Elektrode Pasta Karbon Termodifikasi Nanopartikel Emas untuk Mendeteksi Zat Aktif pada Ekstrak Temu Lawak

ELEKTRODE PASTA KARBON TERMODIFIKASI
NANOPARTIKEL EMAS UNTUK MENDETEKSI ZAT AKTIF
PADA EKSTRAK TEMU LAWAK

NURUL QOMARIYAH

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Elektrode Pasta Karbon
Termodifikasi Nanopartikel Emas untuk Mendeteksi Zat Aktif pada Ekstrak Temu
Lawak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Nurul Qomariyah
NIM G44100095

ABSTRAK
NURUL QOMARIYAH. Elektrode Pasta Karbon Termodifikasi Nanopartikel
Emas untuk Mendeteksi Zat Aktif pada Ekstrak Temu Lawak. Dibimbing oleh
DEDEN SAPRUDIN dan BUDI RIZA PUTRA.
Mutu temu lawak ditentukan oleh kandungan zat aktif yang terkandung di
dalamnya. Penentuan zat aktif membutuhkan waktu yang cepat, murah, dan akurat.
Teknik voltammetri menjadi pilihan karena memenuhi kriteria tersebut. Elektrode
kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah elektrode pasta karbon
termodifikasi nanopartikel emas dan perlu diuji kinerjanya. Parameter pengujian
kinerja elektrode, meliputi pengaruh potensial dan waktu deposisi, pH, dan
konsentrasi. Potensial dan waktu deposisi optimum diperoleh berturut-turut pada
0.5 V dan 800 detik, sedangkan pH optimum diperoleh pada pH 6.0. Elektrode
memberikan respons yang linear terhadap konsentrasi ekstrak dalam selang
konsentrasi 0.5˗ 3.5% (b/v) dengan koefisien determinasi sebesar 0.9630.

Kata kunci: elektrode pasta karbon, nanopartikel emas, temu lawak

ABSTRACT
NURUL QOMARIYAH. A Gold Nanoparticle-Modified Carbon Paste Electrode
as a Sensor for Active Substance in Temu Lawak Extract. Supervised by DEDEN
SAPRUDIN and BUDI RIZA PUTRA.
The quality of temu lawak is determined by its active substance that
contained therein. Determination of the active substance needs quick and low cost
method, as well as, accurate measurement. Voltammetry technique is chosen
because it meets these criteria. A gold nanoparticle-modified carbon paste
electrode was used as a working electrode and its performances needs to be tested.
Performance test was done for several parameters such as potential effects and
deposition time, pH, and concentration. The optimum potential and deposition
time were 0.5 V and 800 seconds, respectively, while the optimum pH obtained
was 6.0. The electrode showed linear response toward concentration of the extract
in the range of 0.5˗ 3.5% (w/v) with determination coefficient of 0.9630.
Keywords: carbon paste electrode, gold nanoparticle, temu lawak

ELEKTRODE PASTA KARBON TERMODIFIKASI
NANOPARTIKEL EMAS UNTUK MENDETEKSI ZAT AKTIF

PADA EKSTRAK TEMU LAWAK

NURUL QOMARIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM


: Elektrode Pasta Karbon Termodifikasi Nanopartikel Emas untuk
Mendeteksi Zat Aktif pada Ekstrak Temu Lawak
: Nurul Qomariyah
: G44100095

Disetujui oleh

Dr Deden Saprudin, MSi
Pembimbing I

Budi Riza Putra, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini diberi judul Elektrode
Pasta Karbon Termodifikasi Nanopartikel Emas untuk Mendeteksi Zat Aktif pada
Ekstrak Temu lawak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Deden Saprudin, MSi dan
Bapak Budi Riza Putra, MSi selaku pembimbing atas bimbingan, saran, dan
arahannya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Selain itu, ucapan terima
kasih penulis sampaikan pula kepada staf Laboratorium Kimia Analitik (Bapak
Eman, Bapak Dede, Bapak Kosasih, dan Ibu Nunung), staf Laboratorium Bersama
(Bapak Eko dan Bapak Wawan) serta staf laboratorium lainnya dan pegawai
departemen kimia yang telah memberikan fasilitas dan arahan selama kegiatan
penelitian berlangsung.
Ungkapan cinta dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu,
kakak, adik tercinta, teman-teman satu bimbingan (Ati Yuniarti, Ika Rachmawati,
Rizka Efrania, Mayong Ajiwinanto), dan teman-teman satu Laboratorium Kimia
Analitik (Baiq Amelia Riyandari, Anisyah Is Purwati, Eva Lilis Nurgilis, Adani
Fajrina Lutfi, Nurulita Sari, Wulan Suci Pamungkas, Gemilang Tanisan, Mulyati,
Raodatul Jannah, dan Herdiyanto) atas segala bantuan, dukungan, dan doa yang

diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, September 2014
Nurul Qomariyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Preparasi Ekstrak Temu lawak dan Kadar Air

5

Pengaruh Potensial Deposisi

6

Pengaruh Waktu Deposisi

11

Pengaruh pH Bufer


12

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Temu lawak

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA


15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR GAMBAR
1
2

Struktur kimia kurkumin
Voltammogram siklik blangko menggunakan EPK termodifikasi
nanopartikel emas pada berbagai potensial
3 Voltammogram siklik blangko dan ekstrak temu lawak 2.5% (b/v)
menggunakan EPK tidak termodifikasi dan termodifikasi
nanopartikel emas

4 Pengaruh potensial deposisi emas dengan variasi 0-0.8 V pada waktu
800 detik untuk pengukuran ekstrak temu lawak 2.5% (b/v) pada pH
6.0
5 Reaksi oksidasi dan reduksi kurkumin (Manaina et al. 2012)
6 Kurva hubungan antara arus analit dengan potensial deposisi
7 Pengaruh waktu deposisi emas dengan potensial 0.5 V pada EPK
untuk pengukuran ekstrak temu lawak 2.5% (b/v) pada pH 6.0
8 Pengaruh pH bufer terhadap ekstrak temu lawak 2.5% (b/v)
menggunakan EPK termodifikasi nanopartikel emas
9 Pengaruh konsentrasi ekstrak temu lawak pada pH 6.0 dengan
menggunakan EPK termodifikasi nanopartikel emas
10 Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak temu lawak (%b/v)
dengan intensitas arus (µA)

