BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang sedang dilaksanakan dewasa ini adalah suatu rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan
nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
1
Titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan seiring dengan kualitas sumber daya
manusia dan di dorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan selaras, serasi
dan seirama guna keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Dalam pelaksanaan
pembangunan segenap kemampuan modal dan potensi dalam negeri dimanfaatkan dengan disertai pelaksanaan serta langkah-langkah guna membantu, membimbing
dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar bagi golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga dapat berdiri sendiri
1
Garis Besar Haluan Negara GBHN 1998, Ketetapan MPR RI beserta GBHN MPR RI 1998-2003, Citra Umbara, Bandung, hal 35.
Universitas Sumatera Utara
dengan meningkatkan kegiatan agar mampu memainkan peranan yang sesungguhnya dalam tata ekonomi Indonesia agar tercapai kesejahteraan
masyarakat yang merata. Pemerintah dalam usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata maka didirikan lembaga perkreditan, baik
lembaga perkreditan perbankan maupun non perbankan. Lembaga perkreditan tersebut diharapkan dapat memberikan kredit dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan masyarakat dan dengan jaminan ringan kepada masyarakat luas, khususnya kredit golongan ekonomi menengah ke bawah yang banyak
menginginkan kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan di golongan ekonomi menengah ke atas dipergunakan untuk menambah modal
usaha.
2
Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Usaha yang telah
dilakukan pemerintah tersebut salah satunya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi yakni dengan
memberikan pinjaman melalui jalur perkreditan bagi masyarakat yang membutuhkan tambahan modal. Wujud daripada hal tersebut salah satu
sasarannya adalah pegadaian.
3
2
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 156.
3
R.T Sutantya Raharja Hadhikusuma. Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2000, hal 31
Universitas Sumatera Utara
Perum Pegadaian merupakan lembaga perkreditan yang dikelola oleh pemerintah yang kegiatan utamanya melaksanakan penyaluran uang pinjaman
atau kredit atas dasar hukum gadai. Penyaluran uang pinjaman tersebut dilakukan dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat sehingga tidak memberatkan
bagi masyarakat yang melakukan pinjaman dan tidak menimbulkan masalah yang baru bagi peminjam setelah melakukan pinjaman di pegadaian. Hal tersebut sesuai
dengan motto yang digunakan pegadaian yaitu “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Pada kenyataannya perum pegadaian merupakan lembaga perkreditan
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah. Kelebihan perusahaan umum pegadaian ini bagi masyarakat yang
meminjam kredit adalah pihak yang berkepentingan tidak perlu menjual barang- barangnya, melainkan hanya dijadikan jaminan pengajuan kredit di perusahaan
umum pegadaian. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peran pegadaian sebagai lembaga
pembiayaan dalam era sekarang dan masa akan datang tetap penting untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi rakyat baik di kota maupun di pedesaan.
Pengalamannya bergelut dengan masyarakat kecil sejak 100 tahun yang lalu menjadikan sangat akrab dalam menggalang ekonomi kerakyatan. Masyarakat
kecil umumnya masih terbelakang dan dalam kondisi seperti ini peranan pegadaian sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat kecil semakin penting
untuk menyediakan kredit berskala kecil, cepat, bunga ringan dan tidak berbelit.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan pegadaian adalah untuk memberikan jaminan bagi pemegang gadai bahwa di kemudian hari piutangnya pasti dibayar dari nilai jaminan.
4
Pegadaian juga turut melaksanakan dan mendukung kebijakan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional yaitu dengan
menyalurkan kredit kepada masyarakat dengan jaminan benda-benda bergerak. Benda bergerak tersebut harus memiliki nilai jual yang sama dengan uang yang
dibutuhkan oleh yang berhutang tersebut. Karena benda bergerak ini memiliki nilai yang sama dengan uang yang dipinjam oleh orang yang bersangkutan, maka
benda ini dapat dijadikan sebagai jaminan dari hutang tersebut. Pada dasarnya gadai diberikan untuk menjamin suatu tagihan atau kredit,
memang kredit diberikan terutama atas dasar integritas atau kepribadian debitur, kepribadian yang menimbulkan rasa percaya pada diri kreditur bahwa debitur
akan memenuhi kewajiban pelunasannya dengan baik.
5
Adapun ketentuan mengenai gadai itu sendiri diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum KUH Perdata Buku II Bab XX, Pasal 1150-1161. Pasal 1150
KUH Perdata memberikan pengertian gadai sebagai berikut: “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang
lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang
lelang itu di gadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.
