16
B. Prinsip-Prinsip Penyusunan Tes
Penyusunan desain dan pengembangan Tes Pengukuran Keberhasilan hendaknya diarahkan kepada pengukuran keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan secara jelas. Untuk dapat mengembangkan tes yang demikian, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a Aspek-aspek
tugas yang hendak dipelajari perlu dirumuskan secara tegas. Apakah menghafal fakta, membedakan, menerapkan suatu metode pembuatan busana, b Tujuan pembelajaran
hendaknya dirumuskan dalam bentuk tingkah laku. Hasil tes adalah untuk mengukur apakah peserta didik telah berhasil menyelesaikan tugas yang harus dipelajari, c Standar
keberhasilan minimal perlu ditegaskan, seberapa jauh prestasi peserta didik telah dianggap cukup memenuhi syarat CRT, d Perlu ditentukan sampel contoh
performance peserta didik untuk dipakai sebagai dasar menilai penguasaan tugas-tugas mempelajari suatu tujuan pembelajaran, e Soal tes dipilih beradasarkan tingkah laku
yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, bila soal tes meminta peserta didik dapat membuat rok, maka soat tes pun harus meminta peserta didik untuk membuat rok, bukan
menceritakan rok, dan f perlu sistem penilaian skoring yang secara jelas menunjukkan penguasaan peserta didik atas tugas mempelajari sesuatu yang telah ditetapkan, misalnya
peserta didik dianggap lulus dengan B baik kalau benar 80 dari serangkaian soaltugas yang dikerjakan.
C. Bentuk Pelaksanaan Tes
Menurut bentuk pelaksanaannya, secara garis besar dikenal tiga bentuk tes, yaitu: 1 tes lisan; 2 tes bentuk perbuatan; dan 3 tes tertulis.
1. Ujian Lisan
Tes ini pada umumnya berbentuk tanya jawab face to face. Penilai memberikan pertanyaan interview langsung kepada peserta tes. Ujian lisan pada umumnya
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam bentuk kemampuan dalam mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapatnya secara lisan. Bagi bidang studi yang
menuntut keterampilan-keterampilan untuk berbicara atau bernegosiasi dengan orang lain, maka ujian lisan ini dirasa mempunyai kedudukan yang cukup penting. Namun, karena
alasan teknis kepraktisan, ujian lisan ini pada umumnya jarang digunakan untuk melakukan penilaian kompetensi dalam kegiatan pembelajaran yang rutin.
2. Ujian Perbuatan
Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dilakukan dengan cara menyuruh peserta tes untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat fisik praktik. Tes bentuk perbuatan