2
7
8
9
10
10
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Diagram alir penelitian
Data kadar air temu lawak
Data rendemen ekstrak kasar temu lawak
Voltammogram K3[Fe(CN)6] 5 mM
Nilai arus blangko pada berbagai potensial deposisi, arus puncak
anodik, dan potensial
Nilai potensial deposisi, arus puncak anodik, dan potensial
Nilai waktu deposisi, arus puncak anodik, dan potensial
Nilai pH, arus puncak anodik, dan potensial
Nilai konsentrasi ekstrak temu lawak, arus puncak anodik, dan
potensial

17
18
18
19
19
20
20
20
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Temu lawak (Curcuma xanthorriza Roxb) adalah tanaman herbal yang
masuk dalam temu-temuan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat
unggulan Indonesia dan banyak dimanfaatkan di bidang kesehatan dan farmasi.
Bagian dari tanaman temu lawak yang paling berkhasiat dan paling banyak
dimanfaatkan adalah rimpangnya. Khasiat rimpang temu lawak, di antaranya
memperbaiki nafsu makan, antioksidan, dan membantu menghambat pembekuan
darah (BPOM 2005). Temu lawak mengandung senyawa golongan kurkuminoid,
seperti kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin (Cahyono et
al. 2011), protein, pati, dan minyak atsiri (Rukmana 2004). Minyak atsiri temu
lawak terdiri atas kelompok senyawa terpenoida jenis monoterpena, seperti αpinena, α-longipinena, dan kamfena; dan jenis seskuiterpena, seperti α-kurkumena,
furanodiena, xantorizol, -elemena, -elemena, -farnesena, dan trans-kariofilena
(Sukrasno et al. 2012). Kurkumin dan xantorizol merupakan zat aktif yang
menyebabkan temu lawak sangat berkhasiat.
Zat aktif dalam tanaman temu lawak dapat diekstraksi menggunakan pelarut
polar atau nonpolar dengan cara maserasi dalam selang waktu tertentu. Zat yang
telah diekstraksi kemudian dapat diukur menggunakan berbagai instrumen, seperti
spektrofotometer ultraviolet-tampak, inframerah transformasi fourier, dan
kromatografi gas spektrometri massa (Kusmiyati et al. 2011). Namun, pengukuran
menggunakan instrumen tersebut memiliki berbagai kelemahan, seperti preparasi
sampel yang cukup rumit dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Metode lain
yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat aktif dalam tanaman adalah
menggunakan teknik voltammetri. Teknik voltammetri memiliki beberapa
keunggulan, seperti preparasi sampel sederhana, waktu analisis relatif singkat,
limit deteksi rendah, dan mudah digunakan (Saryati dan Wardiyati 2007). Dalam
teknik ini, salah satu elektrode kerja yang dapat digunakan untuk mendeteksi
keberadaan analit adalah elektrode pasta karbon.
Elektrode pasta karbon (EPK) lazim digunakan dengan materi penyusun
grafit dan minyak mineral. Elektrode pasta karbon dipilih menggantikan elektrode
kerja merkuri yang kurang ramah lingkungan. Kelebihan penggunaan EPK adalah
biaya bahan relatif murah, lembam, ramah lingkungan, dapat digunakan dalam
berbagai aplikasi voltammetri, kisaran potensial yang cukup luas, dan mudah
dimodifikasi. Modifikasi EPK dilakukan untuk menambah selektivitas,
sensitivitas, stabilitas pengukuran elektrokimia, dan mengurangi kelemahan EPK
yang kurang terkendali serta lebih lambat dalam pengumpulan ion bila
dibandingkan dengan elektrode logam (Wang 2006). Modifikasi EPK telah
berkembang cukup pesat dalam bidang elektrokimia. Misalnya, EPK dapat
dimodifikasi dengan nanopartikel emas dan ferosena untuk mendeteksi senyawa
morfina (Atta et al. 2012).
Nanopartikel emas merupakan partikel emas yang memiliki ukuran berskala
nanometer (10-9 m), yaitu antara 1-100 nm. Nanopartikel lebih baik dari partikel
dengan ukuran yang lebih besar, seperti mikro karena nanopartikel memiliki luas
permukaan lebih besar sehingga bersifat lebih reaktif. Modifikasi EPK dan

2
nanopartikel emas telah banyak dilakukan untuk mendeteksi senyawa organik,
seperti xantina dan hipoxantina (Çubukçu et al. 2007), asetaminofen dan atenolol
(Behpour et al. 2010), dopamin (Atta et al. 2010), dan morfin (Nada et al. 2012),
Deteksi senyawa organik seperti asetaminofen dapat dilakukan oleh nanopartikel
emas karena asetaminofen bersifat elektrooksidatif sehingga akan terjadi reaksi
oksidasi-reduksi dengan nanopartikel emas.
Elektrode pasta karbon termodifikasi nanopartikel emas dapat mendeteksi
senyawa organik sehingga diharapkan ekstrak aktif temu lawak yang mengandung
senyawa-senyawa organik aktif, seperti kurkumin yang memiliki gugus –OH yang
dapat dioksidasi, dapat dideteksi. Zat aktif ini kemudian dapat dideteksi dengan
metode yang lebih sederhana, biaya yang relatif lebih murah, preparasi yang tidak
rumit, waktu analisis lebih singkat, dan penggunaan bahan yang lebih ramah
lingkungan bila dibandingkan dengan analisis menggunakan instrumen, seperti
spektrofotometer ultraviolet-tampak, inframerah transformasi fourier, dan
kromatografi gas spektrometri massa.
HO

OH

H3CO

OCH3
O

OH

Gambar 1 Struktur kimia kurkumin
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendeteksi zat aktif dalam ekstrak temu lawak
menggunakan EPK termodifikasi nanopartikel emas dan menguji kinerjanya
menggunakan teknik voltammetri.

METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah kompartemen elektrode, alu dan lumpang,
mikropipet, penguap putar, cawan porselen, oven, eksikator, kertas minyak, alatalat kaca, serta seperangkat alat potensiostat/galvanostat eDAQ, dan komputer
yang telah dilengkapi program pengolah data Echem v.2.1.0 dan Origin Pro 70.
Bahan-bahan yang digunakan adalah simplisia temu lawak, HAuCl4.3H2O, KNO3,
grafit, K3[Fe(CN)6], KCl, parafin cair, etanol 96%, bufer asetat 0.5 M pH 4.3, 6.0,
dan 7.3.