6
4
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Creditverband, Gadai dan Fidusia, Alumni, Bandung, 2003, hal 57.
5
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 95-96.
6
Subekti dan R. Tjiptosudibio, KUHPerdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal. 297.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui bahwa menurut sistim hukum Indonesia, dan juga hukum di kebanyakan negara-negara Eropa Kontinental, bahwa jika yang menjadi
objek jaminan utang adalah benda bergerak, maka jaminannya diikat dalam bentuk gadai. Dalam hal ini, objek gadai tersebut harus diserahkan kepada pihak
yang menerima gadai kreditur. Sebaliknya, jika yang menjadi objek jaminan hutang adalah benda tidak bergerak, maka jaminan tersebut haruslah berbentuk
hipotik sekarang ada jaminan fidusia. Terdapat beberapa kasus, dimana barang objek jaminan hutang masih
tergolong barang bergerak, tetapi pihak debitur enggan menyerahkan kekuasaan atas barang tersebut kepada kreditur, sementara pihak kreditur tidak mempunyai
kepentingan, bahkan kerepotan jika barang tersebut diserahkan kepadanya, karena itulah dibutuhkan adanya satu bentuk jaminan hutang yang objeknya masih
tergolong benda bergerak tetapi tanpa menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada pihak kreditur. Ada kalanya pihak kreditur dan pihak debitur sama-sama
tidak berkeberatan agar diikatkan jaminan hutang berupa gadai atas hutang yang dibuatnya, tetapi barang yang dijaminkan karena sesuatu dan lain hal tidak dapat
diserahkan kepemilikannya kepada hak kreditur.
7
Sejarah perkembangan fidusia, pada awalnya yaitu pada zaman Romawi, objek fidusia adalah meliputi baik barang bergerak maupun barang tidak
Akhirnya, muncullah bentuk jaminan baru dimana objeknya benda bergerak, tetapi kekuasaan atas benda
tersebut tidak beralih dari debitur kepada kreditur, inilah yang dinamakan jaminan fidusia.
7
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
bergerak.
8
Sejak lahirnya jaminan fidusia ini sangat kental dengan rekayasa. Sebab dalam sistem hukum Belanda tempo dulu, oleh karena juga di Indonesia
untuk jaminan barang bergerak hanya dikenal gadai, sedang barang tidak bergerak dikenal dengan hipotek.
9
Lembaga fidusia muncul dikarenakan ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga gadai pand mengandung banyak kekurangan, tidak
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat.
Tetapi dalam praktek untuk menjaminkan barang bergerak, tetapi tanpa penyerahan barang secara fisik. Untuk maksud tersebut
tidak dapat digunakan lembaga gadai yang mensyaratkan penyerahan benda dan juga dapat digunakan hipotek yang hanya diperuntukkan terhadap barang tidak
bergerak saja. Karena itu dicarikanlah jalan untuk dapat menjaminkan barang bergerak tanpa penyerahan fisik barang tersebut akhirnya muncul rekayasa untuk
memenuhi kepentingan praktek seperti itu dengan jalan pemberian jaminan Fidusia yang akhirnya diterima dalam praktek dan diakui oleh yurisprudensi dan
diundangkan pada tahun 1999.
10
Fidusia dianggap sebagai jaminan yang lebih cocok bagi pegadaian ataupun nasabahnya untuk barang bergerak, karena debitur tidak perlu repot-repot
menyediakan tempat menyimpan dan merawat barangnya. Dalam jaminan ini barang tidak diserahkan pada kreditur tetapi masih dalam kekuasaan debitur,
8
Gunawan Widjaja, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 132.
9
Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal. 34.
10
Sri Soedewi M. Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Fidusia di dalam Praktek dan Perkembangan di Indonesia, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1980, hal.
15.
Universitas Sumatera Utara
hanya hak miliknya diserahkan secara kepercayaan. Jadi selama hutangnya belum dibayar lunas oleh debitur, maka hak milik barang berpindah untuk sementara
waktu kepada kreditur.
