9
peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi pelajaran yang telah diberikan aspek kognitif, dari segi penghayatan dan perilaku aspek afektif dan
pengalamanketerampilannya aspek psikomotor. Ketiga aspek tersebut pada hakekatnya sulit untuk dipisahkan, karena
pembelajaran pada satu aspek juga melibatkan aspek yang lain, hanya penekanan pada keterlibatan yang mengharuskan pemisahan. Kemampuan seseorang sering dikategorikan
menjadi tiga domainranah, yaitu: kognitif, psikomotor, dan afektif. Ketiga aspek ini dapat juga dikelompokkan dengan istilah 3H: Head, Hand, and Heart. Misalnya; kompetensi
pembelajaran membuat pola busana, aspek ranah kognitif yang diukur kepada peserta didik yaitu aspek kognitif terhadap produk dan kognitif terhadap proses. Peserta didik
diberi pertanyaan “Apa yang dimaksud dengan pola busana” ? kognitif produk, adapun bentuk pertanyaan aspek kognitif proses
yaitu “ Jelaskan bagaimana caranya membuat pola busana?. Untuk mengukur dari ranah psikomotor, dapat dilakukan dengan
memberikan tes perbuatan, yaitu “Buatlah pola busana anak sesuai dengan desain dan ukuran yang telah disediakan. Begitu pula untuk mengukur dari ranah afektif, peserta didik
dapat diukur dari aspek motivasi mempelajari pembuatan pola busana anak, kerapihan hasil pola busana, kerja sama antar teman dsb. Pendidikan tidak boleh hanya
memfokuskan perhatian pada sebagian ranah, akan tetapi harus mencakup kesemuanya secara menyeluruh. Dalam pendidikan ketiga ranah tersebut harus dapat dikembangkan
secara seimbang. Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Kemampuan pertama kognitif adalah kemampuan berpikir, yang menurut
taksonomi Bloom Sax, 1980, secara hirarkis terdiri dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan kedua adalah
kemampuan psikomotor. Kemampuan ini berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara
syaraf dan otak. Peringkat kemampuan ini ada lima, yaitu gerakan reflek, gerakan dasar, kemampua perceptual, kemampuan fisik, gerakan terampil dan komunikasi nondiskursif
Sax, 1980. Kemampuan ketiga adalah kemampuan afektif. Kemampuan ini berhubungan dengan perasaan emosi, system nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu. Peringkat kemampuan ini ada lima, yaitu menerima, merespon, menilai atau memaknai, mengorganisasi, dan mengkarakterisasi Bloom,
1979. Dalam melakukan penilaian pada domain tersebut alat ukur berujud kata kerja operasional yang sesuai.
10
F. Acuan Penilaian Dalam Menyiapkan dan Menafsirkan Tes
Dilihat dari penafsiran hasil tes, pengukuran dalam bidang pendidikan dapat didasarkan pada penilaian acuan norma norm referenced test atau acuan
kriteriapatokan. Kedua acuan tersebut menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang. Penafsiran hasil tes antara kedua acuan itu juga berbeda,
sehingga menghasilkan informasi yang berbeda maknanya. Pemilihan acuan ditentukan oleh karakteristik mata pelajaran yang akan diukur dan tujuan yang akan dicapai.
Penilaian acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal. Perbedaan itu harus ditunjukkan oleh hasil
pengukuran, misalnya setelah mengikuti pembelajaran selama satu semester, peserta didik dites. Hasil tes seorang peserta didik dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga
dapat diketahui posisi rangking peserta didik tersebut di kelas itu. Penilaian acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang dapat belajar apa saja, meskipun dengan
waktu yang berbeda. Berdasarkan pada indikator yang ditetapkan, guruperancang pembelajaran dapat
mengembangkan tes yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam menguasai perilaku-perilaku yang ditetapkan, dengan pertimbangan hasil kegiatan
melaksanakan analisis instruksional dan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik. Butir tes yang mengacu kepada indicator keberhasilan untuk mengukur
tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan pembelajaran dinamakan Tes Acuan Patokan criterion referenced test
Dalam acuan kriteria, penafsiran skor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bagi peserta didik yang telah mencapai kriteria yang telah
ditetapkan standar dinyatakan lulus tuntas, dan diberi pelajaran tambahan yang biasa disebut pengayaan, sedangkan bagi peserta didik yang belum mencapai standar diberi
remedi sampai mencapai kriteria ketuntasan. Ketuntasan belajar untuk setiap indikator ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar atau kriteria ketuntasan minimal KKM. Satuan
pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik dan pendukung penyelenggaraan
pembelajaran. Kriteria ketuntasan menunjukkan jumlah butir yang digunakan untuk mengases tujuan pembelajaran dan jumlah butir yang harus dijawab benar agar peserta
didik dipandang terampil atau tuntas dalam tujuan tersebut. Ketuntasan belajar diukur per indikator. Acuan kriteria ditetapkan 0 sampai
dengan 100. Skor ideal pencapaian sebesar 75. Ketentuan ini ditetapkan sendiri oleh sekolah dengan pertimbangan kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas
11
indikator, dan daya dukung dari guru dan sarana yang dimiliki. Peserta dinyatakan tuntas bila skor yang dicapai lebih besar atau sama dari kriteria ketuntasan yang ditentukan.
Peserta dinyatakan tuntas indikator ditinjau dari standar kompetensi – kompetensi dasar –
mata pelajaran. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar menurut Dick dan Carey
yang dikutip oleh Ngahim Purwanto 1986, menyatakan bahwa ada empat jenis penilaian acuan kriteria yang dapat dipergunakan untuk pencapai ketuntasan belajar peserta didik,
yaitu: 1. Entry
– behaviors test, yaitu suatu tes yang diadakan sebelum suatu program pengajaran dilaksanakan, dan bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta didik yang dapat dijadikan dasar untuk menerima program pengajaran yang akan diberikan.
2. Pre – test, yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai, dan bertujuan untuk
mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran pengetahuan dan ketrampilan yang akan dibelajarkan.
3. Post – test, yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran dan
bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan belajar.
4. Embedded – test, yaitu tes yang dilaksanakan disela-sela atau pada waktu-waktu
tertentu selama proses pengajaran berlangsung dan bertujuan untuk mengetes siswa secara langsung sesudah suatu unit pengajaran sebelum post- test dan untuk
mengecek kemajuan siswa untuk remidial sebelum post- test.
e. Teknik Penilaian Hasil Belajar
Dalam memperoleh data kemampuan peserta didik, gurupendidik dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
Teknikalat ukur yang dipergunakan dalam sistem penilaian untuk pembelajaran berbasis kompetensi adalah alat ukur yang cocok untuk penilaian otentikalternatifkinerja yang
menyeluruh pada situasi nyata dan berkesinambungan sesuai dengan Kep. Mendiknas. Untuk memperoleh data hasil penilaian yang otentik mampu menggambarkan kompetensi
yang sebenarnya, pendidik dianjurkan untuk menerapkan berbagai teknik penilaian secara komplementer saling melengkapi sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai.