Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DESA
DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
PADA PKBM DI KABUPATEN BOGOR

LINA ASNAMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tingkat
Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup
pada PKBM di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Lina Asnamawati
NIM I351120051

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan
pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.

RINGKASAN
LINA ASNAMAWATI. 2014. Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam
Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh: NINUK PURNANINGSIH sebagai Ketua Komisi, dan
SOENARMO J. HATMODJOSOEWITO sebagai Anggota Komisi.
Pendidikan kecakapan hidup merupakan hal penting yang harus
dimiliki masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
praktis dibidang pekerjaan tertentu. Kemiskinan yang terjadi karena

masyarakat kurang memiliki keterampilan kerja, sehingga perlu diberikan
pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan peluang kerja mandiri.
Keberhasilan pendidikan kecakapan hidup terlihat dari output yaitu
masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat
dimanfaatkan untuk peluang kerja mandiri. Keberhasilan pendidikan
kecakapan hidup ditentukan keterlibatan masyarakat secara langsung dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil kegiatan.
Masyarakat akan berpartisipasi dalam sebuah kegiatan jika sesuai dengan
kebutuhan, minat, bakat, dan ketersediaan sumberdaya. Kegiatan yang
sesuai kebutuhan akan berkelanjutan sehingga masyarakat mampu
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk dirinya
sendiri dan dapat digunakan untuk mengajarkan kepada masyarakat
sekitarnya.
Penelitian menggunakan metode survey. Lokasi penelitian pada
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di Kabupaten Bogor.
PKBM Nurul Huda yang berada di Desa Cibitung Tengah dan PKBM Jelita
yang ada di Desa Kota Batu. Sebagai salah satu penyelenggara kegiatan
pendidikan kecakapn hidup.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan
hidup dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang

berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat yang mencakup tingkat
pendidikan formal, sikap terhadap life skills, tingkat pengetahuan tentang
life skills, dan pengalaman life skills sebelumnya. Faktor eksternal
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pendidikan kecakapan hidup adalah pendampingan oleh fasilitator.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan
hidup dilakukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
menikmati hasil. Partisipasi tersebut pada tahap tokenism yaitu masyarakat
memberikan masukan terhadap program yang dibuat, serta masyarakat
diberikan informasi oleh PKBM tentang suatu program. Hal tersebut karena
pihak PKBM memiliki peranan yang besar untuk mengatur kegiatan
pendidikan kecakapan hidup.
Masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan pendidikan kecakapan
hidup akan berubah perilakunya dalam hal pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan perilaku dalam hal pengetahuan berkaitan dengan
kecakapan pribadi dan kecakapan akademik. Perubahan perilaku sikap
berkaitan dengan kecakapan sosial, dan keterampilan berkaitan dengan
kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup yang telah diperoleh

oleh masyarakat digunakan sebagai salah satu strategi nafkah untuk

memperoleh penghasilan tambahan.
Kata kunci : masyarakat , tingkat partisipasi, pendidikan kecakapan hidup

SUMMARY
LINA ASNAMAWATI. 2014. The level participation of village
communities in the life skill education activities at pkbm in bogor regency.
Guided by NINUK PURNANINGSIH is as the chairwoman comission and
SOENARMO. J. HATMODJOSOEWITO is as member of comission.

The life skill education is one important thing that should be had by
the society in order to get knowledge and pratical skill for the special job.
The poverty happened in indonesia because the societies have less skill for
their jobs so that they must be given knowledge and skill for increasing the
oppurtunity of autonomy work.
The sucessful of the life skills could be seen from output of society.
The out puts are societies have knowledge and skill that they can be used
their skill for the oppurtunity of autonomy work. The sucessfull of the life
skill is also directly determined by the society that based in
planning,operating,evaluating and advantages of their activities. The society
will participate in the activity if it is suitable with their need, interest,talent,

and human resource. The activities that based on their need will be
continued untill they will be able to apply knowledge and skill that they get
for themselves and able to teach for surrounding society.
This research used survey method. The location of the research is the
learning center society (pkbm) in bogor regency. PKBM Nurul Huda is
located in Cibitung Tengah village and PKBM Jelita is located in Kota Batu
village. As one of the operation life skill activities.
The involved societies in life skill activities were done by themselves.
They were affected by internal and external factors. All of the internal
factors affected to the participation of societies that involved external factors
affected to the level of formal, attitude of the life skills, the level of
knowledge about life skills, functional skills, the previous experience life
skills whereas. External factor had affected to the level participation of
society that involved facilitators.
The involved society of learners in the life skill activities is a process
for planning, operating,evaluating and advantages of the result activities as
the tokenism level, in this level, the society are given information about a
decision because PKBM owners have big roles to manage the life skill
education activities.
The level participation of society affected to the succesfull of life skill

in changing of behavior. The changing of behavior has correlation with the
private skill and academic skill. The changing of attitude behavior has also
correlation with the social skill and the skill correlate to vocational skill.
The life skill that was got by the learners, it will be used as one of the
strategies to increase income.
Keyword: village communities, the level participation, life skills

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DESA
DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
PADA PKBM DI KABUPATEN BOGOR


LINA ASNAMAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis

Judul Tesis : Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan Pendidikan
Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor
Nama
: Lina Asnamawati

NIM
: I351120051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi
Ketua

Dr Soenarmo J Hatmodjosoewito, MEd
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo, MS


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
05Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan berkah-Nya,
penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian tentang Tingkat Partisipasi
Masyarakat Desa dalam Pendidikan Kecakapan Hidup sangat diperlukan untuk
mendalami keterlibatan masyarakat terhadap upaya pembenahan kondisi
masyarakat dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.
Tesis yang berjudul “Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa dalam Kegiatan
Pendidikan Kecakapan Hidup pada PKBM di Kabupaten Bogor” disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister
Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian disusun atas bimbingan Dr Ir Ninuk Purnaningsih,M.Si sebagai
Ketua dan Dr. Soenarmo J. Hatmodjosoewito,M.Ed sebagai Anggota. Penulis

mengucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu-Bapak Komisi Pembimbing.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Universitas Terbuka atas
kesempatan tugas belajar dan beasiswa yang telah diberikan. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada warga belajar dan pengurus pada PKBM Nurul Huda di
Desa Cibitung Tengah, kecamatan Tenjolaya serta PKBM Jelita di Desa Kota
Batu, Kecamatan Ciomas.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan kepada Dede Sugiana, S.Kom.I
suami tercinta yang selalu sabar membimbing setiap langkah perjuangan ini.
Kepada anakku tercinta Azzam Jihaddien yang selalu memberikan semangat.
Teristimewa kepada ayahanda tercinta H. Soleh Mansyur dan alm. Hj. Siti Asiah
yang telah membesarkan dan mendidik penulis sehingga bisa menempuh
pendidikan tinggi seperti ini. Serta kepada Kakak, Adik, dan saudara-saudara
tercinta atas dukungannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekanrekan ilmu penyuluhan pembangunan dan Universitas Terbuka UPBJJ Bengkulu
atas dukungan yang diberikan.

Bogor, Agustus 2014
Lina Asnamawati

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pendidikan Kecakapan Hidup dan Strategi Pola Nafkah
Penyuluhan dan Kelembagaan PKBM
Kerangka Berfikir dan Hipotesis
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Data dan Pengukuran
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Data Uji Validitas dan Realibilitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Profil PKBM
Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup
Perbandingan Karakteristik dan Tingkat Keberhasilan
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi
Pengaruh Tingkat Partisipasi terhadap Keberhasilan PKH
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

1
1
5
7
7
7
7
16
17
20
21
24
24
24
24
25
26
26
27
28
28
28
37
47
54
57
61
66
69
69
69
70
75
76

DAFTAR TABEL
1. Anak tangga dan tingkat kelompok partisipasi masyarakat
11
2. Populasi dan sampel penelitian
25
3. Hasil uji validitas kuesioner
28
4. Hasil uji reliabilitas kuesioner
28
5. Gambaran umum Desa Cibitung Tengah dan Kota Batu
33
6. Distribusi jumlah penduduk
33
7. Distribusi penduduk Cibitung Tengah dan Kota Batu berdasarkan umur 34
8. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
34
9. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian
35
10. Sarana dan prasarana Desa Cibitung Tengah dan Kota Batu
36
11. Bentuk kelembagaan formal Desa Cibitung Tengah dan Kota Batu
37
12. Persentase warga belajar berdasarkan umur
38
13. Persentase warga belajar berdasarkan pendidikan formal
39
14. Persentase warga belajar berdasarkan pendidikan non formal
40
15. Persentase warga belajar berdasarkan sikapm
40
16. Persentase warga belajar berdasarkan motivasi
41
17. Persentase warga belajar berdasarkan tingkat pengetahuan
42
18. Persentase warga belajar berdasarkan keterampilan fungsional
42
19. Persentase warga belajar berdasarkan pengalaman sebelumnya
43
20. Persentase warga belajar berdasarkan manajemen kegiatan
44
21. Persentase warga belajar tentang pendampingan oleh fasilitator
45
22. Persentase warga belajar tentang peran pemimpin
46
23. Persentase berdasarakan sarana dan prasarana
47
24. Kategori partisipasi dalam pendidikan kecakapan hidup
54
25. Persentase pengetahuan warga belajar
55
26. Persentase sikap warga belajar
56
27. Persentase keterampilan warga belajar
57
28. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap faktor internal
58
29. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap faktor eksternal
59
30. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap tingkat partisipasi
60
31. Hasil uji beda Mann Whitney terhadap keberhasilan PKH
61
32. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi
62
33. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi
65
34. Hasil analisis regresi linier sederhana
67

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Paradigma kerangka berpikir
22
Tingkat partisipasi warga belajar dalam perencanaan kegiatan PKH 49
Tingkat partisipasi warga belajar dalam pelaksanaan kegiatan PKH 50
Tingkat partisipasi warga belajar dalam evaluasi
51
Tingkat partisipasi warga belajar dalam menikmati hasil
52

DAFTAR LAMPIRAN
1a
1b
1c
2a
2b
2c
2d
3
4
5

Hasil uji regresi linier berganda
Hasil uji regresi linier sederhana
Hasil beda mann whitney
Tingkat kelompok partisipasi dalam perencanaan kegiatan PKH
Tingkat kelompok partisispasi dalam pelaksanaan kegiatan PKH
Tingkat kelompok partisispasi dalam evaluasi kegaiatan PKH
Tingkat kelompok partisipasi dalam menikmati hasil
Kasus-kasus warga belajar
Nama-nama lembaga PKBM
Data dan pengukuran

