Produksi Oligosakarida dari Umbi Kentang Hitam melalui Hidrolisis Ekstrak Kasar α-Amilase asal Brevibacterium sp.

PRODUKSI OLIGOSAKARIDA DARI UMBI KENTANG
HITAM MELALUI HIDROLISIS EKSTRAK KASAR αAMILASE ASAL Brevibacterium sp.

SATRYO WIBISONO

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Oligosakarida
dari Umbi Kentang Hitam Melalui Hidrolisis Ekstrak Kasar α-Amilase asal
Brevibacterium sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Satryo Wibisono
NIM G84090035

ABSTRAK
SATRYO WIBISONO. Produksi Oligosakarida dari Umbi Kentang Hitam
Melalui Hidrolisis Ekstrak Kasar α-Amilase asal Brevibacterium sp. . Dibimbing
oleh HASIM dan NANIK RAHMANI.
Oligosakarida merupakan makromolekul karbohidrat yang tersusun atas 210 residu monosakarida yang memiliki manfaat di bidang pangan dan kesehatan.
Salah satu cara memproduksi oligosakarida yakni dengan hidrolisis enzimatis dari
pati. Kentang hitam memiliki kandungan karbohidrat tinggi, terutama pati sebesar
83%. Aktivitas enzim amilase yang diperoleh dari hasil ekstraksi kasar sebesar
1.708 U/ml. Derajat polimerisasi kentang hitam diperoleh sebesar 10. Reaksi
hidrolisis pati kentang hitam dengan menggunakan enzim tersebut menghasilkan
3 spot pada analisis KLT dan 3 puncak pada KCKT. Komponen oligosakarida
pati kentang hitam hasil analisis KLT menunjukkan bahwa terdapat senyawa
maltotriosa dan maltosa dengan fase gerak n-butanol:asam asetat:air (2:1:1).
Hasil analisis KCKT menunjukkan kandungan senyawa glukosa, maltosa, dan
maltotriosa dalam sampel dengan fase gerak asetonitril:air (75:25). Sampel segar

menunjukkan senyawa glukosa sebanyak 1,60% (b/v), maltosa 0,36% (b/v), dan
maltotriosa 0,46% (b/v). Adapun sampel hasil pemekatan freeze dry terdiri dari
senyawa glukosa sebanyak 4,20% (b/v), maltosa 0,21% (b/v), dan maltotriosa
0,30% (b/v).
Kata kunci: kentang hitam, oligosakarida, HPLC, enzim amilase, Brevibacterium
sp.

ABSTRACT
SATRYO WIBISONO. Production of Oligosaccharides from Black Potatoes
Through Hydolisis α-Amylase from Brevibacterium sp. Supervised by HASIM
and NANIK RAHMANI.
Oligosaccharides is a carbohydrate macromolecule composed of 2-10
monosaccharide residues that have benefits in the field of food and health. One
way to produce oligosaccharides with enzymatic hydrolisis of starch. Black
potatoes have high carbohydrate content, especially starch by 83%. Activity of
amylase enzyme from raw extraction have 1.708 U/ml. Degree of polymerization
of black potatoe’s starch is 10. Hydrolysis reaction of black potatoe’s starch with
that enzyme gave 3 spots on TLC analysis with mobile phase n-buthanol:acetic
acid:water purified (2:1:1). In HPLC analysis showed 3 main peaks that means
consist of 3 compound with mobile phase acetonitrile:water (75:25). Fresh sample

consist of glucose as many as 1,60% (b/v), maltose 0,36% (b/v), and maltotriose
0,46% (b/v). Freeze dried sample consist of glucose as many as 4,20% (b/v),
maltose 0,21% (b/v), and maltotriose 0,30 % (b/v).
Keywords: black potatoes, oligosaccharides, HPLC, α-amylase enzyme,
Brevibacterium sp.

PRODUKSI OLIGOSAKARIDA dari UMBI KENTANG
HITAM MELALUI HIDROLISIS EKSTRAK KASAR αAMILASE ASAL Brevibacterium sp.

SATRYO WIBISONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Produksi Oligosakarida dari Umbi Kentang Hitam melalui
Hidrolisis Ekstrak Kasar α-Amilase asal Brevibacterium sp.
Nama
: Satryo Wibisono
NIM
: G84090035

Disetujui oleh

Dr. drh. Hasim, DEA
Pembimbing I

Nanik Rahmani, M. Si
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr. Ir. I Made Artika, M.Sc. App
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini
ialah produksi oligosakarida, dengan judul Produksi Oligosakarida dari Umbi
Kentang Hitam melalui Hidrolisis Ekstrak Kasar α-Amilase asal Brevibacterium
sp. Skripsi ini didanai oleh DIPA PN Puslit Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Cibinong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. drh. Hasim, DEA selaku
pembimbing utama dan Ibu Nanik Rahmani, M. Si selaku pembimbing kedua.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Satryo Wibisono

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian


2
2
2
3

HASIL
Tepung Oligosakarida dari Umbi Kentang Hitam
Gula Total, Gula Pereduksi, dan Derajat Polimerisasi
Profil Oligosakarida

5
5
6
7

PEMBAHASAN
Tepung Oligosakarida dari Umbi Kentang Hitam
Gula Total, Gula Pereduksi, dan Derajat Polimerisasi
Profil Oligosakarida


8
8
9
10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

10
10
11

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP


22

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.

Hasil analisis gulatotal dan gula reduksi oligosakarida hasil hidrolisis
Nilai Rf kromatogram TLC
Luas area dan konsentrasi kromatogram HPLC

6
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

5.

