Kualitas Silase Ampas Rumput Laut dengan Penambahan Lactobacillus plantarum.

KUALITAS SILASE AMPAS RUMPUT LAUT DENGAN
PENAMBAHAN Lactobacillus plantarum

RIDIA SHAFADINA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Silase Ampas
Rumput Laut dengan Penambahan Lactobacillus plantarum adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Juli 2015
Ridia Shafadina
NIM D24110056

ABSTRAK
RIDIA SHAFADINA. Kualitas Silase Ampas Rumput Laut dengan Penambahan
Lactobacillus plantarum. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan M AGUS
SETIANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas silase ampas rumput laut
dengan penambahan Lactobacillus plantarum (0, 0.1, 0.3,dan 0.5%) dengan 5%
molases sebagai bahan aditif dan inkubasi selama 28 hari. Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diukur
antara lain karakteristik fisik (aroma, warna, tekstur, dan persentase kerusakan),
karakteristik kimia (pH, aktifitas air, persentase kehilangan BK), populasi bakteri
asam laktat, dan kandungan nutrien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan Lactobacillus plantarum tidak signifikan terhadap karakteristik fisik
dan kimia silase ampas rumput laut. Silase ampas rumput laut pada semua
perlakuan memiliki kualitas fisik dan kimia yang baik. Penambahan Lactobacillus
plantarum menghasilkan kualitas silase sama baik dengan silase ampas rumput laut

tanpa penambahan Lactobacillus plantarum.
Kata kunci : ampas rumput laut, Lactobacillus plantarum, silase

ABSTRACT
RIDIA SHAFADINA. Silage quality of seaweed waste with Lactobacillus
plantarum as addition. Supeervised by YULI RETNANI and M AGUS SETIANA.
This research aimed to get quality of seaweed waste silage with lactid acid
bacteria Lactobacillus plantarum (0, 0.1, 0.3, and 0.5% ) as addition. This silage
was fermented for 28 days. The research used Completely Randomize Design with
4 treatments and 3 replications. The parameters of this research were the
characteristic of physical (texture, colour, odor, and persentage of failure),
characteristic of chemical (pH, Dry Mater (DM) loss, and water activity), lactic acid
bacteria population, and nutrition content test. The result showed that the addition
of Lactobacillus plantarum did not effect on characteristic physical and chemical
seaweed waste silage. All treatments of seaweed waste silage had good physical
and chemical quality. Over all, the results of seaweed silage with Lactobacillus
plantarum as good as seaweed silages without Lactobacillus plantarum.
Keywords : Lactobacillus plantarum, Silage, Seaweed waste

KUALITAS SILASE AMPAS RUMPUT LAUT DENGAN

PENAMBAHAN Lactobacillus plantarum

RIDIA SHAFADINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Kualitas Silase Ampas Rumput Laut dengan Penambahan Lactobacillus
plantarum”. Penelitian dilaksanakan sejak bulan November 2014 hingga Maret

2015. Penelitian ini berada dalam satu payung penelitian “Pengolahan Limbah
Rumput Laut PT Agar Swallow sebagai Pakan Ternak Komersil” yang diketuai
oleh Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc yang didanai oleh PT Agar Swallow.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi
wawasan ataupun sesuatu yang bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan
dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan karya ilmiah ini dapat diperbaiki
dalam tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor , Juli 2015

Ridia Shafadina

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu
Bahan
Alat
Prosedur
Prosedur Analisis
Rancangan Percobaan dan Analisis data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ampas Rumput Laut
Populasi BAL Silase Ampas Rumput Laut
Karakteristik Fisik Silase Ampas Rumput Laut
Karakteristik Kimia Silase Ampas Rumput Laut
Kandungan Nutrien Silase Ampas Rumput Laut
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

2
2
2
2
4
5
6
6
6
8

9
11
12
12
12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

16

UCAPAN TERIMA KASIH


16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Kandungan nutrient ampas rumput laut
Populasi BAL silase ampas rumput laut
Karakteristik fisik silase ampas rumput laut
Karakteristik kimia silase ampas rumput laut
Kandungan nutrien silase ampas rumput laut (dalam %BK)

6
7
8
9
11


DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Isolat Lactobacillus plantarum
Lactobacillus plantarum
Pembuatan silase ampas rumput laut
Diagram alir pembuatan agar-agar tepung

2
2
3
6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil sidik ragam persentase kerusakan

2
3
4
5

Hasil sidik ragam nilai pH
Hasil sidik ragam aktifitas air
Hasil sidik ragam kehilangan BK
Dokumentasi silase ampas rumput laut

15
15
15
15
15

1

PENDAHULUAN
Salah satu industri pengolahan rumput laut yang menghasilkan limbah tinggi