3

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini secara umum dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu
pembuatan ekstrak kasar temu lawak, pembuatan EPK termodifikasi nanopartikel
emas, dan pengujian elektrode menggunakan teknik voltammetri siklik. Ekstraksi
zat aktif dari temu lawak diawali dengan menentukan kadar air dari sampel temu
lawak, selanjutnya ekstrak kasar temu lawak disiapkan dengan cara maserasi
dengan pelarut etanol dan diuji fitokimianya. EPK termodifikasi nanopartikel
emas dibuat dengan cara elektrolisis larutan HAuCl4, lalu diuji menggunakan
teknik voltammetri siklik dengan parameter pengaruh potensial deposisi, waktu
deposisi, pH bufer, dan konsentrasi ekstrak temu lawak. Diagram alir penelitian
terlampir pada Lampiran 1.
Kadar Air (AOAC 2005)
Sebanyak 2 g sampel simplisia temu lawak dimasukkan ke dalam cawan
porselen yang telah diketahui bobotnya. Sampel kemudian dipanaskan dalam oven
selama 3 jam pada suhu 105 °C. Cawan porselen berisi sampel didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang bobotnya. Kadar air ditentukan sebanyak 3 kali ulangan
menggunakan Persamaan 1.

Keterangan:
bobot temu lawak awal (g)
bobot temu lawak kering (g)
Pembuatan Ekstrak Kasar Temu lawak
Sampel simplisia temu lawak sebanyak 250 g dimaserasi dengan pelarut
etanol 70% (v/v) (1:5) selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulang 2
kali dengan pelarut yang sama. Selanjutnya semua maserat dikumpulkan dan
disaring dengan kertas saring. Maserat dipekatkan dengan penguap putar dan
diperoleh ekstrak kasar temu lawak (Nurcholis et al. 2012 dengan modifikasi).
Uji Fitokimia (Marlinda et al. 2012)
Uji alkaloid. Sebanyak 1 g sampel ditambahkan 2.5 mL amonia dan 2.5 mL
kloroform. Selanjutnya larutan disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat
ditambahkan 5 tetes H2SO4 2 N. Campuran dikocok dan dibiarkan beberapa menit
sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam 3 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 1 mL, lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer,
Wagner, dan Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa sampel
tersebut mengandung alkaloid, pereaksi Mayer memberikan endapan putih,
pereaksi Wagner memberikan endapan cokelat, dan pereaksi Dragendorff
memberikan endapan jingga.
Uji triterpenoid dan steroid. Sebanyak 50˗ 100 mg sampel ditambahkan
asam asetat glasial sampai semua sampel terendam, dibiarkan selama 15 menit.
Sebanyak 6 tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
2˗ 3 tetes asam sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan

4
terbentuknya warna merah, jingga, atau ungu, sedangkan steroid ditunjukkan
dengan terbentuknya warna biru.
Uji tanin. Sampel sebanyak 20 mg ditambahkan etanol sampai sampel
terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2˗ 3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.
Uji flavonoid. Sebanyak 200 mg sampel diekstraksi dengan 5 mL etanol
dan dipanaskan selama 5 menit di dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan
beberapa tetes HCl pekat dan 0.2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan
timbulnya warna merah tua selama 3 menit.
Uji saponin. Sebanyak 0.5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan akuades hingga terendam, dan dididihkan selama 2-3 menit. Setelah
didinginkan, larutan dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil.
Pembuatan EPK Termodifikasi Nanopartikel Emas dan Uji Kinerjanya
secara Voltammetri Siklik
Sebanyak 100 mg serbuk grafit dicampurkan dengan 20 µL parafin cair.
Setelah terbentuk pasta homogen, pasta dipadatkan pada badan elektrode dan
permukaannya dihaluskan dengan kertas minyak hingga halus (Qiong et al. 2003).
EPK yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam larutan HAuCl4 6 mM
yang sebelumnya telah dilarutkan dalam KNO3 0.1 M menggunakan akuabides.
Potensial konstan sebesar 0.5 V vs Ag/AgCl dialirkan selama 800 detik. EPK
yang telah dimodifikasi dengan nanopartikel emas selanjutnya dicuci dengan
akuabides dan dikeringkan hati-hati dengan kertas tanpa menyentuh permukaan
elektrode serta dibiarkan mengering selama 10 menit sebelum digunakan (Atta et
al. 2010 dengan modifikasi). Respons elektrode diamati dalam sampel ekstrak
temu lawak yang dilarutkan dalam bufer asetat 0.5 M pH 6.0 dengan teknik
voltammetri siklik dengan laju pemayaran 100 mV/detik pada selang potensial 0.5–1.0 V (Taufik 2013 dengan modifikasi).
Pengaruh Potensial Deposisi
Arus puncak yang diperoleh dari pengukuran dengan EPK termodifikasi
nanopartikel emas dengan waktu deposisi emas 800 detik, dibandingkan untuk
ragam, potensial deposisi sebesar 0, 0.2, 0.5, dan 0.8 V. EPK termodifikasi
nanopartikel emas kemudian diamati responsnya dalam larutan ekstrak temu
lawak 2.5% (b/v) dalam pelarut bufer asetat 0.5 M pH 6.0 menggunakan teknik
voltammetri siklik dengan laju pemayaran 100 mV/detik pada selang potensial 0.5–1.0 V (Taufik 2013 dengan modifikasi).
Pengaruh Waktu Deposisi
Arus puncak yang diperoleh dari pengukuran dengan EPK termodifikasi
nanopartikel emas dengan potensial deposisi emas 0.5 V dibandingkan untuk
ragam waktu deposisi sebesar 0, 100, 400, dan 800 detik. EPK termodifikasi
nanopartikel emas kemudian diamati responnya dalam larutan ekstrak temu lawak
2.5% (b/v) dalam pelarut bufer asetat 0.5 M pH 6.0 menggunakan teknik
voltammetri siklik dengan laju pemayaran 100 mV/detik pada selang potensial 0.5–1.0 V (Taufik 2013 dengan modifikasi).