11
Terkait dengan jaminan fidusia, saat ini lembaga-lembaga pegadaian telah menerapkan pemberian kredit ke masyarakat dengan menggunakan jaminan
fidusia. Oleh karenanya, walaupun disebut sebagai lembaga pegadaian, namun dikarenakan objeknya adalah benda bergerak, maka lembaga-lembaga pegadaian
banyak yang membuka diri untuk memberikan kredit dengan jaminan fidusia. Terdapat dua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kredit fidusia ini,
yaitu pihak yang menerima fidusia disebut “pemegang fidusia” dan pihak yang menjaminkan barang disebut “pemberi fidusia”. Setiap pemberian kredit harus
diikuti dengan suatu penjaminan guna pengamanan kredit yang telah diberikan. Dalam hal terjadi perjanjian kredit, debitur menyerahkan benda fidusia sebagai
jaminan atas pelunasan hutang-hutangnya terhadap kreditur. Jaminan adalah penting demi menjaga keamanan dan memberikan kepastian hukum bagi kreditur
untuk mendapatkan kembali atau mendapatkan kepastian mengenai pengembalian uang pinjaman yang telah diberikan oleh kreditur kepada debitur sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Barang yang menjadi obyek fidusia tersebut tidak diserahkan oleh debitur masyarakat kepada kreditur
perum pegadaian. Jadi barang-barang yang dijaminkan berada di bawah kekuasaan debitur.
11
Gatot Suparmono, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan, Jambatan, Jakarta, 1995, hal. 74.
Universitas Sumatera Utara
Apabila debitur wanprestasi dalam perjanjian fidusia ini, atau tidak dapat melunasi hutang-hutangnya atau tidak mampu menebus barangnya sampai habis
jangka waktu yang telah ditentukan, maka pihak kreditur berhak untuk melelang barang fidusia tersebut dan hasil dari penjualan lelang tersebut sebagian untuk
melunasi hutang kreditnya, sebagian lagi untuk biaya yang dikeluarkan untuk melelang barang tersebut dan sisanya diberikan kepada debitur.
Oleh karena hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
“PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH MELALUI PENJUALAN DI BAWAH TANGAN ATAS JAMINAN FIDUSIA DI PERUM PEGADAIAN
CABANG SIMPANG LIMUN ”.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Perum
Pegadaian Cabang Simpang Limun? 2.
Bagaimana proses penjualan di bawah tangan jaminan fidusia untuk penyelesaian kredit bermasalah di Perum Pegadaian Cabang Simpang
Limun ? 3.
Bagaimana upaya penyelesaian kredit bermasalah dalam praktik jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun?
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: a.
Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun
b. Untuk mengetahui proses penjualan di bawah tangan jaminan fidusia
untuk penyelesaian kredit bermasalah di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun
c. Untuk mengetahui upaya penyelesaian kredit bermasalah dalam praktik
jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun 2.
Manfaat Penulisan
a.
Teoritis 1
Penulisan ini dapat menambah referensi atau khasanah kepustakaan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya hukum
jaminan secara fidusia. 2
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi penulisan yang akan datang apabila sama bidang
penulisannya.
b.
Manfaat Praktis
1
Hasil penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pelaksanaan lembaga jaminan fidusia di dalam
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2
Dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para praktisi dalam upaya penyelesaian kredit bermasalah dalam jaminan fidusia
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai masalah terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Penjualan di
Bawah Tangan Atas Jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi
penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari
proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang “Penyelesaian Kredit
Bermasalah Melalui Penjualan di Bawah Tangan Atas Jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun”, dan juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil
penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas, ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya baik di
lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun Perguruan Tinggi lainnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah pendapat, pangakalan pendapat; Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa
sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational
Universitas Sumatera Utara
definition.
12
1. Jaminan fidusia
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang
dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:
Jaminan adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk dituangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari
hutang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat oleh kreditur dan debitur.
13
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan,dengan ketentuan bahwa benda yang kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
14
Jaminan fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud ataupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan
yang tidak dapat dibebani jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan pemberi fidusia, sebagaimana agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap
kreditor lainnya.
15
12
Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, PPs USU, Medan, hal. 35.
13
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Kreditur, Alfabeta, Bandung, 2005, hal. 142.
14
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
15
Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka yang menjadi objek jaminan Fidusia adalah benda
bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan inventory, benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Oleh karena guna memenuhi
kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, maka dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ini, objek
jaminan Fidusia diberi pengertian yang lebih luas, yaitu:
a.
benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan
b.
benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani Hak 2.
Kredit bermasalah Kredit dikatakan bermasalah karena debitur wanprestasi atau ingkar janji
atau tidak menyelesaikan kewajibanya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun utang
pokok.