Aktivitas Enzim amilase
Perhitungan gula pereduksi dan gula total
Perhitungan HPLC
Kurva standar
Kromatogram HPLC

13
14
15
16
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Oligosakarida didefinisikan sebagai komponen yang tersusun dari 2-10
monomer residu monosakarida (Ganzle & Follador 2012). Oligosakarida dapat
ditemukan secara alami dalam berbagai bahan pangan, seperti biji-bijian, buahbuahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, serta umbi-umbian. Cadangan makanan
tanaman umbi-umbian dibuat dalam bentuk polisakarida dengan sedikit campuran

oligosakarida dan monosakarida. Polisakarida yang paling umum adalah pati yang
merupakan polimer dari glukosa dalam bentuk amilosa dan amilopektin.
Manfaat oligosakarida telah banyak berkembang dalam bidang industri
pangan maupun industri kimia. Lee, Kwon, Moon (2003) mengungkapkan bahwa
oligosakarida memiliki manfaat sebagai pemanis, humektan, dan prebiotik.
Oligosakarida memiliki manfaat sebagai pemanis karena memiliki tingkat
kemanisan sebesar 0.3-0.6 kali dibanding sukrosa. Kemampuan oligosakarida
sebagai humektan sendiri karena oligosakarida dapat menjaga kelembaban tanpa
meningkatkan kandungan airnya (Patel & Goyal 2011). Rycroft et al (2001)
mengemukakan bahwa oligosakarida dapat meningkatkan populasi bakteri baik di
saluran cerna (sebagai prebiotik).
Meskipun oligosakarida memiliki banyak manfaat, oligosakarida memiliki
harga yang sangat mahal. Sebagai contoh adalah maltosa. Perusahaan kimia,
Sigma Aldrich, memproduksi dan menjual maltosa untuk standar analisis kimiawi
dengan harga satu juta rupiah per gram sehingga perlu adanya inovasi untuk
memproduksinya.
Inovasi-inovasi untuk memproduksi oligosakarida banyak dikembangkan,
baik secara sintetis kimia, depolimerisasi secara fisika, maupun melalui hidrolisis
secara enzimatis (Barreteau, Delattre, Michaud 2006). Sebagian besar industri
memanfaatkan metode enzimatis untuk memproduksi oligosakarida karena
dianggap lebih efektif dan efisien. Metode enzimatis ini memiliki keunggulan,
yakni produk yang diinginkan lebih banyak dibanding dengan produk sampingnya,
kinetika reaksi sangat mudah dikontrol sehingga apabila menginginkan hasil
dalam skala besar karakteristik reaksi dapat diatur sesuai dengan jenis produk
yang diinginkan, umumnya bekerja pada suhu rendah sehingga dapat menghemat
energi dan menciptakan keamanan dalam lingkungan kerja, investasi peralatan
lebih kecil dibanding metode fisika maupun kimia, serta tidak menghasilkan
limbah yang berbahaya dan beracun (Findrik & Vasiæ-Raèki 2009). Salah satu
bahan dasar untuk memproduksi oligosakarida secara enzimatis adalah pati yang
terdiri dari unit α-D-glukopiranosil yang terhubung dengan ikatan α-1-4glikosidik dan/atau ikatan α-1-6-glikosidik.
Secara alamiah pati memiliki kandungan amilosa yang memiliki ikatan α-14-glikosidik dan amilopektin yang memiliki ikatan α-1-6-glikosidik. Salah satu
tanaman yang memiliki kandungan amilosa dan amilopektin adalah kentang hitam
yang diketahui memiliki karbohidrat total 83% dengan amilosa 32% dan
amilopektin 51% (Rahmani, Yopi, Indriani, Awan 2011a). Kandungan
karbohidrat kentang hitam diketahui memiliki nilai lebih tinggi dari kentang biasa
yang hanya 33.7 gram per 100 gram bobot kentang (Direktorat Gizi Depkes RI

2
1992). Komponen utama polisakarida kentang hitam dapat dihidrolisis menjadi
gula-gula sederhana dengan menggunakan enzim amilase (Winarno 2008).
Enzim amilase dapat diproduksi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme
yang digunakan biasanya diisolasi dari daratan. Pemanfaatan mikroorganisme dari
lautan juga perlu dilakukan karena memiliki karakteristik tahan terhadap
kandungan garam yang sangat tinggi. Salah satu mikroorganisme yang berasal
dari laut adalah Brevibacterium sp. yang juga diketahui dapat memproduksi enzim
amilase (Rahmani, Yopi, Andriani, Prima 2011a).
Brevibacterium sp. memiliki bentuk sel batang dengan diameter koloni 0.61.2 x 1.5-6 m. Bakteri ini termasuk dalam bakteri Gram positif, aerob, tidak
mampu bergerak serta termasuk dalam katalase positif. Dengan adanya substrat
berupa pati, Brevibacterium sp. dapat menghasilkan enzim amilase secara
ekstraseluler (Rahmani, Yopi, Andriani, Prima 2011a).
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan hidrolisis pati kentang hitam
dengan menggunakan α-amilase dari Brevibacterium sp. dan menganalisis
produknya dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Adapun hipotesis dari penelitian ini
adalah produk hidrolisis pati kentang hitam dapat menghasilkan senyawa maltosa,
maltotriosa, dan maltotetraosa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
mensubtitusi penggunaan bahan kimia standar analisis (oligosakarida standar
analisis) komersial dengan produk hidrolisis dari pati yang berasal dari umbi lokal
seperti kentang hitam.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan utama yang digunakan sebagai substrat yaitu pati hasil ekstraksi
kentang hitam. Kentang yang digunakan merupakan hasil kultur jaringan di
Laboratorium Biak Sel dan Kultur Jaringan, Puslit Biologi, LIPI dengan kode 4/9.
Sampel kentang hitam yang digunakan dalam kultur jaringan berasal dari daerah
Sangian, Jawa Timur. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
media peremajaan, pertumbuhan, dan produksi enzim amilase ekstrak kasar yaitu
Artificial Sea Water (ASW), yeast extract (YE), pepton, pati komersial (Merck),
akuades, agar, dan isolat Brevibacterium sp. yang merupakan koleksi bakteri laut
di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi, Pusat penelitian Bioteknologi, LIPI
Cibinong Bogor. Bahan-bahan lain yang digunakan untuk analisis kimia yaitu
buffer sodium fosfat pH 6.6 (20 mM), pereaksi DNS (DNS, NaOH, Na-K tartrat),
fenol 5% (b/v), H2SO4 pekat, n-butanol, asam asetat, α-difenilamin, aseton, asam
fosfat, dan anilin.
Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan media peremajaan dan
pertumbuhan Brevibacterium sp. yaitu labu Erlenmeyer, cawan Petri steril,
magnetic stirrer, ose steril, penangas Bunsen, laminar dengan lampu UV, alkohol
70%, dan plastik wrap. Alat yang digunakan untuk produksi enzim amilase yaitu
labu Erlenmeyer, inkubator goyang (ROSI 1000), sumbat kapas, dan hot plate.
Selain itu, alat yang digunakan untuk analisis kimia yaitu tabung reaksi, rak

3
tabung, microtube Eppendorf, pipet mikro, sentrifus (Hitachi CT15RE), stopwatch,
waterbath 100 ºC dan 80ºC, kuvet, spektrofotometer UV-Visible double beam
(Hitachi U-3900H), plat TLC silica gel 60 F254 (Merck Art 20-20 cm), bejana
pengembang, autoklaf (Tomy High Pressure Steam Sterilizer ES-315), dan HPLC
(Agilent Technology I200 Infinity Series).
Prosedur Penelitian
Produksi Enzim Amilase Ekstrak Kasar
Pembuatan media peremajaan dan kultur pertumbuhan
Brevibacterium sp (Rahmani, Yopi, Andriani, Prima 2011a). Bahan-bahan
penyusun media peremajaan dan kultur Brevibacterium sp. (pH 8) terdiri dari 38
g/L ASW, 2% pati komersial, 1.5% agar, 1 g/L yeast extract, dan 5 g/L pepton.
Media tersebut disterilisasi pada suhu 121ºC selama 15 menit. Peremajaan bakteri
dilakukan pada cawan Petri steril, sedangkan kultur pertumbuhan bakteri
dilakukan pada media cair. Bahan-bahan yang digunakan pada media peremajaan
dan kultur pertumbuhan bakteri hampir sama, hanya saja agar tidak ditambahkan
pada media kultur pertumbuhan.
Peremajaan dan proses kultur Brevibacterium sp (Rahmani, Yopi,
Andriani, Prima 2011a). Peremajaan Brevibacterium sp. dilakukan dengan
menggoreskan isolat bakteri menggunakan jarum ose steril pada media padat yang
telah disiapkan. Media padat tersebut mengandung komponen nutrisi dan sumber
karbon bagi pertumbuhan bakteri. Sebelum melakukan penanaman, laminar
tempat kerja disinari UV terlebih dahulu selama 15 menit untuk membunuh
mikroorganisme yang tidak diinginkan sehingga dapat menurunkan resiko
kontaminasi. Media yang telah ditanami isolat kemudian diinkubasi pada suhu
30ºC selama 3 hari. Prekultur dilakukan dengan memindahkan sebanyak 1 ose
koloni tunggal ke dalam 20 ml media cair. dan kultur diperoleh dari memindahkan
media prekultur ke media kultur 180 ml. Tujuan prekultur yaitu sebagai tahap
adaptasi bakteri terhadap media pertumbuhan sebelum dilakukan kultur pada
volume yang lebih besar yaitu 180 ml media cair. Prekultur diinkubasi dalam
inkubator goyang 150 rpm selama 3 hari pada suhu 30ºC.
Preparasi enzim amilase ekstrak kasar (Rahmani, Yopi, Andriani,
Prima 2011a). Amilase ekstrak kassar diperoleh dari ekstraksi kultur sel dengan
cara sentrifugasi pada kecepatan relatif sentrifugal (RCF) 12000 rpm. Ekstraksi
enzim amilase dipertahankan pada suhu dingin yaitu minimal 4ºC (Liu et al.
2011) untuk menjaga aktivitas enzim. Supernatan yang diperoleh merupakan
amilase ekstrak kasar dengan karakteristik yaitu aktif pada pH 6.6 dalam buffer
fosfat 0.2 M dan suhu 30ºC.
Analisis aktivitas amilase ekstrak kasar (Modifikasi Bernfeld 1955).
Aktivitas enzim amilase ditentukan dengan menggunakan metode DNS yang telah
dimodifikasi dengan mereaksikan 0.5 ml enzim yang telah diencerkan dengan
faktor pengenceran 10 dan 0.5 ml larutan pati 0.5% dalam buffer sodium fosfat 20
mM pH 6.6, kemudian diinkubasi selama 30 menit selama 30ºC. Reaksi
dihentikan dengan merendam tabung reaksi berisi sampel dalam air mendidih
100ºC selama 20 menit. Gula pereduksi yang dibebaskan ditentukan dengan
menggunakan metode metode DNS (Miller 1959). Warna yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer 540 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh dikonversi

4
menjadi konsentrasi gula perekduksi (µg mL-1) menggunakan persamaan yang
diperoleh dari kurva standar glukosa. Satu unit aktivitas amilase merupakan
jumlah enzim yang mampu mengkatalisis perubahan 1 µmol substrat per menit
pada kondisi tertentu (Winarno 2010).
Hidrolisis enzimatis pati kentang hitam kode 4/9.
Hidrolisis enzimatis pati kentang hitam kode 4/9 (Rohanah 2012)..
Kondisi optimum hidrolisis yang diperoleh adalah perbandingan konsentrasi
enzim dan substrat (1:5) dengan waktu inkubasi selama 4 jam. Substrat hasil
preparasi dan enzim hasil preparasi dicampur dengan perbandingan konsentrasi
enzim dan substrat 1:5 kemudian diinkubasi selama 4 jam. Aktivitas enzim
dihentikan dengan cara memanaskan pada suhu 100ºC di air mendidih. Langkah
selanjutnya adalah dilakukan sentrifugasi 12000 rpm. Pelet yang diperoleh
kemudian dibuang. Supernatan yang diperoleh kemudian dianalisis gula pereduksi,
gula total, derajat polimerisasi, dan TLC. Supernatan yang tidak dianalisis
kemudian di freeze-drying untuk menghasilkan oligosakarida bentuk padatan.
Analisis Kimia
Analisis gula total (Modifikasi Dubois et al 1956). Larutan glukosa
standar masing-masing sebanyak 0.5 ml dengan konsentrasi 50, 100, 150. 200 µg
mL-1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, sampel hasil hidrolisis dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang lain. Sebanyak 0.5 ml larutan fenol 5% (b/v) dan 2.5 ml
asam sulfat pekat ditambahkan ke dalam larutan standar dan sampel kemudian
diinkubasi pada suhu 40ºC selama 20 menit. Setelah itu, absorbansi sampel diukur
pada panjang gelombang 490 nm.
Analisis gula pereduksi (Modifikasi Miller 1959). Jumlah gula
pereduksi yang terbentuk ditentukan dengan metode DNS yang telah dimodifikasi
(Miller 1959). Sebanyak 0.5 ml larutan standar glukosa dengan konsentrasi 50,
100, 150, 200, 250, 500 µg mL-1 yang telah diencerkan dari 1000 µg mL-1
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah 0.75 ml pereaksi DNS.
Perlakuan sama terhadap sampel hasil hidrolisis. Larutan standar dan sampel
dimasukkan ke dalam watebath 100ºC selama 20 menit kemudian didiamkan
sampai suhu mendekati suhu ruang. Pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang 540 nm.
Derajat polymerase (Apriyantono et al 1989). Derajat polimerase
dihitung berdasarkan perbandingan antara gula total dan gula pereduksi.

Analisis profil oligosakarida
Kromatografi lapis tipis (Rahmani et al. 2013). Kromatografi lapis tipis
digunakan secara kuantitatif untuk melihat jenis oligosakarida yang terbentuk.
Analisis ini dilakukan pada plat silica gel 60 F254 (Merck art 20-20 cm) sebagai
fasa diam. Plat tersebut dibuat dengan ukuran 10x10 cm, garis awal 1 cm dari
batas bawah dan garis akhir 0.5 cm dari batas atas. Sampel diteteskan sebanyak 8
kali menggunakan pipa kapiler dengan jarak 1 cm antar sampel. Plat dimasukkan

5
ke dalam bejana pengembang berisi eluen (terdiri dari n-butanol:asam
asetat:akuades 12:6:6) yang telah dijenuhkan selama 1 jam. Elusi dilakukan
hingga batas garis akhir. Plat diangkat hingga eluen menguap semua pada suhu
kamar lalu disemprt dengan pewarna gula (0.5 gran α-difenilamin, 25 ml aseton,
2.5 ml asam fosfat, 0.5 ml anilin, pada labu Erlenmeyer 300 ml). Plat dikeringkan
dalam oven 100ºC selama 15 menit hingga terbentuk spot. Setelah dingin diukur
nilai Rf dari masing-masing komponen.

Analisis HPLC (Lee et al. 2003, Kandra et al. 2002). Oligosakarida hasil
hidrolisis enzimatis dianalisis menggunakan HPLC. Detektor yang digunakan
yaitu Refractive Index Detector (RID) dan kolom Zorbax SIL (Silica) dengan
dilapisi 3-aminopropilsilen. Fase gerak yang digunakan adalah asetonitril dan
akuades dengan rasio 75:25 (v/v) yang telah dihomogenisasi. Kecepatan alir dan
suhu yang digunakan adalah 0.5 ml/menit dan 30ºC.
Pemekatan oligosakarida pati kentang hitam
Pemekatan produk oligosakarida dilakukan dengan metode freeze-dry di
Pusat Bioteknologi PAU, IPB. Kondisi freeze-dry dilakukan pada suhu -50ᵒC,
tekanan vakum 10 Hg, serta waktu operasi 48 jam.
HASIL
Tepung Oligosakarida dari Umbi Kentang Hitam
Enzim α-amilase dihasilkan oleh bakteri Brevibacterium sp. menghasilkan 2
liter ekstrak berwarna kuning. Aktivitas enzim yang diperoleh melalui metode
DNS sebesar 1.708 U mL-1. Enzim ditambahkan dalam suspensi pati kentang
hitam dengan konsentrasi 2.5% (b/v) sesuai dengan kondisi optimum hidrolisis,
yakni perbandingan enzim dengan substrat 1:5, konsentrasi pati kentang hitam
2.5%, waktu hidrolisis selama 4 jam, pH hidrolisis 6.6 serta dilakukan pada suhu
300C (Rohanah 2012). Penambahan enzim dilakukan setelah suspensi pati kentang
hitam dalam kondisi suhu ruang setelah dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan
yang dilakukan akan mengubah suspensi pati kentang hitam yang semula
berwarna putih keruh menjadi kecoklatan.
Produk hidrolisis (oligosakarida) yang diperoleh sebanyak 3 liter berwarna
coklat. Sebanyak satu liter produk disimpan sebagai stok (Gambar 1). Selanjutnya
2 liter oligosakarida cair dipekatkan menggunakan metode freeze-drying dan
menghasilkan 8.2 gram serbuk yang berwarna coklat (Gambar 2).

6

Gambar 1 Oligosakarida cair

Gambar 2 Tepung oligosakarida hasil freeze-drying
Gula Total, Gula Pereduksi, dan Derajat Polimerisasi
Oligosakarida tersebut di analisis gula pereduksi dengan menggunakan
metode DNS, gula total dengan menggunakan fenol-asam sulfat, serta derajat
polimerisasi dihitung berdasarkan perbandingan gula total dan gula pereduksi.
Hasil analisis gula total dan gula reduksi dapat dilihat dalam Tabel 1. Kurva
standar gula pereduksi dan gula total dapat dilihat pada Lampiran 4. Konsentrasi
gula total yang diperoleh sebesar 20003.0 µg mL-1 dan konsentrasi gula reduksi
yang diperoleh sebesar 2102.7 µg mL-1 sehingga derajat polimerisasi yang
diperoleh sebesar 10.
Tabel 1 Hasil analisis gula total dan gula reduksi oligosakarida hasil hidrolisis
Analisis
Gula Total
Gula Reduksi

Konsentrasi (µg mL-1)
20003.0
2102.7

Derajat Polimerisasi
10

Profil Oligosakarida
Oligosakarida segar maupun hasil freeze dry dianalisis profilnya
menggunakan KLT dan KCKT. Waktu retensi standar (glukosa, maltosa,
maltotriosa, dan malto pentaosa) berturut-turut adalah 0.571, 0.500, 0.386, dan
0.243. Kromatogram KLT yang diperoleh (Gambar 3) menunjukkan bahwa
sampel hasil freeze dry dengan sampel segar menghasilkan 3 spot. Namun, sampel
freeze dry dengan konsentrasi 4% memiliki pemisahan yang baik sehingga dapat
digunakan untuk analisis dengan menggunakan KCKT. Hasil dari analisis KLT
menunjukkan baik sampel segar maupun sampel freeze dry diduga memiliki
senyawa maltosa dan maltotriosa. Senyawa maltotetraosa juga diduga terdapat
pada sampel freeze dry dan sampel segar karena terdapat nilai Rf diantara
maltotriosa dan maltopentaosa.

7
Keterangan :
1-5 sampel freeze dry konsentrasi 1-5%
6 standar maltopentaosa
7 standar maltotriosa
8 standar glukosa
9 standar mix glukosa dan maltosa
10 sampel segar

Gambar 3 Kromatogram KLT
Tabel 2 Nilai Rf kromatogram KLT
No.
1

Sampel
1%

2

2%

3

3%

4

4%

5

5%

6
7
8
9
10

M5 (Maltopentaose)
M3 (Maltotriose)
G (Glukosa)
GM
(Glukosa+Maltosa)
K
(Sampel segar)

Jarak
Migrasi (cm)
2.3
2.9
3.5
2.3
2.9
3.4
2.1
2.7
3.3
2.1
2.7
3.1
2.0
2.5
3.0

Jarak Eluen
(cm)
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7

Rf

Keterangan

0.329
0.414
0.500
0.329
0.414
0.486
0.300
0.386
0.471
0.300
0.386
0.443
0.287
0.357
0.429

M3
Maltosa
M3
M3
M3
-

1.7

7

0.243

M5

2.7
4
3.5
4
1.8
2.4
2.7

7
7
7
7
7
7
7

0.386
0.571
0.500
0.571
0.257
0.343
0.386

M3
Glukosa
Maltosa
Glukosa
M5
M3

Analisis dengan menggunakan KCKT dilakukan dalam 2 kondisi, yaitu
kondisi pertama pengoperasian dengan waktu analisis 15 menit dan kondisi kedua
pengoperasian dengan waktu analisis 40 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui waktu optimum yang digunakan agar dapat memunculkan jumlah
puncak kromatogram yang sama dengan spot yang diterlihat pada analisis KLT.
Standar yang digunakan adalah glukosa+maltosa 5% (b/v) dan standar maltosa
5%. Standar diinjeksikan terlebih dahulu dan menghasilkan waktu retensi 7.847

8
untuk standar glukosa serta 10.959 dan 11.240 untuk standar maltosa (Tabel 3).
Baik sampel segar maupun sampel freeze dry menghasilkan 2 puncak (2 waktu
retensi) pada waktu operasi 15 menit sedangkan pada waktu operasi 40 menit
menunjukkan sampel segar memiliki jumlah waktu retensi sebanyak 5 (7.828,
11.265, 16.947, 26.099, dan 34.115) dan sampel freeze dry memiliki jumlah
waktu retensi sebanyak 4 ( 7.481, 11.184, 16.864, dan 25.880). Kedua sampel
diduga mengandung senyawa glukosa, maltosa, dan maltotriosa.
Tabel 3 Luas area dan konsentrasi pada kromatogram KCKT
Tipe Sampel
Standar
Glukosa+Maltosa
Standar Maltosa
Sampel Segar (15
menit)

Sampel Segar (40
menit)

Konsentrasi
Sampel (%
b/v)
5
5
2.5

Waktu
Retensi
(menit)
7.487
10.959
11.240
7.610
11.144
7.828
11.265

Luas Area
(%)
18.6362
7.4018
100.0000
77.1117
22.8883
63.8309
14.265

2.5

16.947

18.5443

Freeze dry (15
menit)

5

26.099
34.115
7.475
11.126
7.481
11.184

2.8213
0.5385
82.9773
17.0227
83.8571
4.1459

Freeze dry (40
menit)

5

16.864

5.9411

25.880

6.0559

Senyawa
Glukosa
Maltosa
Maltosa
Glukosa
Maltosa
Glukosa
Maltosa
Maltotriosa
(Rahmani et
al (c) 2013)
Gkukosa
Maltosa
Glukosa
Maltosa
Maltotriosa
(Rahmani et
al (c) 2013)
-

Konsentrasi
(% b/v)
3.5787
1.4213
5.0000
1.9278
0.5722
1.5958
0.3566
0.4636
0.0705
0.0135
4.1489
0.8511
4.1929
0.2073
0.2970
0.3028

PEMBAHASAN
Tepung Oligosakarida dari Pati Kentang Hitam
Enzim amilase yang diperoleh sebanyak 2 liter berwarna kekuningan.
Warna tersebut muncul karena media tumbuh bakteri Brevibacterium sp. yang
mengandung yeast extract berwarna kuning. Yeast extract merupakan sumber
nitrogen pada media tumbuh Brevibacterium sp.
Enzim kemudian diuji aktivitasnya dengan menggunakan metode DNS.
Prinsipnya adalah DNS akan mengikat monosakarida yang berada dalam larutan
sehingga menimbulkan warna kuning hingga kecoklatan. Warna tersebut dapat
memberikan absorbansi pada 540 nm (Miller 1959). Standar glukosa digunakan
karena produk akhir dari hidrolisis pati oleh enzim amilase adalah glukosa.
Aktivitas enzim yang terukur adalah 1.708 U mL-1. Aktivitas enzim yang
diperoleh lebih kecil dari Rahmani et al. (2011a) yakni 2.85 U/ml. Hal ini
dikarenakan bakteri yang digunakan merupakan hasil peremajaan dari isolat awal
sehingga menurunkan kemampuan dalam memroduksi enzim amilase.
Enzim yang telah dihasilkan tersebut kemudian digunakan untuk
menghidrolisis pati kentang hitam pada kondisi optimum (Rohanah 2012). Pati