5
Pengaruh pH Bufer
Ekstrak kasar temu lawak dibuat dalam konsentrasi 2.5% (b/v) sebanyak 3
kali dengan cara memipet 12.5 mL larutan induk 5% (b/v) ke dalam labu takar 25
mL, kemudian dilarutkan masing-masing dengan bufer asetat 0.5 M pH 4.3, 6.0,
dan 7.3 hingga permukaan larutan berhimpit dengan tanda tera, lalu
dihomogenkan. Ekstrak dengan variasi pH bufer ini selanjutnya diuji secara
elektrokimia menggunakan teknik voltammetri siklik dengan laju pemayaran 100
mV/detik pada selang potensial -0.5–1.0 V (Taufik 2013 dengan modifikasi). EPK
termodifikasi nanopartikel emas digunakan sebagai elektrode kerja dengan
potensial dan waktu deposisi emas masing-masing sebesar 0.5 V dan 800 detik.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Temu lawak
Larutan induk ekstrak temu lawak 5% (b/v) dibuat dengan menimbang
ekstrak temu lawak yang telah dipekatkan sebanyak 5 g dan dilarutkan dalam
etanol 96% hingga volume 100 mL. Selanjutnya dibuat ragam konsentrasi ekstrak
temu lawak dari larutan induk sebesar 0.5, 1.5, 2.5 dan 3.5% (b/v) dengan
menggunakan pelarut bufer asetat 0.5 M pH 6.0 (Kumar et al. 2012 dengan
modifikasi). Ekstrak dengan ragam konsentrasi ini selanjutnya digunakan sebagai
sampel yang akan diuji secara elektrokimia menggunakan teknik voltammetri
siklik dengan laju pemayaran 100 mV/detik pada selang potensial -0.5–1.0 V
(Taufik 2013 dengan modifikasi). Arus yang dihasilkan pada setiap konsentrasi
diamati menggunakan EPK termodifikasi emas dengan potensial dan waktu
deposisi masing-masing sebesar 0.5 V dan 800 detik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparasi Ekstrak Temu lawak dan Kadar Air
Temu lawak (Curcuma xanthorriza Roxb) adalah tanaman herbal yang
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pada pembuatan obat tradisional.
Bagian dari temu lawak yang paling banyak dimanfaatkan adalah rimpangnya.
Hal ini karena zat-zat aktif dalam rimpang temu lawak memiliki berbagai khasiat
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Zat-zat aktif dalam temu lawak dapat
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% (1:5) selama
24 jam dan dilakukan tiga kali ulangan. Etanol dipilih sebagai pelarut karena
menghasilkan rendemen tertinggi (Hayani 2006). Persentase rendemen temu
lawak diperoleh sebesar 16.50% (Lampiran 4) dengan kadar air sebesar 15.48%
(Lampiran 2).
Penentuan kadar air bertujuan sebagai faktor koreksi untuk menentukan
rendemen ekstrak yang diperoleh berdasarkan bobot kering. Selain itu, penentuan
kadar air juga bertujuan mengetahui ketahanan sampel terhadap lama
penyimpanan karena adanya mikroorganisme, seperti jamur dan kapang yang
dapat tumbuh pada sampel dengan kadar air tinggi. Menurut Materia Medika
Indonesia (1995), suatu sampel tahan terhadap lama penyimpanan dan dapat
terhindar dari pertumbuhan jamur yang cepat apabila memiliki kadar air < 10%.

6
Kadar air yang diperoleh menunjukkan temu lawak tidak dapat disimpan dalam
waktu yang cukup lama karena memiliki kadar air >10%.
Pengaruh Potensial Deposisi
Ekstrak temu lawak mengandung zat aktif yang dapat dideteksi secara
voltammetri siklik menggunakan EPK sebagai elektrode kerja. Pembuatan EPK
dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk grafit dan minyak parafin kemudian
diaduk hingga membentuk pasta. Pasta karbon dimasukkan ke dalam badan
electrode, dipadatkan, dan diampelas dengan kertas minyak agar permukaannya
rata. EPK yang telah dibuat sebelum digunakan untuk mendeksi analit, perlu
dilakukan karakterisasi terlebih dahulu menggunakan K3[Fe(CN)6] 5 mM yang
telah dilarutkan dalam larutan elektrolit KCl 0.1 M. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kelayakan EPK yang telah dibuat untuk digunakan sebagai elektrode
kerja pada pengukuran analit. Jika puncak oksidasi dan reduksi yang dihasilkan
pada K3[Fe(CN)6] baik, maka EPK dapat digunakan untuk pengukuran selanjutnya.
Potensial anodik dan katodik yang dihasilkan oleh K3[Fe(CN)6] adalah 0.4620 V
dan 0.1940 V. Voltammogram siklik K3[Fe(CN)6] dalam KCl dapat dilihat pada
Lampiran 5.
EPK yang telah dikarakterisasi kemudian digunakan untuk mendeteksi
analit berupa ekstrak temu lawak. Pembuatan larutan ekstrak temu lawak
dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak pekat temu lawak dalam etanol 96%
dan bufer asetat 0.5 M pH 6.0 sebagai larutan elektrolit. Larutan elektrolit
berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Blangko pada percobaan adalah
campuran dari etanol dan bufer asetat 0.5 M pH 6.0 (1:1). Blangko yang
digunakan sebaiknya tidak menghasilkan arus latar yang dapat memengaruhi
pengukuran analit. Analit kemudian diukur secara voltammetri siklik
menggunakan EPK sebagai elektrode kerja, Ag/AgCl sebagai elektrode
pembanding, dan platina sebagai elektrode pembantu. EPK yang digunakan, yaitu
EPK termodifikasi maupun tidak termodifikasi nanopartikel emas untuk
selanjutnya diamati dan dibandingkan arus puncak tertinggi yang dihasilkan.
Modifikasi nanopartikel emas pada permukaan EPK dilakukan dengan cara
elektrodeposisi. Elektrodeposisi merupakan proses pengendapan logam
menggunakan arus listrik. Salah satu aplikasi elektrodeposisi ini adalah proses
pelapisan logam (elektroplating) (Marwati 2013). Logam yang digunakan dalam
penelitian ini adalah larutan emas (HAuCl4) yang dilarutkan dalam larutan
elektrolit KNO3. Menurut Etesami et al. (2011), ukuran partikel emas yang
dihasilkan dari proses elektrodeposisi pada permukaan grafit pensil adalah kurang
dari 100 nm. Proses deposisi atau pelapisan emas pada permukaan EPK
menggunakan potensial dan waktu tertentu. EPK yang telah dideposisi digunakan
untuk mendeteksi blangko dan ekstrak temu lawak 2.5% (b/v).
Potensial deposisi nanopartikel emas divariasikan dengan kisaran 0 hingga
0.8 V untuk mengetahui kondisi optimum pengukuran analit secara voltammetri
siklik. Gambar 2 menunjukkan respon variasi potensial terhadap arus blangko
yang menghasilkan puncak reduksi. Puncak reduksi tersebut merupakan puncak
reduksi emas (Au). Ketika potensial dinaikkan, intensitas arus reduksi semakin
rendah dan mencapai maksimum pada potensial 0.5 V sehingga intensitas arus

