BAB III TINJAUAN YURIDIS TENTANG KREDIT BERMASALAH
A. Pengertian Kredit bermasalah
Pemberian suatu fasilitas kredit mengandung risiko kemacetan. Akibatnya, kredit tidak dapat ditagih, sehingga menimbulkan kerugnian. Sebaik apapun
analisis kredit yang dilakukan dalam mempertimbangkan permohonan kredit, kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dan bermasalah tetap ada.
Kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai
pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan dan sebagainya.
36
Menurut S. Mantayborbir, et al, suatu kredit dikatakan bermasalah karena debitur wanprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibanya sesuai
dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun utang pokok.
37
Subarjo Joyosumarto mengemukakan: Kredit bermasalah adalah yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 masa
angsuran ditambah 21 bulan, atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada
36
As. Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal. 2
37
S. Mantayborbir, et al, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Medan: Pustaka Bangsa, 2002, hal.23
Universitas Sumatera Utara
pengadilan atau Badan Urusan Piutang Lelang Negara atau telah diajukan ganti rugi kepada perusahaan angsuransi kredit.
38
B. Unsur-unsur yang disebut kredit bermasalah
Suatu kredit dikatakan bermasalah sejak tidak ditepatinya atau tidak dipenuhinya ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit, yaitu apabila
debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar angsuran dan bunganya.
39
a. Sebelum jatuh tempo, rekening tidak menunjukkan mutasi debet dan
kredit. Adapun tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
b. Kredit mengalami overdraft secara terus menerus.
c. Adanya tanda-tanda bahwa debitur tidak sanggup lagi membayar bunga
atas kredit yang diberikan pihak kreditur.
40
Suatu kredit dikatakan bermasalah dengan klasifikasi antara lain tergolong sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit bermasalah.
41
Istilah kredit bermasalah telah digunakan perbankan Indonesia sebagai terjemahan
Problem Loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional.
42
Agar dapat menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah harus didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibiltas adalah keadaan
38
Subarjo Joyosumarno, Upaya-upaya Kreditur Indonesia dan Perbankan dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah, Majalah Pengembangan Perbankan, edisi No.47, 1994, hal.13
39
Peraturan Kreditur Indonesia No. 215PBI2000 tentang Restrukturisasi Kredit, Pasal 9
40
Machmoedin A.S, 100 Penyebab Kredit bermasalah, Jakarta: Sinar Harapan, 1995.
41
Peraturan Kreditur Indonesia, Op. cit, Pasal 9.
42
Machmoedin A.S, Op. cit
Universitas Sumatera Utara
pembayaran pokok atau angsauran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut.
43
Suatu kredit akan dikatakan bermasalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
44
a. Tidak memenuhi kriteria lancar kurang lancar dan diragukan.
b. Memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak
digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit.
c. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negeri
atau badan urusan piutang negara atau diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
C. Kredit bermasalah dalam perspektif KUH Perdata
Semua subjek hukum baik manusia atau badan hukum dapat membuat suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang
mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian tersebut sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata.
Di dalam perjanjian selalu ada dua subjek, yaitu pihak yang berkewajiban melakukan suatu prestasi dan pihak yang berhak atas suatu prestasi. Di dalam
pemenuhan suatu prestasi atas perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak tidak jarang pula debitur nasabah lali melaksanakan kewajibannya atau tidak
melaksanakan suatu prestasi, hal inilah yang disebut keadaan wanprestasi.
43
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 355.
44
Ibid, hal. 258.
Universitas Sumatera Utara
Perkataan ”wanprestasi” berasal dari Bahasa Belanda yang berarti: ”prestasi yang buruk” dan bila dibandingkan dengan perkataan Wanbeheer yang
berarti pengurusan yang buruk, demikikan juga dengan perkataan ”Wanddad”, yang berarti perbuatan buruk.