76
80
83
86
86
86
86
87
90
92

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan kecakapan hidup merupakan hal penting yang harus
dimiliki masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
praktis dibidang pekerjaan tertentu. Pendidikan kecakapan hidup merupakan
proses untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat
memberikan bekal keterampilan yang praktis, dapat digunakan untuk
mencari kerja, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan
potensi ekonomi atau industry yang ada di masyarakat Anwar (2004).
Menurut Brolin (1989) mengatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup
merupakan pendidikan yang memberikan bekal keterampilan sehingga
seseorang dapat hidup mandiri, pendidikan yang dimiliki yaitu kecakapan
sehari-hari, kecakapan pribadi dan kecapakan untuk bekerja.
Pendidikan kecakapan hidup merupakan kemampuan komunikasi
secara efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama, melaksanakan
peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan
serta kecakapan untuk bekerja (Anwar 2004). Tujuan pendidikan kecakapan
hidup untuk memajukan dan memberdayakan masyarakat. Pendidikan
kecakapan hidup dilakukan dengan cara memberikan ilmu, melatih bakat,
minat, wawasan, keterampilan serta motivasi untuk berwirausaha.
Kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang kerja
mandiri, baik disektor formal maupun informal, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya.
Masyarakat memerlukan pendidikan kecakapan hidup untuk
melengkapi pendidikan dasar yaitu wajib belajar sembilan tahun dari mulai
sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah pertama (SMP).
Pendidikan dasar proses untuk mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakannya melalui upaya pengajaran yang mencakup baca,
berhitung dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang
mendasar (Djamahari 2000). Pendidikan merupakan proses mendidik,
memelihara dan memberi latihan agar seseorang memperoleh pengetahuan
serta pemahaman yang diperlukan. Pendidikan berasal dari kata dasar didik
(mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran (Depdikbud 1996). Syah (2002) mengatakan bahwa
pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan kecakapan hidup memiliki kontribusi besar dalam
mengurangi jumlah penduduk miskin (Kemendikbud 2012). Kemiskinan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut
(Soekanto 2002).

2
Data Badan Pusat Statistik (2012) mengatakan bahwa jumlah
penduduk miskin mencapai 28,59 juta orang. Kemiskinan mencakup
berbagai aspek kehidupan. Kemiskinan menurut Friedman (Suyanto 2001)
zmeliputi: (1) modal produktif atas asset, misalnya tanah perumahan,
peralatan, dan kesehatan; (2) sumber keuangan, seperti income dan kredit
yang memadai; (3) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk
mencapai kepentingan bersama, seperti koperasi; (4) network atau jaringan
sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai; (5) informasi-informasi yang berguna untuk
kehidupan. Kategori masyarakat miskin yaitu
masyarakat
yang
berpenghasilan perbulan Rp. 233.000,- (BPS 2012).
Pendidikan kecakapan hidup diperlukan untuk mengurangi jumlah
masyarakat miskin yang tidak memiliki bekal keterampilan memadai untuk
bekerja. Kemiskinan yang ada di negara Indonesia hampir merata disetiap
daerah, termasuk juga masyarakat Kabupaten Bogor pada Tahun 2012
jumlahnya 424.31 ribu jiwa (BPS 2012). Jumlah penduduk miskin ini
sebagian besar bertempat tinggal di Desa. Indonesia sebagai salah satu
negara sedang berkembang juga menghadapi hal yang sama, berbagai
pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun
penduduk miskin di Indonesia masih cukup tinggi, khusus bagi penduduk
yang tinggal di Desa. Jumlah penduduk miskin di pedesaan Maret 2012
sebanyak 18.48 juta orang ( BPS 2012).
Kondisi masyarakat miskin di desa disebabkan oleh kekurang
mampuan pada tingkat kebutuhan-kebutuhan budaya (adat, upacara-upacara,
moral dan etika), atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial
(pendidikan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama) atau pada
tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar (makan, minum,
berpakaian, bertempat tinggal atau rumah, kesehatan dan sebagainya)
(Suparlan 1984).
Jumlah kemiskinan dapat dikurangi dengan memberikan pendidikan
kecakapan hidup pada masyarakat yang diarahkan pada upaya pengentasan
kemiskinan dan upaya memecahkan masalah pengangguran. Pemilihan
keterampilan yang akan diberikan kepada masyarakat didasarkan akan
kebutuhan masyarakat, potensi lokal, dan kebutuhan pasar, diharapkan
memberi manfaat yang baik bagi masyarakat. Pendidikan kecakapan hidup
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal mengurangi penggangguran,
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain dan mengurangi
kesenjangan sosial. Masyarakat yang memiliki pendidikan kecakapan hidup
dengan berbagai keterampilan yang dimiliki dapat menjadi bekal untuk
mencari pekerjaan dan pendapatan.
Program Pendidikan kecakapan hidup dilakukan baik dalam
pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan formal dapat
membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik melalui rancangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Adapun pendidikan kecakapan
hidup yang diberikan kepada peserta didik yaitu bahasa asing, olah raga,
kesenian, perawatan kesehatan, pemasaran, tata boga, tata busana, dan lain

3
sebagainya. Pendidikan tersebut disinkronkan dengan kondisi sosial budaya
lingkungan sekitar.
Pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan pada jalur pendidikan
non formal dapat dilakukan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis
taklim, sanggar, industry kecil serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Menurut Anwar (2004)
program pendidikan kecakapan hidup pada jalur non formal mencakup
empat bidang yaitu: (1) Bidang teknologi meliputi perkayuan dan teknologi
pendingin; (2) Bidang pariwisata meliputi usaha jasa pariwisata, perhotelan,
tata boga, tata kecantikan rambut dan busana; (3) Bidang pertanian meliputi:
budidaya tanaman, budidaya ternak, dan budidaya ikan; (4) Bidang seni dan
kerajinan meliputi: kerajinan tekstil, kerajinan logam dan kayu.
Kegiatan pendidikan kecakapan hidup mendapatkan dukungan
pemerintah dengan diberlakukan Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 26 ayat 3 menyebutkan
pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup (life skills),
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan lain
yang ditunjukkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan
vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Partisipasi masyarakat
menjadi sangat penting dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup.
Depdiknas (2002) mengatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup yaitu
masyarakat bukan hanya memiliki keterampilan tertentu, namun harus
memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti
membaca, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola
sumber daya, bekerja dalam tim, dan mempergunakan teknologi.
Pendidikan kecakapan diterapkan di semua jalur dan jenjang
pendidikan. Menurut Muljono dan Hanafi (2009) menyatakan bahwa
keberhasilan penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup di
PKBM Al-Wathoniyah yang berupa kecakapan hidup seni ukir, jahitmenjahit, pembuatan rengginang, pembuatan roti bolu untuk menciptakan
peluang kerja. Keberhasilan program tersebut karena dukungan dari
pemerintah, pesantren tempat penyelenggaraan serta adanya ketersediaan
dana dan pendamping. PKBM Al-Wathoniyah memiliki kendala yang
dihadapi dalam penyelenggaraan program berupa program belum
tersosialisasikan dengan baik, jenis keterampilan tidak sesuai dengan
kebutuhan, dan kualitas pendamping kurang memadai.
Ramdhani dan Sumardjo (2006) menyatakan bahwa keberhasilan
pengrajin sandal
Desa Cikaret karena memiliki kecakapan
vokasional/teknis, pribadi dan sosial, kepemimpinan dan komunikasi yang
dikembangkan melalui proses belajar membuat remaja memiliki potensi
yang baik dan perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Kegiatan
pendidikan kecakapan hidup pada pengrajin sandal di Desa Cikaret terdapat
kendala yang dihadapi karena rendahnya proses belajar remaja dalam
kerajinan sandal disebabkan kurang keteladanan orang tua untuk

4
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja pengrajin
sandal.
Hal yang sangat penting dalam penyelengaraan pendidikan
kecakapan hidup (life skills) terdapat partisipasi aktif dari masyarakat untuk
mengikuti program tersebut. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat
dalam pengambilan keputusan, dalam pelaksanaan program melalui
sumbangan pemikiran serta dalam pemanfaatan dan evaluasi pelaksanaan
program (Cohen dan Uphoff 1977). Partisipasi aktif dalam pendidikan
kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani
dengan indikator-indikator: peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan
perilaku destruksif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan
pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilainilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).
Masyarakat melakukan partisipasi terdiri atas tiga hal menurut
Tjokroamidjojo (1995) yakni komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang
dapat membangun partisipasi dan tingkat pendidikan yang memadai.
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu pendorong keberhasilan dari
sebuah program atau kegiatan. Pembangunan sebagai suatu kegiatan yang
terus menerus memerlukan adanya partisipasi masyarakat, pada umumnya
masyarakat memiliki keterbatasan modal, pengetahuan dan keterampilan
serta belenggu adat istiadat yang kurang menguntungkan dalam
pembangunan (Soehoed, 1993).
Partisipasi sangat penting diperlukan dalam berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Salah satu partisipasi aktif masyarakat terlihat
dari tingkat partisipasi masyarakat Pancoran Mas sangat tinggi yaitu sebesar
72.89% dalam mendukung keberhasilan kegiatan ekonomi dari program
P2KP, keberhasilan partisipasi masyarakat yang cukup tinggi dipengaruhi
oleh beberapa indikator yaitu: sosialisai P2KP kepada masyarakat,
pengorganisasian kelompok, tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota,
pendampingan oleh fasilitator (Elida 2008).
Pendidikan kecakapan hidup sangat penting dilakukan untuk
membangun untuk menanggulangi kemiskinan yang ada. Pendidikan
kecakapan hidup diperuntukkan bagi warga masyarakat putus sekolah,
menganggur dan kurang mampu. Pembangunan merupakan tindakan
masyarakat yang didukung oleh pemerintah untuk memajukan masyarakat .
Pendidikan kecakapan hidup dalam penelitian ini berkaitan dengan upaya
untuk mendidik dan melatih warga masyarakat yang dilakukan pada jalur
non formal.
Pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan untuk memberdayakan
masyarakat melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk masyarakat yang bergerak
dalam bidang pendidikan. PKBM merupakan salah satu wadah dalam
memberikan kesempatan penuh kepada seluruh komponen masyarakat agar
mampu: (a) memberdayakan masyarakat agar mandiri dan berswadaya, (b)
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (c) pengembangan dan
pembangunan masyarakat. PKBM yang didirikan oleh Pemerintah sampai
akhir Tahun 2012 adalah sebanyak 10.025 PKBM (Pelita 2014).

5
PKBM terdapat diberbagai tempat di Indonesia termasuk juga
PKBM yang ada di Kabupten Bogor. Perkembangan PKBM di Kabupaten
Bogor cukup berhasil untuk memberdayakan masyarakat. Berdasarkan data
dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten bogor tahun 2013 jumlah
PKBM di 41 kecamatan terdapat 90 PKBM yang ada di Kabupaten Bogor.
Kegiatan Pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan oleh PKBM
berbentuk pelatihan, pelatihan merupakan proses pendidikan yang bertujuan
untuk membangun pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki (Hidayat
dan Syamsulbahri 2001). PKBM terbaik yang telah memperoleh beberapa
penghargaan karena keberhasilan dalam kegiatan menurut data Dinas
Pendidikan Nasional di Kabupaten Bogor dalam pengelenggaraan Paket B
dan Paket C serta penyelenggara kegiatan pendidikan kecakapan hidup bagi
masyarakat desa yang ada di sekitar PKBM. PKBM terbaik di Kabupaten
Bogor termasuk PKBM jelita di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas dan
PKBM Nurul Huda di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya. Oleh
karena itu, menarik untuk diteliti mengenai tingkat partisipasi masyarakat
desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup.
Perumusan Masalah
Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat karena masyarakat tidak
memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai untuk memperolah
pendapatan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan sumber bahan untuk kebutuhan pokok, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global
yang perlu penanganan yang serius untuk menyelesaikannya. Permasalahan
kemiskinan dapat diatasi dengan memberikan kecakapan hidup bagi
masyarakat.
Kondisi sekarang ini, lembaga pendidikan semakin bertambah.
Jumlah pengangguran pada saat ini masih tinggi, jumlah pengangguran
hingga agustus 2013 sebesar 7.39 juta orang. Hal tersebut disebabkan proses
pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan bekal hidup atau
keterampilan untuk hidup produktif. Kegiatan pelatihan yang diberikan
untuk masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta seperti
Lembaga pelatihan kurang mampu meningkatkan kompetensi kerja
sumberdaya manusia. Kegiatan yang dilakukan kurang berhasil disebabkan
kurang motivasi dan partisipasi peserta dan materi yang diberikan tidak
berdasarkan kebutuhan peserta. Penyelenggaraan pelatihan kurang
sistematis dikelola oleh lembaga yang bersifat top down, jumlah peserta
terbatas, orang yang bisa akses terbatas pada orang-orang yang memiliki
kedudukan di masyarakat, biaya pelatihan mahal, terlalu bersifat formal.
Bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan memiliki beberapa
kelemahan yaitu tidak memungkinkan untuk peserta dengan kemampuan
dan kecepatan proses pembelajaran yang beragam, dan bersifat pasif.
Kondisi tersebut membutuhkan pendidikan kecakapan hidup yang
memanfaatkan keterampilan lokal dan melibatkan banyak orang yang

6
berpartisipasi aktif, serta kegiatan yang bersifat informal dimana pendidikan
atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarakat. Kegiatan
pendidikan kecakapan hidup memerlukan partisipasi agar masyarakat
bersedia merubah perilaku yang lebih baik dan mampu mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Perubahan perilaku masyarakat
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan perilaku
jika dikaitkan dengan kecakapan hidup bahwa perubahan pengetahuan
mencakup kecakapan pribadi dan akademik, perubahan sikap mencakup
kecakapan sosial,
dan perubahan perilaku keterampilan mencakup
kecakapan vokasional. Masyarakat yang memiliki pengetahuan,
keterampilan yang memadai dapat menjadi bekal masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan.
Penyuluhan diperlukan agar proses pembelajaran dalam kegiatan
pendidikan kecakapan hidup menjadi lebih mudah. Menurut Van den Ban
dan Hawkins (2001) istilah penyuluhan berarti memberi penerangan untuk
menolong seseorang menemukan jalannya. Peranan yang dapat diberikan
oleh penyuluh yaitu dalam hal menyebarkan informasi-informasi yang
diperlukan oleh masyarakat. Menurut Rogers dan Schoemaker (1986)
peranan yang dijalankan oleh agen pembaharu dalam menyebarkan inovasi
antara lain: membangkitkan kebutuhan untuk berubah, mengadakan
hubungan untuk perubahan, mengidentifikasi masalah sasaran, memotivasi
dan merencanakan tindakan perubahan.
Pendidikan kecakapan hidup dilakukan diberbagai tempat, salah
satunya oleh PKBM yang ada di desa yang cukup berhasil melaksanakan
kegiatan tersebut. Pada tahun 2013 terdapat 90 PKBM yang ada di
Kabupaten Bogor. Terdapat PKBM yang terbaik dibandingkan PKBM
lainnya yaitu PKBM jelita di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas dan
PKBM Nurul Huda di Desa Cibitung Tengah di Kecamatan Tenjolaya.
PKBM tersebut pernah menjadi PKBM terbaik dalam penyelenggaraan
paket B dan Paket C serta program Pendidikan Kecakapan hidup bagi
masyarakat desa. Keberadaan PKBM tersebut dalam memberdayakan
masyarakat desa melalui kegiatan pendidikan kecakapan hidup bertujuan
meningkatkan kehidupan masyarakat dan memiliki usaha kecil yang sesuai
dengan sumber daya lokal yang ada. Berdasarkan data Perda Rt Rw
Kabupaten Bogor bahwa kecamatan Tenjolaya dan kecamatan Ciomas
diperuntukkan sebagai daerah lahan untuk persawahan, tanaman tahunan,
peternakan unggas, kegiatan jasa perdagangan dan industri kecil berbasis
bahan baku dan tenaga kerja lokal (Ciptakarya 2014). Kegiatan yang
dilakukan PKBM Jelita dan Nurul Huda berkaitan dengan sumber daya
lokal yang ada di desa tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada masyarakat, bahwa
kemiskinan yang melanda masyarakat perlu dilakukan pemecahan masalah
yang dapat membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih baik melalui
kecakapan hidup, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan
kecakapan hidup. Adapun pertanyaan penelitian dapat dirinci sebagai
berikut:

7
1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan
pendidikan kecakapan hidup?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat
desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup?
3. Bagaimana pengaruh antara tingkat partisipasi masyarakat desa dalam
kegiatan pendidikan kecakapan hidup dengan keberhasilan kegiatan
pendidikan kecakapan hidup?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat
untuk perbaikan masyarakat desa yang ada di Kabupaten Bogor dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan kecakapan hidup. Oleh karena itu
tujuan penelitian melingkupi:
1. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan
pendidikan kecakapan hidup
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat desa dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup
3. Menganalisis pengaruh antara tingkat partisipasi masyarakat desa dalam
kegiatan pendidikan kecakapan hidup dengan keberhasilan kegiatan
pendidikan kecakapan hidup
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka:
1. Menambah khasanah praktek penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kecakapan hidup pada masyarakat .
2. Memberikan masukan kepada pihak-pihak lembaga sosial,
penyelenggara pendidikan non formal seperti PKBM dan lainnya dalam
meningkatkan kegiatan pendidikan kecakapan hidup yang dibutuhkan
bagi masyarakat
3. Memberikan bahan masukan kepada pemerintah dalam pembuatan
kebijakan yang sesuai dalam rangka meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pendidikan kecakapan hidup

TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi merupakan tindakan yang cukup efektif dalam
pembangunan. Berkaitan dengan pendekatan partisipasi Pretty dan Guijt
(1992) menjelaskan bahwa pendekatan pembangunan partisipasi harus
mulai dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem
kehidupan mereka sendiri. Pendekatan ini harus menilai dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dan memberikan
sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri.
Partisipasi merupakan konsep pengembangan masyarakat, partisipasi

8
sebagai cara untuk memanfaatkan sumberdaya, menggerakan dan
melibatkan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2006)
Konsep partisipasi menjadi bagian yang sangat penting untuk dikaji,
adapun kajian mengenai kata partisipasi dan partisipatoris menurut FAO
(Mikkelsen 2001), terdapat beberapa konsep penting mengenai partisipasi
yaitu:
a. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri.
b. Partisipasi adalah suatu proses aktif yang mengandung arti bahwa orang
atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.
c. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan
dampak-dampak sosial
e. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan dan lingkungan mereka.
Tjokroamidjoyo (1995) mengatakan bahwa partisipasi memiliki
beberapa tahap yaitu: (1) keterlibatan dalam proses menentukan tujuan,
strategi dan kebijakan pembanguanan: (2) keterlibatan untuk bertanggung
jawab dalam kegiatan pembangunan; dan (3) keterlibatan mendapatkan hasil
dan manfaat pembangunan. Berkaitan dengan partisipasi menurut Cohen
dan Uphoff (1977) pengertian partisipasi merupakan istilah deskriptif yang
menunjukkan keterlibatan beberapa orang dengan jumlah signifikan dalam
berbagai situasi atau tindakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia.
Berdasarkan definisi partisipasi diatas bahwa partisipasi merupakan
upaya pengembangan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dengan
keterlibatan sukarela, mengambil insiatif, dialog kepada masyarakat,
melaksanakan, melesetarikan yang menunjukkan keterlibatan beberapa
orang dalam situasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bentuk-Bentuk dan Jenis-Jenis Partisipasi
Menurut Cohen dan Uphoff (1977) untuk jenis partisipasi dibagi menjadi
empat yakni: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan),
(2) partispasi dan pelaksanaan, (3) partisipasi dalam evaluasi, dan (4)
menikmati hasil. Menurut Daniel et.al (2008) bentuk-bentuk partisipasi
berupa: (1) masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatankegiatan dari program pemerintah; (2) anggota masyarakat ikut menghadiri
pertemuan-pertemuan perencanaan, pelaksanaan dan pengkajian ulang
proyek namun sebatas mendengar dan (3) anggota masyarakat terlibat aktif
dalam pengambilan keputusan yang meliputi perencanaan sebuah program,
pelaksanaan, pengawasan dan monitoring
Partisipasi juga memiliki bentuk –bentuk partisipasi menurut Pamudji
(1997) terdiri dari:

9
1.

Partisipasi dalam perencanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk
kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk
penyediaan dana, pengadaan sarana, dan korbanan waktu/tenaga sejak
persiapan kegiatan, pelaksanaan dan setelah pelaksanaan kegiatan yang
berupa pemeliharan hasil-hasil kegiatan.
3. Partisipasi dalam pengendalian kegiatan monitoring, pengawasan, dan
evaluasi yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk:
penyusunan pedoman pengendalian (melalui survey partisipatif),
pengumpulan data (melalui survey partisipatif, dan penilaiannya
(melaui penilaian partisipatif).
4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan, yaitu keterlibatan
masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan.
Jenis-jenis partisipasi menurut Dusseldorf (Mardikanto 1988) terdiri dari:
1. Partisipasi Bebas yaitu peran serta yang dilandasi rasa sukarela untuk
mengambil bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi bebas dibedakan
yaitu (a) partisipasi spontan yaitu peran serta yang tumbuh secara
spontan dari keyakinan sendiri tanpa ada pengaruh dari pihak lain; (b)
partisipasi terinduksi yaitu peran serta sukarela tumbuh karena
terpengaruh oleh bujukan dari pihak lain.
2. Partisipasi Paksaan yaitu peran serta yang dilakukan karena rasa
tertekan. Partisipasi paksaan dibedakan yaitu (a) partisipasi oleh hukum
atau aturan yaitu ikut serta dalam kegiatan yang diatur oleh hukum dan
aturan yang bertentangan dengan keyakinan; (b) partisipasi karena
keadaan sosial ekonomi yaitu berperan serta karena kegiatan tertentu; (c)
partisipasi karena kebiasaan suatu bentuk peran serta yang dilakukan
karena kebiasaan tertentu, seperti kebiasaan dalam keagamaan ataupun
kepercayaan tertentu.
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingkat partisipasi dianalisis menggunakan Teori Arnstein (1969) yang
terdiri dari delapan tingkatan, yaitu:
1. Tahap manipulasi (manipulation) adalah partisipasi yang tidak perlu
menuntut respon partisipan untuk terlibat banyak. Pengelola program
akan meminta orang yang berpengaruh untuk mengumpulkan tanda
tangan warga sebagai wujud kesediaan.
2. Tahap terapi (theraphy) adalah tahapan partisipasi dimana terjadi
kegiatan dengar pendapat antara masyarakat dan pemilik namun
pendapat dari masyarakat tidak akan mempengaruhi kebijakan kegiatan.
Pada level ini ada komunikasi namun bersifat terbatas.
3. Tahap informasi (informing) adalah tahapan partisipasi dimana
komunikasi sudah banyak terjadi namun hanya satu arah dari pemilik ke
masyarakat. Pada jenjang ini komunikasi sudah banyak terjadi tapi masih
bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi sudah

10

4.

5.

6.

7.

8.

diberikan kepada masyarakat tapi masyarakat tidak diberikan kesempatan
melakukan tanggapan balik.
Tahap konsultasi (consultation) adalah masyarakat diberikan
pendampingan dan konsultasi dari semua pihak sehingga pandanganpandangan diberitahukan dan ditetapkan dan tetap dilibatkan dalam
penentuan keputusan. Pada tahap ini sudah ada penjaringan aspirasi
masyarakat tapi belum ada jaminan apakah partisipasi akan dilaksanakan
ataupun perubahan akan terjadi.
Tahap penenangan/konsiliasi (placation) adalah komunikasi telah
berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan
penyelenggara program. Namun penyelenggara program tetap menahan
kewenangan untuk menilai usulan tersebut. Pada tahap ini ada suatu
bentuk partisipasi dengan materi, artinya ketika akan muncul suatu
konflik antara pemilik dan masyarakat, anggota komunitas diberikan
insentif tertentu sehingga mereka segan berbicara untuk menentang
kegiatan.
Tahap kemitraan (partnership) adalah partisipasi yang fungsional dimana
semua pihak mewujudkan keputusan bersama (antara perusahaan,
pemerintah dan komunitas) dalam suatu negosiasi. Suatu bentuk
partisipasi yang melibatkan tokoh komunitas, warga masyarakat
berdampingan dengan penyelenggara merancang sebuah program yang
akan diterapkan pada masyarakat.
Tahap pendelegasian kekuasaan (delegated power) merupakan bentuk
partisipasi yang aktif, dimana anggota komunitas melakukan
perencanaan, implementasi dan monitoring. Anggota masyarakat
diberikan kekuasaan untuk melaksanakan proposal bagi pelaksanaan
program bahkan pembuatan proposal oleh masyarakat yang bersangkutan
dengan program itu sendiri.
Tahap kontrol/pengawasan (citizen control) yaitu pada tahap ini sudah
ada monitoring oleh masyarakat dan masyarakat sepenuhnya mengelola
berbagai kegiatan untuk kepentingan sendiri, yang disepakati bersama
dan tanpa campur tangan pihak penyelenggara.
Tingkat
partisipasi
berdasarkan
teori
Arnstein
(1969)
mengkategorikan tingkatan sebagai berikut: tingkat pertama: masyarakat
tidak berpartisipasi pada tingkatan manipulasi dan terapi; tingkat kedua:
partisipasi semua yaitu pada peredaman, konsultasi dan informasi, dalam
tingkatan kedua masyarakat didengarkan dan diperkenankan untuk
berpendapat tetapi tidak memiliki kemampuan bahwa pandangan mereka
akan dipertimbangkan secara sunggguh-sungguh; tingkatan ketiga:
partisipasi kekuasaan masyarakat yaitu kemitraan, delegasi, kekuasaan
dan kontrol masyarakat, pada tingkat ini masyarakat memiliki pengaruh
dalam penentuan kebijakan.

11
Tabel 1 Anak tangga dan tingkat kelompok partisipasi masyarakat dalam
pembangunan partisipatif.
1

Tangga
partisipasi
Manipulasi

2

Terapi

3

Informasi

4

Konsultasi

5

Konsiliasi

6

Kemitraan

7

Pendelegasian
kekuatan

8

Kontrol
oleh Sepenuhnya
masyarakat
masyarakat

Urutan

Hakekat kesetaraan

Kategori partisipasi

Permainan oleh Pemerintah
Sekedar agar masyarakat tidak
marah
Sekedar
pemberituhan
searah/sosialisasi
Masyarakat didengar, tapi
tidak selalu dipakai sarannya
Saran masyarakat diterima tapi
tidak selalu dilaksanakan
Timbal balik dinegosiasikan
Masyarakat diberi kekuasaan
(sebagian
atau
seluruh
program)
dikuasai

Non-partisipasi

Partisipasi dorongan
(tokenism)/Sekedar
justifikasi
agar
masyarakat setuju

Partisipasi
berdasarkan
kekuatan
warga
masyarakat (power of
citizen).
oleh
Tingkat kekuasaan
ada di masyarakat

Sumber: Arnstein (1969)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Perilaku seseorang terhadap suatu objek diwujudkan dengan
kegiatan partisipasi. Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi menurut Cohen dan
Uphoff (1977) yaitu: (1) faktor fisik: faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi seperti curah hujan dan keadaan alam; (2) faktor
ekonomi:ketersediaan tenaga kerja, modal kerja, transportasi dan
komunikasi; (3) faktor politik: berbagai macam keputusan yang
mempengaruhi partisipasi; (4) faktor sosial: strata yang mempengaruhi
partisipasi dalam kegiatan; (5) faktor budaya: nilai-nilai yang dianut
masyarakat; (6) faktor sejarah:sesuatu yang pernah dialami.
Menurut Pangesti (Santoso 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu :
a. Faktor internal yang mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu
meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan
garapan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan
b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu
meliputi hubungan antara pengelola dengan petani penggarap,
pelayanan pengelola dan kegiatan penyuluhan.
Hal lain yang diungkapkan oleh Tjokroamidjojo (1995) faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari:
1. Faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan dan rencanarencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti
oleh masyarakat;

12
2. Faktor kepemimpinan dalam menggerakkan partisipasinya sangat
diperlukan adanya pemimpin yang berkualitas;
3. Faktor pendidikan, dengan tingkat kependidikan yang memadai,
individu/masyarakat akan dapat memberikan partisipasi yang
diharapkan;
Menurut Sastropoetro (Santoso 1999) faktor yang mempengaruhi partisipasi
menjadi tiga hal yaitu :
1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan,
pendapatan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial.
2. Kegiatan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang
dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah.
3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis
daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.
Penelitian Muljono dan Hanafi (2009) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi keterlibatan masyarakat terhadap program life skills yaitu
tingkat kesejahteraan, tingkat ekonomi masyarakat, dan ketersediaan
lapangan kerja. Selanjutnya berdasarkan penelitian Ramdhani dan Sumardjo
(2006) bahwa seseorang berpengaruh untuk melakukan kegiatan
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
motivasi, pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil penelitian Elida (2008) mengatakan bahwa indikator partisipasi
masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan yaitu terdapat
sosialisasi program kepada masyarakat, penggorganisasian kelompok,
tersedia aset usaha, pendampingan oleh fasilitator, serta penyaluran dana
usaha.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
terdapat dalam diri individu, meliputi ciri-ciri atau karakteristik individu
meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan,
pengalaman berusaha, kebiasaan, kedudukan, kebutuhan masyarakat,
pengetahuan, keterampilan, sikap dalam sistem sosial, motivasi, kebiasaan
dan kosmopolitan.m
Faktor eksternal yang berasal dari luar individu meliputi kepemimpinan
dalam masyarakat, kebijakan, program pembangunan, dan keadaan alam
sekitar, tingkat kesejahteraan, tingkat ekonomi, ketersediaan lapangan kerja,
kondisi fisik masyarakat, lingkungan sosial, faktor politik, faktor sosial,
sosialisasi program, penggorganisasian, pendampingan oleh fasilitator,
penyaluran dana usaha, dan faktor sejarah.
Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarkat
Umur
Umur berkaitan dengan kemampuan belajar seseorang yang
mempengaruhi partisipasinya dalam melakukan suatu kegiatan. Hawkins et
al. (1986) umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu
perubahan akan terjadi sehingga terdapat keragaman tindakan berdasarkan
usia yang dimiliki. Havighurst (1972) mengemukakan pengelompokkan
umur yakni, dewasa awal pada usia 18-29 tahun, usia pertengahan pada usia

13
30-50 tahun, dan masa tua yakni pada usia diatas 50 tahun. Hurlock (1980)
mengelompokkan umur 13-17 tahun remaja awal, 18-21 remaja akhir, 21-40
tahun dewasa awal, 40-60 tahun setengah baya, masa tua umur 60 tahun ke
atas.
Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan seseorang.
Mulyasa (2002) bahwa pendidikan berperan dalam mewujudkan masyarakat
berkualitas, kreatif, mandiri, profesional dalam berusaha. Slamet (2003)
menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk menghasilkan
perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Usaha-usaha dalam
pendidikan dasar yang dapat memberikan sumbangan dalam jangka
panjang, bukan saja bagi produktivitas tetapi juga tujuan akhir
pembangunan seperti kualitas keluarga dan kehidupan masyarakat, serta
memperkuat masyarakat dan kebudayaan Umemoto (Ahmadi 2009). Ciriciri pendidikan formal (Sudjana 1983) yaitu Pendidikan formal adalah
kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari
sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya;
termasuk ke dalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis dan
umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan
dalam waktu yang terus menerus.
Pendidikan Non Formal
Tarigan (2009) mengemukakan konsep pendidikan non formal yakni
(1) pendidikan luar sekolah yang di dalamnya terdapat life skills merupakan
usaha sadar untuk menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan
sumberdaya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
daya saing; (2) bertugas untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang siap
menghadapi perubahan sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang pesat; (3) memiliki ciri yang berkaitan dengan
misi yang dibutuhkan segera dan praktis, tempatnya diluar kelas, merupakan
aktivitas sampingan, lebih murah, serta persyaratan penerimaan lebih
mudah; (4) bertujuan menjadikan peserta didik memiliki berbagai
kemampuan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sasaran pendidikan non
formal mencakup semua kelompok umur dan semua sektor masyarakat.
Supriatna (1997) menyebutkan bahwa pendidikan non formal dapat
berupa penyuluhan, penataran, kursus, maupun bentuk keterampilan teknis
yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.
Pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan tetapi
tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tepat seperti pada
pendidikan formal di sekolah usaha yang disadari untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di luar sekolah.
Ciri-ciri pendidikan non formal menurut Sudjana (1983) Pendidikan
non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk
melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Undang-Undang R

Dokumen yang terkait

Peranan Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik Studi Pada Kantor Kepala Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi)

15 191 104

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

1 65 72

Peranan Pemiimpin Formal dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

0 23 240

EFEKTIVITAS PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) USAHA MULYA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN

0 3 110

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PKBM BINA TERAMPIL MANDIRI.

0 3 34

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN AGAM.

0 0 6

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) "PINILIH" DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DI DESA GUMPANG KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

0 3 17

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PKH) PADA PROGRAM PAKET B DI PKBM BHAKTI PERSADA.

0 2 148

Efektivitas Partisipasi Perempuan Pada Pendidikan Non Formal di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati

0 0 22