7
reduksi terbaik dihasilkan pada potensial 0.5 V. Hal ini karena pada potensial
tersebut, emas yang berada di permukaan elektrode jumlahnya lebih banyak bila
dibandingkan dengan potensial lainnya sehingga semakin banyak pula emas yang
mengalami reaksi reduksi dan menghasilkan intensitas arus tertinggi. Pada
potensial 0 V, intensitas arus rendah karena tidak adanya gaya elektrostatik
sehingga emas tidak terdeposisi optimum pada permukaan elektrode. Pada
potensial 0.8 V, intensitas arus yang dihasilkan lebih rendah bila dibandingkan
dengan 0.5 V. Hal ini mungkin terjadi karena adanya persaingan reduksi antara
ion Au3+ menjadi Au, dengan reduksi ion H+ dari HAuCl4 menjadi H2 yang dapat
menutupi permukaan elektrode sehingga tidak banyak partikel emas yang
menempel di permukaan elektrode. Dari hasil tersebut, maka potensial deposisi
0.5 V digunakan seterusnya pada penelitian ini.

60

I (µA)

40
20
0
0V
0.2 V
0.5 V
0.8 V

-20
-40
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

Gambar 2

Voltammogram siklik blangko menggunakan EPK termodifikasi
nanopartikel emas pada berbagai potensial

Respon EPK tidak termodifikasi dan termodifikasi nanopartikel emas
terhadap arus dalam blangko ditunjukkan pada Gambar 3. Tidak dihasilkannya
puncak pada EPK tidak termodifikasi nanopartikel emas karena dalam blangko
tidak terjadi reaksi redoks. Pada EPK termodifikasi nanopartikel emas, dihasilkan
puncak reduksi emas. Gambar 3 juga menunjukkan adanya respon EPK
termodifikasi nanopartikel emas terhadap analit menghasilkan puncak oksidasi
pada arus 60.03 µA dan potensial 0.6320 V. Puncak reduksi emas tidak dihasilkan
kembali karena emas tidak mengalami oksidasi atau reduksi, melainkan analit
yang mengalami oksidasi di permukaan EPK.

8

100
80
60

I (µA)

40
20
0
-20
-40

EPK tidak termodifikasi deteksi blangko
EPK termodifikasi deteksi blangko
EPK termodifikasi deteksi ekstrak temulawak

-60
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

Gambar 3 Voltammogram siklik blangko dan ekstrak temu lawak 2.5% (b/v)
menggunakan EPK tidak termodifikasi dan termodifikasi
nanopartikel emas
Gambar 4 menunjukkan adanya respon zat aktif pada ekstrak temu lawak
berupa satu puncak anodik/oksidasi dan tidak muncul puncak katodik/reduksi.
Puncak anodik diduga merupakan senyawa-senyawa golongan triterpenoid,
flavonoid, dan alkaloid dalam temu lawak. Hal ini dikarenakan dari hasil uji
fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan adanya keberadaan golongan
senyawa-senyawa tersebut dan menunjukkan hasil negatif pada uji saponin,
steroid, dan tanin. Menurut Hayani (2006), hasil uji fitokimia rimpang temu lawak
menunjukkan hasil positif alkaloid, saponin, flavonoid, dan triterpenoid. Hasil
negatif saponin diperoleh pada percobaan mungkin disebabkan oleh kandungan
saponin yang terlalu rendah sehingga tidak terdeteksi pada uji kualitatif. Puncak
anodik yang dihasilkan diduga merupakan senyawa-senyawa yang dapat
mengalami oksidasi. Senyawa-senyawa yang dapat mengalami oksidasi, di
antaranya adalah kurkumin dan xantorizol yang memiliki gugus fungsi –OH
sehingga dapat dioksidasi.

9

100
80
60

I (µA)

40
20
0
EPK tidak termodifikasi
0V
0.2 V
0.5 V
0.8 V

-20
-40
-60
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

Gambar 4 Pengaruh potensial deposisi emas dengan variasi 0-0.8 V pada waktu
800 detik untuk pengukuran ekstrak temu lawak 2.5% (b/v) pada pH
6.0
Arus puncak anodik zat aktif pada ekstrak temu lawak menggunakan EPK
tak termodifikasi menghasilkan arus puncak terendah bila dibandingkan dengan
EPK termodifikasi nanopartikel emas dengan berbagai potensial deposisi.
Penggunaan nanopartikel emas ini dapat meningkatkan sensitivitas (Atta et al.
2010) pengukuran zat aktif dalam larutan ekstrak temu lawak. Pada Gambar 4,
arus puncak anodik tertinggi analit diperoleh pada potensial 0.5 V sehingga
pengukuran analit dilakukan pada potensial tersebut.
Kandungan zat aktif dalam ekstrak temu lawak yang diketahui paling
banyak adalah minyak atsiri dan kurkumin (Hayani 2006). Kurkumin dapat
memberikan respons elektrokimia pada pengukuran secara voltammetri. Menurut
Manaina et al. (2012), reaksi oksidasi dan reduksi kurkumin melibatkan pelepasan
dan pengikatan proton dan oksigen dalam pelarut buffer asetat 0.1 M pH 4.3 dan
dapat diamati menggunakan elektrode karbon gelas. Voltammogram oksidasi dan
reduksi kurkumin menghasilkan 2 puncak oksidasi (1a dan 2a) dan 2 puncak
reduksi (2c dan 3c). Hal ini tidak diperoleh pada penelitian ini dan hanya
menunjukkan respon satu puncak oksidasi analit yang menunjukkan reaksi tidak
berjalan reversibel (irreversibel). Reaksi oksidasi dan reduksi kurkumin dapat
dilihat pada Gambar 5.

10

Gambar 5 Reaksi oksidasi dan reduksi kurkumin (Manaina et al. 2012)
Peengaruh pemberian potensial deposisi terhadap nilai arus ditunjukkan
pada Gambar 6. Deposisi dengan potensial 0 V (tidak diberi potensial)
menghasilkan arus puncak terendah bila dibandingkan dengan perlakukan
pemberian potensial. Tidak adanya pemberian arus menyebabkan tidak adanya
gaya elektrostatik sehingga pelapisan nanopartikel emas pada permukaan EPK
tidak maksimal dan hanya sedikit jumlah partikel emas yang teradsorpsi sehingga
menyebabkan interaksi dengan analit pun rendah. Pemberian potensial terlalu
positif (0.8 V) menyebabkan arus turun cukup signifikan. Selain itu, pemberian
potensial 0.2 V menghasilkan arus yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
0.5 V. Hal ini memungkinkan terjadinya persaingan reduksi antara ion Au3+
menjadi Au, dengan reduksi ion H+ dari HAuCl4 menjadi H2 yang dapat menutupi
permukaan elektrode sehingga interaksi nanopartikel emas dengan analit tidak
maksimal yang menyebabkan arus oksidasi menurun.
70
60
I (µA)

50

40
30
20
10
0
0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

E (V)
Gambar 6 Kurva hubungan antara arus analit dengan potensial deposisi

11
Pengaruh Waktu Deposisi
Zat aktif dalam ekstrak temu lawak dapat dideteksi menggunakan EPK
temodifikasi nanopartikel emas dimana larutan emas yang telah dilarutkan dalam
larutan elektrolit KNO3 dideposisi pada potensial dan waktu optimum, yaitu 0.5V
dan 800 detik. Waktu deposisi ini dipilih karena menghasilkan arus optimum pada
pengukuran ekstrak temu lawak dengan konsentrasi 2.5% (b/v). Waktu deposisi
divariasikan dengan kisaran 0-800 detik. Gambar 7 menunjukkan peningkatan
arus puncak anodik terjadi seiring meningkatnya waktu deposisi. Hal ini karena
semakin meningkatnya waktu deposisi, maka semakin banyak pula nanopartikel
emas yang teradsorpsi pada permukaan EPK sehingga semakin banyak
nanopartikel emas yang berinteraksi dengan analit, yaitu zat aktif pada ekstrak
temu lawak. Waktu deposisi dapat memengaruhi ukuran nanopartikel yang
dihasilkan pada permukaan elektrode. Tidak hanya itu, faktor lain yang
memengaruhi ukuran nanopartikel ialah kecepatan pemayaran, kisaran potensial,
dan konsentrasi larutan emas yang digunakan (Etesami et al. 2011)
120
100
80

I (µA)

60
40
20
0
0 detik
100 detik
400 detik
800 detik

-20
-40
-60
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

Gambar 7 Pengaruh waktu deposisi emas dengan potensial 0.5 V pada EPK untuk
pengukuran ekstrak temu lawak 2.5% (b/v) pada pH 6.0

12
Pengaruh pH Bufer
Bufer asetat 0.5 M merupakan larutan elektrolit yang digunakan pada
pengukuran ekstrak temu lawak secara voltammetri siklik. Nilai pH bufer
divariasikan dengan kisaran 4.3-7.3 untuk mengetahui kondisi optimum
pengukuran ekstrak temu lawak ini. Pengukuran menggunakan EPK termodifikasi
nanopartikel emas dengan potensial dan waktu deposisi optimum yang telah
didapatkan, yaitu sebesar masing-masing 0.5 V dan 800 detik. Gambar 8
menunjukkan arus oksidasi maksimum diperoleh pada bufer pH 6.0. Pada pH 4.3,
terjadi pergeseran potensial lebih negatif dan penurunan intensitas arus,
sedangkan pada pH yang lebih tinggi, respon yang dihasilkan menunjukkan
pergeseran potensial lebih positif dan penurunan intensitas arus pula bila
dibandingkan dengan pH 6.0.
100
80
60

I (µA)

40
20
0

4.3
6.0
7.3

-20
-40
-60
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

Gambar 8

Pengaruh pH bufer terhadap ekstrak temu lawak
menggunakan EPK termodifikasi nanopartikel emas

2.5% (b/v)

Pergeseran potensial ke arah positif dan nilai arus katodik meningkat seiring
meningkatnya nilai pH bufer, kecuali pada pH 7.3. Hal ini menunjukkan adanya
aktivitas elektrokatalitik oksidasi zat aktif temu lawak pada permukaan EPK yang
telah dimodifikasi oleh nanopartikel emas ini bergantung pada pH. Perubahan
nilai potensial dan arus pada variasi nilai bufer pH ini diduga melibatkan proton
(Atta et al. 2010) ataupun proton dan elektron (Mahanthesha et al. 2009) pada
proses reaksi di permukaan elektrode. Penurunan nilai arus pada pH asam, yaitu
pH 4.3 bila dibandingkan dengan 6.0 diduga disebabkan adanya proses
deprotonasi pada senyawa aktif dalam ekstrak temu lawak yang menyebabkan
berkurangnya sifat redoks pada senyawa aktif tersebut (Suratman et al. 2004).

13
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Temu lawak
Ekstrak kasar temu lawak dibuat variasi konsentrasi dari 0.5-3.5% (b/v)
dalam bufer asetat 0.5 M pH 6.0 dan diamati pengaruhnya terhadap arus yang
dihasilkan menggunakan EPK yang telah dilakukan deposisi emas dengan
potensial 0.5 V dan waktu deposisi 800 detik. Gambar 9 menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan arus seiring meningkatnya konsentrasi analit. Hal ini karena
semakin tinggi konsentrasi analit, maka arus difusi akan semakin tinggi. Besarnya
arus difusi ini berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam suatu larutan.
100
80

I (µA)

60
40
20
0
0.5%
1.5%
2.5%
3.5%

-20
-40
-60
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

Gambar 9

Pengaruh konsentrasi ekstrak temu lawak pada pH 6.0 dengan
menggunakan EPK termodifikasi nanopartikel emas

Hubungan konsentrasi ekstrak temu lawak dengan arus puncak pada
selang 0.5-3.5% (b/v) mengikuti persamaan regresi linear I = 12.11c + 25.74
dengan koefisien determinasi 0.9630 dapat dilihat pada Gambar 10. Intensitas arus
semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi analit.