45
Pengertian mengenai wanprestasi belum mendapat keseragaman, masih terdapat bermacam-macam istilah yang dipakai untuk wanprestasi, sehingga tidak
terdapat kata sepakat untuk menetukan istilah mana yang hendak dipergunakan. Istilah mengenai wa ini terdapat beberapa istilah, yaitu: ingkar janji, cidera janji,
melanggar janji, dan lain sebagainya. Dengan adanya bermacam-macam istilah mengenai wanprestasi ini, telah
menimbulkan kesimpangsiuran dengan maksud aslinya, yaitu wanprestasi. Ada beberapa sarjana yang tetap menggunakan istilah ”wanprestasi” dan memberi
pendapat tentang pengertian mengenai wanprestasi tersebut. Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa wanprestasi adalah ketiadaan
suatu prestasi di dalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam bahasa ind dapat
dipakai istilah ”pelaksanaan perjanjian untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanan janji untuk wanprestasi”.
46
Subekti mengemukakan bahwa ”wanprestasi” itu adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa empat macam, yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya
45
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. Ke-II, Pembimbing Masa, Jakarta, 1970, hal. 50.
46
Wiarjono Prodjodikoro, Asas-asa Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1974, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
yang diperjanjikan 3.
Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat 4.
Melakukan sesuatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan.
47
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa apabila debitur ”karena kesalahannya” tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur itu
wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena
salahnya.
48
Dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui maksud wanprestasi itu, yaitu pengertian yang mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan melakukan
wanprestasi bilaman: ”tidak memberikan prestasi sama sekali, terlambat memberikan prestasi, melakukan prestasi tidak menurut ketentuan yang telah
ditetapkan dalam perjanjian”.
49
Wanprestasi ini memiliki akibat yang sangat penting, oleh karena itu harus diketahui terlebih dahulu apakah benar di antara pihak yang melakukan perjanjian
itu ada melakukan cidera janji atau tidak. Adapun jenis-jenis atau bentuk dari wanprestasi adalah sebagai berikut:
1. Debitur tidak memenuhi perikatan atau sama sekali tidak melaksanakan
prestasi 2.
Debitur terlambat memenuhi prestasi atau perikatan
47
R. Subekti, II, Op. cit, hal. 50.
48
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. Ke-IV, Pembimbing Masa, Jakarta, 1979, hal. 59.
49
Achmad Ichsan, Hukum Perdata, Pembimbing Masa, Jakarta, 1969, hal. 38.
Universitas Sumatera Utara
3. Debitur melaksanakan prestasi tetapi tidak baik, atau debitur keliru atau
tidak pantas dalam memenuhi perikatan. Seseorang debitur dapat dikatakan telah melakukan telah melakukan
wanprestasi dalam memenuhi prestasi atau kewajibannya adalah jika: 1.
Pembayaran angsuran terlambat dari yang ditentukan dalam perjanjian kredit
2. Pembayaran bunga terlambat dari yang ditentukan dalam perjanjian kredit
3. Pembayaran angsuran dan bunga terlambat dari yang telah ditentukan
dalam perjanjian kredit.
D. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah
Sebagian pemberi pinjaman termasuk kreditur umum, mengatakan bahwa banyak peminjam yang mempunyai sedikit sifat maling dalam hati kecilnya.
Tetapi kelihatannya alasan utama adanya kredit bermasalah dan kemungkinan kerugian adalah ketidakmampuan peminjam untuk mewujudkan pendapatan dari
kegiatan bisnis yang normal, kesempatan kerja, atau penjualan hartanya.
50
Sejumlah pinjaman yang diberikan untuk tujuan pembiayaan bisnis dan keperluan pertanian dapat berkembang menjadi pinjaman bermasalah dan
kerugian karena berbagai faktor. Walaupun beberapa penyebabnya mungkin timbul di luar dunia usaha, dan beberapa analis telah berusaha untuk menjelaskan
kegagalan dunia usaha dalam bentuk penyebab intern dan ekstern, sebagian besar kesalahan dapat ditimpakan pada manajemen. Manajemen sebuah perusahaan
50
Rachmadi Usman, Op. Cit, hal. 304-305.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tanggung jawab yang besar, yang meliputi pemilihan sasaran dan jenis organisasi untuk menjalankannya, pemilihan kebijaksanaan yang akan
dijalankan sehingga memberikan hasil yang wajar pada pemilik perusahaan, pengendalian atas proses produksi barang dan jasa yang dapat dijual, serta
melakukan penyesuaian atas kebijaksanaan dan prosedur yang ada untuk menjamin kelangsungan operasional yang berhasil.
51
Banyak yang menjadi alasan terjadinya kerugian pinjaman, dan semua alasan yang ada bisa saja tidak berlaku untuk semua perusahaan. Sebagian pejabat
kredit mengatakan bahwa penyebab yang paling utama adalah manajemen yang buruk.
Jika tanggung jawab ini tidak dipenuhi, kemampuan untuk menghasilkan pendapatan akan menurun,
akibatnya kemampuan untuk membayar kembali pinjaman kreditur juga akan semakin berkurang.
52
Faktor penting lainnya adalah yang dinamakan dengan kondisi ekonomi yang buruk,selain itu digabungkan dengan ketergantungan yang terlalu besar pada
pinjaman.
53
Kecurangan juga merupakan penyebab utama kerugian pinjaman. Walaupun faktor tersebut juga mungkin saja dihadapi jika hubungan antara
kreditur dan peminjam mengalami ketegangan dan adanya kemunduran kerja sama antara peminjam dan pihak kreditur yang bersangkutan. Hal ini mungkin
terjadi jika likuidasi perusahaan harus dilakukan.
54
51
Kreditur BUMN Seperti Keong, http:www.majalahtrust.comsubscribe.html. diakses terakhir tanggal 02 Februari 2011.
52
Ibid
53
Eko B. Supriyanto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua, Jakarta: InfoKreditur Publishing, 2007, hal.11.
54
Kredit UKM Tidak Dihapusbukukan Total, http:KREDIT UKM TIDAK DIHAPUSBUKUKAN TOTAL.html. diakses terakhir tanggal 02 Februari 2011.
Universitas Sumatera Utara
Kredit bermasalah atau kredit bermasalah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni adanya faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah yaitu: 1.
Kebijakan prekreditan yang ekspansif 2.
Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan 3.
Itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai kreditur 4.
Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem informasi kredit bermasalah.
55
Sedangka faktor eksternal penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah: 1.
Kegagalan usaha debitur 2.
Musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan usaha debitur 3.
Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur 4.
Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.
56
Ada 100 faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, dimana menurut Mahmoeddin A.S, faktor-faktor tersebut antara lain
57
1. Kreditur memiliki kemampuan teknis yang kurang.
:
Kreditur sangat memerlukan tenaga ahli konsultan untuk melakukan penilaian atau analisis sebelum memberikan kredit kepada perusahaan atau
proyek yang melakukan usaha high technology seperti misalnyaindustri komputer, otomotif, dan industri baja. Secara teknis sudah dapat
dipastikan pengetahuan kreditur jauh ketinggalan, oleh sebab itu
55
Sumber: Data dari PT. Kreditur Mandiri RCR 1 Medan, tanggal 02 Februari 2011, hal. 3.
56
Ibid
57
Mahmoeddin. 100 Penyebab Kredit bermasalah, Jakarta : Sinar Harapan,1995.
Universitas Sumatera Utara
diperlukan tenaga ahli untuk melakukan penilaian terhadap prospek kerja usaha tersebut agar pihak kreditur tidak dibohongi secara mentah-mentah
oleh nasabahnya. Semakin canggih usaha nasabah, maka semakin telitilah kreditur dalam
melakukan analisisnya. Jika nasabah memiliki usaha sederhana, maka kreditur tentu lebih mudah memahami dan mempelajari lika-liku bisnis
nasabah tersebut. Sebaliknya jika bisnis tersebut kompleks maka sering para kreditur tertinggal jauh pengetahuannya dibandingkan para
nasabahnya. Hal demikian dapat menyulitkan pihak kreditur dalam menganalisis dan memberikan keputusannya
2. Kreditur terlalu mengejar target.
Kreditur sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, mempunyai prinsip prositability. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh maka semakin besar pula kreditur tersebut di mata para pemilik saham dan para karyawannya. Banyaknya dana yang mengendap dalam
bentuk kas, akan merupakan dana yang harus dibayar sewanya, apakah itu menganggur atau tidak. Dari segi keuntungan, dana yang menganggur
dapat merugikan, atau mengurangi keuntungan kreditur. Kreditur yang mempunyai target mengejar keuntungan tidak akan mengambil resiko
dengan membiarkan dana yang banyak mengendap. Untuk mencegah ini, sebaiknya para kreditur jangan terlalu mengutamakan target tersebut dan
menomorduakan analisis yang tajam atas permohonan kredit para nasabah.
Universitas Sumatera Utara
3. Kreditur terlalu melihat riwayat nasabah.
Memang benar bahwa riwayat pinjaman seorang nasabah kreditur merupakan faktor penting dalam penilaian karakternya. Tetapi tidak jarang
bahwa suatu waktu seseorang tersebut karakternya tidak teruji pada masa- masa sulit, dan tidak jarang pengusaha akan maju usahanya, jika ia
berusaha dalam skala kecil, namun begitu usahanya membesar ia menjadi merasa bahwa ia tidak mampu mengelolanya.
4.
Kreditur terlalu melihat agunan atau terlampau mementingkan jaminan.
Kreditur adalah lembaga keuangan yang memberikan kredit kepada nasabahnya, bukan rumah gadai yang memberikan kredit berdasarkan
cukup atau tidaknya nilai transaksi dari barang agunan yang dijaminkan nasabahnya. Sebenarnya, hampir tidak ada hubungan sama sekali antara
kredit dengan jaminan, kalau dimulai dari jaminan. Tetapi sebaliknya, jika analisis telah dilakukan secara cermat, paling akhir baru dibicarakan
pemasalahan jaminan sekedar benteng pengaman dari kredit atau dengan motif berjaga-jaga. Tugas para analisis kredit adalah menghitung dengan
cermat, berapa kebutuhan kredit dari nasabah. Bukan sebaliknya, dengan nilai sejumlah agunan tertentu, berapa nasabah diperbolehkan menikmati
kredit. Jika permasalahan ini dilakukan secara terbalik, maka pemberian kredit sama sekali mengabaikan cash buget, atau tidak memperhitungkan
Repayment capacity dari nasabah.
Universitas Sumatera Utara
5. Kreditur terlalu besar memberikan kredit.
Pemberian kredit yang berlebihan dapat menyebabkan nasabah menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang yang tidak yang
kurang bermanfaat atau tidak produktif bagi perusahaannya. Selain itu alternatif lain yang akan dilakukan nasabah yang kelebihan kredit yaitu
menabungnya di kreditur lain, yang tentu saja memperoleh bunga yang lebih kecil dari bunga yang harus dibayarnya kepada kreditur pemberi
kredit, atau bisa saja nasabah tersebut menanamkan kelebihan kredit uang dengan membeli barang tetap yang tingkat likuiditasnya rendah, sehingga
tidak mungkin mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya
pemberian kredit yang berlebihan atau yang disebut juga dengan istilah over lending over creditering antara lain karena adanya kelalaian petugas
dalam kreditur dalam menganalisis, atau adanya unsur kesengajaan atau pun dengan adanya kerja sama antara petugas pihak kreditur dengan
nasabahnya 6.
Kreditur terlalu sedikit memberikan kredit. Jika perusahaan dapat dan mampu beroperasi secara optimum maka
perusahaan tersebut juga akan dapat memperoleh laba yang maksimum. Produksi pada operasi yang optimum diperoleh jika modal kerja yang
digunakan sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari, kita dapat melihat bahwa setiap perusahaan
umumnya memiliki hutang piutang dengan sesama relasi atau mitra
Universitas Sumatera Utara
usahanya. Dengan demikian jika kredit yang diberikan tidak mencukupi maka bukan tidak mungkin kredit nasabah tersebut akan disedot atau
diminta oleh mitra usahanya tersebut, sehingga mengakibatkan ia kehabisan dana untuk menggerakkan aktivitas usahanya, dampaknya akan
terlihat saat pada ketidakmampuannya dalam memenuhi prestasinya kepada pihak kreditur yang memberikan kredit tersebut
7. Nasabah melarikan diri
Hal ini merupakan kasus yang ekstrim. Dalam kasus ini, nasabah langsung meninggalkan alamat tempat tinggal keberadaannya secara formal,
sesudah memperoleh kredit. Bahkan, nasabah bisa saja menghilang dari kota atau negara tempat ia memperoleh kredit. Tujuannya agar pihak
kreditur tidak dapat atau pun kesulitan melacak nasabah tersebut. 8.
Nasabah memalsukan catatan dan pembukuan Pemalsuan catatan dan pembukuan, baik itu pada saat pengajuan kredit
maupun pada selama kredit berjalan, dapat menyebabkan terjadinya kasus kredit yang boleh dikatakan mendekati fiktif dimana kreditur terjebak
dalam kasus penipuan. Catatan dan pembukuan nasabah merupakan sumber utama dalam menganalisis perjalanan bisnis nasabah. Adapun isi
dari catatan tersebut adalah menerangkan mengenai prospek perusahaan dan keadaan usaha nasabah yang bersangkutan. Jika catatan tersebut palsu
maka si pembaca yaitu pihak kreditur akan dibohongi oleh nasabah. Cepat atau lambat catatan ini akan bermuara pada ketidak beresan kredit
nantinya.
Universitas Sumatera Utara
9. Perusahaan nasabah sulit berkembang
Kreditur memberikan kredit kepada perusahaan yang sulit berkembang. Ukuran suatu kreditur dikatakan sulit berkembang dapat dilihat pada
laporan keuangan dimana angka-angka dari tahun ke tahun menunjukkan grafik yang datar, bahkan bisa menurun. Terutama dapat dilihat pada laba
perusahaan yang hampir sama setiap tahun Usaha untuk menangkal hal ini, kreditur harus mendidik nasabah berbisnis dengan baik dan tepat. Jika
perlu mendidik mereka melakukan pencacatan berdasarkan kebiasaan yang berlaku.
10. Nasabah dan kreditur melakukan kolusi
Nasabah dan kreditur harus melakukan kerjasama yang baik dalam arti positif. Hal ini adalah demi kelancaran usaha nasabah, demi kelancaran
pengembalian kredit, demi keberhasilan usaha perbankan dan akhirnya demi kesuksesan para krediturir dalam membina nasabah dan krediturnya
sendiri. Jika kerjasama antara krediturir dan nasabah dilakukan secara negatif, maka hal ini disebut kolusi atau persekongkolan. Dimana yang
paling dirugikan adalah kreditur sebagai perusahaan, dan yang memperoleh keuntungan adalah nasabah dan krediturir secara pribadi
Apabila dilihat dari segi pelaku kredit, maka faktor-faktor kredit bermasalah dari nasabah adalah:
1.
Kelemahan nasabah a.
Manajemen kurang kurang menguasai manajemen kredit.
Universitas Sumatera Utara
b. Tidak memiliki perencanaan yang baik
c. Produk ketinggalan jaman
d. Kalah bersaing
e. Lokasi usaha yang tidak tepat
f. Adminitrasi yang kacau
2.
Kenakalan nasabah a.
Tidak jujur dan sukar ingkar janji
b. Melakukan penyimpangan penggunaan
c. Pola hidup yang boros atau mewah
d. Suka berbuat skandal
e. Suka berjudi dan berspekulasi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENJUALAN DI BAWAH TANGAN JAMINAN FIDUSIA DALAM