9
kentang hitam mulanya dilarutkan dalam akuades sehingga konsentrasinya 2.5%.
Pati yang sudah dilarutkan tersebut, harus diberi perlakuan panas terlebih dahulu.
Hal tersebut dikarenakan pati tidak larut dalam air dingin. Wang (2002)
menjelaskan bahwa pati sangat tahan terhadap penetrasi, baik oleh air atau enzim
hidrolitik karena adanya ikatan hidrogen dalam molekul yang sama serta antar
molekulnya. Kedua ikatan tersebut dapat melemah ketika suhu suspensi pati
dinaikkan. Pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat merusak ikatan-ikatan antar
molekul pati tersebut. Oleh karena itu, suspensi pati kentang hitam dipanaskan
diatas pemanas elektrik dan dijaga suhunya hingga 80°C.
Gula Total, Gula Pereduksi, dan Derajat Polimerisasi
Jumlah gula pereduksi dan gula total perlu dihitung untuk mengetahui
panjang polimer pati yang terkandung dalam kentang hitam. Baik gula pereduksi
maupun gula total ditentukan dengan menggunakan teknk kolorimetri. Gula
pereduksi ditentukan dengan menggunakan metode DNS. Metode ini hanya dapat
mendeteksi satu gula pereduksi, misalnya glukosa. Glukosa memiliki gugus
aldehida sehingga dapat dioksidasi oleh asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus
karboksil dan menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa pada
panjang gelombang 450 nm. Gula total diukur dengan menggunakan metode fenol
asam sulfat. Metode ini dapat mengukur dua molekul gula sederhana,
oligosakarida dan turunannya yang menghasilkan warna jingga kekuningan dan
dapat dibaca pada panjang gelombang 490 nm. Reaksi fenol dengan asam sulfat
menghasilkan panas (reaksi eksoterm) (Bintang 2010). Konsentrasi gula pereduksi
yang diperoleh sebesar 2102.738 µg mL-1 dan gula total diperoleh sebesar
20003.030 µg mL-1.
Derajat polimerisasi ditentukan dari nisbah konsentrasi gula total dan gula
pereduksi. Nilai derajat polimerisasi yang dimiliki kentang hitam sebesar 10
artinya bahwa produk hidrolisis dari pati kentang hitam merupakan golongan
senyawa oligosakarida. Nakakuki (2002) mengemukakan bahwa oligosakarida
merupakan hasil hidrolisis dengan nilai DP sebesar 2-10. Secara umum, derajat
polimerisasi menurun seiring bertambahnya waktu reaksi hidrolisis. Hal tersebut
dikarenakan adanya pemutusan rantai monosakarida yang panjang menjadi lebih
pendek seiring bertambahnya waktu reaksi. Salah satu contoh produk hidrolisis
pati yang memiliki derajat polimeriasi yang kecil adalah oligosakarida yang
berasal dari umbi tacca, yakni sebesar 2.7 dengan waktu hidrolisis selama 6 jam
(Putri 2014).
Profil Oligosakarida
Sampel segar maupun hasil freeze dry, profil oligosakaridanya dianalisis
menggunakan metode KLT dan KCKT. Analisis dilakukan untuk mengetahui
komponen oligosakarida yang terdapat pada produk hidrolisis tersebut. Sampel
freeze dry diencerkan menjadi 1-5%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada
konsentrasi berapa oligosakarida dapat terpisahkan dengan baik.
Hasil dari KLT (Tabel 2) menunjukkan bahwa oligosakarida mengandung 3
komponen oligosakarida. Pemisahan terbaik untuk sampel freeze dry adalah pada
konsentrasi 4%. Hal ini dikarenakan spot dapat terpisah dengan jelas. Komponenkomponen tersebut dapat diketahui jenisnya dari nilai Rf untuk masing-masing
spot pada TLC. Jarak total migrasi adalah 7 cm.

10
Sampel 1-5% yang merupakan hasil pemekatan freeze dry diketahui
mengandung maltotriosa dan hanya sampel 1% saja yang mengandung maltosa.
Hal ini berbeda dengan sampel sebelum pemekatan (sampel non freeze dry) yang
diduga mengandung maltopentaosa dan
maltotriosa. Keseluruhan sampel
menunjukkan bahwa oligosakarida yang terdapat dalam supernatan tersebut yang
paling banyak adalah maltotriosa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Poliana
dan MacCabe (2007) bahwa enzim α-amilase memotong ikatan glikosidik α-1.4
pada molekul pati dan menghasilkan produk maltosa, maltotriosa, dan glukosa.
Hasil dari KLT kemudian dilanjutkan dengan menggunakan KCKT.
Masing-masing sampel dianalisis dengan waktu pengoperasian 15 menit dan 40
menit. Kromatogram sampel segar dengan waktu operasi 15 menit (Lampiran 5)
menunjukkan 2 puncak (waktu retensi 7.610 dan 11.144). Waktu retensi 7.610
diduga sebagai senyawa glukosa dan 11.144 diduga sebaga maltosa. Gambar 10
merupakan kromatogram sampel segar dengan waktu operasi 40 menit
menunjukkan 4 puncak (7.826, 11.265, 16.947, 26.099). Waktu retensi tersebut
tidak sama dengan standar yang digunakan sehingga yang dapat terbaca hanya
pada waktu retensi 11.265 yang diduga sebagai maltosa. Pada waktu
pengoperasian ditambah terlihat bahwa kurva kromatogram beratambah, artinya
jumlah jenis oligosakarida yang terdeteksi bertambah sehingga sesuai jumlahnya
dengan jumlah spot pada TLC. Berbeda halnya dengan kromatogram sampel
freeze dry dengan waktu pengoperasian yang sama. Baik sampel segar maupun
sampel freeze dry menunjukkan jumlah kurva yang sama. Perbedaan diantara
keduanya adalah tinggi puncak pada waktu operasi 15 menit, sampel freeze dry
memiliki puncak lebih tinggi dari puncak sampel segar, dan waktu operasi 40
menit sampel freeze dry memiliki puncak lebih rendah dari sampel segar. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel freeze dry akan mengalami penurunan tinggi puncak
apabila waktu operasi semakin lama.
Konsentrasi masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Masingmasing sampel menunjukkan adanya maltosa dan glukosa. Terlihat bahwa ketika
waktu pengoperasian ditambah menjadi 40 menit, jumlah puncak bertambah.
Sampel segar yang semula hanya memunculkan 2 puncak ketika ditambah waktu
pengoperasiannya menjadi 5 puncak. Puncak yang terdapat pada sampel segar
antara lain dengan waktu retensi 7.8428 glukosa, 11.265 maltosa, 16.947
maltotriosa (Rahmani et al. 2013).
Kedua kromatogram mendeteksi adanya senyawa glukosa yang tidak
muncul pada spot KLT. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
bahwa detektor pada KCKT memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi sehingga
senyawa glukosa dapat terdeteksi. Selain itu, enzim yang digunakan merupakan
amilase tipe alfa.
Enzim α-amilase (EC 3.2.1.1) atau yang biasa disebut 1,4–α-D-glukan
glukanohidrolase merupakan endoenzim yang memutus ikatan α-1,4 amilosa dan
amilopektin dengan cepat pada larutan pati kental yang telah mengalami
gelatinisasi. Enzim ini akan menghidrolisis ikatan α-1,4 glikosidik pada
polisakarida dengan hasil degradasi di bagian tengah atau di dalam molekul
sehingga terbentuk molekul-molekul karbohidrat yang lebih pendek meliputi
glukosa, dekstrin dan produk oligosakarida berbagai ukuran dengan konfigurasi
alfa. α-Amilase mendegradasi maltotetraosa, maltopentosa, maltoheksosa menjadi
glukosa, maltosa, maltotriosa, dan maltotriosa yang terbentuk dapat terdegradasi

11
menjadi glukosa (Winarno 2008).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak kasar α-amilase dari Brevibacterium sp memiliki aktivitas sebesar
1.708 U mL-1. Hasil analisis KLT maupun KCKT menunjukkan hasil yang sama
yakni menunjukkan adanya senyawa maltosa dan maltotriosa. Kromatogram
sampel segar menunjukkan adanya senyawa glukosa sebanyak 1,60% (b/v),
maltosa 0,36% (b/v), dan maltotriosa 0,46% (b/v). Kromatogram freeze dry
menunjukkan adanya senyawa glukosa sebanyak 4,20% (b/v), maltosa 0,21%
(b/v), dan maltotriosa 0,30% (b/v).
Saran
`Pemisahan terhadap maltooligosakarida menjadi maltosa dan maltotriosa
perlu dilakukan untuk memperoleh tingkat kemurnian yang tinggi. Selain itu,
pengujian terhadap bakteri probiotik dan patogen pada sistem pencernaan perlu
dilakukan untuk mengetahui kemampuan maltooligosakarida yang diperoleh
sebagai sumber prebiotik.

DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono A, Fardiaz, Puspitasari NL, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan.
Bogor (ID) : PAU Pangan dan Gizi.
Barreteau H, Delattre C, Michaud P. 2006. Production of Oligosaccharides as
Promising New Food Additive Generation. Food Technol. Biotechnol
44(3): 323-333.
Bintang M. 2010. BIOKIMIA Teknik Penelitian. Jakarta (ID) : Erlangga.
Direktorat Gizi Depkes RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta
(ID) : Bhratara
Dubois, Gilles KA, Hamilton JK, Rebers PA, Smith F. 1956. Colorimetric method
for determination of sugar and related substances. J Anal Chem 28:350356.
Findrik Z, Vasiæ-Raèki D. 2009. Overview on Reactions with Multi-enzyme
System. Chem Biochem Eng Q. 23 (4) 545-553.
Ganzle MG, Follador R. 2012. Metabolism of oligosaccharides and starch
lactobacilli : a review. Kanada : University of Alberta.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta (ID) : Yayasan Wana Jaya.

12
Hizukuri S, Abe J, Hanashiro I. 2006. Starch : analytical aspect. Dalam :
Eliasson(ed). Carbohydrates in Food Second Edition. Boca Raton : CRC
Press, pp 305-390.
Kandra L, Gyemant G, Liptak A. 2002. Action pattern of α-amylases on modified
maltooligosaccharides. J Biol 57(11):171-180.
Lee JW, Kwon TO, Moon IS. 2003. Adsorption of monosacharides, disacharides,
and maltooligosacharides on activated carbon for separaton of
maltopentose. J Bioetchnol Bioprocess Engineer 8 : 47-53.
Liu J, Zhang Z, Zhu H, Dang H, Lu J, Cui Z. 2011. Isolation and characterization
of α-amylase from marine Pseudomonas sp. K6-28-040. J Biotechnol. 10
(14) : 2733-2740.
Manning T, Gibson GR. 2004. Prebiotics : Best practice and research. J Clinical
Gastroenterol. 28 (12):287-298.
Miller GL. 1959. Use of dinitrosalicyclic acid reagent for determination of
reducing sugar. J Anal Chem. 31: 426-428.
Nakakuki T. 2002. Present status and future of functional oligosaccharide
development in Japan. Pure Appl Chem. 74(7):1245-1251.
Patel S, Goyal A. 2011. Functional oligosaccharides : production, propertie, and
application. J Microbiol Biotechnol 27 : 1119-1128.
Putri FH. 2014. Hidrolisis Pati Umbi Tacca Menggunakan α-Amilase dari
Brevibacterium sp. untuk Menghasilkan Oligosakarida. [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Rackis JJ. 1989. Physiological Effects of Food Carbohydrates. Washington DC
(USA) : American Chemical Society.
Rahmani N, Yopi, Indriani A, Awan. 2011. Karakteristik dan Pengembangan
Karbohidrat dari Umbi Kentang Hitam (Coleus tuberosus Benth), Ubi
Kayu (Manihot esculenta). [Laporan Teknis]. Bogor (ID) : Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Rahmani N, Yopi, Andriani A, Prima A. 2011. Production and characterization of
amylase enzyme from marine bacteria. Proceedings of the International
Seminar on Chemistry for a Better Future, 24-25 November 2011,
Jatinangor (ID).
Rahmani N, Rohanah, Sukarno, Andriani A, Yopi. 2013. Production of
Maltooligosaccharides from Black Potatoes (Coleus tuberosus) Starch by
α-Amylase from Marine Bacterium (Brevibacterium sp). Microbiology 7 :
p129-136.

13
Rohanah. 2012. Hidrolisis Enzimatis Pati Kentang Hitam (Coleus tuberosus)
Menggunakan Enzim Amilase dari Mikroba Laut (Brevibacterium sp).
[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Rohmayati T. 2013. Analisis Oligosakarida Hasil Hidrolisis Pati Kentang Hitam
(Culeus tuberosus) oleh Enzim Amilase dari Brevibacterium sp. [Skripsi].
Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.
Rycroft CE, MR Jones, GR Gibson, RA Rastall. 2001. A Comparative In Vitro
Evaluation of The Fermentation Properties of Prebiotic Oligosaccharides.
Journal of Applied Microbiology 91, 878-887.
Sanawati A. 2007. Produksi dan Karakterisasi Alpha-Amilase Saccharomycopsis
fibuligera Rekombinan yang Diekspresikan dalam Pichia pastoris. [Tesis].
Bandung [ID] : Institut Teknologi Bandung.
Wang NS. 2002. Starch Hydrolysis by Amylase. (dalam) Septiani L. 2003.
Karakterisasi tepung dan pati umbi uwi (Dioscorea alata) dan Gembili (D.
esculenta) serta pengujian penerimaan α-amilase terhadap pati. [Skripsi]
Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.
Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Pr.