adalah pengolahan produk agar. Jumlah limbah padat yang dihasilkan pada
pengolahan agar berkisar antara 70%–85% (Basmal et al. 2003). Limbah yang tidak
termanfaatkan dibuang ke sungai sehingga menimbulkan bau busuk dan mencemari
lingkungan. PT Agar Swallow adalah perusahaan Indonesia dengan pengalaman
lebih dari 25 tahun berkecimpung dalam pengolahan rumput laut jenis Gracillaria
menjadi tepung agar-agar. PT Agar Swallow menghasilkan limbah sebanyak 672
ton per-tahun (Chusnah 2010).
Uji proksimat yang dilakukan Devis (2008) pada ampas rumput laut kering
didapatkan presentase masing-masing komponen kadar air adalah 11.28%, kadar
abu 36.05%, kadar lemak 0.42%, kadar protein 1.86%, kadar serat kasar 8.96% dan
BETN 41.43%. Kadar abu terkait dengan kandungan mineral suatu bahan.
Tingginya kadar abu menjadikan ampas rumput laut berpotensi sebagai bahan
pakan. Ampas rumput laut memiliki bau khas yang kurang disukai ternak,
disamping itu tingginya kadar air yang dimiliki ampas rumput laut menyebabkan
jamur mudah tumbuh sehingga memiliki umur simpan yang relatif singkat.
Silase adalah pakan yang diawetkan melalui ensilase, yaitu proses
pengawetan pakan melalui fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob. Proses
ensilase berlangsung selama 21 hari dan tetap stabil hingga hari 28 (Utomo 2013).
Silase bertujuan untuk memperpanjang umur simpan, selain itu juga berperan untuk
meningkatkan kualitas bahan pakan. Penambahan aditif seperti molases yang
merupakan karbohidrat mudah larut bertujuan untuk meningkatkan kualitas silase
yang dihasilkan (Parakkasi 1999).
Pamungkas (2006) menyatakan bahwa, jumlah bakteri asam laktat dalam
bahan pembuatan silase tidak dapat dipastikan mencukupi untuk mengendalikan
proses fermentasi yang akan berlangsung. Penambahan bakteri asam laktat
dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam fermentasi (Pamungkas 2006). Pada
ensilase, BAL dapat menghasilkan asam laktat, hidrogen peroksida dan bakteriosin
yang akan bekerja secara antagonistik terhadap mikrobia patogen dan mikroba
pembusuk. Selain itu, penurunan pH yang cepat dapat menghambat kerja mikroba
pembusuk sehingga memperpanjang umur simpan (Chen dan Weinberg 2009).
Ratnakomala (2006) menyatakan Lactobacillus plantarum adalah salah satu
mikroba yang paling umum dan berpotensial untuk digunakan sebagai inokulan
silase. Penelitian Ratnakomala (2006) menyatakan penambahan Lactobacillus
plantarum 0.1, 0.3, 0.5% menunjukkan nilai pH yang berbeda nyata terhadap
kontrol.
Pembuatan silase ampas rumput laut diharapkan dapat memanfaatkan limbah
yang ada menjadi pakan ternak sehingga mengurangi pencemaran yang terjadi,
memperpanjang umur simpan, dan memperbaiki aroma yang dimiliki sehingga
lebih mudah diterima oleh ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas
silase ampas rumput laut yang diberi tambahan bakteri asam laktat Lactobacillus
plantarum.

2

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Industri Pakan. Analisis
kandungan nutrien dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Analisis
pH dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Perhitungan populasi bakteri asam
laktat dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Media, Departemen Ilmu Penyakit
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dilakukan dari November 2014 hingga Maret
2015.

Bahan
Bahan yang digunakan berupa ampas rumput laut yang berasal dari
pengolahan agar PT Agar Swallow, Citerep, Bogor, molasses sebagai bahan aditif,
air sebagai pelarut, dan bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum 1A-41 yang
merupakan koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia sebagai starter.

Alat
Alat yang digunakan berupa toples kaca sebagai silo, grinder, mixer, spoid,
isolasi, sealtape, kertas label, cawan, timbangan digital, pH meter, blender, oven ,
aw meter, serta seperangkat alat untuk peremajaan bakteri, uji proksimat, uji
mineral, dan uji populasi bakteri asam laktat.

Prosedur
Persiapan Bakteri
Persiapan bakteri terdiri atas dua tahap yaitu peremajaan bakteri dan
pengenceran bakteri. Peremajaan bakteri menggunakan metode gores. Isolat
Lactobacillus plantarum (Gambar 1) diambil sebanyak satu ose dan dioleskan pada
cawan berisi MRS A. Cawan ditutup dan dirapatkan menggunakan plastik wrap.
Cawan dibungkus dengan kertas dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu
37 oC. Inkubasi selama 48 jam. Pengenceran bakteri dilakukan dengan
menambahkan bakteri yang telah diremajakan (Gambar 2) pada NaCl fisiologis
sesuai dengan standar McFarland lalu dihomogenkan. Bakteri yang telah
diremajakan dimasukkan kedalam labu berisi NaCl fisiologis lalu dihomogenkan.
Bakteri ditambahkan hingga kekeruhan warna yang dihasilkan sesuai dengan
standar McFarland untuk konsentrasi 3x108. Seluruh prosedur persiapan bakteri
baik peremajaan maupun pengenceran dilakukan secara steril.

3

Gambar 1 Isolat Lactobacillus Plantarum

Gambar 2 Lactobacillus plantarum

Pembuatan Silase
Ampas rumput laut di giling hingga halus menggunakan grinder. Ampas
rumput laut halus ditambah dengan 5% molases yang telah dilarutkan dalam air dan
dicampur merata menggunakan mixer. Campuran ampas rumput laut dan molases
dibagi menjadi 4 bagian untuk dijadikan perlakuan. Bakteri asam laktat
ditambahkan sesuai perlakuan dengan konsentrasi 3x108 cfu ml-1. Tiap bagian
dimasukkan ke dalam toples kaca sebanyak 3 ulangan. Campuran ampas rumput
laut dipadatkan agar udara keluar. Tutup toples dirapatkan dengan sealtape pada
bagian dalam dan isolasi pada bagian luar. Didiamkan selama 28 hari (Utomo
2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Ampas rumput laut

