebagai berikut :

Rasio Likuiditas = jumlah kewajiban total kekayaan yang di perkenankan

Total kekayaan yang diperkenankan (admitted assets) adalah jumlah kekayaan yang dapat diperhitungkan untuk menilai tingkat likuiditas. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan No.11/PMK.010/2012, mengenai kekayaan yang

diperkenankan meliputi investasi dan non investasi. Kekayaan yang

diperkenankan dalam bentuk investasi terdiri atas Deposito, sartifikat BI, dan penyertaan lansung. Kekayaan yang diperkenankan dalam bentuk non investasi terdiri atas kas dan bank, piutang premi, piutang reasuransi dan aktiva tetap. Interpretasi:

Rasio yang tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak likuid, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap tingkat tingkat kewajiban teknis, distribusi aset, serta kestabilan dan likuiditas kekayaan yang diperkenankan (admitted assets). b. Rasio agents` balance to surplus

Rasio ini mengukur tingkat likuditas perusahaan berdasarkan aset yang seringkali tidak bisa diwujudkan pada saat likuiditas yaitu tagihan premi langsung.

Agent’s Balance to Surplus Ratio = Tagihan Premi Langsung Total Modal, Cadangan Khusus, Laba


(51)

34

Interpretasi :

Jika angka rasio ini terlalu tinggi, perlu diselidiki umur dari tagihan dan analisis penyebab dari belum tertagihnya premi langsung tersebut. Dalam perhitungan kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), tagihan premi langsung yang berumur diatas 90 hari tidak dihitung.

4. Ratio stabilitas premi a. Rasio pertumbuhan premi

Kenaikan atau penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha koperasi perusahaan. Perkembangan Premi = Kenaikan/Penurunan Premi Netto

Premi Netto Tahun Sebelumnya Interpretasi :

Hasil rasio ini sebaiknya diinterprestasikan bersama dengan sejarah dan operasi perusahaan. Dalam menganalisis rasio ini harus diperhatikan pula alasan-alasan yang dikemukakan perusahaan yang menyebabkan angka rasio ini berbeda atau berfluktuasi. Disamping itu, perlu dipertimbangkan pula perubahan yang terjadi dalam industri asuransi dan perekonomian.

b. Rasio retensi sendiri (retention ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat retensi perusahaan atau mengukur berapa besar premi yang ditahan sendiri dibandingkan premi yang diterima secara langsung.

Rasio retensi sendiri = premi netto Premi bruto


(52)

35

Interprestasi :

Rasio ini sebaiknya digunakan secara bersamaan solvency margin ratio sehingga analisisnya menggambarkan yang lebih akurat. Apabila rasio retensi rendah, sehingga solvency marginya tinggi, berarti perusahaan beroprasi seperti layaknya pialang yang mendasarkan pendapatanya pada konisi reasuransi.

2.6 Analisis Perbandingan

Analisis perbandingan Menurut Harahap (2002:53) adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan

menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan tersebut dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio.

Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan- perubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan. Perbandingan dapat juga dilakukan antara laporan yang sudah dikonversikan ke angka indeks atau laporan bentuk common size bentuk awam. Dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan tersebut, dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:


(53)

36

a. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal), misalnya laporan keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996,1995,1994, dan seterusnya.

b. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.

c. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (Industrial Norm). Di Indonesia standar tersebut belum ada, tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri menyediakan informasi rasio tersebut, misalnya Moody’s, Standard&Poor dan lain-lain.

d. Perbandingan dengan budget (anggaran).

e. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu

perusahaan. Dalam upaya perbandingan tersebut kita harus memiliki standar sebagai ukuran lain yang dijadikan untuk membandingkan laporan yang dimiliki.

Tanpa standar pembanding tersebut kita tidak akan dapat menilai keadaan atau posisi perusahaan yang dinilai. Dalam melakukan perbandingan tersebut perlu diyakinkan bahwa standar penyusunan laporan keuangan harus sama, ukuran dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan, bukan berarti harus sama, periode laporan yang dibandingkan harus sama, khususnya untuk laporan laba/rugi dan komponennya. Jangan sampai laporan laba/rugi satu tahun dibandingkan dengan laporan laba/rugi satu semester.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian Agustinus pada tahun 2005 berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) pada PT. Asuransi


(54)

37

Ramayana Tbk Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan asuransi tersebut berdasarkan rasio keuangan Early Warning System (EWS). Penelitian ini menggunakan tolok ukur 10 rasio Early Warning System (EWS), yaitu: rasio likuiditas, rasio agents balance to surplus ratio, rasio solvabilitas, rasio tingkat kecukupan dana, rasio komisi, rasio beban klaim, rasio underwriting, rasio pengembalian investasi, rasio biaya manajemen, rasio retensi sendiri. Berdasarkan hasil penelitian terhadap laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio EWS, perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan laba dari tahun ke tahun dengan persentase yang cukup besar dan hasil investasi yang terus menurun sehingga dapat mempengaruhi investor. Likuiditas perusahaan tergolong tinggi meskipun masih berada dibawah batas normal. Perusahaan ini memiliki tingkat kesehatan yang baik karena berada diatas tingkat RBC yang ditetapkan oleh pemerintah untuk kategori perusahaan asuransi yang sehat.