14
Lampiran 1 Aktivitas enzim amilase
Pengen
ceran

U1

U2

100x

0.576

0.552

U3

Rerata
(R)

Kontrol
(K)

0.511

0.546

0.480

Perhitungan

y=0.003x-0.072
y= absorbansi (R-K), x=konsentrasi(µg mL-1)
0.066=0.003x-0.072
0.066-0.072=0.003x
x = 46.111 µg mL-1

Ekstrak kasar enzim amilase

R-K

Konsent
rasi (µg
mL-1)

Konsentr
asi
(mg/ml)

0.066

46.111

0.046

Aktivit
as
(Unit/
ml)
1.708

15
Lampiran 2 Perhitungan gula pereduksi dan gula total
Standar gula pereduksi
Konsentrasi (µg mL1)
0
100
150
200
250
300

Ulangan 1

Ulangan 2

Rerata

0.000
0.217
0.385
0.539
0.700
0.852

0.000
0.227
0.394
0.551
0.709
0.861

0.000
0.222
0.390
0.545
0.705
0.857

Persamaan kurva regresi : y=0.0029x-0.0322; R2 = 0.994
Absorbansi gula pereduksi sampel
Pengenceran

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

Rerata

Konsentrasi
(µg mL-1)

10x

0.618

0.603

0.623

0.615

210.274

Konsentrasi
sebenarnya
(µg mL-1)
2102.738

Contoh perhitungan


konsentrasi = 210.274 µg mL-1
konsentrasi sebenarnya = konsentrasi x faktor pengenceran
konsentrasi sebenarnya = 210.274 x 10 = 2102.738

Standar gula total
Konsentrasi (µg
mL-1)
0
40
60
80
100

Ulangan 1

Ulangan 2

Rerata

0.000
0.365
0.605
0.686
1.007

0.000
0.354
0.564
0.672
0.984

0.000
0.360
0.585
0.679
0.996

Persamaan kurva regresi linier : y=0.0096x-0.0125: R2=0.984
Absorbansi gula total sampel
Pengenceran

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

Rerata

Konsentrasi
(µg mL-1)

400x

0.422

0.431

0.499

0.451

50.008

Contoh perhitungan


Konsentrasi
sebenarnya
(µg mL-1)
20003.030

16

konsentrasi = 50.008 µg mL-1
k.sebenarnya = konsentrasi x faktor pengenceran= 50.008 x 400 = 20003.030 µg
mL-1
Perhitungan Derajat Polimerisasi

17
Lampiran 3 Perhitungan HPLC
Tipe Sampel
Standar
Glukosa+Maltosa
Standar Maltosa
Sampel Segar (15
menit)

Sampel Segar (40
menit)

Konsentrasi
Sampel (%
b/v)
5
5
2.5

Waktu
Retensi
(menit)
7.487
10.959
11.240
7.610
11.144
7.828
11.265

Luas Area
(%)
18.6362
7.4018
100.0000
77.1117
22.8883
63.8309
14.265

2.5

16.947

18.5443

Freeze dry (15
menit)

5

26.099
34.115
7.475
11.126
7.481
11.184

2.8213
0.5385
82.9773
17.0227
83.8571
4.1459

Freeze dry (40
menit)

5

16.864

5.9411

25.880

6.0559

Senyawa
Glukosa
Maltosa
Maltosa
Glukosa
Maltosa
Glukosa
Maltosa
Maltotriosa
(Rahmani et
al (c) 2013)
Gkukosa
Maltosa
Glukosa
Maltosa
Maltotriosa
(Rahmani et
al (c) 2013)
-

Konsentrasi
(% b/v)
3.5787
1.4213
5.0000
1.9278
0.5722
1.5958
0.3566
0.4636
0.0705
0.0135
4.1489
0.8511
4.1929
0.2073
0.2970
0.3028

Contoh Perhitungan sampel segar 15 menit dengan waktu retensi 7.610 menit



18
Lampiran 4 Kurva standar
Kurva standar glukosa untuk penentuan aktivitas enzim
1,600
y = 0,003x - 0,0722
R² = 0,9988

1,400

Absorbansi

1,200
1,000
0,800

Series1

0,600

Linear (Series1)

0,400
0,200
0,000
0

200

400

600

Konsentrasi (µg mL-1)

Absorbansi

Kurva standar glukosa untuk penentuan nilai gula pereduksi
1,000
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
-0,100 0

Series1
Linear (Series1)

100
200
Konsentrasi (µg mL-1)

300

19
Kurva standar glukosa untuk penentuan nilai gula total
1,200
1,000

Absorbansi

0,800
0,600
Series1
0,400

Linear (Series1)

0,200
0,000
0
-0,200

50

100

Konsentrasi (µg mL-1)

150

18

Lampiran 5 Kromatogram HPLC
Standar maltosa

Standar campuran glukosa dan maltosa

Sampel segar 15 menit waktu pengoperasian

19
Sampel segar 40 menit waktu pengoperasian

Sampel freeze-dry 15 menit waktu pengoperasian

Sampel freeze-dry 40 menit waktu pengoperasian

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 21 Juni 1991 merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Anak dari seorang ayah yang bernama Taryono dan
ibu yang bernama Yanti Irianti. Riwayat pendidikan mulai dari TK Aisyah
Bustanul Atfhal Indramayu(1995-1997), SDN Paoman III Sindang-Indramayu
(Margadadi III) (1997-2003), SMPN Unggulan Sindang-Indramayu (2003-2006),
SMAN 1 Sindang-Indramayu (2006-2009). Masa pendidikan, penulis pernah
mengikuti organisasi PASKIBRA di SMPN Unggulan Sindang, DPM FMIPA IPB
Komisi 1, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) IKADA sebagai Wakil Ketua
PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) serta Ketua Divisi Kominfo
(Komunikasi dan Informasi).