Digiling
Molases
(5%)
Dicampur merata
Air (30%)
P1 (0%)

P2 (0.1%)

P3 (0.3%)

Dipadatkan dan ditutup rapat

Didiamkan 28 hari

Silase ampas rumput laut
Gambar 3 Pembuatan silase ampas rumput laut

P4 (0.4%)

4

Prosedur Analisis
Analisis Karakteristik Fisik
Analisis karakteristik fisik meliputi warna, aroma, tekstur dan persentase
kerusakan. Warna, aroma, dan tekstur diamati secara deskriptif. Persentase
kerusakan dihitung menggunakan rumus :
� �−

� �
� �
� �
=
� �

Analisis Karakteristik Kimia
Analisis karakteristik kimia meliputi pengukuran nilai pH, aktifitas air, dan
persentase kehilangan BK. Pengukuran nilai pH menggunakan prosedur Naumann
dan Bassler (1997). Sebanyak 10 g silase dicampur 100 mL akuades, dihancurkan
dengan blender. Setelah itu, pH meter yang sudah ditera terhadap larutan standar
(pH 4 dan pH 7), dimasukkan ke dalam sampel dan dilakukan pembacaan pH
setelah 30 detik (stabil). Aktifitas air diukur dengan menggunakan AW Meter.
Persentase kehilangan BK dihitung menggunakan rumus:
� �
� �ℎ� � � = % �
� −%�
ℎ�

Analisis Kandungan Nutrien
Kandungan nutrien diukur secara komposit dari 3 ulangan dengan analisis
proksimat yang membaginya ke dalam 6 fraksi zat makanan yaitu: kadar air, abu,
protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) (AOAC 2005) serta mineral Ca dan P. Sedangkan total digestible
nutrient (TDN) diperoleh dari persamaan (Hartadi et al. 1980) mengenai TDN
domba:
�=
.
− .
− .
+ .
� �
2
2
− .
+ .
� + .
+ .
� � + .
� � − .

2

+ .

Perhitungan Populasi Bakteri Asam Laktat
Perhitungan populasi bakteri asam laktat dilakukan secara komposit dari 3
ulangan. Silase ampas rumput laut ditimbang sebanyak 25 gram kemudian
dilarutkan dalam 225 mL NaCl. Pengenceran dilakukan dari 10-2 hingga 10-11
dengan pengenceran 105-108 secara duplo. Pengenceran dilakukan dengan
menambahkan larutan NaCl 9 mL pada 1 mL sampel untuk pengenceran pertama
lalu diambil 1 mL dari pengenceran pertama dan dimasukkan dalam larutan NaCl
9 mL untuk pengenceran kedua, begitu seterusnya hingga pengenceran 11. Sampel
yang telah diencerkan masing masing dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak
1 mL, kemudian ditambahkan MRS A dan dihomogenkan. Diamkan kurang lebih
30 menit hingga agar terbentuk. Setelah agar terbentuk cawan dimasukkan ke dalam
inkubator selama 48 jam. Cawan petri diamati dan dihitung total bakteri asam laktat
yang tumbuh. Perhitungan total bakteri berdasarkan metode Standart Plate Count
(SPC) (Fardiaz 1989).

5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan 3 ulangan, perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
P1 = ampas rumput laut + molases 5%
P2 = ampas rumput laut + molases 5%+ Lactobacillus plantarum 0.1%
P3 = ampas rumput laut + molases 5% + Lactobacillus plantarum 0.3%
P4 = ampas rumput laut + molases 5% + Lactobacillus plantarum 0.5%
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Model
matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ε ij
Keterangan : Yij
: nilai pengamatan untuk perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ
: rataan umum
τi
: pengaruh perlakuan ke-i
ε ij
: error perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah yang di amati meliputi karakteristik fisik dan kimia, populasi bakteri
asam laktat, dan kandungan nutrien. Karakteristik fisik yang diamati meliputi
warna, tekstur, bau, dan persentase kerusakan. Karakteristik kimia yang diamati
meliputi nilai ph, nilai aktifitas air, dan persentase kehilangan bahan kering.
Kandungan nutrien meliputi bahan kering, kadar abu, protein kasar, serat kasar,
lemak, BETN, Ca, dan P
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat
perbedaan nyata akan dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie 1993).

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ampas Rumput Laut
Ampas rumput laut yang digunakan merupakan limbah dari pengolahan
pembuatan agar-agar tepung. Menurut SNI (2005) agar-agar tepung merupakan
polisakarida berupa tepung yang diperoleh dari ekstraksi, bersifat koloid bila
dilarutkan dalam air mendidih dan menjedal bila didinginkan. SNI (2005)
menyatakan bahan yang digunakan dalam pembuatan agar-agar tepung antara lain
kapur, NaOH, KOH, asam asetat atau asam formiat sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan. Adapun cara pembuatan agar-agar tepung dapat dilihat pada Gambar 4.
Rumput Laut kering
Pemutihan
Pencucian
Ekstrasi
Penyaringan

Ampas rumput laut

Penjedalan
Pengepresan
Pengeringan
Penepungan
Gambar 4 Diagram alir pembuatan agar-agar tepung (SNI 2005)
Berdasarkan hasil pengamatan ampas rumput laut memiliki aroma khas
ampas rumput laut yaitu bau seperti tanah, kayu basah, dan besi, berwarna krem,
dan bertekstur halus mirip seperti dedak padi atau onggok. Hasil analisa
menunjukkan bahwa ampas rumput laut memiliki nilai pH 5.5 dan nilai aktifitas air
0.872. Kandungan nutrien ampas rumput laut dapat dilihat pada Tabel 1.