14
80
70

I (µA)

60
50
40
30

y = 12.11x + 25.74
R² = 0.9630

20
10
0
0

Gambar 10

1
2
3
Konsentrasi ekstrak temulawak (%b/v)

4

Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak temu lawak (%b/v)
dengan intensitas arus (µA)

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Deteksi zat aktif dalam ekstrak temu lawak dapat dilakukan secara
voltammetri siklik menggunakan elektrode kerja berupa elektrode pasta karbon
termodifikasi nanopartikel emas. Kondisi optimum pengukuran analit dilakukan
dalam etanol dan larutan elektrolit bufer asetat 0.5 M pH 6.0. Selain itu, kondisi
optimum deposisi emas pada permukaan elektrode diperoleh pada potensial 0.5 V
dengan waktu 800 detik. Pengukuran zat aktif pada ekstrak temu lawak hanya
menunjukkan puncak anodik atau oksidasi. Intensitas arus puncak terjadi
peningkatan pada elektrode termodifikasi nanopartikel emas bila dibandingkan
dengan elektrode yang tidak termodifikasi sebesar dua kali lipat. Pengaruh
konsentrasi ekstrak temu lawak dengan selang 0.5-3.5% (b/v) terhadap arus
puncak anodik menghasilkan koefisien determinasi sebesar 0.9630.
Saran
Perlu dilakukan analisis jenis larutan elektrolit lainnya selain bufer asetat,
seperti larutan elektrolit bersifat asam atau basa yang diharapkan menghasilkan
respon arus puncak yang lebih tinggi terhadap analit. Sebelum dilakukan
pengukuran, larutan analit dipastikan tidak mengendap sehingga tidak
menghasilkan galat dalam pengukuran.

15

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of
AOAC International. Edisi ke-14. Arlington (US): Association of Official
Analytical Chemist.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Gerakan
nasional minum temu lawak. Jakarta: Info POM 6(6):1-12.
Atta NF, Galal A, Abu-Attia FM, Azab SM. 2010. Carbon paste gold
nanoparticles sensor for the selective determination of dopamine in bufered
solutions. Journal of The Electrochemical Society:157(9):F116-F123.
Atta NF, Galal A, A Anwar, Wassel, Ibrahim AH. 2012. Sensitive electrochemical
determination of morphine using gold nanoparticles–ferrocene modified
carbon paste electrode. International Journal of Electrochemical Science
7:10501-10518.
Behpour M, Ghoreishi SM, Honarmand E. 2010. A gold nanoparticle-modified
carbon paste electrode as a sensor for simultaneous determination of
acetaminophen and atenolol. International Journal of Electrochemical
Science 5:1922-1933.
Cahyono B, Huda MDK, Limantara L. 2011. Pengaruh proses pengeringan
rimpang temu lawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap kandungan dan
komposisi kurkuminoid. Reaktor 13(3):165-171.
Çubukçu M, Timur S, Anik Ü. 2007. Examination of performance of glassy
carbon paste electrode modified with gold nanoparticle and xanthine
oxidase for xanthine and hypoxanthine detection. Talanta 74:434-439.
doi:10.1016/j.talanta.2007.07.039.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid
VI. Jakarta(ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Etesami M, Karoonian FS, Mohamed N. 2011. Electrochemical deposition of gold
nanoparticles on pencil graphite by fast scan cyclic voltammetry. Journal of
the Chinese Chemical Society 58:688-693.
Hayani E. 2006. Analisis kandungan kimia rimpang temu lawak. Temu Teknis
Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Kumar Y, Garg A, Pandey R. 2012. Polarographic reduction of curcumin at
dropping mercury electrode. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences ISSN-0975-1491 4(2):314-318.
Kusmiyati, Aznam N, Handayani S. 2011. Isolasi dan identifikasi zat aktif ekstrak
metanol rimpang kunyit putih (Curcuma mangga val) fraksi etil asetat.
Jurnal Ilmiah Kefarmasian 1(2):1-10.
Mhanthesha KR, Swamy BE, Chandra U, Bodke YD, Pai KVK, Sherigara BS.
2009. Cyclic voltammetric investigations of alizarin at carbon paste
electrode using surfactants. International Journal of Electrochemical
Science 4:1237-1247.
Manaina MAN, Diculescu VC, Gil EDS, Brett AMO. 2012. Guaicolic spices
curcumin and capsain electrochemical oxidation behaviour at a glassy
carbon electrode. Journal of Electroanalytical Chemistry 682:83-89.

16
Marlinda M, Sangi MS, dan Wuntu AD. Analisis senyawa metabolit sekunder dan
uji toksisitas ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.).
Jurnal Mipa Usrat online 1(1): 24-28.
Marwati S. 2013. Pengaruh agen pereduksi dalam proses elektrodeposisi terhadap
kualitas deposit Cu dan Ag. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
Pendidikan dan Penerapan MIPA 18 Mei 2013. Yogyakarta: FMIPA
Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
Nada FA, Galal A, Wassel AA, Ibrahim AH. 2012. Sensitive electrochemical
determination of morphine using gold nanoparticles–ferrocene modified
carbon paste electrode. International Journal of Electrochemical Science
7:10501-10518.
Nurcholis W, Ambarsari L, Sari NLPEK, Darusman LK. 2012. Curcuminoid
contents, antioxidant and anti-inflammatory activities of Curcuma
canthorrhiza RoxB, and Curcuma domestica Val. Promising lines from
Sukabumi-Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa Surabaya
ISBN:978-979-028-550-7:C-284-292.
Qiong H, Junjie F, Segshui H. 2003. Voltammetric method based on an ion
pairing reaction for the determination of trace amount of iodide at carbon
paste electrode. Anal Sci. 19:681-686.
Rukmana R. 2004. Temu-temuan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Saryati dan Wardiyati S. 2007. Aplikasi voltammetri untuk penentuan logam
berat dalam bahan lingkungan. Jurnal Sains Materi Indonesia ISSN: 14111098 265 – 270.
Sukrasno, Kartika, Fidrianny I, Elfahmi, Anam K. 2012. Influence of storage on
the volatile oil content of Curcuma rhizome. Research Journal of Medicinal
Plant :1-7.
Suratman A, Buchari, Noviandri I, Gandasasmita S. 2004. Study of
electropolimerization processes of pyrrole by cyclic voltammetric technique.
International Journal of Chemistry 4(2):117-124.
Taufik M. 2013. Elektrode pasta karbon termodifikasi kuersetin untuk analisis ion
tembaga (II) secara voltammetri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Wang J. 2006. Analytical Electrochemistry Third Edition. New York (US): Willey.

17
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Grafit

Badan
Elektrode

Temu lawak

Parafin

Maserasi
dengan
etanol
70%
(1:5)

EPK
Maserat
Disaring
dan
dipekatkan
dengan
penguap
putar

Modifikasi dengan nanopartikel emas:
deposisi larutan HAuCl4 dalam KNO3

Pengaruh potensial
deposisi: 0, 0.2,
0.5, dan 0.8 V

Ekstrak kasar

Pengaruh waktu
deposisi: 0, 100,
400, 800 detik

Ditimbang
5 gram dan
dilarutkan
dalam 100
mL etanol
96%
Larutan induk
ekstrak temu lawak
5% (b/v)

EPK termodifikasi nanopartikel emas

Dipipet 12.5 mL,
dimasukkan
dalam LT 25 mL

Uji sampel ekstrak temu lawak
dengan teknik voltammetri

2.5% (b/v)
Dilarutkan
dalam bufer
asetat 0.5 M
Pengaruh variasi pH bufer

pH 4.3

pH 6.0

pH 7.3

Pengaruh variasi konsentrasi ekstrak:
0.5, 1.5, 2.5, dan 3.5% (b/v)

18
Lampiran 2 Data kadar air temu lawak
Ulangan

Bobot cawan
kosong (g)

1
2
3

4.6424
4.4172
4.2800

Bobot
temu
lawak (g)
2.0001
2.0009
2.0005

Bobot cawan +
temu lawak
kering (g)
6.3336
6.1103
5.9682

Bobot temu
lawak kering
(g)
1.6912
1.6931
1.8820

Kadar air
(%)
15.44
15.38
15.61

Contoh perhitungan:
Bobot temu lawak kering = (bobot cawan + temu lawak kering) – bobot cawan
kosong
= 6.3336 – 4.6424 g
= 1.6912 g

(b/b)

Lampiran 3 Data rendemen ekstrak kasar temu lawak
Ulangan
1
2
3

Bobot
sampel
awal (g)
1.0009
1.0004
1.0007

Contoh perhitungan:

Kadar air
(%)
15.48
15.48
15.48

Bobot
ekstrak (g)

Rendemen
(%b/b)

0.1411
0.1380
0.1396

16.67
16.32
16.51

19
Lanjutan Lampiran 3

(b/b)

Lampiran 4 Voltammogram K3[Fe(CN)6] 5 mM

20

I (µA)

10

0

-10

-20
-0,6

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

E (V) vs Ag/AgCl

I anodik (µA)
19.70

E anodik (V)
0.4620

I katodik (µA)
-20.60

E katodik (V)
0.1940

Lampiran 5 Nilai arus blangko pada berbagai potensial deposisi, arus puncak
anodik, dan potensial
Potensial Deposisi (V)
0
0.2
0.5
0.8

I (µA)
-9.40
-31.48
-34.93
-10.23

E (V)
0.3860
0.3960
0.3960
0.3860

20
Lampiran 6 Nilai potensial deposisi, arus puncak anodik, dan potensial
I (µA)
26.50
29.93
40.24
60.03
37.17

Potensial Deposisi (V)
EPK tidak termodifikasi
0
0.2
0.5
0.8

E (V)
0.5670
0.6140
0.6120
0.6320
0.6460

Lampiran 7 Nilai waktu deposisi, arus puncak anodik, dan potensial
Waktu (detik)
0
100
400
800

I (µA)
29.93
55.13
59.05
60.03

E (V)
0.6140
0.5110
0.6420
0.6320

Lampiran 8 Nilai pH, arus puncak anodik, dan potensial
pH
4.3
6.0
7.3

I (µA)
37.75
60.03
49.08

E (V)
0.5180
0.6320
0.7320

Lampiran 9 Nilai konsentrasi ekstrak temu lawak, arus puncak anodik, dan
potensial
Konsentrasi (%b/v)
0.5
1.5
2.5
3.5

I (µA)
32.37
41.05
60.03
66.42

E (V)
0.6420
0.6320
0.6320
0.6040

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 26 September 1991 dari
ayah Ayub Hidayat dan ibu Lusiana Dewi. Penulis adalah putri kedua dari tiga
bersaudara. Penulis lulus dari SMK Analis Kimia Bogor pada tahun 2010 dan di
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur tes tulis Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan diterima di Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Kimia Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun ajaran 2011/2012 dan
2013/2014, asisten praktikum Asas Kimia Analitik (AKA) tahun ajaran
2013/2014, dan asisten praktikum Analisis Instrumen (AI) tahun ajaran 2013/2014.
Bulan Juli-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT SGS
Indonesia Cilandak dengan judul Verifikasi Metode EPA 3052 pada Penentuan
Logam Timbal (Pb) Menggunakan ICP-OES. Penulis juga aktif dalam berbagai
kepanitiaan yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB, BEM FMIPA IPB,
maupun Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) IPB. Penulis bersama tim pernah
mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM) bidang penelitian dan didanai
DIKTI pada tahun 2013. Selain itu, penulis dan tim aktif pula mengikuti beberapa
lomba karya tulis ilmiah (LKTI), seperti Juara Harapan 2 LKTI The 2nd
Airlangga Ideas Competition di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2012
dan Finalis LKTI Gempa ITS di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
Surabaya pada tahun 2013. Penulis juga mendapatkan beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA) selama kuliah di IPB.