Penelitian Marolop Alfred Nainggolan pada tahun 2004 dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi PT Lippo General Insurance Tbk, PT Dayin Mitra Tbk dan PT Panin Insurance Tbk periode 2000-2002”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan tersebut dengan menggunakan rasio keuangan Early Warning System. Rasio keuangan Early Warning System terdiri dari rasio rasio likuiditas (Liabilities Of Liquid Assets Ratioe) terdiri dari rasio likuiditas dan agent balance to surplus ratio, Rasio Solvabilitas (Solvency Margin) terdiri dari rasio batas solvabilitas, rasio tingkat kecukupan dana. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) terdiri dari rasio perubahan surplus, underwriting ratio, rasio beban klaim, rasio biaya


(55)

38

manajemen, rasio Pengembalian investasi , dan Rasio Stabilitasi Premi (Stability Premi) terdiri dari rasio pertumbuhan premi, rasio retensi sendiri. hasil dari penelitian ini adalah dari segi solvabilitas perusahaan Panin dan Lippo

mempunyai jumlah modal yang sangat besar karena ditunjang oleh perusahaan induk yang merupakan usaha gabungan sementara Dayin ditunjang oleh modal sendiri. Dari segi profitabilitas Dayin mitra memiliki pencapaian profit lebih baik dari pada Panin dan Lippo. Dari segi likuiditas perusahaan yang mempunyai jumlah modal kerja yang besar (Panin) akan mempunyai kondisi yang sangat likuid dibandingkan Lippo dan Dayin. Dari segi stabilitas premi ternyata kemampuan yang besar tidak menjamin peningkatan pertumbuhan premi.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin Insurance Tbk. penelitian ini mengacu kepada laporan keuangan perusahaan yang berupa angka sehingga dari segi sifatnya penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif.

3.2 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2004:67), mengatakan populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin Insurance Tbk yang disusun dalam bentuk tahunan yang terdiri dari


(57)

40

neraca, laporan laba rugi. Sementara sampel yang digunakan adalah laporan keuangan selama tiga periode yaitu periode tahun 2011-2013.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berupa laporan keuangan dari perusahaan Asuransi yang telah dipublikasikan pada periode 31 Desember 2013 dan data tersebut sangat diperlukan untuk menghitung rasio keuangan yang nantinya akan menunjukan bagaimana kinerja dari perusahaan Asuransi tersebut selama tahun 2013.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Menurut Indriantoro dan Supomo, (2002:77) data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi keuangan yang didapat dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat diperoleh melalui situs www.idx.co.id.


(58)

41

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang berupa data laporan keuangan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk, PT Panin Insurance Tbk yang dapat diperoleh pada situs www.idx.co.id yang akan digunakan untuk menghitung variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan Early Warning System (EWS). Rasio keuangan yang digunakan dalam early warning system adalah sebagai berikut :

1. Rasio Solvabilitas dan Umum (Solvency and overall ratios) a. Rasio batas solvabilitas (solvency margin)

Solvency Margin = modal disetor +cadangan khusus + laba Premi netto

b. Rasio tingkat kecukupan dana

Tingkat kecukupan dana = Modal Sendiri Total aktiva 2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) a. Perubahan surplus

Perubahan surplus = kenaikan/penurunan modal sendiri Modal sendiri tahun lalu


(59)

42

b. Underwriting ratio

Rasio underwriting = hasil underwriting Pendapatan premi c. Rasio beban klaim (incurred loss ratio) Rasio beban klaim = beban klaim

Pendapatan premi d. Rasio biaya manajemen

Rasio biaya manajemen = biaya manajemen Pendapatan premi e. Pengembalian Investasi

Pengembalian investasi = Pendapatan bersih investasi Rata-rata investasi 2 tahun 3. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

a. Rasio likuiditas

Rasio Likuiditas = jumlah kewajiban total kekayaan yang di perkenankan

b. Rasio agents` balance to surplus

Agent’s Balance to Surplus Ratio = Tagihan Premi Langsung


(60)