Peubah
BK (bb%)
Abu (bk%)
PK (bk%)
LK (bk%)
SK (bk%)
BETN (bk%)

Tabel 1 Kandungan nutrien ampas rumput laut
Kadar (%)
66.93
43.84
4.17
2.02
2.82
47.15

analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor
(2015)
bb= berat basah, bk=bahan kering

7

Populasi BAL Silase Ampas Rumput Laut
Makmur (2006) menyatakan bahwa penambahan inokulum bakteri asam
laktat dimaksudkan untuk menambah populasi bakteri yang biasanya sudah ada
pada rumput atau hijauan yang dibuat silase. Perhitungan populasi BAL silase
ampas rumput laut terdapat pada Tabel 2.

Perlakuan
P1
P2

Tabel 2 Populasi BAL silase ampas rumput laut
Jumlah Penambahan
Populasi BAL (CFU g-1)
Bakteri
1.7 x 109
1.9 x 109
6.8 x 1010

P3

5.8 x109

5.5 x 1010

P4

9.7 x 109

3.1 x 1010

Perhitungan populasi bakteri asam laktat dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Media, Institut
Pertanian Bogor (2015)
P1 = tanpa penambahan Lactobacillus plantarum , P2 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.1%,
P3 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.3%, P4 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.5%

Hasil perhitungan populasi BAL menunjukkan bahwa penambahan
Lactobacillus plantarum secara deskriptif meningkatkan populasi BAL silase
ampas rumput laut. Perlakuan tanpa penambahan Lactobacillus plantarum terdapat
koloni BAL sebanyak 1.7 x 109 CFU g-1. Perlakuan dengan penambahan
Lactobacillus plantarum sebanyak 0.1%, 0.3%, dan 0.5% masing masing 6.8 x 1010,
5.5 x 1010, dan 3.1 x 1010 CFU g-1. Populasi BAL tertinggi dimiliki oleh perlakuan
P2 yaitu Lactobacillus plantarum 0.1%, secara deskriptif terjadi penurunan pada
perlakuan P3 dan P4. Penurunan populasi kemungkinan terjadi karena terbatasnya
sumber karbohidrat yang tersedia, sehingga terjadi persaingan substrat antar bakteri
yang menyebabkan terjadinya penurunan populasi. Karbohidrat yang larut dalam
air difermentasi oleh bakteri homofermentatif untuk menghasilkan asam laktat,
sedangkan bakteri heterofermentatif menghasilkan asam laktat, ethanol, dan CO2.
Lactobacillus plantarum merupakan bakteri asam laktat yang bersifat
homofermentatif sehingga tidak menghasilkan gas (Parakkasi 1999).
Tingginya populasi bakteri asam laktat pada perlakuan P1 dikarenakan
secara alami ampas rumput laut sudah memiliki kandungan bakteri asam laktat.
Tingginya BETN yang terkandung dalam ampas rumput laut mendukung
pertumbuhan bakteri asam laktat dalam ampas rumput laut. Hal tersebut didukung
oleh hasil perhitungan populasi pada Tabel 2, perlakuan P1 yaitu silase ampas
rumput laut tanpa penambahan Lactobacillus plantarum memiliki populasi bakteri
asam laktat hingga 109 CFU g-1. McDonald et al. (1991) menyatakan populasi BAL
maksimum yang dapat dicapai setelah ensilase yaitu 109 CFU g-1. Perlakuan tanpa
penambahan Lactobacillus plantarum sudah cukup efisien karena mampu
mencapai populasi BAL maksimum, memiliki kualitas fisik yang baik (Tabel 3),
nilai pH yang rendah (Tabel 4), dan memiliki kadar protein paling tinggi dibanding
perlakuan lain (Tabel 5).
Widyastuti (2008) menyatakan pemberian silase pada ternak memberikan
peluang bagi bakteri asam laktat sampai pada rumen dan memberikan efek

8

probiotik. Karakter bakteri asam laktat yang fakultatif anerobik sangat cocok
sebagai probiotik karena mampu hidup di dalam saluran pencernaan dan
memberikan pengaruh positif pada ternak. Probiotik berperan sebagai alternatif
antibiotik karena sifat alaminya. Pemberian probiotik pada ruminan dewasa
bertujuan untuk meningkatkan fungsi saluran pencernaan (Pamungkas dan
Anggraeni 2006).

Karakteristik Fisik Silase Ampas Rumput Laut
Indikator keberhasilan silase dapat dilihat dari karakteristik fisik silase yang
dihasilkan. Karakteristik fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas silase. Hasil penilaian karakteristik silase ampas rumput
laut disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik fisik silase ampas rumput laut
Karakteristik Fisik
Perlakuan
Aroma
Warna
Tekstur
% kerusakan
P1
Asam
Coklat
Halus
3.76±1.50
P2
Asam
Coklat
Halus
3.19±0.69
P3
Asam
Coklat
Halus
3.57±1.75
P4
Asam
Coklat
Halus
3.16±1.49
P1 = tanpa penambahan Lactobacillus plantarum , P2 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.1%,
P3 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.3%, P4 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.5%