16
Kredit bermasalah merupakan salah satu dampak negatif dari fasilitas pemberian kredit Istilah kredit bermasalah dipergunakan dalam lingkungan
perbankan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 311477KEPDIR tanggal 12 November 1998 Tentang Kualitas Aktiva Produktif.
Kredit bermasalah adalah terdapatnya tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari. Selanjutnya Surat Edaran Bank Indonesia tersebut memberi
penggolongan kualitas kredit kedalam 5 lima katagori yaitu:
16
S. Mantayborbir, et al, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Medan: Pustaka Bangsa, 2002, hal.23
Universitas Sumatera Utara
1. Kredit lancar yaitu:
a. pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada
tunggakan serta sesuai dengan persyaratatan kredit. b.
hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat
c. dukumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat
2. Kredit dalam perhatian khusus yaitu:
a. terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga sampai 90 hari
b. jarang mengalami cerukan
c. hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan
informasi keuangan secara teratur dan akurat. d.
Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat e.
Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil 3.
Kredit kurang lancar yaitu: a.
terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari
b. terdapat cerukan yang berulangkali khususnya untuk menutupi kerugian
operasional dan kerugian arus kas c.
hubungan debitur dengan bank dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya
d. dokumen kredit kurang lengkap dan pengikat agunan yang lemah
e. pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit
f. perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan
Universitas Sumatera Utara
4. Kredit diragukan yaitu:
a. terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah
melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari b.
terdapat cerukan yang permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasioanal dan kekurangan arus kas
c. hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi
keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya d.
dokumen kredit tidak lengkap dan pengikat agunan yang lemah e.
pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok kredit dalam perjanjian kredit
5. Kredit bermasalah yaitu;
a. terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah
melampaui 270 hari b.
dokumen kredit dan atau pengikat agunan tidak ada. 3.
Perum pegadaian Perusahaan Umum Pegadaian adalah suau badan usaha di Indonesia yang
secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum
gadai.
17
Pegadaian sebagai lembaga yang tugasnya memberi pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Pegadaian diharapkan akan lebih mampu
mengelola usahanya meningkatkan efektivitas dan produktifitasnya, dengan lebih
17
http:hendrakholid.netblog20090518pegadaian-syariah-makalah. Diakses tanggal 27 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
profesional, business oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan misinya, yaitu penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat
golongan ekonomi lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan hemat, sesuai dengan motonya ‘Mengatasi Masalah Tanpa Masalah’.
18
Pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang berharga. Meminjam uang ke Pegadaian bukan saja prosedurnya mudah dan cepat, tetapi
biaya yang dibebankan juga lebih ringan apabila dibandingkan dengan para pelepas uang. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah satu tujuan dari Pegadaian
dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat dengan motto ‘Mengatasi Masalah Tanpa Masalah’
Hal ini berbeda apabila meminjam di bank, yang membutuhkan prosedur yang rumit dan waktu yang relatif lebih lama. Persyaratan administrasi juga sulit
dipenuhi, seperti dokumen harus lengkap dan jaminan diberikan harus berupa barang tertentu, karena tidak semua barang dapat dijadikan jaminan di bank
Pihak gadai juga tidak mempermasalahkan untuk apa uang pinjaman digunakan, dan hal ini tentu bertolak belakang dengan pihak perbankan, yang
harus dibuat serinci mungkin tentang penggunaan uangnya. Sanksi yang diberikan juga relatif ringan, karena apabila tidak dapat melunasi dalam waktu tertentu,
barang jaminan akan dilelang untuk menutupi kekurangan pinjaman yang telah diperolehnya.
19
18
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 2, Cetakan 2, Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta: 2001, hal. 501-502
19
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 6, Cetakan 6, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2002, hlm. 249.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian mengenai Penjualan Jaminan Fidusia Sebagai Langkah Penyelesaian Kredit bermasalah di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun
merupakan suatu penelitian hukum empiris yuridis-empiris, yang menitik beratkan pada penelitian lapangan studi lapangan guna mendapatkan data
primer. Dan untuk menunjangnya dilakukan penelitian kepustakaan studi literatur untuk memperoleh data sekunder. Laporan hasil penelitian ini bersifat
deskriptif analitis, artinya laporannya menggambarkan mendeskripsikan fakta- fakta empiris di lapangan dengan menggunakan analisa normatif sehingga fakta-
fakta tersebut mempunyai makna dan kaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara rinci dan
sistematis tentang permasalahan empiris di lapangan dan akhirnya didapatkan solusi hukum berdasarkan data yang diperoleh.