43

4. Rasio stabilitas premi

a. Rasio pertumbuhan premi

Perkembangan Premi = Kenaikan/Penurunan Premi Netto Premi Netto Tahun Sebelumnya b. Rasio retensi sendiri (retention ratio)

Rasio retensi sendiri = premi netto Premi bruto


(61)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap perusahaan PT Panin

Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan menggunakan rasio keuangan Early Warning System pada periode 2011-2013 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada rasio solvabilitas jumlah skor pada PT Panin Insurance Tbk sebesar 2.8037 dan lebih besar jumlahnya dari pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk yang hanya sebesar 0.6576. Melihat besaran jumlah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang lebih baik pada rasio solvabilitas adalah perusahaan PT Panin Insurance Tbk.

2. Jumlah skor pada rasio profitabilitas PT Panin Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk adalah masing-masing sebesar 0.0407 dan 0.0788.

Melihat besarnya jumlah nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk adalah yang lebih baik pada rasio profitabilitas.


(62)

69

3. Skor Rasio likuiditas pada perusahaan PT Panin Insurance Tbk sebesar 0.1898 lebih kecil dari prusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan skor 0.4873. Ini berarti kenerja keuangan dari rasio likuiditas, perusahaan PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

4. Pada rasio Stabilitas Premi jumlah nilai pada PT Panin Insurance Tbk sebesar 0.63198 dan lebih besar jumlahnya dari pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk yang hanya sebesar 0.4237. Dari jumlah skor tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang lebih baik pada rasio Stabilitas Premi adalah perusahaan PT Panin Insurance Tbk.

5. Untuk skor keseluruhanya perusahaan PT Panin Insurance Tbk berjumlah 0.887 dan pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk berjumlah 0.3946. Melihat besaran jumlah skor kedua perusahaan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan perusahaan PT Panin Insurance Tbk kinerja keuangannya lebih baik dari perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan menggunakan rasio keuangan Early Warning System pada periode 2011-2013.

6. Jadi hipotesis peneliti diterima yaitu kinerja keuangan PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk, Periode 2011-2013.


(63)

70

5.2 Saran

1. Sebaiknya, PT Panin Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dapat meningkatkan laba perusahaan dengan ditingkatkannya pendapatan dan menekan biaya perusahaan. Peningkatan pendapatan juga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Lebih berhati-hati dalam melakukan penyertaan investasi.

b. Menambah nasabah dengan melakukan promosi di berbagai media seperti media massa ataupun media elektronik.

c. Lebih berhati-hati dalam memilih resiko yang akan ditanggung. 2. Untuk penelitian selanjutnya, dengan menggunakan analisis statistik

diharapkan dapat menghitung seberapa besar pengaruh rasio-rasio Early Warning System terhadap harga saham atau pun return saham perusahaan asuransi.

3. Sebaiknya media asuransi menggunakan rasio keuangan early warning system sebagai dasar penilaian perusahaan asuransi terbaik, karena early warning system memasukan unsur-unsur rasio keuangan yang lebih lengkap.

Sementara risk based capital hanya memasukan unsur rasio solvabilitas yang belum dapat menjelaskan secara lengkap mengenai kinerja keuangan


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Jakarta. Skripsi FE USU, Medan.

Brigham, E. F dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi. Sepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Penerbit Salemba Empat, Jilid I, Jakarta.

Endang Etty Merawati. 2002. “Penilaian Perusahaan Asuransi dengan Risk Based Capital dan Eraly Warning System”. Akuntabilitas. 2, (1).

Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan. Terjemahan, Herman. Wibowo. Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Indriantoro, dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Lusiana Prasetyo. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning

System Terhadap Tingkat Solvabilitas Perusahaan Asuransi Kerugian Di Bursa Efek Jakarta. UNDIP, Semarang.

Nainggolan, P. 2004. Cara Mudah Memahami Akuntansi. PPM, Jakarta Purwosujipto. 2004. Mengenal Asuransi. PT. Nusa Tiga, Jakarta. S. Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta. Satria, Sulastra. 1994. Pengukuran Kinerja Keuagan Perusahaan Asuransi

Kerugian Di Indonesia Dengan Analisis Rasio Keuangan Early Warning System. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.


(65)

73

________. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Syafri Harahap. 2002. “Teori Akuntansi Laporan Keuangan”. Penerbit PT. Raja Grasindo Persada.

Van Horne, James, Jonh M Wachowicz, Jr. 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi ke 9, Alih Bahasa Dewi Fitria Sari dan Deni Arnos Kawry. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.