Aroma
Hasil pengamatan silase ampas rumput laut dengan penambahan
Lactobacillus plantarum sebanyak 0.1, 0.3, dan 0.5% memiliki aroma yang sama
yaitu aroma asam. Hal tersebut sejalan dengan Siregar (1996) yang menyatakan
bahwa, secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu rasa dan aroma
asam, tetapi segar dan enak, sedangkan silase yang jelek mengandung asam butirat
dan berbau busuk. Bau silase berasal dari asam yang dihasilkan selama ensilase
(Lado 2007). Selama ensilase Lactobacillus plantarum memanfaatkan karbohidrat
yang terdapat pada molases selama proses ensilase untuk memproduksi asam laktat
yang menyebabkan penurunan pH dan menghasilkan silase berbau asam.
Pernyataan tersebut didukung oleh Santi et al. (2012) yang menyatakan bahwa
molases mengandung karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida
(McDonald 1981 dalam Santi et al. 2012) sehingga mudah dimanfaatkan mikroba
selama proses fermentasi.
Warna
Hasil pengamatan silase ampas rumput laut dengan penambahan
Lactobacillus plantarum sebanyak 0.1, 0.3, dan 0.5% menunjukkan warna yang
cenderung sama coklat. Terjadi perubahan warna dari krem ke coklat. Perubahan
warna yang terjadi dipengaruhi bahan baku yang digunakan dan kemungkinan
terjadinya perubahan suhu selama ensilase. Warna coklat yang terdapat pada silase
disebabkan adanya penambahan molases pada ampas rumput laut. Menurut
Dharmawati et al. (2014) warna coklat merupakan warna yang baik untuk

9

pencampuran bahan pakan ternak. Perubahan warna juga diduga terjadi karena
adanya perubahan suhu selama ensilase. Hal tersebut didukung oleh Parakkasi
(1999) yang menyatakan bahwa panas yang terjadi selama proses ensilase dapat
menyebabkan perubahan warna silase, sebagai akibat dari terjadinya reaksi
Maillard yang berwarna kecoklatan.
Tekstur
Hasil pengamatan terhadap silase dengan penambahan Lactobacillus
plantarum sebanyak 0.1, 0.3, dan 0.5% memperlihatkan tekstur yang halus dan
tidak berbeda jauh dari bahan asal. Hal ini sejalan dengan Siregar (1996) yang
menyatakan bahwa, secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu tekstur
masih jelas seperti bahan asal. Macaulay (2004) menyatakan bahwa tekstur silase
dipengaruhi oleh kadar air bahan pada awal ensilase, silase dengan kadar air yang
tinggi (>80%) akan memperlihatkan tekstur yang berlendir, lunak dan berjamur.
Persentase kerusakan
Persentase kerusakan pada silase diukur berdasarkan banyaknya
kontaminan, jamur atau kapang. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa,
penambahan bakteri Lactobacillus plantarum tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase kerusakan pada silase ampas rumput laut.
Persentase kerusakan yang terjadi pada silase ampas rumput laut berkisar
antara 3.16% - 3.76 %. Persentase kerusakan yang terjadi lebih rendah jika
dibandingkan pernyataan Davies (2007) yang menyatakan jamur yang terdapat
pada silase normal berkisar antara 10%. Silase tanpa penambahan Lactobacillus
plantarum memiliki persentase kerusakan tertinggi dibanding perlakuan lain,
sedangkan silase dengan penambahan Lactobacillus plantarum 0.5%, memiliki
persentase kerusakan terendah. Hal ini di sebabkan dalam proses ensilase
Lactobacillus plantarum berperan menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri
lain yang tidak dikehendaki (Fardiaz 1989).

Karakteristik Kimia Silase Ampas Rumput Laut
Karakteristik kimia silase ampas rumput laut yang diukur meliputi nilai pH,
nilai aktifitas air, dan persentase kehilangan BK. Hasil pengukuran dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik kimia silase ampas rumput laut
Karakteristik kimia
Perlakuan
Nilai
Nilai pH
Kehilangan BK (%)
Aktifitas Air
P1
4.07 ± 0.32
0.864
6.51 ± 0.16
P2
4.20 ± 0.17
0.865
5.29 ± 0.22
P3
4.03 ± 0.21
0.866
4.96 ± 2.76
P4
4.10 ± 0.17
0.857
2.81 ± 2.18
analisis nilai pH dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah , Institut Pertanian Bogor
(2015)
P1 = tanpa penambahan Lactobacillus plantarum , P2 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.1%,
P3 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.3%, P4 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.5