2. Jenis Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 2 dua jenis penelitian berupa: 1.
Penelitian Kepustakaan studi literatur Penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia
yang berasal dari:
a.
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang
20
1 Kitab Undang-undang Hukum KUH Perdata.
yang meliputi:
20
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1988, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
2 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
3 Akta Perjanjian Kredit dan yang berlaku di Perum Pegadaian
Cabang Simpang Limun 4
Memorandum-memorandum tentang jaminan kredit yang berlaku di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun
b.
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang meliputi :
1 Literatur yang membahas mengenai masalah pegadaian.
2 Literatur yang membahas mengenai hukum perjanjian.
3 Literatur yang membahas mengenai hukum jaminan.
c.
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti
kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.
d.
Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan ini adalah studi
dokumen atas bahan-bahan hukum tersebut. 2.
Penelitian Lapangan Studi Lapangan Penelitian lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya.
a.
Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun
b.
Subyek penelitian
Universitas Sumatera Utara
Subyek penelitian adalah Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun sebagai kreditur pemberi kredit
c.
Alat dan cara pengumpulan data Alat pengumpulan data dalam penelitian lapangan ini adalah pedoman
wawancara, dalam hal ini pedoman wawancara tidak terstruktur, yang hanya memuat garis besar tentang hal yang akan ditanyakan,
selanjutnya dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan teknik wawancara bebas guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Cara
pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara. 3.
Jalannya Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur atau langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Tahap persiapan, yaitu tahap pra penelitian dengan terlebih dahulu melakukan perumusan masalah yang akan diteliti, selanjutnya
dibuatkan dalam bentuk kerangka penelitian untuk mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing. Setelah kerangka penelitian
disetujui peneliti menyusun pedoman wawancara.
b.
Tahap pelaksanaan, yaitu tahap pengerjaan penelitian itu sendiri. Tahap ini dilaksanakan dengan dua langkah yaitu penelitian
kepustakaan studi literatur yang ditujukan untuk menelusuri bahan- bahan pustaka yang relevan untuk diangkat dalam kerangka teoritis;
dan pelaksanaan penelitian di lapangan untuk melakukan pengumpulan data primer dari nara sumber.
Universitas Sumatera Utara
c.
Tahap penyelesaian, yaitu tahap pengolahan analisis data yang dilanjutkan dengan penyusunan draft skripsi untuk dikonsultasikan dan
mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing. Setelah
mendapatkan persetujuan pembimbing, finalisasinya adalah pelaksanaan presentasi di hadapan komisi dosen penguji untuk
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 4.
Analisa Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
21
Langkah selanjutnya, dari data primer dan data sekunder yang telah disusun dan ditetapkan sebagai sumber dalam penyusunan skripsi ini kemudian
dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Seluruh data primer dan
sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan dan pustaka diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan
analisis.
Analisa kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan
kebenarannya kemudian dihubungan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan. Sedangkan metode
deskriptif yaitu metode analisis dengan memilih data yang menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan.
22
21
Lexy. J. Maleong, Metode Kualitatif, Remaja Rodaskarya, Bandung 1990, hal. 103.
22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : Bab ini akan membahas tentang fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan kebendaan, yang isinya antara lain
memuat pengertian jaminan fidusia, ruang lingkup dan objek jaminan fidusia, sifat jaminan fidusia, dan pembebanan jaminan
fidusia BAB III : Bab ini akan membahas tentang tinjauan yuridis tentang kredit
bermasalah, yang memuat tentang dasar hukum pengertian kredit bermasalah, unsur-unsur yang disebut kredit bermasalah, kredit
bermasalah dalam perspektif KUH Perdata, dan faktor-faktor penyebab kredit bermasalah
BAB IV : Bab ini akan membahas tentang penjualan di bawah tangan jaminan
fidusia dalam penyelesaian kredit bermasalah di Perum Pegadaian Cabang Cab Simpang Limun, yang isinya memuat antara lain
tentang Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun, Proses penjualan di bawah
tangan jaminan fidusia untuk penyelesaian kredit bermasalah di Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun, dan Penyelesaian Kredit
Universitas Sumatera Utara
bermasalah dalam praktik jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun.
BAB V : Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab kesimpulan dan
saran yang berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK