PENJUALAN DI BAWAH TANGAN JAMINAN FIDUSIA DALAM

BAB IV PENJUALAN DI BAWAH TANGAN JAMINAN FIDUSIA DALAM

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DI PERUM PEGADAIAN CABANG CAB SIMPANG LIMUN A. Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun Kredit dengan jaminan Fidusia cukup diminati oleh nasabah atau Debitur pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun. Baik itu objek jaminan Fidusia yang yang dijadikan jaminan pokok, maupun yang menjadi jaminan pelengkap dari jaminan pokoknya. Proses pemberian kredit dengan jaminan Fidusia pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun dimulai dengan membuat surat pernyataan kepada notaris Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun dengan maksud untuk melakukan pengikatan atas fasilitas kredit dengan jaminan Fidusia. Sesuai Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa Pemberian Jaminan Fidusia sebagai jaminan dalam kredit merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Artinya bahwa pemberian jaminan Fidusia dituangkan di dalam perjanjian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang berkaitan dengan utang-piutang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu pihak yang berkedudukan sebagai Pejabat Kredit Lini PKL yaitu pihak yang langsung berhubungan dan menangani kredit pada Kreditur Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun, menjelaskan bahwa mengenai Prosedur pemberian kredit dengan Universitas Sumatera Utara jaminan Fidusia diawali dengan tahap pemberian kredit melalui perjanjian kredit antara Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun dengan calon nasabah atau Debitur. Dalam hal ini, Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun memiliki kebijakan atau peraturan tersendiri menyangkut pemberian kredit. Pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun, terdapat dua jenis kredit berkaitan dengan penggunaannya yaitu: 1. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai kontribusi dari usahanya yang peruntukannya dapat berupa kredit sebagai modal kerja yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha-usahanya termasuk guna menutupi biaya produksi untuk meningkatkan produksi atau penjualan pada usaha tersebut, atau dapat berupa kredit investasi yang diberikan untuk pengadaan modal atau jasa untuk menghasilkan suatu barang atau jasa dalam usaha tersebut. 2. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun kepada orang perorangan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya. Dari 2 bentuk kredit di tersebut, kredit yang kebanyakan di perjanjikan antara pihak nasabah sebagai Debitur adalah Kredit produktif, atau yang disebut dengan kredit usaha, dimana, kredit yang diberikan adalah berkaitan dengan usaha pengembangan seseorang. Universitas Sumatera Utara Pemberian kredit terdiri dari beberapa Tahap mulai dari tahap permohonan sampai pada kredit dibayar lunas. Tahap-tahap pemberian kredit pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun, antara lain: 1. Calon Debitur mengajukan permohonan kredit kepada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun 2. Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun akan melakukan pemeriksaan dan menganalisa permohonan kredit dari calon debitur tersebut 3. Pemberian Putusan kredit oleh pejabat Pemutus 4. Adanya Pembayaran realisasi 5. Pengawasan Kredit dan pembinaan nasabah oleh Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun. Ad. 1 mengajukan permohonan kredit kepada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun Nasabah yang membutuhkan Kredit pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun harus terlebih dahulu mengajukan suatu permohonan yang mana permohonan tersebut diajukan oleh nasabah dalam bentuk tertulis, dari calon debitur harus menyebutkan tujuan penggunaan dana kredit tersebut dan besarnya kredit yang diperlukan. Permohonan kredit mencakup: 1. Permohonan baru guna mendapatkan suatu jenis kredit 2. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan 3. Permohonan memperpanjang masa kredit yang telah berakhir jangka waktunya Universitas Sumatera Utara 4. Permohonan-permohonan lainnya, untuk penukaran jaminan, perubahan pengunduran jadwal angsuran kredit dan lain sebagainya Setiap permohonan kredit dari calon Debitur Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun juga terdiri atas: 1. Surat permohonan yang dibuat calon debitur tersebut dan harus ditandatangani 2. Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun menyediakan blangko dan calon debitur ini harus mengisinya dengan lengkap 3. Surat bukti dari calon debitur misalnya KTP, Sertifikat bukti jaminan. Akta notaris yang disahkan oleh Pengadilan Negeri dan surat-surat lain yang diperlukan. Surat domisili dari calon debitur juga dibutuhkan untuk dapat dipergunakan oleh Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun untuk meninjau tempat tinggal pemohon Surat bukti pemilikan jaminan diperlukan sebagai lampiran permohonan kredit dari debitur guna menghindarkan diri debitur guna menghindari risiko akan kemungkinan apa yang dijaminkan ternyata adalah fiktif. Untuk badan usaha yang mengajukan kredit maka pihak Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun akan melakukan analisa terlebih dahulu, antara lain: 1. calon Debitur harus memiliki usaha dan usaha tersebut haruslah memiliki izin usaha, seperti Tanda Daftar Perusahaan TDP, surat Izin Usaha SIU, dan izin usaha lainnya 2. usaha tersebut telah berjalan selama paling sedikit 2 dua tahun Universitas Sumatera Utara 3. usaha tersebut bukan usaha yang dilarang atau yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah, misalnya usaha-usaha yang dapat mengganggu ketertiban umum dan kesusilaan, karena apabila kreditur membiyai usaha seperti ini, pada akhirnya akan berpotensi untuk menjadi kredit bermasalah dan berakibat kerugian bagi pihak-pihak yang bersangkutan. 4. calon Debitur dan usahanya tidak pernah tercatat dalam buku Hitam Pegadaian Apabila syarat permohonan kredit telah dipenuhi seluruhnya maka si calon debitur dapat mengisi daftar isian permohonan kredit Ad. 2. Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun akan melakukan pemeriksaan dan menganalisa permohonan kredit dari calon debitur tersebut. Seperti kreditur pada umumnya, dalam hal pemberian kredit, pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun ini juga menerapkan atau menggunakan analisis penilaian yang biasa dikenal dengan The Five C’S of Credit” seperti yang telah di bahas pada bab sebelumnya, yang terdiri atas: 1. penilaian watak character menyangkut penilaian terhadap pribadi calon Debitur, berkenaan dengan sifat-sifat dan itikad baik seperti kejujuran, integritas yang dimiliki oleh calon Debitur dalam menjalani usahanya, serta tanggung jawab yang ia miliki dalam hal memenuhi kewajibannya. Penilaian ini dilakukan melalui pengamatan langsung atau diperoleh dari informasi teman usaha calon debitur, tetangga calon debitur atau dari orang-orang lain yang dekat dengan debitur 2. penilaian kemampuan capacity, yang menyangkut mengenai pengalaman calon Debitur dalam menangani usahanya yang nantinya akan Universitas Sumatera Utara mempengaruhi peluang usahanya, kemampuan calon debitur dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan terknologi, kemampuan usaha dari Debitur dalam menghasilkan hasil produksi yang berkualitas yang dapat mempengaruhi daya beli orang lain terhadap hasil produksi tersebut, kemampuan usaha dari Debitur tersebut yang mempengaruhi kemampuan Debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit, laba rugi usaha yang hasil penilaian dari kesemuanya itu memungkinkan Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun untuk memberikan kredit kepada calon Debitur yang bersangkutan 3. penilaian terhadap kekayaan dan modal Capital, berkaitan dengan penilaian yang diklakukan oleh Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun terhadap jumlah modal calon debitur yang telah tersedia, yang juga menentukan besar kecilnya kredit yang dapat diberikan sebagai tambahan modal, mengenai bagaimana rencana pendistribusian modal atau alokasi dari modal tersebu akan ditempatkan oleh calon debitur, atau penggunaan modal tersebut, apakah tepat guna atau tidak. 4. penilaian terhadap jaminan Collateral, merupakan penilaian terhadap jaminan sebagai sarana pengaman yang mendukung persetujuan pemberian kredit untuk mengantisipasi akan adanaya risiko yang mungkin terjadi, yang berupa perbuatan “wanprestasi” oleh nasabah Debitur di kemudian hari, misalnya terjadi kredit bermasalah. Dimana, Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya. Penilaian terhadap jaminan ini juga disesuaikan dengan usaha Universitas Sumatera Utara yang dihargai dengan jumlah kredit yang dibutuhkan. Dengan adanya jaminan, Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun akan mendapat kepastian bahwa kredit yang diberikan tersebut akan kembali pada saat yang telah ditentukan, 5. penilaian terhadap prospek usaha nasabah Debitur Condition of Economy, menyangkut penilaian terhadap kondisi ekonomi secara umum dan konddisi sektor usaha calon Debitur pemohon kredit. Penilaian terhadap kesemua hal di atas dilakukan oleh pihak Marketing pemasaran atau yang di kenal dengan Pejabat Kredit Lini PKL pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun guna untuk mengetahui kondisi semua hal menyangkut calon Debiturnya serta sebagai pertimbangan diberikannya kredit atau dikabulkannya permononan kredit yang diajukan oleh pihak kreditur. Ad. 3. Pemberian Putusan kredit oleh pejabat Pemutus Dari Pejabat Kredit Lini PKL, hasil analisis dan penilaian terhadap segala hal menyangkut calon Debitur pemohon kredit, di serahkan kepada Pejabat Pemutus dalam hal ini Pemimpin Cabang Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun yang bersangkutan untuk kembali dipertimbangkan. Apabila memenuhi kriteria untuk menerima kredit, maka Pejabat Pemutus akan memberikan Putusan sebagai persetujuan secara tertulis, bahwa kreditur yang dalam hal ini Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun bersedia untuk memberikan kredit kepada calon Debitur yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Setelah diputus atau dikeluarkan persetujuan dari Pejabat Pemutus, maka pihak Kreditur yaitu pihak Administrasi kredit pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun akan membuat syarat-syarat kredit yang akan dituangkan dalam perjanjian kredit yang dilengkapi keterangan mengenai Calon Debitur berkaitan dengan pemohon kreditnya untuk dapat diserahkan kepada Pejabat Notaris, sehingga dapat dibuat akta kreditnya. Ad. 4. Tahap pembayaran Realisasi Dengan telah dibuatnya perjanjian kredit yang mengikat debitur dengan pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun, maka pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun dapat menyediakan fasilitas kredit sesuai yang diperjanjikan kepada pihak debitur. Dan dengan demikian selanjutnya bahwa debitur juga harus memenuhi kewajibannya dengan melunasi utang-utangnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan . Pembayaran atau realisasi kredit ini dapat dilakukan dengan pembayaran atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya, alat pencairan kredit seperti cek, kuitansi, nota pemindahbukuan dan dokumen lainnya menjadi alat bukti pembukuan. Ad.5 Pengawasan dan Pembinaan Kreditur Dalam pelepasan kredit selalu mengandung resiko, debitur bergantung pada kreditur setelah terjadi realisasi kredit maka debitur tidak dapat berpangku tangan untuk melepaskan sepenuhnya tanggung jawab pada pemakai kredit, tetapi debitur harus mengadakan pengawasan dan pembinaan atas penggunaan kredit tersebut agar tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sampai dengan dilunasinya kredit tersebut. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Putusan persetujuan secara tertulis oleh Pejabat Pemutus, dengan telah dikeluarkannya perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok oleh notaris, sesuai dengan sifatnya sebagai perjajian ikutan, maka mengenai jaminan Fidusia harus terlebih dahulu dituangkan di dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian pembebanan objek dengan jaminan Fidusia, yang dibuat melalui AKTA Notaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya, dilakukan pula pendaftaran objek jaminan Fidusia, sama halnya yang diatur pada Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang tegas memuat bahwa Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan, yang dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dan berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman. Dalam hal pendaftaran jaminan Fidusia ini, Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun telah cukup menerapkan Pasal-Pasal yang diatur dalam Undang- Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Namun meskipun demikian berdasarkan wawancara penulis dengan Pihak yang merupakan salah satu pegawai pada Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun, masih ada terdapat beberapa pihak yang mengadakan perjanjian dengan jaminan kredit di bawah tangan yang jaminan Fidusianya tidak didaftarkan ke kantor pendaftaran jaminan. Dikarenakan bahwa tidak semua calon nasabah yang mengajukan kredit merupakan orang yang mampu secara finansial dengan kata lain termasuk masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah dan hal ini juga sering terjadi pada permohonan kredit yang jumlahnya kecil. Tidak didaftarkannya Jaminan Fidusia terjadi disebabkan oleh bahwa dalam pembuatan akta guna pendaftaran Jaminan Fidusia memakan biaya Universitas Sumatera Utara yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang lama. yang berarti bahwa hak- hak kedua belah pihak tidak dilindungi secara pasti oleh hukum. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak jika suatu waktu terjadi permasalahan dalam perjanjian kredit tersebut. Namun apabila terdapat hal yang demikian pun pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun tetap berusaha untuk mengambil langkah antisipasi mendaftarkan terlebih dahulu jaminan Fidusia yang dijaminkan dalam perjanjian kredit sebelum dijadikan sebagai jaminan yang sah dengan melampirkan berkas yang disebut berkas Model PJ-07 dan PJ-08, yang merupakan berkas lampiran dari Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun berkaitan dengan jaminan dengan barang sebagai objeknya dan biasanya untuk objek yang dijaminkan untuk jaminan Fidusia. Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia, yang antara lain memuat: 1. identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia; 2. tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang memuat akta Jaminan Fidusia; 3. data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia; 4. uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia; 5. nilai penjaminan; dan 6. nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Universitas Sumatera Utara Kesemuanya ini dimuat dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dengan mencantumkan Irah-Irah DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Salinan dari Buku Daftar Fidusia memuat catatan tentang hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia,. Hal ini sesuai dengan yang diatur pada Pasal 14 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Apabila Debitur wanprestasi, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri Maka Selanjutnya dibuatlah akta Jaminan Fidusia yaitu sesuai Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia maka Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia. Dengan demikian akta jaminan fidusia ini menjadi bukti yang mengikat pihak debitur dengan pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun berkaitan dengan benda yang dijaminkan dengan jaminan Fidusia sebagai jaminan terhadap pemberian kredit oleh Pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun sebagai penerima jaminan fidusia dengan pihak debitur sebagai pihak pemberi jaminan fidusia dimana hak kepemilikan beralih kepada pihak Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun sebagai penerima jaminan fidusia namun benda yang menjadi objek dari jaminan Fidusia tetap berada ditangan debitur sebagai pihak pemberi jaminan fidusia hingga dilunasinya pembayaran terhadap utang-utang dari pihak debitur tersebut. Universitas Sumatera Utara B. Proses penjualan di bawah tangan jaminan fidusia untuk penyelesaian kredit bermasalah di Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun Secara sosiologis ketentuan ini akan dapat melindungi kepentingan debitur untuk melanjutkan kegiatan usahanya, karena penyelesaian utang piutang dilakukan dengan cara diam-diam yang hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja, selain itu penjualan obyek jaminan dengan cara ini dapat memberikan penyelesaian yang tuntas bagi para pihak, mengingat dalam prosesnya sudah diawali dengan adanya kesepakatan dan persetujuan yang tentu mengikat bagi pihak-pihak yang membuatnya. Demikian juga dengan kepentingan pembeli untuk proses peralihan lebih terjamin karena penyerahan dari pemilik jaminan fidusia yang dieksekusi lebih mudah mengingat prosesnya dilakukan melalui kesepakatan suka rela. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pemimpin Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun Bapak I.Anhar Nasution S.E. diketahui bahwa di dalam penjualan obyek jaminan fidusia dengan cara di bawah tangan atau tidak melalui lelang ada beberapa tahapan: 58 1. Tahapan Negoisasi antara pihak debitur dengan pihak kreditur. Dalam tahapan ini terjadi negoisasi antara pihak krediturpegadaian dengan pihak debitur yang ingin menyelesaikan hutangnya secara tidak melalui lelang, pada tahapan ini tercapai suatu kesepakatan antara para pihak. Kesepakatan yang dimaksud dalam hal ini adalah: 58 Wawancara dengan Bapak I.Anhar Nasution, Pemimpin Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun, pada tanggal 16 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara a. Kesepakatan tentang harga obyek yang akan dijual secara dibawah tangan yaitu dengan menjual dengan tidak melalui lelang. Kelebihan proses penjualan tidak melalui lelang adalah, bahwa pihak debitur dapat ikut menentukan harga obyek jaminan fidusia yang akan dijual, hal ini tentu tidak didapati pada penjualan secara lelang. Kesepakatan tentang harga ini adalah hal yang penting untuk menghindarkan gugatan debitur di kemudian hari dikarenakan merasa obyek jaminan fidusia dijual dengan harga tidak sewajarnya. Karena pada dasarnya penjualan tidak melalui lelang ini adalah kesepakatan antara para pihak untuk menyelesaikan hutang piutang. b. Kesepakatan tentang tata cara penjualan. Dalam hal ini penjualan obyek jaminan fidusia, ada 2 dua cara yang dapat ditempuh. 1 debitur menjual sendiri Dalam hal ini adalah dengan seijin pihak pegadaian debitur mencari pembeli sendiri, dan pada saat jual beli harus dengan sepengetahuan pihak pegadaian. 2 Debitur memberikan surat kuasa khusus untuk menjual kepada pegadaian Surat kuasa khusu untuk menjual diperlukan sebagai alas hak pihak pegadaian untuk melakukan penjualan terhadap obyek jaminan fidusia 2. Tahap pelaksanaan Penjualan Universitas Sumatera Utara Setelah terjadi suatu kesepakatan antara debitur dengan kreditur tentang harga obyek jaminan fidusia serta cara penjualan maka tahapan selanjutnya dilaksanakan proses penjualan obyek jaminan fidusia dengan tidak melalui lelang, antara lain: a. Pihak debitur mencari pembeli sendiri Dalam hal ini, pihak debitur ialah pihak yang aktif mencari pembeli yang akan membeli obyek jaminan fidusia. Pegadaian sebagai kreditur bersifat pasif. Pada tahap ini perbuatan hukum yang terjadi adalah adalah jual beli pada umumnya, yaitu jual beli sesuai Pasal 1457 KUH Perdata, dan pelaksanaannya menggunakan akta PPAT, tetapi berlaku ketentuan bahwa pada saat pembayaran, pembeli obyek jaminan fidusia menyerahkan uang pembayaran kepada pegadaian. Dan untuk seterusnya pihak pegadaian akan melakukan kompensasi terhadap hutang debitur, ditambah dengan biaya-biaya yang timbul. b. Debitur memberikan surat kuasa khusus untuk menjual kepada pegadaian untuk mencari pembeli Dalam hal ini pihak debitur memberikan surat kuasa khusus untuk menjual obyek jaminan fidusia kepada pegadaian, dengan dasar surat kuasa khusus ini, maka pihak pegadaian dapat melakukan penjualan terhadap obyek jaminan fidusia. Setelah pihak pegadaian melakukan jual beli dengan pihak pembeli maka tahapan selanjutnya adalah pihak pegadaian akan melakukan kompensasi terhadap hutang debitur, ditambah dengan biaya-biaya Universitas Sumatera Utara yang timbul, antara lain; biaya profesi, denda biaya administrasi, dll, dan sisianya akan dikembalikan kepada debitur. 3. Tahapan Peralihan Objek Jaminan Fidusia Tahapan peralihan hak ini prosesnya terjadi di Notaris, yaitu berdasarkan pada perbutan hukum jual beli yang telah dilakukan sebelumnya oleh para pihak. Menurut Manajer Operasional Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun Bapak Romben Lumbangaol bahwa cara penyelesaian kredit bermasalah melalui penjualan tidak melalui lelang ini, mempunyai beberapa kelebihan antara lain 59 1. Prosenya lebih cepat, dikarenakan tidak melalyui tahapan-tahapan layaknya lelang : 2. Mengurangi biaya-biaya yang timbul, antara lain; a. biaya untuk Fiat Ketua Pengadilan Negeri b. biaya lelang c. biaya pengumuman di surat kabar. Perlindungan hukum yang diberikan oleh penjualan tidak melalui lelang ini adalah perlindungan hukum seperti halnya peralihan hak melalui jual beli sesuai 1457 KUH Perdata, yang berimplikasi: 1. Hapusnya hutang debitur terhadap pegadaian dengan dilaksanakannya penjualan obyek jaminan fidusia ini maka hutang yang dijamin hapus. 2. Selesainya proses balik nama objek jaminan fidusia atas nama pembeli 59 Wawancara dengan Rombel Lumbangaol, Manajer Operasional Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun, pada tanggal 17 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rombel diketahui bahwa, dalam hal proses eksekusi barang jaminan, pegadaian lebih mengutamakan cara penjualan dibawah tangan, dikarenakan beberapa faktor, antara lain: a. Dalam hal proses eksekusi barang jaminan, pegadaian lebih mengutamakan cara penjualan dibawah tangan dengan melakukan negosiasi antara debitur, pegadaian dan calon pembeli, untuk mendapatkan kesepakatan baik tentang harga maupun cara penyerahan atau pengalihan hak atas barang jaminan. b. Berkaitan dengan kegiatan usahanya, pegadaian sangat berkepentingan selalu menjaga hubungan baik dengan nasabah untuk jangka waktu panjang, untuk itu pilihan eksekusi barang jaminan dengan cara penjualan di bawah tangan dapat menjadi pola penyelesaian yang cukup efektif serta dapat memberikan solusi yang lebih baik bagi semua pihak terkait. c. Melalui penjualan di bawah tangan, di satu pihak debitur mendapatkan hasil penjualan yang bisa dipergunakan untuk melunasi hutangnya, sekalipun harus kehilangan sebagian kekayannya, dipihak lain pegadaian juga dapat terhindar dari kesan arogan dan kemungkinan timbulnya gugatan dikemudian hari, karena debitur secara aktif dilibatkan dalam proses penjualan barang jaminannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rombel diketahui bahwa 60 : 60 Ibid Universitas Sumatera Utara 1. Jika eksekusi melalui lelang, pihak pegadaian memang mendapatkan jaminan kepastian hukum yang kuat dengan adanya dokumen risalah lelang, tetapi secara tidak langsung memberikan kesan yang tidak baik arogan dari debitur, bahkan seringkali pemenang lelang tidak dapat segera menggunakan hak atas jaminan yang telah dimenangkannya, karena ada upaya-upaya dari debitur untuk menghalangi proses penyerahannya. 2. Cara penjualan barang jaminan di bawah tangan tersebut ternyata banyak memberikan hasil yang memuaskan bagi pegadaian dan dengan proses penjualan yang relatif lebih cepat akan sangat membantu debitur untuk segera menyelesaikan kewajibannya, karena semakin lamban penyelesaian yang dilakukan akan semakin menambah beban beaya yang pada akhirnya justru akan lebih memberatkan debitur. 3. Penjualan dibawah tangan memberikan penyelesaian berupa win-win solution baik bagi debitur maupun kreditur karena tidak ada pihak yang merasa dikalahkan atau dipermalukan. Berdasarkan hasil wawancara Bapak Anhar diperoleh keterangan sebagai berikut 61 1. Hasil penjualan atas barang jaminan telah disepakati oleh para pihak karena penjualan dilakukan bersama dan sudah melalui proses tawar menawar yang diketahui oleh semua pihak, sehingga meminimalisir adanya gugatan dari salah satu pihak. : 61 Wawancara dengan Bapak Anhar, Op. cit Universitas Sumatera Utara 2. Proses penjualan di bawah tangan relatif lebih cepat dilakukan jika dibandingkan dengan lelang, karena antar pembeli dan debitur atau penanggung hutang dapat langsung bertemu serta melakukan proses tawar menawar, sekalipun pegadaian tidak mengetahuinya, karena bagi pegadaian yang paling penting hasil penjualan itu sendiri. Sedangkan dalam proses lelang seringkali terjadi gagal dilakukan oleh karena tidak adanya peserta lelang ataupun karena sebab-sebab yang lain seperti penetapan harga limit yang terlalu tinggi. 3. Penjualan dibawah tangan dapat dilakukan secara diam-diam untuk menjaga nama baik dan martabat, serta memberikan perlindungan yuridis maupun sosiologis bagi penanggung hutang atau debitur untuk tetap menjalankan kegiatan usahanya, tanpa merasa kuatir disingkirkan dari lingkungan bisnisnya hanya karena tidak dapat memenuhi kewajiban hutangya kepada pegadaian, sehingga jaminannya disita dan dilelang. 4. Pegadaian juga mempunyai kepentingan untuk menjaga hubungan baik dengan debiturnya maupun keluarganya karena bagi pegadaian hubungan dengan debitur seringkali tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek semata, bisa saja saat ini debitur memang sedang mengalami kondisi yang menurun tetapi dikemudian hari bisa memberikan keuntungan bagi pegadaian. 5. Proses penyelesaian penjualan di bawah tangan dapat dilakukan secara tuntas dengan potensi timbulnya gugatan dikemudian hari sangat kecil, karena penjualan dibawah tangan tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan diantara para pihak. Peralihan hak atas obyek jaminan dapat Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan cepat dihadapan pejabat notaris tanpa harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lain, seperti risalah lelang, dan sebagainya, artinya begitu para pihak sepakat dan dilakukan pembayaran lunas hutang beserta dengan biaya-biaya lainnya, maka seketika itu dapat diambil berkasnya untuk langsung dilakukan proses peralihan haknya. Dengan demikian secara umum dipilihnya cara penjualan obyek jaminan dengan cara di bawah tangan jika dibandingkan dengan lelang, karena adanya kelebihan-kelebihan, diantaranya: 1. Biaya lebih murah karena tidak dikenakan biaya lelang dan hanya membayar biaya administrasi saja 2. Proses penyelesaiannya bisa lebih cepat, karena pihak-pihak yang berkepentingan langsung dapat melakukan tawar menawar 3. Potensi untuk mendapatkan harga jual yang tinggi cukup besar karena pihak debitur dapat langsung menawarkan kepada calon pembeli 4. Potensi timbulnya gugatan relatif lebih kecil karena hasil penjualan obyek jaminan merupakan proses yang didahului dengan kesepakatan atau persetujuan dari para pihak 5. Dampak sosiologis yang ditanggung oleh debitur, kreditur maupun pembeli relatif lebih baik dan dapat diterima oleh semua pihak 6. Proses peralihan hak dapat dilakukan dengan lebih cepat karena hanya melalui proses peralihan hak biasa yang dapat diselesaikan oleh Notaris. Universitas Sumatera Utara C. Penyelesaian kredit bermasalah dalam praktik jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suriadi Mandala selaku Penaksir di Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun, bahwa Penanganan Kredit bermasalah pada umumnya dilakukan melalui 2 dua tahap pendekatan, yaitu tahap pendekatan non yuridis dan pendekatan yuridis. Pendekatan non yuridis meliputi tindakan yang cenderung berupa pendekatan secara persuasif kepada debitur yang mempunyai tunggakan baik pokok dan atau bunga, tetapi masih mempunyai iktikad yang baik untuk mengangsur. Tindakan yang dilakukan berupa pembinaan dan penagihan secara intensif dan rutin untuk memberikan saran dan solusi atas kesulitan yang dialami debitur, sampai debitur yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban atau membayar tunggakan kreditnya. Apabila debitur tetap tidak memenuhi kewajibannya, maka baru dilakukan tindakan berikutnya yang berupa pemberian surat peringatan. 62 Untuk debitur-debitur yang sebetulnya mempunyai kemampuan untuk membayar tunggakan angsuran, tetapi tidak mempunyai kemauan untuk membayarnya, tindakan yang dilakukan biasanya berupa pemberian surat peringatan sekaligus dilakukan dengan upaya penagihan. Pemberian surat peringatan tersebut dilakukan sebanyak-banyaknya 3 tiga kali, dimana dalam pemberian surat peringatan yang I pertama hanya disampaikan kepada debiturnya saja, dan apabila tidak mendapatkan respon atau tanggapan dari debitur dilanjutkan dengan pemberian surat peringatan II kedua yang selain disampaikan juga kepada penjamin dan atau ahli warisnya, kalau surat peringatan 62 Wawancara dengan Bapak Suriadi Mandala, penaksir Perum Pegadaian Cab.Simpang Limun, pada tanggal 18 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara tersebut juga masih diabaikan, maka pegadaian akan memberikan surat peringatan III ketiga yang disampaikan kepada debitur dan penjamin atau ahliwarisnya, sekaligus pegadaian akan mengirim surat pemberitahuan kepada perangkat desa dimana lokasi jaminan berada, yang menyebutkan bahwa hak milik debitur telah dijadikan jaminan kredit di pegadaian dan masih dalam proses penyelesaian kredit, sehingga apabila akan dilakukan peralihan hak atas obyek jaminan tersebut, untuk dapat menghubungi pihak pegadaian lebih dahulu. Jika sampai dengan surat peringatan III tersebut debitur masih tetap tidak membayar, maka akan disampaikan somasi. Kredit bermasalah adalah hal yang paling diwaspadai dalam kegiatan pemberian kredit, terutama telah masuk dalam golongan kredit macet. Terjadinya kredit bermasalah merupakan wujud kurangnya kesadaran debitur terhadap arti kepercayaan atas jaminan utama karenanya pemberian fasilitas kredit harus disertai dengan unsur saling percaya antara pegadaian sebagai pemberi kredit dengan nasabah sebagai penerima kredit. Namun demikian dalam dunia bisnis, kepercayaan itu seringkali semu, maka sektor hukum kemudian turun tangan memberikan sinyal-sinyalnya bahwa lembaga keuangan pegadaian manapun harus mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit. Berdasarkan hasil penelitian diketahui, bahwa penanganan terhadap kredit bermasalah dilakukan Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun dengan cara dan bentuk yang bervariasi, tergantung dari itikad dan keadaan usaha debitur. Ada dua cara penyelesaian yang ditempuh yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Melalui negosiasi Negosiasi, dilakukan terhadap debitur yang mempunyai itikad baik kooperatif dan kegiatan usahanya masih bisa diselamatkan. Negosiasi ini dalam prakteknya diwujudkan dalam bentuk restrukturisasi kredit bermasalah. Negosiasi dipergunakan sebagai langkah awal penyelesaian kredit bermasalah. 2. Melalui eksekusi Esekusi, dilakukan setelah usaha penyelesaian melalui negosiasi dengan cara restrukrisasi tidak berhasil dilakukan. Esekusi merupakan suatu tindakan dengan tujuan menjual objek jaminan untuk pelunasan utang debitur. Berdasarkan keterangan dari Bapak Suriadi dalam upaya menangani tunggakan kredit sebagai penyebab terjadinya kredit bermasalah adalah 63 1. Pemberitahuan keterlambatan pembayaran : Pemberitahuan keterlambatan pembayaran angsuran kredit ini dilakukan 1 satu hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran kredit. Suatu hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran kredit, apabila debitur belum melakukan pembayaran angsuran, akan keluar laporan keterlambatan pembayaran dari komputer credit admin atas nama debitur. Laporan keterlambatan pembayaran ini akan diserahkan oleh credit admin ke bagian marketing, yang kemudian akan ditindak lanjuti dengan pemberitahuan keterlambatan ini kepada debitur melalui telepon dan surat pemberitahuan keterlambatan. Pemberitahuan 63 Ibid Universitas Sumatera Utara melalui surat dilakukan satu kali dalam satu bulan pertama. Sedangkan pemberitahuan melalui telepon dilakukan satu kali dalam satu minggu selama satu bulan terhitung semenjak hari keterlambatan pembayaran. Setelah melampaui tenggang waktu satu bulan pertama debitur belum menunjukkan itikad baiknya atau tidak kooperatif, maka pegadaian akan mengeluarkan surat teguran yang sifatnya lebih keras dari surat pemberitahuan. Surat teguran ini biasanya disertai dengan kehadiran pihak pegadaian kepada debitur untuk meminta pernyataan kesanggupan membayar angsuran kredit. Hal ini dilakukan selama satu bulan kedua, dengan tempo kedatangan satu kali dalam satu minggu. Pada tahapan ini pegadaian masih membuka penyelesaian berdasarkan prinsip musyawarah dan kekeluargaan, namun pegadaian akan memberikan catatan pada register kredit nasabah berupa penurunan status kreditur menjadi kredit dalam pengawasan khusus. 2. Memberikan surat peringatan Namun apabila telah lewat waktu satu bulan dari semenjak diberikannya surat teguran tersebut debitur belum menunjukkan itikad baik dan tidak kooperatif menyelesaikan kewajibannya membayar kredit, maka Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun akan mengirimkan Surat Peringatan atau SP kepada debitur. Surat peringatan ini termasuk dalam kategori teguran keras, dengan dikeluarkannya surat peringatan ini maka pegadaian akan menurunkan status kredit debitur. Surat peringatan ini diberikan sebanyak tiga kali selama tiga minggu dengan cara : Universitas Sumatera Utara a. Pegadaian akan memberikan surat peringatan pertama SP-1 kepada debitur, dengan dikeluarkannya SP-1 ini maka status kredit debitur akan diturunkan dari kredit dalam perhatian khusus, menjadi kurang lancar. b. Satu minggu setelah dikirimkannya SP-1 belum juga adanya tandatanda niat baik dari debitur untuk menyelesaikan kewajibannya, maka pegadaian akan menerbitkan SP-2. Pemberian SP-2 menyebabkan pegadaian menurungkan lagi status debitur dari kredit kurang lancar menjadi kredit yang diragukan. c. Tenggang satu minggu setelah SP-2 dikirimkan dan debitur belum juga menanggapi dengan sikap yang kooperatif, maka selanjutnya pegadaian akan mengeluarkan SP-3. Dengan dikeluarkannya SP-3 ini maka pegadaian akan menurunkan status kredit debitur dari kredit yang diragukan menjadi kredit macet. Dengan pemberian status kredit macet pada register nasabah, maka pegadaian akan melakukan tindakan pengamanan terhadap aset yang menjadi jaminan kredit. Permintaan pegadaian ini lebih kepada himabauan sifatnya, karena tidak ada jaminan bahwa debitur akan mematuhinya. 3. Somasi melalui Pengadilan Negeri Somasi melalui Pengadilan Negeri, dilakukan Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari lembaga hukum, dalam upaya pengembalian kredit yang telah dikucurkannya. Somasi ini sama sifatnya dengan surat peringatan, tetapi dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan kekuasaan hakim. Somasi melalui pengadilan ini sebenarnya dilakukan sebagai salah satu cara untuk ”menakut-nakuti” debitur agar mau memenuhi kewajibannya membayar kredit. Dalam hal ini permohonan somasi diajukan Perum Pegadaian Cab. Simpang Limun secara tertulis kepada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi domisili hukum debitur atau domisili yang telah dipilih sesuai perjanjian kredit. Permohonan itu disertai dengan salinan berkas perjanjian kredit, dan bukti pemberian SP-1 sampai dengan SP-3 oleh pegadaian kepada debitur. Dalam hal ini hakim akan memberikan somasi kepada debitur maksimal sebanyak 3 tiga kali. Dalam setiap tenggang waktu pemberian somasi tersebut hakim akan memberikan kesempatan kepada debitur untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan dan berusaha mempertemukan pegadaian dengan debitur tersebut. Namun demikian apabila debitur telah 3 tiga kali diberi somasi oleh hakim tetap tidak kooperatif atau tidak didapatnya kesekapatan penyelesaian antara pegadaian dan kreditur, maka pengadilan selanjutnya akan menetapkan sita jaminan atas objek jaminan fidusia tersebut dan selanjutnya akan diserahkan oleh Pengadilan Negeri kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang untuk dilakukan pelelangan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tanggal 14 Desember 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, yang teknis pelaksanaan dan administrasinya diatur dalam SK. MENKEU. No. 304KMK.102002 dan SK.DJPLN No. 35PL2002 juncto No.38PL2002. Hasil pelelangan tersebut setelah dikurangi biaya lelang dan potongan yang lain, akan Universitas Sumatera Utara dipergunakan untuk pelunasan kredit. Bila terdapat sisa dari hasil lelang setelah dikurangi pelunasan kredit, maka kelebihan itu akan dikembalikan kepada debitur. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Penjualan Dibawah Tangan Atas Jaminan Fidusia Di Perum Pegadaian CAB. Tanjung Morawa

3 62 97

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

2 115 132

Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian (Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama)

0 46 129

PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI)OLEH PERUM PEGADAIAN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA (Studi di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta)

1 8 85

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia.

0 4 13

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 2 13

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 1 13

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 1 21

PELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT ANGSURAN SISTIM FIDUSIA (KREASI) DI PERUM PEGADAIAN CABANG SOLOK.

0 0 6

PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA PADA PERJANJIAN KREDIT (KREASI) DI PERUM PEGADAIAN CABANG TARANDAM PADANG.

0 1 6