10

Nilai pH
Nilai pH merupakan indikator utama untuk mengetahui pengaruh ensilase
terhadap nilai nutrisi pada silase berkadar air tinggi, pH lebih rendah menunjukkan
kualitas lebih baik (Kung dan Nylon 2001). Berdasarkan sidik ragam perlakuan
penambahan Lactobacillus plantarum pada pembuatan silase tidak berbeda nyata
terhadap pH yang dihasilkan. Nilai pH yang dihasilkan berkisar antara 4.03 - 4.2.
Nilai pH terendah dimiliki oleh silase dengan penambahan Lactobacillus plantarum
0.3%. Rendahnya nilai pH yang terbentuk pada silase ampas rumput laut
disebabkan oleh banyaknya asam yang diproduksi selama proses ensilase. Menurut
Santi et al. (2012), Lactobacillus plantarum menggunakan karbohidrat mudah larut
untuk menghasilkan asam laktat. Santi et al. (2010) menambahkan semakin banyak
asam laktat yang diproduksi, maka semakin cepat laju penurunan pH.
Siregar (1996) mengkategorikan kualitas silase berdasarkan pH-nya yaitu :
3.5 - 4.2 baik sekali, 4.2 - 4.5 baik, 4.5 - 4.8 sedang dan lebih dari 4.8 adalah buruk.
Kategori tersebut didasarkan pada silase yang dibuat dengan menggunakan bahan
pengawet. Bahan pengawet biasanya ditambahkan untuk mencukupi karbohidrat
mudah larut yang berguna dalam fermentasi, terutama untuk menurunkan pH silase
(Matsuhima 1979). Bahan pengawet yang digunakan dalam silase ampas rumput
laut pada penelitian ini berupa molasses. Berdasarkan Siregar (1996) maka kualitas
silase ampas rumput laut termasuk kategori baik sekali karena nilai pH diantara 3.5
- 4.2.
Aktifitas Air
Aktifitas air merupakan air yang secara fisik terikat dalam jaringan bahan.
Air tersebut dapat dengan mudah diuapkan atau dimanfaatkan mikroorganisme
sebagai media reaksi kimiawi (Divakaran 2003). Nilai aktifitas air menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas suatu bahan karena memicu pertumbuhan
mikroorganisme yang juga berperan dalam perubahan enzimatik (Herawati 2008).
Berdasarkan sidik ragam, perlakuan penambahan Lactobacillus plantarum
pada silase ampas rumput laut tidak berbeda nyata terhadap nilai aktifitas air yang
dihasilkan. Nilai aktifitas air yang dihasilkan pada silase ampas rumput laut berkisar
antara 0.857 – 0.866. Nilai tersebut cukup tinggi karena menurut Herawati (2008),
aktifitas air melebihi 0.7 mampu mendukung pertumbuhan mikroorganisme
patogen sehingga akan menurunkan tingkat keamanan produk. Pertumbuhan
mikroorganisme dapat ditekan dengan kondisi asam yang terjadi karena
menurunnya pH silase ampas rumput laut. Hal ini didukung pernyataan
Dharmawati et al. (2014) bahwa, pH yang rendah tidak memungkinkan tumbuhnya
bakteri dan cendawan yang menyebabkan kerusakan pada silase, sehingga silase
dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Persentase Kehilangan BK
Hasil analisis ragam menyatakan kehilangan bahan kering yang terjadi tidak
berbeda nyata. Besar kehilangan BK pada penelitian ini berkisar antara 2.81% 6.51%. Nilai tersebut tergolong normal sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1999)
yang menyatakan kehilangan BK hingga 10% dalam proses ensilase masih
tergolong normal. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan
Lactobacillus plantarum semakin kecil kehilangan BK yang terjadi. Penambahan
Lactobacillus plantarum diduga dapat menekan persentase kehilangan BK yang

11

terjadi selama proses ensilase. Menurut McDonald et al. (2002) kehilangan BK
yang terjadi dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan dan mikroorganisme yang
terlibat pada proses ensilase.
Kandungan Nutrien Silase Ampas Rumput Laut
Kandungan nutrien yang diuji pada silase ampas rumput laut antara lain abu,
protein kasar, lemak kasar, serat kasar, BETN, Ca, P, dan TDN. Hasil pegujian
mengenai kandungan nutrien silase ampas rumput laut dengan penambahan bakteri
asam laktat Lactobacillus plantarum dapat dilihat pada Tabel 5
.
Tabel 5 Kandungan nutrien silase ampas rumput laut (dalam % BK)
P1
P2
P3
P4
Abu
51.53
54.07
50.91
51.64
PK
3.28
2.77
2.89
2.62
SK
0.52
0.21
0.45
0.37
LK
2.08
0.96
0.04
0.14
BETN*
42.59
41.99
45.71
45.23
Ca
2.06
1.27
1.51
1.16
P
0.09
0.14
0.12
0.11
TDN**
50.36
52.28
56.94
57.32
Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor
(2015)
P1 = tanpa penambahan Lactobacillus plantarum , P2 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.1%,
P3 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.3%, P4 = penambahan Lactobacillus plantarum 0.5%
*(by difference)
**dengan rumus Hartadi (1980)

Kadar abu silase ampas rumput laut berkisar antara 50.91 – 54.07. Abu
adalah suatu zat anorganik yang berhubungan dengan jumlah mineral yang
terkandung pada bahan. Kadar kalsium silase berkisar antara 1.16 – 2.06 dengan
kadar kalsium tertinggi dimiliki silase tanpa penambahan Lactobacillus plantarum.
Kadar pospor silase ampas rumput laut berkisar antara 0.09-0.14 dengan kadar
pospor tertinggi dimiliki oleh silase ampas rumput laut dengan penambahan
Lactobacillus plantarum 0.1%.
Protein kasar silase ampas rumput laut berkisar antara 2.62 – 3.28, dengan
kandungan protein terbesar dimiliki oleh silase ampas rumput laut tanpa
penambahan Lactobacillus plantarum. Silase ampas rumput laut dengan
penambahan Lactobacillus plantarum sebanyak 0.1, 0.3, dan 0.5% memiliki kadar
protein lebih rendah jika dibandingkan dengan silase ampas rumput laut tanpa
penambahan Lactobacillus plantarum. Hal tersebut diduga terjadi karena adanya
degradasi protein oleh Lactobacillus plantarum. pernyataan tersebut didukung
Gilliland (1993) yang menyatakan bahwa Lactobacillus mampu mendegradasi
gula, protein dan peptida menjadi asam amino.
Kadar lemak silase ampas rumput laut berkisar antara 0.04-2.08, dengan
kadar lemak tertinggi pada silase ampas rumput laut tanpa penambahan
Lactobacillus plantarum. Silase dengan penambahan Lactobacillus plantarum
memiliki kadar lemak silase lebih rendah jika dibandingkan silase tanpa