(1)

43

4. Rasio stabilitas premi

a. Rasio pertumbuhan premi

Perkembangan Premi = Kenaikan/Penurunan Premi Netto Premi Netto Tahun Sebelumnya

b. Rasio retensi sendiri (retention ratio)

Rasio retensi sendiri = premi netto Premi bruto


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap perusahaan PT Panin

Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan menggunakan rasio keuangan Early Warning System pada periode 2011-2013 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada rasio solvabilitas jumlah skor pada PT Panin Insurance Tbk sebesar 2.8037 dan lebih besar jumlahnya dari pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk yang hanya sebesar 0.6576. Melihat besaran jumlah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang lebih baik pada rasio solvabilitas adalah perusahaan PT Panin Insurance Tbk.

2. Jumlah skor pada rasio profitabilitas PT Panin Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk adalah masing-masing sebesar 0.0407 dan 0.0788.

Melihat besarnya jumlah nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk adalah yang lebih baik pada rasio profitabilitas.


(3)

69

3. Skor Rasio likuiditas pada perusahaan PT Panin Insurance Tbk sebesar 0.1898 lebih kecil dari prusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan skor 0.4873. Ini berarti kenerja keuangan dari rasio likuiditas, perusahaan PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk.

4. Pada rasio Stabilitas Premi jumlah nilai pada PT Panin Insurance Tbk sebesar 0.63198 dan lebih besar jumlahnya dari pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk yang hanya sebesar 0.4237. Dari jumlah skor tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang lebih baik pada rasio Stabilitas Premi adalah perusahaan PT Panin Insurance Tbk.

5. Untuk skor keseluruhanya perusahaan PT Panin Insurance Tbk berjumlah 0.887 dan pada perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk berjumlah 0.3946. Melihat besaran jumlah skor kedua perusahaan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan perusahaan PT Panin Insurance Tbk kinerja keuangannya lebih baik dari perusahaan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dengan menggunakan rasio keuangan Early Warning System pada periode 2011-2013.

6. Jadi hipotesis peneliti diterima yaitu kinerja keuangan PT Panin Insurance Tbk lebih baik dari pada PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk, Periode 2011-2013.


(4)

70

5.2 Saran

1. Sebaiknya, PT Panin Insurance Tbk dan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk dapat meningkatkan laba perusahaan dengan ditingkatkannya pendapatan dan menekan biaya perusahaan. Peningkatan pendapatan juga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Lebih berhati-hati dalam melakukan penyertaan investasi.

b. Menambah nasabah dengan melakukan promosi di berbagai media seperti media massa ataupun media elektronik.

c. Lebih berhati-hati dalam memilih resiko yang akan ditanggung.

2. Untuk penelitian selanjutnya, dengan menggunakan analisis statistik diharapkan dapat menghitung seberapa besar pengaruh rasio-rasio Early Warning System terhadap harga saham atau pun return saham perusahaan asuransi.

3. Sebaiknya media asuransi menggunakan rasio keuangan early warning system sebagai dasar penilaian perusahaan asuransi terbaik, karena early warning system memasukan unsur-unsur rasio keuangan yang lebih lengkap.

Sementara risk based capital hanya memasukan unsur rasio solvabilitas yang belum dapat menjelaskan secara lengkap mengenai kinerja keuangan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Jakarta. Skripsi FE USU, Medan.

Brigham, E. F dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi. Sepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Penerbit Salemba Empat, Jilid I, Jakarta.

Endang Etty Merawati. 2002. “Penilaian Perusahaan Asuransi dengan Risk Based Capital dan Eraly Warning System”. Akuntabilitas. 2, (1).

Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan. Terjemahan, Herman. Wibowo. Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Indriantoro, dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Lusiana Prasetyo. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning

System Terhadap Tingkat Solvabilitas Perusahaan Asuransi Kerugian Di Bursa Efek Jakarta. UNDIP, Semarang.

Nainggolan, P. 2004. Cara Mudah Memahami Akuntansi. PPM, Jakarta Purwosujipto. 2004. Mengenal Asuransi. PT. Nusa Tiga, Jakarta. S. Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta. Satria, Sulastra. 1994. Pengukuran Kinerja Keuagan Perusahaan Asuransi

Kerugian Di Indonesia Dengan Analisis Rasio Keuangan Early Warning System. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.


(6)

73

________. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Syafri Harahap. 2002. “Teori Akuntansi Laporan Keuangan”. Penerbit PT. Raja Grasindo Persada.

Van Horne, James, Jonh M Wachowicz, Jr. 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi ke 9, Alih Bahasa Dewi Fitria Sari dan Deni Arnos Kawry. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.