12

penambahan Lactobacillus plantarum. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
aktivitas mikroba yang mendegradasi lemak menjadi gliserol dan asam lemak yang
digunakan sebagai sumber energi. Hal ini sesuai dengan pendapat Butt (1999) yang
menyatakan bahwa dalam proses fermentasi kadar lemak mengalami penurunan
karena beberapa asam lemak digunakan untuk pembentukan energi.
Kadar serat silase ampas rumput laut berkisar antara 0.21-0.57 dengan
kadar serat kasar terendah pada perlakuan penambahan Lactobacillus plantarum
0.1% dan kadar serat kasar tertinggi pada silase ampas rumput laut tanpa
penambahan Lactobacillus plantarum. Secara deskriptif terdapat penurunan pada
silase dengan penambahan Lactobacillus plantarum .Penurunan kadar serat pada
silase ampas rumput laut dengan penambahan Lactobacillus plantarum terjadi
karena adanya proses degradasi serat selama ensilase. Hal ini didukung dengan
pernyataan Tillman et al. (1998) bahwa penurunan serat kasar terjadi karena adanya
proses degradasi enzimatik komponen serat kasar seperti selulosa, hemiselulosa,
dan lignoselulosa oleh bakteri menjadi gula-gula sederhana. Kondisi ini pula yang
menyebabkan adanya lebih besarnya BETN pada silase. Kandungan BETN silase
ampas rumput laut berkisar antara 41.99-45.71, dengan kandungan BETN terbesar
dimiliki oleh silase ampas rumput laut dengan penambahan 0.3% Lactobacillus
plantarum.
TDN merupakan total energi zat makanan pada ternak yang disetarakan
dengan energi dari karbohidrat. Dapat diperoleh menggunakan perhitungan data
hasil analisis proksimat. TDN silase ampas rumput laut berkisar antara 50.36 –
57.32. Silase ampas rumput laut dengan penambahan Lactobacillus plantarum
memiliki TDN lebih besar dibandingkan silase ampas rumput laut tanpa
penambahan Lactobacillus plantarum. Parrakasi (1999) menyatakan proses
ensilase meningkatkan nilai energi silase dibanding dengan bahan asalnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Silase ampas rumput laut pada semua perlakuan memiliki kualitas fisik dan
kimia yang baik. Penambahan Lactobacillus plantarum menghasilkan kualitas
silase sama baik dengan silase ampas rumput laut tanpa penambahan Lactobacillus
plantarum.
Saran
Perlu ada upaya lebih lanjut mengenai teknis pembuatan silase untuk
meningkatkan kualitas dan kandungan nutrien silase ampas rumput laut.

13

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical
Chemists.
Basmal J, Yeni Y, Murdinah, Suherman M, Gunawan B. 2003. Laporan teknis pusat
riset pengolahan produk dan sosial ekonomi kelautan dan perikanan.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan – Departemen Kelautan dan
Perikanan, Jakarta (ID). 61 pp
Butt H. 1999. Exploring management protocols for chronic fatique syndrome: a
case for pro and prebiotics. Probiot. 8:2-6
Chen Y, Weinberg ZG. 2008. Changes during aerobic exposure of wheat silages.
Anim Feed Sci. Technol.154: 76 -82
Chusnah, Hidayatul K, Lina I.2010. Pabrik Bioethanol dari Ampas Rumput Laut
dengan Proses Fermentasi. Surabaya(ID):Institut Teknologi Sepuluh
November.
Davies D. 2007. Improving silage quality and reducing CO2 emission [Internet].
California (US): Dow Chemical. [diunduh 2015 maret 22]. Tersedia pada:
http://www.dow.com/ silage/tools/experts/ improving.htm.
Devis FH.2008.Bioetanol berbahan dasar ampas rumput laut Kappaphycus
alvarezii[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dharmawati S, Malik A, Rafli M. 2014. Tingkat penggunaan dedak sebagai aditif
terhadap kualitas fisik dan kadar protein silase limbah ikan. Media Sains.
7(1):103
Divakaran S. 2003. Moisture in feed and food product: It is not just water. Feed
Management. 54(7).
Fardiaz. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor(ID): Pusat Antar Universitas Institut
Pertanian Bogor.
Gilliland S E. 1993. Bacterial Starter Cultures for Food.Boca Raton, Florida (US):
CRS Press.
Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD.1980. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Herawati H. 2008. Penentuan umur simpan pada produk pangan. Jurnal Litbang
Pertanian 27(4): 124-130.
Kung L, J Nylon. 2001. Management guidelines during harvest and storage of
silage. Proceedings of Tri State Dairy Conf; Fort Wayne.Fort Wayne(US).
Lado. L . 2007. Evaluasi kualitas silase rumput sudan (Sorghum sudanense) pada
penambahan berbagai macam aditif karbohidrat mudah larut [Tesis].
Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Macaulay, A. 2004. Evaluating silage quality [internet] [diunduh 2015 maret
22].Tersedia
pada:
http://www.agric.gov.ab.
ca/department/
deptdocs.nsf/all/for4909. html
Makmur I. 2006. “Kandungan lemak kasar dan BETN silase jerami jagung (Zea
mays L) dengan penambahan beberapa level limbah whey”. [Skripsi]
Makassar(ID):Universitas Hasanuddin
Matsuhima K. 1979. Feeding Beef Cattle. New York(US): Sprenger Verlag, Berlin
Heidelberg.

14

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal
Nutrition.England (GB): Prentice Hall England.
McDonald P, Henderson AR, Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage.
Britain(GB): Chalcombe Publication.
Naumann C. Bassler R. 1997. VDLUFA-Methodenbuch Band III, Die chemische
Untersuchung von FuĴ ermiĴ eln. 3rd ed. Germany(DE): VDLUFAVerlag. Darmstadt.
Pamungkas D, Anggraeny YN. 2006. Probiotik dalam pakan ternak
ruminansia.Wartazoa. 16(2):82-91
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama.
Jakarta(ID): Penerbit UIP.
Ratnakomala S, Ridwan R, Kartina G, Widyastuti Y. 2006. Pengaruh inokulum
Lactobacillus plantarum IA-2 dan IBL-2 terhadap kualitas silase rumput
gajah (Pennisetum purpureum). Biodiversitas. Vol. 7 : 131-132.
Santi RK, Fatmasari D, Widyawati SD, Suprayogi WPS.2012. Kualitas dan nilai
kecernaan In Vitro silase batang pisang (Musa paradisiaca) dengan
penambahan beberapa akselerator. Tropical Animal Husbandry. 1:15-23
Siregar ME. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2005. Agar agar Tepung. Jakarta(ID): Dewan
Standarisasi Nasional.
Steel RGD, Torrie JH. 1996. Prinsip dan Prosedur Statistika. Ed kedua. Terjemah:
B. Sumantri. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Utama.
Tillman ADH, Hartadi S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, Lebdosoekojo S.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press.
Utomo R. 2013. Konservasi Hijauan Pakan dan Peningkatan Kualitas Bahan
Pakan Berserat Tinggi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Widyastuti Y. 2008. Fermentasi silase dan manfaat probiotik silase bagi
ruminansia. Media Petern. 31 (3) : 225-232.

15

Lampiran 1 Hasil sidik ragam persentase kerusakan
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Total
11
13.98
1.27
Perlakuan
3
0.78
0.26
Error
8
13.20
1.65
Lampiran 2 Hasil sidik ragam nilai pH
Sumber
Derajat
Jumlah
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Total
11
0.46
Perlakuan
3
0.05
Error
8
0.41

Kuadrat
Tengah
0.04
0.02
0.05

Lampiran 3 Hasil sidik ragam aktifitas air
Sumber
Derajat
Jumlah
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Total
11
0.00
Perlakuan
3
0.00
Error
8
0.00

Kuadrat
Tengah
0.00
0.00
0.00

Lampiran 4 Hasil sidik ragam kehilangan BK
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Total
11
46.17
4.20
Perlakuan
3
21.31
7.10
Error
8
24.86
3.11

Fhit

Signifikansi

0.16

Fhit

0.92

Signifikansi

0.30

Fhit

0.82

Signifikansi

1.01

Fhit

0.44

Signifikansi

2.29

Lampiran 5 dokumentasi silase ampas rumput laut

Sampel silase ampas rumput laut

Ampas rumput laut

0.21

16

Lactobacillus plantarum
yang sudah diencerkan

Silase ampas rumput laut

Perbandingan ampas rumput
laut (kiri) dengan silase ampas
rumput laut (kanan)

Kerusakan silase

Peremajaan bakteri

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 27 Agustus
1993 dari Bapak Suhendro dan Ibu Miskah Rejeki Pergiwati.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis
menempuh sekolah dasar di SDIT Al-Muslim Tambun-Bekasi
pada tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan di SMP Negeri
04 Cikarang Utara pada tahun 2005-2008 kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 01 Cikarang Pusat. Penulis diterima
sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) tulis dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Industri Pakan pada tahun 2015. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan
diantaranya Dekan Cup, Student Seminar and Conference, dan Livestockvaganza.
Penulis juga berkesempatan mendapatkan beasiswa PPA pada tahun 2014.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir. Yuli Retnani, MSc. selaku
pembimbing skripsi dan Ir. Muhammad Agus Setiana, MS. selaku pembimbing
akademik serta pembimbing skripsi atas bimbingan, dukungan, serta motivasi yang
telah diberikan. Kepada Dr.Ir. Didid Diapari, MSi selaku dosen pembahas seminar.
Kepada Dr. Iwan Prihantoro, SPt MSi dan Dr. Ir. Sri Darwati, MSi selaku dosen
penguji sidang. Kepada Dr.Ir. Lilis Khotijah, MSi selaku dosen panitia seminar dan
sidang. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada PT Agar Swallow yang
telah mendanai penelitian ini dengan judul “Pengolahan Limbah Rumput Laut PT
Agar Swallow sebagai Pakan Ternak Komersil” yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir.
Yuli Retnani, MSc.
Di samping itu, tak lupa ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada ayah
(Suhendro), mama (Miskah Rejeki Pergiwati), dan adik-adik (Hidia Hasnalina dan
M Rafif Wildan) atas kesabaran, doa, dan dukungan baik moril maupun materil
hingga saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
selalu mendukung selama penelitian (Lani Ika Poetri, Anggita Putri, dan Rika
Lestari), kepada Lily Ayu Andriani atas segala bantu revisi yang diberikan, temanteman tim penelitian (Alfian Umar Karim, Deti Inayatun, Januar Ragil, Muthi,
Fitria, dan Mba Yati), teman berbagi duka selama perkuliahan (Eka Jatmika dan
Faishal Adlan) dan teman teman DESOLATOR. Serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan.